Anda di halaman 1dari 6

Hampir semua tanaman darat melewati fase dormansi pada sebagian tahap dalam

siklus- kehidupan. Biasanya fase dormansi bersamaan dengan sebuah periode kondisi-kondisi
iklim yang tidak menguntungkan, baik dari temperature tinggi dan kering. Jadi, dormansi adalah
sebuah fase tipikal yang memperlihatkan adaptasi khusus terhadap kondisi-kondisi lingkungan
yang berlawanan (Wilkins, 1696).
Dormansi merupakan fase istirahat dari suatu organ tanaman yang mempunyai potensi
untuk tumbuh aktif, karena mempunyai jaringan meristem. Pada fase ini pertumbuhan organ
tersebut hanya terhenti sementara. Perhentian sementara ini hanya dinilai secara visual. Jadi
mungkin saja pada organ tersebut masih berlangsung proses akumulasi senyawa senyawa
tertentu. Dan pada pematahan dormansi dapat diganti oleh zat kimia seperti KNO3, thiorea dan
asam giberalin. Pada kenyataannya, pada organ secara visual disebut dormansi, sesungguhnya
masih berlangsung perubahan perubahan biokimia dan struktur mikroskopiknya ( Pandey and
Sinha, 1992).
Beberapa jenis biji tanaman memerlukan masa istirahat sesudah panen. After ripening
period ini menunjukkan adanya perubahan biokimia dan fisiologis dalam biji yang lambat
sebelum tumbuh menjadi tanaman. Perubahan perubahan ini mungkin mencakup
pembebasan hormone, absorpsi air, difusi oksigen ke dalam biji, difusi CO2 keluar dari biji, dan
sebagainya ( Salisbury and Ross, 1995 ).
Dormansi dapat dibedakan menjadi endodormansi, paradormansi, dan ekodormansi.
Endodormansi adalah dormansi dimana reaksi awal yang menyebabkan pengendalian
pertumbuhan berasal dari sinyal endogen atau langsung lingkungan yan langsung diterima oleh
organ itu sendiri. Paradormansi adalah dormansi dimana reaksi awal yang mengendalikan
pertumbuhan berasal dari ( atau pertama diterima oleh ) organ selain organ yang mengalami
dormansi. Sedangkan ekodormansi adalah dormansi yang disebabkan oleh satu atau lebih
faktor lingkungan yang tidak sesuai dengan metabolisme yang mengakibatkan terhentinya
pertumbuhan ( Lakitan, 1996 ).
Dormansi diklasifikasikan menjadi bermacam-macam kategori berdasarkan faktor
penyebab, mekanisme dan bentuknya.
a. Berdasarkan faktor penyebab dormansi
Imposed dormancy (quiscence): terhalangnya pertumbuhan aktif karena keadaan lingkungan
yang tidak menguntungkan
Imnate dormancy (rest): dormancy yang disebabkan oleh keadaan atau kondisi di dalam
organ-organ biji itu sendiri
b. Berdasarkan mekanisme dormansi di dalam biji
Mekanisme fisik
Merupakan dormansi yang mekanisme penghambatannya disebabkan oleh organ biji itu
sendiri; terbagi menjadi:
- mekanis : embrio tidak berkembang karena dibatasi secara fisik
- fisik: penyerapan air terganggu karena kulit biji yang impermeabel
- kimia: bagian biji/buah mengandung zat kimia penghambat

Mekanisme fisiologis merupakan dormansi yang disebabkan oleh terjadinya hambatan
dalam proses fisiologis; terbagi menjadi:
photodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh keberadaan cahaya
- immature embryo: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh kondisi embrio yang
tidak/belum matang
- thermodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh suhu
Dormansi dapat diatasi dengan perlakuan perlakuan ; pemarutan atau penggoresan
(skarifikasi) yaitu dengan cara menghaluskan kulit benih ataupun menggores kulit benih agar
dapat dilalui air dan udara ; melemaskan kulit benih dari sifat kerasnya ; memasukkan benih ke
dalam botol yang disumbat dan secara periodik mengguncang guncangnya ; stratifikasi
terhadap benih dengan suhu rendah ataupun suhu tinggi ; perubahan suhu ; dann zat kimia.
(Kartasapoetra, 2003).
c. Berdasarkan bentuk dormansi Kulit biji impermeabel terhadap air/O2
Embrio belum masak (immature embryo).
Biji membutuhkan pemasakan pascapanen (afterripening) dalam
penyimpanan kering
Biji membutuhkan suhu rendah
Ciri-ciri biji yang mempunyai dormansi ini adalah:
- Jika kulit dikupas, embrio tumbuh
- Embrio mengalami dormansi yang hanya dapat dipatahkan dengan suhu rendah
- Embrio tidak dorman pada suhu rendah, namun proses perkecambahan biji masih
membutuhkan suhu yang lebih rendah lagi
- Perkecambahan terjadi tanpa pemberian suhu rendah, namun semai tumbuh kerdil
- Akar keluar pada musim semi, namun epicotyl baru keluar pada musim semi berikutnya
(setelah melampaui satu musim dingin) (Sutopo, 1998)

