Anda di halaman 1dari 9

C. Sumber Aqidah Islam.

1. Al quran.
sebagai sumber ajaran Aqidah,al Quran mengungkapkan berbagai informasi tentang kehidupan ghaib yang
tidak mungkin diketahui oleh manusia tanpa informasi-informasi dariNya.kitab suci ini mengungkapkan
tentang wujud Alloh serta hubungannya dengan manusia sebagi ciptaaNya,serta alam raya sebagai
karunia-Nya untuk kehidupan mereka.kemudian Al quran juga mengungkapkan tentang para malaikat dan
berbagai fungsinya,kehidupan akherat berupa surga dan neraka dan proses hisab sebagai langkah
perhitungan amal untuk menentukan posisi kehidupan akherat umat manusia,apakah menjadi penghuni
surga/neraka.
2. Assunnah (hadist).
fungsi-fungsi assunnah terhadap al Quran adalah:
a. Sebagai penjelasan terhadap ayat-ayat al quran yang berbentuk mujmal;
b. Sebagai penegas terhadap pernyatan-pernyataan al Quran yang perlu memperoleh penegasan,
khususnya untuk ayat-ayat yang mengemukakan norma-norma ajaran yang sangat penting sekali dalam
keislaman seseorang seperti ayat-ayat yang mengemukakan berbagai perintah yang kemudian
direkonstruksi oelh rosululloh,sehingga menjadi rukun islam dan rukun iman.
c. Menetapkan sesuatu yang belum ditetapkan oleh Alloh dalam Al Quran.

d. Ijma'Ulama
Ijma'adalah kesepakatan para 'ulama pada satu masa tertentu setelah Rosululloh wafat,tentang suatu
masalah tertentu.

artinya: dari anas bin malik r.a. dia berkata, bahwa Rosululloh bersabda,umatku tidak akan melakukan
sesuatu kesepakatan untuk suatu kesesatan. " H.R. Ibnu Majah.
berdasarkan hadis inilah kemudian para ulama menetapkan bahwa kesepakatan-kesepakatan para ulama
menjadi sumber ajaran yang kuat dan mengikat.

C. ISTILAH-ISTILAH LAIN TENTANG AQIDAH

Iman, yaitu: sesuatu yang diyakini di dalam hati, diucapkan dengan lisan dan
diamalkan dengan anggota tubuh.

Tauhid, artinya: mengesakan Allah (Tauhidullah).

Ushuluddin, artinya: pokok-pokok agama

Fiqh Akbar, artinya: fiqh besar. Istilah ini muncul berdasarkan pemahaman
bahwa tafaqquh fiddin yang diperintahkan Allah dalam surat At -Taubah ayat 122,
bukan hanya masalah fiqih, tentu dan lebih utama masal ah aqidah. Dikatakah fiqh
akbar, adalah untuk membedakannya dengan fiqh dalam masalah hukum.


B. SUMBER-SUMBER AQIDAH YANG BENAR DAN MANHAJ SALAF DALAM
MENGAMBI L AQI DAH
Aqidah adalah tauqifiyah. Artinya, tidak bisa ditetapkan kecuali dengan dalil syari, tidak
ada medan ijtihad dan berpendapat di dalamnya. Karena itulah sumber -sumbernya
terbatas kepada apa yang ada di dalam al -Quran dan as-Sunnah. Sebab tidak seorangpun
yang lebih mengetahui tentang Allah, tentang apa-apa yang wajib bagiNya dan apa yang
harus disucikan dariNya melainkan Allah sendiri. Dan tidak ada seorangpun sesudah
Allah yang mengetahui tentang Allah selain Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam. Oleh
karena itu manhaj as-Salafush Shalih dan para pengikutnya dalam mengambil aqidah
terbatas pada al-Quran dan as-Sunnah (Kitab Tauhid 1, Dr. Shalih bin Fauzan bin
Abdullah al Fauzan).

