Anda di halaman 1dari 9

SEKOLAH TINGGI ILMU STATISTIK

JAKARTA

CATATAN AKADEMIK SEMESTER GANJIL T.A 2012/2013
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia
Dosen : Dr. Budiasih dan Akhmad Tantowi, M.Sc.
Tingkat : 4

A. Hakikat Bahasa
Sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya.
B. Fungsi Bahasa
Fungsi utama: Alat untuk bekerja sama atau berkomunikasi di dalam kehidupan manusia
bermasyarakat
Fungsi tambahan:







C. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Baik Sesuai dengan kebutuhan komunikasi dan mempertimbangkan di mana, dengan
siapa, apa topik, dan tujaun pembicaraan.
Benar Sesuai dengan kriteria: tata bunyi, tata bahasa (kata dan kalimat), kosakata, ejaan,
dan makna.

D. Kelemahan-Kelemahan Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Tulisan Ilmiah
karangan ilmiah masih terpengaruh oleh ragam bahasa lisan
menumpuk berbagai ide di dalam sebuah paragraf
dominasi kesalahan gramatikal, baik kesalahan dalam bentuk kata maupun kesalahan susunan
kalimat (sintaksis)
dominasi kata-kata asing
tidak menggunakan metafora untuk menyederhanakan penjelasan
kurang menguasai penggunaan konjungsi.
kalimat atau paragraf yang tidak nalar, tidak logis, tidak dapat diterima akal

E. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia
a. Kedatangan Agama Hindu
menyumbangkan aksara Palawa dan banyak kosakata dari bahasa Sansekerta dan Bahasa Tamil
b. Kedatangan Orang Eropa
menyumbangkan aksara latin dan beberapa kosakata bahasa Eropa
Sebagai sarana
Komunikasi
Control social
Memahami diri
Ekspresi Diri
Memahami orang lain
Mengamati
lingkungan sekitar
Berpikir logis
Membangun
Kecerdasan
Karakter
Mengembangkan
profesi
c. Kontribusi Bahasa Eropa Terhadap Bahasa Melayu atau Bahasa Indonesia
terdapat bahasa Belanda, bahasa Portugis, bahasa Latin, bahasa Inddris yang memberikan
kontribusi terhadap bahasa Indonesia
d. Penyusunan Ejaan Van Ophuijsen (Evo)
sebagai ejaan standar pada tahun 1901-1947
berdasarkan dialek/ragam bahasa Melayu yang digunakan di kepulauan Riau.
Kemudian digantikan Ejaan Soewandi
e. Kebangkitan Nasional
memberi semangat keindonesiaan dalam berbahasa.
f. Pendirian Balai Pustaka
Buku-buku terbitan Balai Pustaka tersebar ke seluruh Indonesia dengan menggunakan ejaan
resmi, yaitu Ejaan Van Ophuijsen.
Ejaan Van Ophuijsen menggunakan satu ragam Melayu Formal yang waktu itu disebut Melayu
Tinggi. Kemudian diangkat menjadi bahasa persatuan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
g. Kongres Pemuda I 1926 dan Kongres Pemuda Ii 1928
Pada akhir kongres I disepakati nama bahasa yang dijadikan bahasa persatuan dan bahasa
nasional adalah nama Bahasa Indonesia.
Pada kongres II dilakukan pengukuhan dalam Sumpah Pemuda.
Kami Poetra dan Poetri Indonesia menjoengjoeng bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.
h. Kongres Bahasa I 1938
Putusan penting dalam kongres itu adalah adanya perbaikan atau penyempurnaan Ejaan Van
Ophuijsen karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman dan sudah tidak sesuai dengan
kodrat bahasa Indonesia.
Usul penyempurnaan ejaan dilakukan tahun 1947 oleh Mr. Soewandi yang menjadi Menteri
Pendidikan dan Pengajaran pada waktu itu. Ejaan ini disebut disebut Ejaan Soewandi atau Ejaan
Republik.
Kongres Bahasa II Tahun 1972 mengumumkan berlakunya EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).
i. Perkembangan Ejaan
Ciri bentuk kata dalam Ejaan Van Ophuijsen
Penggunaan huruf j pada kata jang, pajah, sajang;
Penggunaan huruf oe pada kata goeroe, itoe, oemoer;
Penggunaan tanda diakritik pada kata mamoer, akal, ta, pa.
j. Ciri dan Bentuk Kata dalam Ejaan Soewandi / Ejaan Republik
Huruf oe diganti dengan huruf u pada kata guru, itu, umur, dsb.
Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada guru2, kanak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.
Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata pak, tak, rakyat.
Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mendampinginya.
k. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
EYD merupakan pedoman/aturan/kaidah dalam :
1. Pemakaian Huruf
1.1 Penulisan huruf kapital
1.2 Penulisan huruf miring Penulisan Kata
2. Penulisan bentuk kata dasar, kata turunan/ kata berimbuhan, kata ulang, dan gabungan kata.
3. Penulisan kata di dan ke
4. Penulisan partikel
5. Penulisan Unsur Serapan
6. Pemakaian tanda baca.
F. Status Bahasa Indonesia dan Hubungannya Dengan Ragam Bahasa Indonesia
1. Akar Bahasa Indonesia