Biji yang membutuhkan suhu rendah dapat mengalami dormansi secara alami dengan
cara : biji dorman selama musim gugur, melampaui satu musim dingin dan baru berkecambah
pada musim semi berikutnya. Dormansi karena kebutuhan biji akan suhu rendah ini dapat
dipatahkan dengan perlakuan pemberian suhu rendah, dan dengan pemberian aerasi dan
imbibisi (Anonimous, 2007)
Salah satu faktor yang menyebabka terjadinya dormansi adalah adanya asam absisat (ABA).
Berbagai gejala dormansi yang dapat diinduksi dengan pemberian ABA yaitu, memelihara
dormansi, menghambat perkecambahan, menghambat perbungaan, pengguguran tunas,
pengguguran buah, penuaan daun, mempercepat absisi, pembentukan tunas pucuk pada
shoot, pembentukan tunas samping, mengurangi pembelahan sel, menginduksi perubahan
biokimia yang menuju pada penuaan dan absisi daun (Sasmitamihardja, 1990 : 237). Kerja dari
ABA ini bisa dihilangkan dengan adanya pemberian giberelin. Giberelin ini bekerja secara
berlawanan dengan ABA. Giberelin yang digunakan pada pengamatan ini adalah GA3. Pada
keadaan ini, kandungan GA3 dalam larutan dapat mengubah pengaruh yang disebabkan oleh
ABA sehingga dapat mencegah atau menghilangkan dormansi (Sasmitamihardja, 1990 : 243).
Salah satu efek yang ditimbulkan oleh giberelin (GA3), adalah mendorong pemanjangan sel
(Salisbury, 1995).
Dalam praktikum kali ini dilakukan pengamatan terhadap biji kelengkeng, perkecambahan
kacang hijau dan bawang putih. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa konsentrasi
larutan (ppm), lama waktu perendaman dan interaksi antara keduanya berpengaruh terhadap
perkecambahan kelengkeng. Pada konsentrasi larutan (ppm) yang rendah dan waktu
perendaman yang lebih lama dapat mempercepat perkecambahan. Hal ini ditunjukkan dengan
jumlah total pada perlakuan 3 ppm dan waktu perendaman 8 jam. Biji biasanya berkecambah
dengan segera bila diberi air dan udara yang cukup, mendapat suhu pada kisaran yang
memadai dan pada keadaan tertentu mendapat periode terang dan gelap yang sesuai (Sutopo,
1998).
Dari hasil praktikum dapat diketahui bahwa yang paling cepat mengalami
perkecambahan adalah pada kacang hijau yang diletakkan pada kapas lembab. Hal ini
dikarenakan sebagian biji mempunyai kandungan air yang relative rendah jika diairi, mereka
memerlukan pengambilan jumlah air yang besar sebrelum perkecambahan bias terjadi.
Sehingga jelas pematahan dormansi tidak mungkin dilakukan jika kacang hijau diletakkan pada
kapas kering. Sedangkan jika diletakkan dalam air terendam tidak lebih cepat berkecambahnya
daripada yang diletakkan pada kapas lembab karena berdasarkan (Wilkins, 1969).
Ketidakmampuan berkecambah dibawah air tersebut dipengaruhi oleh berkurangnya
tegangan oksigen yang larut jika dibandingkan tegangan udaranya. Sehingga biji tidak mampu
berkecambah dengan baik. Sebagian besar biji mampu berkecambah pada tegangan oksigen
dibawah tegangan udara. Namun, secara umum biji memerlukan tegangan oksigen yang lebih
tinggi untuk perkecambahan dibandingkan tanaman yang sedang tumbuh.
Sedangkan untuk yang untuk bahan yang menggunakan bawang diperoleh untuk yang
mengalami pertunasan adalah yang diletakkan pada refrigator selama 3x24 jam, kemudian yang
diletakkan pada suhu ruang dan pertunasan yang paling lambat adalah yang diletakkan pada
freezer. Hal ini sesuai dengan (Wilkins, 1969) yang menyatakan bahwa temperature yang paling
efektif untuk mengatsi dormansi tampaknya ada dalam rentangan 1-10 C, panjang periode
pendinginan yang diperlukan bervariasi dari 260-sampai lebih 1000 jam. Suhu bawang yang
dileakkan pada refrigator adalah 15 sehingga kisaran harga tersebut sesuai dengan literature.
Cara yang dipakai dengan memberi temperatur rendah pada keadaan lembab (Stratifikasi),
Karena terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang berakibat menghilangkan bahan-bahan
penghambat perkecambahan atau terjadi pembentukan bahan-bahan yang merangsang
pertumbuhan.