DASAR-DASAR AQIDAH ISLAM
Dienul Islam adalah aqidah dan syariat. Pada pembahasan terdahulu telah disinggung secara singkat tentang
sebagian ajaran-ajaran Dinul Islam dan begitu pula pembicaraan mengenai dasar-dasarnya yang merupakan dasar
fundamen bagi syariat (ajaran-ajaran)nya.
Adapun aqidah Islam mencakup keimanan dan keyakinan kepada semua ajaran yang datang dari Allah dan Rasul-
Nya, baik berupa berita (informasi-informasi), hukum-hukum pasti (qathiy) masalah-masalah ghaib dan lain
sebagainya.
Dasar-dasar aqidah Islam adalah rukun-rukun iman yang berjumlah enam perkara, yaitu: (1) Beriman kepada Allah,
(2) Beriman kepada para malaikat, (3) Beriman kepada kitab-kitab Suci, (4) Beriman kepada para utusan Allah, (5)
Beriman kepada hari Kemudian, dan (6) Beriman kepada taqdir baik dan buruknya.


Menurut Al-Quran & Sunnah
Oleh : ust. Fakhruddin, Lc.
Buletin Al-Hujjah Vol: 04-IX/Shafar-1429H/Feb-08
Aqidah adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan keyakinan yang teguh dan pasti
tentang permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan hati diluar amal, seperti iman
pada Allah, Malaikat, Kitab-kitab, Rasul-rasul, hari akhir serta taqdir yang baik maupun
yang buruk. Masuk dalam istilah ini juga permasalahan-permasalahan cabang dari pokok di
atas.


Aqidah dengan pengertian di atas merupakan pondasi agama. ika pondasi -aqidah- yang terbangun
kokoh dan kuat, maka bangunan agama juga akan kokoh dan kuat. Namun jika pondasi yang berupa
aqidah tersebut rusak, maka bangunan agama pun tidak bisa diharapkan akan menjadi bangunan yang
kokoh dan kuat. Hanya dengan aqidah yang kokohlah kita bisa membentengi diri dari pemurtadan, baik
berupa kristenisasi, pluralisasi, liberalisasi dan lain-lain.
Ol eh karena i tu para ul ama di seti ap zaman tel ah memberi kan perhati an l ebi h
dal am masal ah i ni. Tel ah banyak ki tab-ki tab yang di tuli s ol eh mereka
menjel askan aqi dah yang benar sekal i gus membel a dan membersi hkannya dari
aqi dah yang bati l . Contohnya: Kitabus Sunnah karya Imam Amad, ki tabSyarhus
Sunnah karya Imam al -Muzani as-Syafi i , Kitabus Sunnah karya Imam al -Khal l al ,
ki tab Maqal aatul Isl amiyyinkarya Abul Hasan al -Asyari , ki tab al-Itiqad Wal
Hidayahkarya Imam al -Bai haqi as-Syafi i dan l ai n-l ai n.
Aqi dah yang kuat adal ah aqi dah yang bersumber dari sumber yang benar,
sehi ngga terbangunl ah pri nsi p-pri nsi p dasar yang kokoh, ti dak mudah goyah
ol eh syubhat (kerancuan pemi ki ran) yang di hembuskan musuh-musuh Isl am dan
para antek-anteknya.
Adapun sumber dan pri nsi p dasar aqi dah yang di sepakati ol eh para sahabat dan
orang-orang yang mengi kuti mereka dengan bai k yang sel anjutnya ki ta sebut
sebagai Ahlus Sunnah Wal Jamaah adal ah sebagai beri kut:
Sumber pengambi l an Aqi dah Ahl us Sunnah Wal Jamaah adal ah al -Qur-an dan
as-Sunnah. Karena aqi dah adal ah sebuah keyaki nan yang pasti ti dak bercampur
dengan keraguan sedi ki tpun dan berhubungan erat dengan perkara yang ghai b,
sehi ngga satu-satunya sumber dan jal an untuk mengetahui aqi dah tersebut
adal ah dari al -Qur-an dan as-Sunnah. All ah Uberfi rman (arti nya): Katakanl ah:
Ti dak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang
ghaib, kecuali Allah. (QS. An-Naml : 65).
All ah tel ah menurunkan al -Qur-an dan mengutus para Rasul untuk menjel askan
semua hal yang waji b di yaki ni ol eh manusi a, dan penjel asan tersebut tentu saja
bersumber dari sunnah bel i au. Al l ah U berfi rman menerangkan kedudukan
sunnah Rasul -Nya:


Dan Kami turunkan kepadamu al -Qur-an, agar kamu menerangkan pada umat
manusi a apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka
memiki rkan. (QS. An-Nahl : 44).
Rasul ul l ah r juga bersabda:


Ketahuilah sesungguhnya aku telah di berikan al -Qur-an dan yang semisal
dengannya (as-Sunnah). (HR. Abu Dawud, at-Ti rmi dzi , Haki m dan bel i au
menshahi hkannya serta di ri wayatkan juga ol eh Imam Ahmad dengan sanad yang
shahi h sebagai mana yang di sebutkan ol eh al -Al bani dal am ki tab al-Hadits
Hujjatun Binafsihi ).
Rasul ul l ah r juga bersabda:
Aku tinggalkan di tengah-tengah kalian dua perkara, kali an tidak akan tersesat
selama berpegang pada keduanya: Kitabullah dan Sunnah Nabi -Nya. (HR. Mal i k
dan Haki m yang di hasankan ol eh Syai kh al -Al bani dal am Ki tab Misykatul
Mashabih).
Ol eh karena i tu sudah menjadi kewaji ban bagi seorang musl im untuk meneri ma
seti ap apa yang datang dari al -Qur-an dan Sunnah Rasul ullah r serta menol ak
apa yang di tol ak ol eh al -Qur-an dan Sunnah Rasul ull ah r. All ah U berfi rman
(arti nya):
Dan ti daklah patut bagi laki -laki yang mukmin dan tidak (pul a) bagi perempuan
yang mukminah, apabila All ah dan Rasul -Nya telah menetapkan suatu
ketetapan, akan ada bagi mereka pil ihan (yang lain) tentang urusan mereka.
Dan barangsiapa mendurhakai All ah dan Rasul -Nya maka sungguhlah dia tel ah
sesat, sesat yang nyata. (QS. Al -Ahzab: 36).
Imam Syafi i dal am ki tab ar-Risalah (hal . 110) berkata: Ti dak ada suatu
permasal ahanpun yang di hadapi ol eh seseorang yang mengi kuti agama Al l ah,
mel ai nkan jawabannya ada dal am Ki tabull ah, sebagai jal an dan petunjuk.
Bel i au juga berkata (hal . 155): Al l ah tel ah mewaji bkan manusi a mengi kuti
Wahyu-Nya dan sunnah-sunnah Rasul -Nya.
Ini l ah yang di yaki ni ol eh para sahabat dan para i mam kaum musl i mi n. Mereka
semua sel al u mengedepankan fi rman All ah dan Sabda Rasul -Nya, sebagai
bentuk pengamal an dari fi rman Al l ah:


Hai orang-orang yang beri man, janganl ah kamu mendahului Allah dan Rasul -
Nya. (QS. Al -Hujurat: 1).
Abdul l ah bi n Umar pernah berkata pada seseorang yang bertanya kepadanya
dan membantah dengan pendapat Umar bi n Khaththab (ayah bel i au): Apakah
peri ntah Rasul ull ah rl ebi h berhak dii kuti atau peri ntah ayah saya?
(Di ri wayatkan ol eh Imam at-Ti rmi dzi dalam ki tab Sunan bel i au).
Ibnu Abbas juga pernah berkata kepada orang yang membenturkan sabda
Rasul ul l ah r dengan ucapan Abu Bakr dan Umar radhiall ahuanhuma: Hampi r
saja kal i an terti mpa batu dari l angi t, aku membawakan sabda Rasul ull ah r kal i an
(mal ah) membantahnya (dengan ucapan): Abu Bakr berkata dan Umar
berkata. (Di ri wayatkan ol eh Abdur Razzaq dal amMushannaf bel i au).
Begi ni l ah si kap para sahabat secara umum, mereka sel al u mengedepankan nash
al -Qur-an dan Sunnah (hadi ts) Rasul ull ah r wal aupun bertentangan dengan orang
yang pal i ng mereka hormati sekal i pun. Si kap i nil ah yang di contohkan ol eh para
Imam -madzhab-
Imam Abu Hani fah rahimahull ah pernah berkata: Apabi l a saya mengutarakan
satu pendapat yang bertentangan dengan Ki tabull ah dan Sunnah Rasul ul l ah r,
maka ti nggal kanl ah perkataan saya. (Di ri wayatkan ol eh al -Fil ani dal am
ki tabIiqazh Himam).
Imam Mal i k rahimahullah berkata: Saya i ni hanya seorang manusi a, bi sa sal ah
dan bi sa benar, maka tel i til ah pendapatku. Seti ap pendapatku yang sesuai
dengan al -Qur-an as-Sunnah ambi ll ah, dan seti ap pendapatku yang ti dak sesuai
dengan al -Qur-an dan as-Sunnah ti nggal kanl ah. (Di ri wayatkan ol eh Ibnu Abdil
Barr dal am ki tab Jaamiul ilm wa fadhlihi ).
Imam as-Syafi i rahi mahullah berkata: Kaum musl i mi n tel ah sepakat (i jma)
bahwa barangsi apa yang mengetahui dengan jel as suatu Sunnah dari
Rasul ul l ah r, maka ti dak hal al bagi nya meni nggal kan Sunnah tersebut karena
perkataan (pendapat) orang. (Di ri wayatkan al -Fil ani dal am ki tab Iiqazh
Himam).
Imam Ahmad rahi mahullah berkata: Barangsi apa yang menol ak hadi ts
Rasul ul l ah r maka i a berada di ujung jurang kehancuran. (Di ri wayatkan oeh
Ibnul Jauzi dal am ki tabManaqibul Imam Ahmad).
Dasar dal am memahami al -Qur-an dan as-Sunnah (hadi ts) adal ah nash-nash
(ayat maupun hadi ts) yang sal i ng menjel askan antara satu dan l ai nnya serta
pemahaman para sal af yai tu sahabat Rasul ull ah r dan para i mam yang mengi kuti
mereka dengan bai k.
Sudah jel as bahwasanya hanya Al l ah dan Rasul -Nya l ah yang pal i ng tahu
maksud dan makna ayat maupun hadi ts ol eh karena i tu sebai k-bai k penjel asan
adal ah penjel asan dari Al l ah dan Rasul -Nya, dari ayat dan hadi ts yang sal i ng
menjel askan.
Imam as-Syafi i rahi mahullah berkata: Aku beri man pada All ah dan apa yang
datang dari All ah sesuai dengan apa yang di i ngi nkan-Nya serta aku beri man
pada Rasul ul l ah r dan apa yang datang dari nya sesuai dengan apa yang
di maksudkan ol eh Rasul ull ah r (Majmu fatawa).
Kemudi an setel ah All ah dan Rasul -Nya, tentunya yang pal i ng tahu tentang
makna dan maksud hadi ts adal ah para sahabat yang l angsung berada di bawah
bi mbi ngan Rasul ull ah r. Mereka para sahabat adal ah orang-orang yang tel ah
di ri dhai ol eh Al l ah dal am fi rman-Nya (arti nya):
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari
gol ongan muhaji rin dan anshar dan orang-orang yang mengi kuti mereka dengan
baik, All ah ri dha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan All ah
menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengali r sungai -sungai di dal amnya
selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang
besar. (QS. At-Taubah: 100).
All ah juga menjel asl kan ci ri orang yang mendapat hi dayah adal ah orang-orang
yang mengi mani apa yang para sahabat i mani , Al l ah berfi rman:




Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya,
sungguh mereka tel ah mendapat petunjuk. (QS. Al -Baqarah: 137).
Rasul ul l ah r dengan jel as menyi fatkan orang yang sel amat adal ah orang yang
mengi kuti thariqah (jal an) atau manhaj (metode) para sahabat dal am
memahami ayat dan hadi ts Rasul ull ah r
Rasul ul l ah r bersabda (arti nya): Dan ummatku akan terpecah bel ah menjadi
tujuh puluh mill ah, semuanya masuk dalam neraka, kecuali satu millah saja.
Para sahabat bertanya: siapakah yang diatas millah tersebut wahai Rasulul lah?
Rasulul lah menjawab: mereka yang berada di atas aku dan para
sahabatkuberada. (Hadi ts Shahi h ri wayat Imam at-Ti rmi dzi ).
Mungki n akan ada yang bertanya, para sahabat juga banyak yang bersel i si h
pendapat. Pendapat atau pemahaman si apakah di antara mereka yang akan ki ta
pil i h?
Para sahabat ti dakl ah bersel i si h dal am masal ah ushul (pokok) yang pri nsi p.
Persel i si han mereka terjadi pada masal ah furu (cabang) dan masal ah si kap
yang bersi fat amal i yyah. Hadi ts Rasul ull ah r di atas juga ti dakl ah menyatakan
bahwa ki ta di persi l ahkan memi li h sahabat mana saja yang bol eh ki ta i kuti ,
namun menegaskan sebuah metode yang bersumber dari Rasul ull ah r yang
di ajarkan pada para sahabat kemudi an mereka sepakat berjal an di atasnya.
Adapun persel i si han dan kesal ahan yang terjadi pada sebagi an mereka yang
bersi fatfuruiyyah (cabang) dan amaliyyah terjadi karena kesal ahan i jti had. Jadi
yang ki ta i kuti adal ah metode (manhaj) yang di sepakati tersebut.
Akal yang sehat ti dak akan bertentangan dengan ayat atau hadi t s yang shahi h.
Ji ka ada yang menyangka adanya pertentangan, maka waji b mengedepankan
ayat dan hadi ts Rasul ull ah r.
Fi rman Al l ah dan hadi ts Rasul ull ah r adal ah nash yang mengandung syari at yang
sempurna, cocok di terapkan di setap zaman dan tempat sedang akal manusi a
hanyal ah makhl uk yang penuh kekurangan dan mempunyai jangkaun terbatas.
Sangat ti dak adi l sesuatu yang penuh kekurangan dan mempunyai jangkauan
tebatas l ebi h di dahul ukan dari pada fi rman Al l ah yang mul i a dan hadi ts
Rasul ul l ah r yang suci . Padahal Al l ah tel ah beri frman (arti nya): Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul -Nya. (QS. Al -
Hujurat: 1).
Imam as-Syafi i rahi mahullah berkata: Sebagaimana penglihatan mata terbatas
begitu juga jangkauan akal . (Ki tabAadabusy Syafi i ).
Imam Ibnu Abdi l Izz al -Hanafi rahimahullah berkata: Syari at ti dak datang
membawa sesuatu yang danggap mustahil ol eh akal , tetapi i a kadang membawa
sesuatu yang membi ngungkan akal . (Ki tab Syarhul aqidah at-Thahawiyyah).
Bi sa jadi menurut seseorang suatu ayat atau hadi ts tertentu bertentangan
dengan akal nya, namun menurut orang l ai n yang di karuni ai ketajaman berfi ki r
l ebi h, ti dak merasakan adanya pertentangan tersebut. Ketajaman akal fi ki ran
manusi a ti dakl ah sama, sehi ngga ti dak semua orang dapat menal ari sesuatu
dengan bai k.
Kesi mpul annya, orang yang sel al u mengedepankan akal dari pada nash al -Qur-
an dan hadi ts adal ah orang yang sombong, takabbur dengan di ri nya sendi ri ,
menganggap akal nya mampu menal ari segal a sesuatu dan ti dak mau mengakui
kel emahan di ri dan akal nya. Wall ahu taal a alam.










Dasar-dasar Akidah Islam
Dasar dari akidah Islam adalah al-Quran dan Hadits. Al-Quran dan Hadits/Sunnah Rasul
merupakan dua perkara yang diwariskan kepada umat Islam oleh Nabi Muhamad SAW, untuk
dijadikan pedoman hidup umat Islam dalam kehidupan sehari-hari, dalam segala tingkah laku dan
perbuatan.
Adapun penjelasan dari masing-masing dasar aqidah Islam tersebut adalah sebagai berikut;
1. Al-Quran
Al-Qur'an adalah firman Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui
perantara Malaikat Jibril. Al-Quran merupakan dasar pokok akidah Islam yang paling utama. Al-
Quran menjelaskan tentang segala hal yang ada di alam semesta ini, dari yang jelas sampai hal
yang ghaib termasuk masalah-masalah yang berkaitan dengan ajaran pokok tentang keyakinan dan
keimanan. Sedangkan dasar-dasar akidah yang harus diimani oleh setiap muslim di antaranya QS
an-Nisa/4 : 136


Artinya :
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada kitab
yang Allah turunkan kepada rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barang siapa
yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian,
maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (QS. An- Nisa / 4 :136)

2. Al-Hadits

Hadits adalah segala ucapan, perbuatan dan takrir (sikap diam) Nabi Muhammad SAW.
Dalam agama Islam, ditegaskan bahwa hadits adalah hukum Islam kedua setelah Al-Qur'an, baik
sebagai sumber hukum dalam akidah ataupun dalam segala persoalan hidup manusia. Hadits
memiliki fungsi sebagai pedoman yang menjelaskan masalah-masalah yang ditetapkan di dalam al-
Quran yang masih bersifat umum.
Setidaknya ada dua alasan bahwa Hadits merupakan pedoman akidah Islam, yaitu :
a. Hadits yang bersumber dari Nabi Muhamad SAW, tidaklah semata-mata keluar dari hawa nafsu.
Akan tetapi semata-mata berasal dari wahyu Allah SWT Sebagaimana ditegaskan QS. an-Najm/53
:3-5.

Artinya :
Dan tidaklah mengucapkan dari hawa nafsu. Tetapi yang diucapkan tidak lain hanya dari wahyu
yang diwahyukan. Yang diajarkan kepadanya oleh Jibril yang sangat kuat. ( QS. An Najm/53 : 3 5
).

Ayat tersebut berisi peringatan keras kepada orang-orang yang masih meragukan
kebenaran Islam yang beliau sampaikan. Dengan adanya ayat tersebut, manusia diharapkan untuk
memercayai dengan sepenuh hati bahwa apa-apa yang diucapkan oleh Rasulullah SAW benar-
benar berasal dari Allah SWT, bahwa Rasulullah SAW memiliki sifat shidiq (benar).
b. Allah SWT telah memberi petunjuk kepada manusia agar mengakui kebenaran yang disampaikan
Rasulullah SAW. Sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. Al-Hasyr/59: 7 yang artinya:

apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka
tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya

Apa-apa yang disampaikan Rasulullah SAW. kepada manusia adalah petunjuk hidup dari
Allah SWT. Termasuk akidah Islam. Oleh karena itu, setiap setiap orang yang mengaku beriman
kepada Rasul wajib mengikuti akidah yang diajarkan Rasulullah SAW.
c. Banyak Hadits yang menjelaskan maksud beberapa ayat Al-qur'an yang masih bersifat global,
termasuk masalah akidah Islam. Contohnya Allah swt berfirman sebagai berikut:
Artinya:
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun (Q.S. An-Nisa'/4: 36)

Ayat diatas berisi perintah untuk menyembah Allah saja dan larangan menyekutukan Dia
dengan apa pun, tetapi tidak dijelaskan bagaimana cara menyembah Allah dan bagaimana pula
sikap yang tidak tergolong mempersekutukan Dia.
Tata cara menyembah Allah dan bentuk-bentuk perbuatan menyekutukan Allah dapat
dipahami melalui hadits Nabi Muhammad SAW. Oleh sebab itu, hadits dapat memperjelas maksud
ayat Al-Qur'an.
Di dalam hadits disebutkan bahwa bentuk-bentuk menyekutukan Allah, antara lain memuja
patung, minta tolong kepada roh nenek moyang, dan membuat sesaji untuk jin dan setan.

Anda mungkin juga menyukai