2. Bahasa Indonesia Diresmikan
Nasional sejak munculnya gerakan kebangkitan nasional pada awal abad XX
Persatuan sejak 28 Oktober 1928 yaitu diikrarkannya Sumpah Pemuda yang
menyatakan menjunjung tinggi bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia
Negara sejak dicantumkannya dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 36 yang
menyatakan bahwa bahasa negara ialah bahasa Indonesia

3. Kedudukan Dan Fungsi Bahasa Indonesia
Bahasa Nasional
Fungsi bahasa Indonesia yaitu
1. Lambang kebanggaan kebangsaan
dijadikan sebagai media yang membuat semua elemen (keragaman) masyarakat bersatu.
2. Lambang Identitas Nasional
mewakili jati diri bangsa Indonesia.
3. Alat perhubungan
sebagai alat komunikasi antar suku yang memiliki bahasa yang berbeda-beda
4. Alat pemersatu bangsa
mencerminkan nilai-nilai luhur yang mendasari perilaku bangsa Indonesia.

Bahasa Negara
1. Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan.
untuk upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun
tulisan. (dimulai dari digunakannya dalam naskah proklamasi)
2. Bahasa Indonesia sebagai alat pengantar dalam dunia pendidikan.
materi pelajaran yang berbentuk media cetak juga harus berbahasa Indonesia. Hal tersebut
membantu dalam meningkatkan perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu
pengetahuan dan teknolologi (iptek)
3. Bahasa Indonesia sebagai penghubung pada tingkat Nasional untuk kepentingan perencanaan
dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah.
dilakukan penyeragaman sistem administrasi dan mutu media komunikasi massa.
Tujuannya agar isi atau pesan yang disampaikan dapat dengan cepat dan tepat diterima
oleh masyarakat.
4. Bahasa Indonesia Sebagai pengembangan kebudayaan Nasional, Ilmu dan Teknologi.
Penyebaran ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan melalui media cetak yang
menggunakan bahasa Indonesia.

4. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Daerah
a. Dalam kaitanya dengan bahasa Indonesia
(1) Sebagai pendukung bahasa nasional
Bahasa Melayu
Lingua franca
Sistem sederhana
Diterima sukarela
Memiliki kesanggupan menjadi bahasa kebudayaan

(2) Bahasa pengantar di sekolah dasar di daerah tertentu pada tingkat permulaan untuk
memperlancar pengajaran bahasa Indonesia dan mata pelajaran lainnya
(3) Alat pengembang dan pendukung kebudayaan daerah.
b. Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah sendiri
(1) Sebagai lambang kebanggaan daerah
(2) Lambang identitas daerah
(3) Alat penghubung di dalam keluarga dan masyarakat daerah

5. Bahasa Asing
Bahasa asing ini memiliki fungsinya sendiri yaitu sebagai alat perhubungan antarbangsa, alat
pembantu pengembangan bahasa Indonesia menjadi bahasa modern, dan alat pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern untuk pembangunan.

6. Ragam Bahasa Berdasarkan Media
Lisan Tulisan
(1) menghendaki orang ke dua sebagai lawan
bicara,
(1) tidak mengharuskan adanya teman bicara,
(2) unsur gramatikal tidak selalu dinyatakan dan
kadang-kadang dapat ditinggalkan,
(2) unsur-unsur fungsi gramatikal harus nyata,
lebih terang, dan lengkap,
(3) sangat terikat dengan kondisi, situasi, ruang,
dan waktu,
(3) tidak terikat oleh situasi,kondisi, ruang, dan
waktu,
(4) dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan
panjang pendeknya suara
(4) dilengkapi dengan tanda baca.