F. Kesimpulan
- Pada biji kelengkeng:
Pada konsentrasi larutan (ppm) yang rendah dan waktu perendaman yang lebih lama dapat
mempercepat perkecambahan.
Pada perkecambahan biji kacang hijau: dapat diketahui bahwa perkecambahan paling cepat
terjadi, ketika diletakkan pada kapas lembab.
Pada umbi bawang putih: dapat diketahui bahwa yang paling cepat mengalami pertunasan
adalah ketika diletakkan dalam refrigator.
- Dormansi dapat dapat disebabkan oleh: factor luar dan dalam. Factor dalam misalnya aktivitas
asm absisat dan gliberelin. Sedangkan factor luar adalah cahaya, ketersediaan air dsb.
- Dormansi dapat diatasi dengan perlakuan perlakuan ; pemarutan atau penggoresan (
skarifikasi ) yaitu dengan cara menghaluskan kulit benih ataupun menggores kulit benih agar
dapat dilalui air dan udara ; melemaskan kulit benih dari sifat kerasnya ; memasukkan benih ke
dalam botol yang disumbat dan secara periodik mengguncang guncangnya ; stratifikasi
terhadap benih dengan suhu rendah ataupun suhu tinggi ; perubahan suhu ; dan zat kimia.
Dalam praktikum yang mempengaruhi adalah air, suhu dan jumlah ppm air serta perendaman.
Salisbury, F.b dan Ross, C.W.1995. Fisiologi Tumbuhan jilid 1 edisi IV .ITB. Bandung.
Sutopo, L. 1998. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Wilkins, B Malcomn Alih bahasa Sutedjo Mul Mulyadi & Kartasaputro, 1969. Fisiologi Tanaman.,
Bina Aksaea: Jakarta.
Anonimous, 2007a. Dormansi (http :// elisa. ugm. ac. id/ files/ yeni wnv ratna/ 6 LAW; ASR/,
diakses tanggal 17-apr-2010).
Kartasapoetra, A. G. 2003. Teknologi Benih ( Pengolahan Benih dan Tuntuna. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta
Pandey, S. N and Sinha, B. K. 1992. Plant Physiology. Vikas Publishing House
PVT LTD. India



Macam Perlakuan Pemecahan Dormansi
Dormansi dapat diatasi dengan perlakuan perlakuan ; pemarutan atau penggoresan
(skarifikasi) yaitu dengan cara menghaluskan kulit benih ataupun menggores kulit benih agar
dapat dilalui air dan udara ; melemaskan kulit benih dari sifat kerasnya ; memasukkan benih ke
dalam botol yang disumbat dan secara periodik mengguncang guncangnya ; stratifikasi
terhadap benih dengan suhu rendah ataupun suhu tinggi ; perubahan suhu ; dann zat kimia.
(Kartasapoetra, 2003).
Pada pematahan dormansi dapat diganti oleh zat kimia seperti KNO3, thiorea dan asam
giberalin. Pada kenyataannya, pada organ secara visual disebutdormansi, sesungguhnya masih
berlangsung perubahan perubahan biokimia dan struktur mikroskopiknya.
( Pandey and Sinha, 1992).
Mengklasifikasikan dormansi atas dasar penyebab dan metode yang dibutuhkan untuk
mematahkannya.
Tipe Dormansi Metode Pematahan Dormansi
Alami Buatan
Immature embryo Pematangan secara
alami setelah biji
disebarkan
Melanjutkan proses
fisiologis pemasakan
embryo setelah biji
mencapai masa lewat-
masak (after-ripening)
Dormansi mekanis Dekomposisi bertahap
pada struktur yang
keras
Peretakan mekanis
Dormansi fisis Fluktuasi suhu Skarifikasi mekanis,
pemberian air panas
atau bahan kimia
Dormansi chemis Pencucian (leaching)
oleh air, dekomposisi
bertahap pada jaringan
buah
Menghilangkan jaringan
buah dan mencuci
bijinya dengan air
Fotodormansi Pencahayaan Pencahayaan
Thermodormansi Penempatan pada
suhu rendah di musim
dingin
Pembakaran
Pemberian suhu yang
berfluktuasi
Stratifikasi atau
pemberian perlakuan
suhu rendah
Pemberian suhu tinggi
Pemberian suhu
berfluktuasi

Hartmann .1997)
DAFTAR PUSTAKA
Bradbeer, J.W. 1989. Seed Dormancy and Germination. Chapman & Hall, New York. 146p.

Byrd, H.W. 1988. Pedoman Teknologi Benih (Terjemahan). State College. Mississipi.

Gunawan Susilowarno,dkk. Biologi SMA/MA XII. Grasindo.

Ilyas, S. dan W.T. Diarni. 2007. Persistensi dan Pematahan Dormansi Benih. Jurnal Agrista 11 (2):
92-101.

ISTA.2008

Kartasapoetra, A. G. 2003. Teknologi Benih ( Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum) . PT.
Raja Grafindo Persada. Jakarta

Pandey, S. N and Sinha, B. K. 1992. Plant Physiology. Vikas Publishing House
PVT LTD. India

Redaksi AgroMedia. 2007. Kunci Sukses Memperbanyaka Tanaman. Agromedia Pustaka.Jakarta

Salisbury, F.b dan Ross, C.W.1995. Fisiologi Tumbuhan jilid 1 edisi IV alih bahasa Luqman, RR
dan Sumaryono. Penerbit ITB. Bandung.

Sutopo, L. 1998. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Wilkins, B Malcomn Alih bahasa Sutedjo Mul Mulyadi & Kartasaputro, 1969. Fisiologi Tanaman.,
Bina Aksaea: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai