Anda di halaman 1dari 11

Fisika Mulawarman, Vol.7 No.

2, November 2011
| 1
INTERPRETASI POLA SEBARAN AIR TANAH DENGAN
MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER
DI PERUMAHAN TEPIAN KELURAHAN SEMPAJA SELATAN
SAMARINDA
Febrian Kinanti, Supriyanto, Arif Haryono
Program Studi Fisika FMIPA, Universitas Mulawarman
Jl. Barong Tongkok No.4 Kampus Gunung Kelua Samarinda
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang interpretasi pola sebaran air
tanah di wilayah Perumahan Tepian Kelurahan Sempaja Selatan
Samarinda dengan menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara interpretasi bawah
permukaan dengan menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner
untuk mengetahui pola sebaran air tanah di wilayah Perumahan Tepian
Sempaja Selatan dengan cara menginjeksikan arus listrik ke dalam tanah
untuk mengetahui nilai resistivitas pada tiap lapisan di bawah permukaan
sehingga dapat diketahui formasi lapisan batuannya.
Hasil penelitian ini menunjukkan formasi batuan yang terdiri
lapisan yang mengandung air tanah dengan nilai resistivitas berkisar
0,391 10,6 m O , pasir lempungan dengan nilai resitivitas berkisar 10,6
834 m O , dan lapisan batupasir yang bercampur kerikil dengan nilai
resitivitas berkisar 281 2480 m O . Dari data tersebut diperkirakan air
tanah berada pada kedalaman 2 sampai 19 meter dengan pola sebaran line
yang searah dip cenderung mengarah dari arah barat ke timur dan pola
sebaran line yang searah strike dan korelasi antara line 1 sampai dengan
line 3 cenderung mengarah dari arah selatan ke utara.
Kata kunci : Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner, Sebaran air tanah
PENDAHULUAN
Air merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari demi kelangsungan hidupnya.Untuk memenuhi kebutuhan air
bersih, masyarakat Kota Samarinda selama ini bertumpu pada air sungai Mahakam.
Semakin bertambahnya penduduk Kota Samarinda menyebabkan semakin meningkat
pula kebutuhan akan air bersih. Masalah yang terjadi saat ini adalah distribusi air bersih
yang disalurkan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) tidak mencukupi
kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu air bawah tanah merupakan salah satu alternatif.
Kawasan Perumahan Tepian, Kelurahan Sempaja Selatan di Kecamatan
Samarinda Utara merupakan salah satu pemukiman penduduk yang mengalami
kekurangan air bersih yang disalurkan oleh PDAM. Hanya sekitar 20% warga masyarakat
di Perumahan tersebut yang menggunakan fasilitas air PDAM. Namun dalam
pelaksanaannya di lapangan, masyarakat menggunakan cara tradisional yaitu dengan
pendugaan yang bersifat spekulatif tanpa melakukan penyelidikan awal terhadap
besarnya potensi atau ketersediaan air tanah. Penentuan reservoir air tanah dapat
dilakukan dengan eksplorasi geofisika, salah satunya dengan menggunakan metode
geolistrik.
Kinanti, Interpretasi Pola Sebaran Air Tanah
2 |
Metode geolistrik ini lebih efektif jika digunakan untuk eksplorasi yang sifatnya
dangkal, jarang memberikan informasi lapisan di kedalaman lebih dari 305 meter (1000
feet) atau 457 meter (1500 feet). Oleh karena itu metode ini jarang digunakan untuk
eksplorasi minyak tetapi lebih banyak digunakan dalam bidang engineering geologi
seperti penentuan kedalaman batuan dasar, pencarian reservoir air, juga digunakan dalam
eksplorasi geothermal [Firdaus, 2010].
TINJAUAN PUSTAKA
Kondisi Geologi Umum
Formasi geologi yang terdapat di wilayah Kota Samarinda diantaranya adalah Formasi
Balikpapan terdiri dari Perselingan batupasir dan lempung dengan sisipan lanau, serpih,
batugamping dan batubara. Formasi Pulau Balang terdiri dari Perselingan antara
Grewake dan batupasir, kuarsa dengan sisipan batugamping, batulempung, batubara dan
tuf dasit. Formasi Pamaluan terdiri dari Batupasir, kuarsa dengan sisipan batulempung,
serpih, batugamping, dan batulanau yang berlapis sangat baik. [Karyanto, 2009].
Pengertian Air Tanah
Air yang meresap ke dalam tanah akan membentuk suatu sistem aliran air bawah
permukaan yang disebut dengan air tanah. Air tanah mengalir dari daerah yang lebih
tinggi (daerah tangkapan) ke daerah yang lebih rendah (daerah buangan) menuju laut.
Daerah tangkapan didefinisikan sebagai bagian dari suatu daerah aliran (catchment area)
dimana aliran air tanah jenuh menjauhi permukaan tanah, sedangkan daerah buangan
didefinisikan sebagai bagian dari catchment area dimana aliran air tanah menuju
permukaan tanah [Iskandarsyah, 2008].
Asal Usul Air Tanah
Air tanah merupakan hasil dari proses hidrologi yaitu infiltrasi atau perkolasi ke dalam
tanah. Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan
menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak
secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki
kembali sistem air permukaan.
Gambar 1. Proses sirkulasi air
Wadah Air Tanah
Wadah air tanah yang disebut akuifer tersebut dialasi oleh lapisan lapisan batuan
dengan daya meluluskan air yang rendah, misalnya lempung, dikenal sebagai akuitard.
Lapisan yang sama dapat juga menutupi akuifer, yang menjadikan air tanah dalam akuifer
tersebut di bawah tekanan (confined aquifer). Sementara akuifer tanpa lapisan penutup di
atasnya, air tanah di dalamnya tanpa tekanan (unconfined aquifer), sama dengan tekanan
udara luar.
Ditinjau dari kedudukannya terhadap permukaan, air tanah dapat dibagi menjadi Air
tanah dangkal (phreatic) dan Air tanah dalam [Faisal, 2007].
Fisika Mulawarman, Vol.7 No.2, November 2011
| 3
Recharge
Recharge merupakan air yang masuk kedalam permukaan bumi (tanah/batuan)
yang kebanyakan berasal dari air hujan. Air tanah dapat terbentuk atau mengalir
(terutama secara horisontal), dari titik daerah imbuh (recharge). Akuifer adalah suatu
lapisan pembawa air tanah dengan permeabilitas yang cukup untuk menghantarkan air
tanah dan ditempati air dalam jumlah yang ekonomis. Berikut adalah beberapa
istilah yang digunakan dalam menamakan karakteristik suatu formasi batuan:
1. Aquifer (Akuifer) adalah formasi geologi atau grup formasi yang mengandung air
dan secara signifikan mampu mengalirkan air melalui kondisi alaminya.
2. Aquiclude (Akiklud) adalah formasi geologi yang mungkin mengandung air, tetapi
dalam kondisi alami tidak mampu mengalirkannya, misalnya lapisan lempung.
3. Aquitard (Akitar) adalah formasi geologi yang semikedap, mampu mengalirkan air
tetapi dengan laju yang sangat lambat jika dibandingkan dengan akuifer.
4. Aquifuge (Akifug) merupakan formasi kedap yang tidak mengandung dan tidak
mampu mengalirkan air.
Jenis-Jenis Akuifer
1. Akuifer tertekan (Confined Aquifer) merupakan Akifer yang bagian atas dan
bawahnya dibatasi oleh lapisan bersifat akifug atau akiklud.
Gambar 2. Akuifer tertekan (Confined Aquifer) [Faisal, 2007]
2. Akuifer Bebas/tidak tertekan (Unconfined Aquifer) adalah Akifer yang dibatasi
oleh lapisan impermeabel di bagian bawahnya tetapi pada bagian atasnya tidak ada
lapisan penutup.
Gambar 3. Akuifer Bebas/tidak tertekan (Unconfined Aquifer) [Faisal, 2007]
3. Akuifer bocor (Leaky aquifer) Suatu akuifer yang sepenuhnya jenuh air dan lapisan
atas dibatasi oleh lapisan setengah kedap air.
Kinanti, Interpretasi Pola Sebaran Air Tanah
4 |
Gambar 4. Akuifer bocor (Leaky aquifer) [Faisal, 2007]
Media Penyusun Akuifer
Ada berbagai formasi geologi yang dapat berfungsi sebagai akuifer. Formasi
geologi tersebut adalah endapan alluvial, batu gamping, batuan vulkanik, batu pasir serta
batuan beku dan batuan metamorf [Purnama, 2007]. Berdasarkan sifat fisik batuan, secara
garis besar ada 2 jenis media penyusun akuifer, yaitu sistem media pori dan sistem media
rekahan. [Faisal, 2007].
Gambar 5. Model Akuifer media pori ruang antar butir dan media rekahan
Metode Geolistrik
Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat aliran
listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di permukaan bumi [Nandi,
2008]. Pada metode tahanan jenis diasumsikan bahwa bumi bersifat homogen isotropik,
dimana nilai tahanan jenis yang terukur bukan merupakan harga sebenarnya akan tetapi
merupakan nilai tahanan jenis semu (apparent Resistivity) [Wuryantoro, 2007]. Aliran
listrik pada suatu formasi batuan terjadi terutama karena adanya elektron bebas, fluida
elektrolit dan sifat dielektrik pada batuan [Nusa, 2010]. Ilustrasi garis ekuipotensial yang
terjadi akibat injeksi arus ditunjukkan pada dua titik arus yang berlawanan di permukaan
bumi.
Gambar 6. Pola aliran dan bidang ekuipotensial [Kanata, 2008]
Fisika Mulawarman, Vol.7 No.2, November 2011
| 5
Beda potensial yang terjadi antara titik M dan titik N yang disebabkan oleh injeksi arus
pada titik Adan titik B adalah :
N M
V V V = A (1)
(

|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
= A
BN AN BM AM
I
V
1 1 1 1
2t

(2)
1
1 1 1 1
2

(

|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
=
BN AN BM AM
t
Sehingga :
I
V
k
A
= (3)
dengan I arus dalam Ampere, V A beda potensial dalam Volt, tahanan jenis dalam
Ohm meter dan k faktor geometri elektroda dalam meter.
Maka :
1
1 1 1 1
2

(

|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
=
BN AN BM AM
k t (4)
k merupakan faktor koreksi geometri dari konfigurasi elektroda potensial dan elektroda
arus.
Metode yang biasa digunakan pada pengukuran resistivitas secara umum yaitu
dengan menginjeksikan arus listrik ke dalam bumi dengan menggunakan dua elektroda
arus [Zubaidah, 2008].
Resistivitas Batuan
Adanya perbedaan sifat kelistrikan di dalam batuan dan mineral digunakan
didalam penyelidikan geolistrik. Sifat-sifat kelistrikan ini misalnya potensial listrik alami,
konduktivitas listrik dan dielektrik konstan.
Tabel 1. Nilai resistivitas beberapa material bumi [Telford, 1990]
Material
Resistivitas
(Ohm-Meter)
Limestone (Gamping) 500 - 10.000
Sandstone (Batu Pasir) 200 - 8.000
Shales (Batu Tulis) 20 - 2.000
Sand (Pasir) 1 - 1.000
Clay (Lempung) 1 - 100
Ground Water (Air Tanah) 0.5 - 300
Sea Water (Air Asin) 0.2
Dry Gravel (Kerikil Kering) 600 - 10.000
Alluvium (Aluvium) 10 - 800
Gravel (Kerikil) 100 - 600
Kinanti, Interpretasi Pola Sebaran Air Tanah
6 |
A
V
a a a
r
1
r
2
Konfigurasi Wenner
A M N B
Berdasarkan gambar di atas kita dapat menghitung nilai resistivitas konfigurasi wenner
sebagai berikut :
AB MN
3
1
=
a NB MN AM = = =
Misal spasi antar elektroda adalah a, maka :
a r r = =
4 1
dan a r r 2
3 2
= =
Maka :
(

|
|
.
|

\
|

|
|
.
|

\
|
= A
4 3 2 1
1 1 1 1
2 r r r r
I
V
t

(5)
(

|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
= A
a a a a
I
V
1
2
1
2
1 1
2t

a
I
V
1
2t

= A
sehingga,
a
I
V
t 2
A
= atau
I
V
a
a
A
= t 2
dengan a k t 2 =
maka persamaan ini dapat dituliskan :
I
V
k
a
A
= (6)
dengan
a
= resistivitas semu konfigurasi Wenner dan k = faktor geometri konfigurasi
Wenner.
r
3
r
4
Fisika Mulawarman, Vol.7 No.2, November 2011
| 7
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 6 bulan, dari bulan Februari sampai
Agustus 2011 di daerah Perumahan Tepian Kelurahan Sempaja Selatan Kecamatan
Samarinda Utara Kota Samarinda. Secara geografis tempat penelitian terletak pada
koordinat 117
o
0953,24 s/d 117
o
0957,56 BT dan 00
o
2648,73 s/d 00
o
2654,56 LS.
Data yang digunakan adalah data primer hasil akuisisi data di lapangan berupa
nilai kuat arus (I) dan beda potensial (AV). Berdasarkan nilai kuat arus dan beda potensial
tersebut dapat dihitung nilai resistivitas semu menggunakan persamaan 6. Sebelumnya
juga dilakukan pengamatan geologi dan morfologi daerah penelitian meliputi singkapan,
sebaran batuan permukaan, dan jenis vegetasi daerah sekitar.
Selanjutnya nilai resistivitas semu tersebut diolah menggunakan software
Res2dinv untuk mendapatkan model struktur batuan bawah permukaan 2-dimensi.
HASIL PENELITIAN
Kondisi Geologi Daerah Penelitian
Daerah penelitian terletak di formasi Balikpapan yang terdiri dari Perselingan
batupasir dan lempung dengan sisipan lanau, serpih, batugamping dan batubara.
Berdasarkan pengamatan geologi yang dilakukan di lapangan batuan yang paling
mendominasi pada daerah penelitian adalah pasir yang bercampur lempung. Susunan
formasi batuan pada daerah penelitian yaitu terdiri dari pasir, lempung, yang memiliki
tektur kasar dan tidak padat berwarna putih dan semakin ke bawah lapisan semakin
berwarna keabuan. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, maka daerah penelitian ini memiliki
kesesuaian formasi batuan dengan ciri fomasi balikpapan.
Secara geologi, formasi batuan di daerah penelitian memiliki arah strike yang
menghadap utara-selatan berkisar 20
o
dan dip mengarah ke timur dengan kemiringan
lapisan berkisar 55
o
.
Gambar 7. Formasi batuan daerah penelitian
Berdasarkan data beda potensial (AV) dan kuat arus (I) yang dihasilkan dari
pengukuran di lapangan, dapat dicari besarnya nilai resistivitas dengan menggunakan
persamaan 6. Nilai resistivitas ini kemudian diolah menggunakan software Res2dinv
hingga didapatkan model 2 dimensi struktur batuan bawah permukaan.
Hasil inversi data geolistrik pada line 1, line 2, line 3, line 4, serta korelasi
keempat line tersebut diperlihatkan pada gambar 8 hingga gambar 12. Sedangkan
interpretasi untuk masing-masing hasil inversi tersebut diperlihatkan pada tabel 2 hingga
tabel 5 berikut ini.
Sisipan Kerikil-kerilkil
halus
Sisipan Fosil Kayu Pasir Bercampur lempung
& kerikil halus
Kinanti, Interpretasi Pola Sebaran Air Tanah
8 |
Hasil Inversi dan hasil interpretasi pada Line 1
Gambar 8. Hasil inversi data pada Line 1
Tabel 2. Hasil interpretasi data pada Line 1
Nilai Hasil Pengolahan
( m O )
Nilai Tabel
( m O )
Jenis Lapisan
0,5 300 Air Tanah
1-1000 Pasir bercampur lempung
200-800 Batu Pasir bercampur kerikil
Hasil Inversi dan hasil interpretasi pada Line 2
Gambar 9. Hasil inversi data pada Line 2
Tabel 3. Hasil interpretasi data pada Line 2
Nilai Hasil Pengolahan
( m O )
Nilai Tabel
( m O )
Jenis Lapisan
0,5 300 Air Tanah
1-1000 Pasir bercampur lempung
Fisika Mulawarman, Vol.7 No.2, November 2011
| 9
Hasil Inversi dan hasil interpretasi pada Line 3
Gambar 10. Hasil inversi data pada Line 3
Tabel 4. Hasil interpretasi data pada Line 3
Hasil Inversi dan hasil interpretasi pada Line 4
Gambar 11. Hasil inversi data pada Line 4
Tabel 5. Hasil interpretasi data pada Line 4
Nilai Hasil Pengolahan
( m O )
Nilai Tabel
( m O )
Jenis Lapisan
0,5-300 Air Tanah
1-1000 Pasir bercampur Lempung
200-8000 Batu Pasir
Nilai Hasil Pengolahan
( m O )
Nilai Tabel
( m O )
Jenis Lapisan
0,5 300 Air Tanah
1-100 Pasir bercampur lempung
Kinanti, Interpretasi Pola Sebaran Air Tanah
10 |
Hasil Korelasi Hasil Inversi Data Geolistrik line 1, 2, 3 dan 4
Gambar 12. Korelasi hasil inversi data pada Line 1, 2, 3, dan 4
PEMBAHASAN
Dari hasil permodelan berdasarkan nilai resistivitas tersebut di atas dapat diketahui
bahwa daerah penelitian didominasi oleh lapisan pasir yang bercampur lempung yang
diperkirakan terdapat air tanah di dalamnya. Air tanah pada line 1 diperkirakan terdapat
pada kedalaman 2 sampai 9 meter, pada line 2 diperkirakan pada kedalaman 5 sampai 15
meter, pada line 3 diperkirakan pada kedalaman 5 13 meter dan pada line 4
diperkirakan terdapat pada kedalaman 2 19 meter.
Berdasarkan dari hasil korelasi line 1, line 2, line 3 dan line 4 di atas serta dengan
meninjau kondisi geologi dan arah kemiringan lapisan yaitu sebesar 55
o
yang mengarah
ke timur, maka didapatkan informasi tentang pola sebaran keberadaan air tanah di daerah
penelitian yaitu pada line 1 pola sebaran air tanah cenderung mengarah dari arah barat ke
timur pada jarak ke 20 sampai 43 meter dari titik awal pengukuran yang dibatasi oleh
lapisan pasir yang bercampur lempung dimana lapisan ini dapat menyimpan air dan
mengalirkannya namun dalam jumlah yang terbatas, kemudian pada jarak ke 45 sampai
50 terdapat sisipan batu pasir yang diduga batu pasir yang terkompaksi sehingga menjadi
batasan yang tidak dapat mengalirkan air tanah yang kemudian pada jarak ke 52 sampai
55 meter terdapat lagi lapisan yang mengandung air tanah. Pada line 2 sebaran air tanah
juga cenderung mengarah dari arah barat ke timur pada jarak ke 21 meter sampai hampir
di sepanjang line. Pada line 3 pola sebaran tidak menunjukkan arah yang jelas disebabkan
karna dibatasi oleh lapisan pasir yang diduga padat dan bercampur lempung. Pada line ini
lapisan yang diduga air tanah berada pada jarak ke 55 sampai 68 meter dari titik awal
pengukuran. Pada line 4 pola sebaran air tanah cenderung mengarah dari arah selatan ke
utara pada jarak ke 10 meter sampai hampir di sepanjang line.
Berdasarkan interpretasi di atas pola sebaran air tanah cenderung mengarah dari
arah barat ke timur. Hal ini juga dipengaruhi oleh arah kemiringan yang mengarah ke
arah timur, dimana kita ketahui bahwa sifat air mengalir dari tempat yang tinggi ke
tempat yang lebih rendah. Hal ini menunjukkan kesesuaian pada kondisi di daerah
penelitian dimana recharge area terdapat pada sebelah barat dari lokasi pengambilan data.
Sedangkan korelasi antara line 1, 2 dan 3 menurut kedalaman lapisan yang diduga
sebagai lapisan yang mengandung air tanah menunjukkan pola sebarannya cenderung
mengarah dari arah selatan ke utara.
Fisika Mulawarman, Vol.7 No.2, November 2011
| 11
KESIMPULAN
1. Berdasarkan dari hasil korelasi line 1, line 2, line 3 dan line 4 serta dengan meninjau
kondisi geologi dan arah kemiringan lapisan yaitu sebesar 55
o
yang mengarah ke
timur, maka didapatkan informasi tentang pola sebaran keberadaan air tanah di
daerah penelitian yaitu pada line 1 pola sebaran air tanah cenderung mengarah dari
arah barat ke timur . Pada line 2 sebaran air tanah juga cenderung mengarah dari arah
barat ke timur pada jarak ke 21 meter sampai hampir di sepanjang line. Pada line 3
pola sebaran tidak menunjukkan arah yang jelas disebabkan karna dibatasi oleh
lapisan pasir yang diduga padat dan bercampur lempung. Pada line ini lapisan yang
diduga air tanah berada pada jarak ke 55 sampai 68 meter dari titik awal pengukuran.
Pada line 4 pola sebaran air tanah cenderung mengarah dari arah selatan ke utara pada
jarak ke 10 meter sampai hampir di sepanjang line.
2. Sumur bor terdapat pada perpotongan line 2 pada ke jarak 100 meter dan line 4 pada
jarak ke 45 meter dari titik awal pengukuran pada kedalaman minimal 2 5 meter di
bawah permukaan.
DAFTAR PUSTAKA
Dharma, FA. 2007. Interpretasi Bawah Permukaan untuk Mengetahui Keberadaan Akifer
Air Tanah Menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger di
Kelurahan Sempaja Samarinda. Fakultas MIPA Universitas Mulawarman.
Haerudin, Nandi dkk. 2008. Metode Geolistrik untuk menentukan Pola Penyebaran
Fluida Geothermal di Daerah Potensi Panas Bumi Gunung RajaBasa Kalianda
Lampung Selatan. Jurusan Fisika Universitas Lampung.
Iskandarsyah, T Yan B M. 2008. Aplikasi Tata Geologi Lingkungan untuk Daerah
Pertambangan. Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran, Bandung.
Kanata, B & Zubaidah, T. 2008. Aplikasi Metode Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi
Wenner-Schlumburger untuk Survei Pipa Bawah Permukaan. Jurusan Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas Mataram, Mataram.
Karyanto. 2009. Estimation of Coal Deposit use resistivity Method in Jonggon Kutai
Kertanegara East Kalimantan. Teknik Geofisika Universitas Lampung.
Nusa, P.W.A. 2010. Interpretasi Keberadaan Air Tanah dengan Menggunakan Metode
Resistivitas Konfigurasi Wenner (Studi Kasus di Daerah Sepinggan Balikpapan
Selatan). Jurusan Fisika FMIPA Universitas Mulawarman, Samrinda.
Purnama, S. 2007. Sistem Akuifer dan Potensi Air Tanah Daerah Aliran Sungai (DAS)
Opak. Forum Geografi 21 (2) : 111-112.
Siyamah, H & Salamah, A. 2010. Penentuan Resistivitas Akuifer Tanah dengan Metode
Geolistrik Konfigurasi Pole-Pole. Jurusan Fisika Universitas Negeri Malang,
Malang.
Telford, WM. 1990. Applied Geophysics Second Edition. Cambridge University.
Wuryantoro. 2007. Aplikasi metode geolistrik tahanan jenis untuk menentukan letak dan
kedalaman aquifer air tanah (Studi kasus di Desa Temperak, Kecamatan Sarang,
Kabupaten Rembang, Jawa Tengah). Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri
Semarang, Semarang.

Anda mungkin juga menyukai