Anda di halaman 1dari 1

JAKARTA, KOMPAS.

com - Nilai tukar rupiah mencoba untuk mempertahankan posisinya dari


tekanan eksternal, Rabu (22/10/2014). Euforia politik, khususnya komposisi kabinet Joko
Widodo-Jusuf Kalla, diharapkan masih menopang pertahanan rupiah dalam jangka pendek.
Dari eksternal, langkah Bank Sentral Eropa (ECB) untuk terus melakukan pembelian obligasi
menekan posisi euro. Indeks dollar AS kembali naik walaupun tidak ada data ekonomi AS yang
diumumkan. Imbal hasil US Treasury 10 tahun perlahan naik hingga 2,2 persen hingga dini hari
tadi.
Hari ini ditunggu data infasi AS yang diperkirakan melambat. Rupiah kembali menguat hingga
Selasa (21/10/2014) sore bersama mata uang lain di Asia. Rupiah yang akhirnya ditutup di Rp
12.001 per dollar S sempat bertahan beberapa saat di Rp 11,900-an per dollar AS.
"Ruang penguatan rupiah masih ada. Investor masih menunggu nama kabinet Presiden Jokowi
minggu ini," demikian tulis riset Samuel Sekuritas Indonesia pagi ini. (Sumber: Kompas.com)
Dari berita diatas diketahui bahwa rupiah sudah sangat anjlok dan tentu saja ini menyusahkan
banyak pihak bukan hanya perusahaan tapi pihak individu juga merasa dirugakan bukan hanya
karena tingkat infasi yang semakin tinggi tetapi juga karena betapa susahnya jika kita ingin
membeli sesuatu langsung dari luar negeri, mungkin anjloknya nilai rupiah juga disebabkan
adanya kegiatan ekspor impor yang tidak berimbang dari sini kita bisa berharap kepada
presiden baru kita semoga dengan masa pemerintahannya dia bisa membuat nilai rupiah
semakin teratur sehingga tingkat infasi tidak terlalu cepat untuk naik, semoga saja Ruang
penguatan Rupiah tersebut benar benar ada.

Anda mungkin juga menyukai