7. Ragam Bahasa Berdasarkan Bentuk Pemakaiannya
Ragam Bahasa
a. Bentuk Pemakaian
i. Baku
1. (1) memiliki kemantapan kaidah bahasa,
2. (2) digunakan pada tempat-tempat resmi atau pemakainya orang-orang
terpelajar
3. (3) ragamnya bersifat seragam karena merupakan hasil dari proses
penyeragaman bahasa.
ii. Tidak Baku
1. tidak memiliki kemantapan kaidah berbahasa atau dapat dikatakan tidak
sesuai dengan kaidah berbahasa,
b. Pesan Komunikasi
i. Ragam Ilmiah, menekankan pada kelugasan, ketepatan, dan kebakuan.
ii. Ragam Jurnalistik, bersifat lugas, hemat kata, dan menarik
iii. Ragam Sastra, lebih menekankan pada segi keindahan
iv. Ragam Militer, sangat menekankan pada ketegasan

G. Ragam Bahasa Ilmiah
Bahasa Indonesia ragam ilmiah adalah ragam bahasa yang digunakan untuk melaporkan atau
mengomunikasikan hasil kegiatan ilmiah yang dilakukan dalam suatu penelitian ilmiah .
1. Ciri-Ciri Bahasa Ilmiah
Bersifat lugas
Mengatakan secara langsung hal yang ingin diutarakan. Tidak berbelit-belit atau bertele-tele,
dan tidak menggunakan kalimat berbunga-bunga.
Mematuhi kaidah-kaidah gramatika
kalimat-kalimat dan paragraf-paragrafnya sesuai dengan kaidah-kaidah tata bahasa
Efektivitas kalimat-kalimatnya terpenuhi
pesan-pesan yang dikandung kalimat-kalimat itu dapat diterima pembaca persis seperti yang
diinginkan penulis
Kosakata yang digunakan baku dan berupa istilah sesuai bidang keilmuan.
kosakata baku, dan juga sesuai dengan kaidah pemilihan kata (diksi); dan istilah- istilah yang
digunakan sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni
Kalimatnya bebas dari ketaksaan (ambiguitas)
kalimat-kalimat atau paragraf-paragrafnya tidak menimbulkan tafsiran ganda
Bebas dari makna kias dan figura bahasa
kata-kata atau kalimat-kalimat yang digunakan harus bermakna lugas. Misalnya, kata buaya
dalam buaya darat adalah bermakna kias; tetapi dalam ucapan buaya yang ada di darat tidak
bermakna kias, melainkan bermakna sebenarnya, yang disebut makna leksikal
Mematuhi persyaratan penalaran
secara semantik kalimat-kalimat bersifat lugas dan dapat diterima oleh akal sehat.
Menerapkan kaidah ejaan yang berlaku
Mematuhi atau menerapkan kaidah-kaidah ejaan yang berlaku ( Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan atau EYD)
(Chaer, 2011: 4)

2. Karangan Ilmiah
1. Pengertian
Karangan yang ditulis berdasarkan kenyataan ilmiah yang diperoleh dari berbagai penyelidikan baik
penyelidikan pustaka, laboratorium, atau lapangan.
(Sastrohutomo dalam Widyamartaya dan Sudiati, 2000)
2. Komponen dalam karangan ilmiah
a. Masalah yang menjadi topik karangan ilmiah
b. Tujuan penelitian atau penulisan,
c. Metode penelitian yang digunakan,
d. Teori yang dianut,
e. Objek penelitian,
f. Instrumen yang digunakan, dan
g. Hasil penelitian yang diperoleh.
3. Karangan ilmiah berdasarkan bobot
o Karya tulis : karangan ilmiah yang dibuat oleh para siswa sekolah menengah sebagai tugas
akhir; isinya mengenai salah satu segi dari salah satu pelajaran
o Makalah : karangan ilmiah yang cukup sederhana. Biasanya dibuat untuk disajikan pada suatu
seminar ataupertemuan ilmiah lainnya; tebalnya hanya beberapa halaman
saja.Skripsi : karangan ilmiah yang disusun sebagai tugas akhir dalam pendidikan
Strata Satu (S-1). Isinya lebih ditekankan pada substansi atau salah satu aspek
dari bidang kajian yang ditekuni.
o Tesis : karangan ilmiah yang disusun sebagai tugas akhir dalam pendidikan Strata Dua (S-2).
Isinya ditekankan pada pengembangan dan pendalaman substansi bidang ilmu yang
ditekuni.
o Disertasi : karangan ilmiah yang disusun sebagai tugas akhir dalam jenjang pendidikan Strata
Tiga (S-3). Isinya lebih ditekankan pada aspek filosofis bidang ilmu yang
ditekuni.
4. Syarat lain dalam menulis karangan ilmiah
memiliki pengetahuan mengenai aspek-aspek kebahasaan seperti kosakata, tata bahasa, sintaksis,
dan gaya bahasa
menguasai topik bahasan serta kerangka acuan atau prinsip ilmiah dengan baik dari topik dan
bidang yang akan ditulis
memiliki kemampuan penalaran yang baik untuk menganalisis dan memecahkan masalah
menguasai dan menerapkan metode dan teknik pengumpulan dan pengolahan data yang tepat
menguasai dan menggunakan konvensi pernaskahan yang berlaku

H. Bentuk Dan Makna Kata
1. Satuan Bentuk Bahasa


2. Pengertian Kata
Kata adalah satuan ujaran (bahasa) terkecil yang secara inheren memiliki sebuah makna yang
disebut makna leksikal, makna denotasi, makna apa adanya atau makna lugas.
Fungsi kata dalam kalimat adalah sebagai subjek, objek, predikat, dan keterangan.

3. PROSES PEMBENTUKAN KATA
a. Kata dasar
b. Dibentuk dari kata dasar:
(1) Afiksasi/ imbuhan: tulisan = tulis +an
Prefiks: di, ke, ter, me, per, se, per
Infiks : el, em, er
Sufiks: an, kan, i
Konfiks: me-i, me-kan, di-kan, dst.
(2) Reduplikasi/ pengulangan: meja-meja, abu-abu.
(3) Komposisi/ pemajemukan: rumah singgah, rumah sakit, kamar mandi, dan kamar ganti.
(4) Pemendekan (singkatan & akronim): UUD, DPR, ABRI, tilang, posyandu.

4. Kelas Kata
a. Verba (kata kerja)
b. (2) Adjektiva (kata sifat)
c. Nomina (kata benda)
FONEM
MORFEM
KATA
FRASA
KALIMAT
PARAGRAF
KARANGAN
d. Adverbial (kata keterangan): sedang, pernah, hanya, sering, lebih, sangat, dll.
e. Pronominal (kata ganti)
f. Numeralia (kata bilangan)
g. Kata Tugas
1) Preposisi (kata depan) : di, ke, dari, kepada, dll
2) Konjungsi (kata hubung) : dan, atau, karena, dll
3) Artikula (kata sandang) : si, sang
4) Interjeksi (kata seru): wah, aduh, alhamdulillah, dst
5) Kata tanya : apa, siapa, mengapa, bagaimana, mana, kapan, berapa, dll.
6) Partikel : pun, kah, lah, dll.
7) Kata penyangkal : tidak, bukan, tanpa, dll.

5. Jenis Makna
a. Makna leksikal, gramatikal, kontekstual
LEKSIKAL: Makna yang ada dalam kamus
Contoh: Kursi, tulis, makan, dokter.
GRAMATIKAL: makna setelah mengalami proses pembentukan kata
Contoh: Me + tulis = menulis
KONTEKSTUAL: makna dalam suatu konteks.
Contoh: tiga kali empat berapa?
b. Makna referensial dan Nonreferensial
c. Makna denotatif dan konotatif
Makna denotatif makna mengandung arti sebenarnya.
Makna konotatif nilai rasa atau makna kiasan atau diartikan makna yang cenderung lain
dengan benda nyata.
d. Makna konseptual dan asososiatif
e. Makna kata populer dan istilah
Makna kata populer: bersifat umum
Makna istilah: digunakan dalam bidang khusus
f. Makna idiom dan peribahasa

6. Relasi Makna
a. Sinonim (wanita = perempuan)
b. Antonim (laki-laki X wanita)
c. Homonim (bisa =racun, bisa =dapat)
d. Homograf (apel)
e. Homofon (bang - bank)
f. Polisemi (kepala, mata)
g. Hipernim/superordinat/ kata umum (hewan)
h. Hiponim/subordinat/kata khusus (ayam)
i. Ambiguitas (makna ganda)

7. Perubahan Makna
1. Ameliorasi (penghalusan makna) :tunarungu
2. Peyorasi (kasar) : tuli
3. Meluas: anak, saudara
4. Menyempit : sarjana, madrasah
5. Asosiasi : amplop, merah
6. Sinestesia : kata-katanya hambar, pedas

I. Konjungsi dan Preposisi
1. Konjungsi Koordinatif
Makna menandai hubungan:
- penambahan (dan)
- pendampingan (serta)
- pemilihan (atau)
- perlawanan (tetapi, melainkan)
- pertentangan (padahal, sedangkan)
Contoh lazim dalam karya ilmiah: tetapi, melainkan, sebaliknya, sedangkan, atau, bahkan, dan,
serta, lagi pula, kemudian, lalu
Contoh tidak lazim dalam karya ilmiah: lagi, lantas, malah, malahan, tapi, tambahan lagi,
tambahan pula
2. Konjungsi Koorelatif
adalah konjungsi yang menghubungkan dua buah kata, dua buah frasa, atau dua buah klausa yang
memiliki status yang sama.
Contoh: baik maupun, tidak hanya tetapi juga, bukan hanya melainkan juga, demikian
sehingga, sedemikian rupa sehingga, apakah atau, entah ... entah, jangankan pun
3. Konjungsi Subordinatif
o sejak, semenjak, sedari, sewaktu, ketika, tatkala, sementara, begitu, seraya, selagi, slama, serta,
sambil, demi, setelah, sesudah, sebelum, sehabis, selesai, seusai, hingga, sampai (waktu)
o jika, kalau, jikalau, asalkan, bila, manakala (syarat)
o andaikan, seandainya, umpamanya, sekiranya (pengandaian)
o agar, supaya, biar (tujuan)
o biarpun, meski, meskipun (konsesif)
o seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana, ibarat, daripada, alih-alih
(pembandingan)
o sebab, karena, oleh karena, oleh sebab (sebab)
o sehingga, sampai, sampai-sampai, maka, makanya (hubungan hasil)
o dengan, tanpa (alat)
o dengan, tanpa (cara)
o bahwa (komplementasi)
o yang (atributif)
o sama dengan, lebih dari, lebih daripada (perbandingan)
o Contoh lazim dalam karya ilmiah:
agar, akibat, apabila, bila, asal, bahwa, berhubung, karena, sebab, bilamana, di samping, selain,
hingga, jika, kecuali, ketika, tatkala, meskipun, sekalipun, senadainya, sebelum, sehingga, sejak,
semenjak, selama, sesudah, setelah, setiap kali, supaya, tempat, untuk, yang, sampai
4. Konjungsi Antarkalimat
Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang menghubungkan kalimat dengaan kalimat (bukan
klausa dengan klausa). Berdasarkan makna penghubungan dapat dibedakan adanya konjungsi
yang menghubungkan menyatakan (1) kesimpulan, (2) pertentangan, (3) penambahan, (4)
urutan, dan (5) penegasan.
o biarpun demikian , biarpun begitu, sekalipun demikian, sekalipun begitu, walaupun demikian,
walaupun begitu, meskipun demikian, meskipun begitu, sungguhpun demikian, sungguhpun begitu,
kemudian, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya, tambahan pula, lagi pula, selain itu, sebaliknya,
sesungguhnya, bahwasanya, malahan, malah, bahkan, akan tetapi, namun, kecuali itu, dengan
demikian, oleh karena itu, oleh sebab itu, sebelum itu
5. Kata Depan (Preposisi)
6. Macam-macam bentuk preposisi:
Bentuk dasar: akan, antara, bagi, buat, dari, demi, dengan, di, hingga, ke, kecuali, lepas, lewat,
oleh, pada, per, peri, sampai, sejak, semenjak, seperti, serta, tanpa, tentang, untuk
Bentuk berimbuhan: bersama, beserta, menjelang, menuju, menurut, seantero, sekeliling, sekitar
selama, sepanjang, seputar, seluruh, terhadap, mengenai, melalui
Bentuk majemuk: oleh karena, oleh sebab, sampai ke, sampai dengan, selain dari, daripada,
kepada;
Bentuk berkorelasi: antara dan, dari hingga, d ari sampai, dari sampai dengan, dari
ke, dari hingga, mulai hingga
7. Makna preposisi sebagai penanda hubungan dalam frase
o Tempat (di, ke, dari , hingga, sampai, antara, pada)
o Peruntukan (bagi, untuk, buat, guna)
o sebab (karena, sebab, lantaran )
o Dengan, sambil, beserta, bersama (cara atau kesertaan)
o Oleh (pelaku)
o Pada, hingga, sampai, sejak, semenjak, menjelang (waktu)
o Tentang , mengenai (ihwal peristiwa)
o Dari (milik)

Anda mungkin juga menyukai