Anda di halaman 1dari 6

10/30/2014 Sejarah Kalimantan Timur - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Kalimantan_Timur 1/6
Lambang Provinsi Kalimantan
Timur.
Sejarah Kalimantan Timur
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kalimantan Timur merupakan pelopor peradaban di Indonesia. Hal ini
terbukti dengan ditemukannya situs kerajaan tertua di Indonesia, yakni
Kerajaan Kutai Martadipura, lebih dikenal dengan nama kerajaan
Mulawarman yang terletak di Kecamatan Muara Kaman. Kerajaan ini
diperkirakan berdiri pada abad ke-4, dengan rajanya yang terkenal
Mulawarman Nala Dewa. Kekuasaan Keturunan Raja Mulawarman
berlanjut hingga raja ke-25 yang bernama Maharaja Derma Setia (abad ke-
13)
[1]
hingga kemudian ditaklukkan oleh Kerajaan Kutai Kartanegara,
penjajah Belanda masuk ke Kaltim, hingga dibentuknya provinsi Kalimantan
Timur pada tanggal 1 Januari 1957 sebagai pemekaran dari Provinsi
Kalimantan.
Daftar isi
1 Masa Prasejarah
1.1 Zaman Glasial
2 Masa Kerajaan/Kesultanan
2.1 Kerajaan Kutai
2.2 Kesultanan Kutai Kartanegara
2.3 Kesultanan Berau
2.3.1 Kesultanan Gunung Tabur
2.3.2 Kesultanan Sambaliung
2.4 Kesultanan Bulungan
2.5 Kesultanan Paser
2.6 Kerajaan Tidung
3 Penjajahan
4 Referensi
4.1 Pranala luar
4.2 Lihat pula
Masa Prasejarah
Zaman Glasial
Sejarah Kalimantan Timur bisa dikatakan sangat tua. Para ahli sejarah mengatakan bahwa wilayah Kalimantan
Timur telah dihuni manusia sejak zaman es (glasial). Penduduknya ketika itu adalah dari ras Negrid Weddid yang
sekarang sudah tidak ada lagi. Sekitar 3000 tahun sebelum masehi datang dan tinggal di wilayah Kalimantan Timur
kelompok Proto Melayu atau Melayu Tua. Sekitar tahun 500 sebelum masehi, datang kelompok migran kedua,
yaitu, kelompok Deutro-Melayu atau Melayu Muda
[2]
.
10/30/2014 Sejarah Kalimantan Timur - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Kalimantan_Timur 2/6
Arca Hindu di Sungai Rata (foto diambil antara
tahun 1898 dan 1900)
Masa Kerajaan/Kesultanan
Kerajaan Kutai
Kalimantan Timur yang telah berupa kesatuan politik adalah
bermula dari Kerajaan Kutai Martadipura atau Kutai
Martapura. Kerajaan ini berdiri pada abad ke-4 (sekitar
300 masehi) di Muara Kaman. Ketika itu, Kutai
Martadipura telah menjalin hubungan dengan India,
sehingga tidak mengherankan jika Kutai Martadipura
merupakan pusat penyebaran agama Hindu, selain juga
merupakan pusat perdagangan. Pendiri Kerajaan Kutai
adalah Kudungga yang merupakan seorang pembesar dari
Kerajaan Campa (Kamboja), sedangkan raja pertama yang
resmi berkuasa di Kerajaan Kutai adalah Aswawarman
karena sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai dan diberi
gelar "Wangsakarta", yang artinya pembentuk keluarga.
Aswawarman mempunyai 3 orang putra, salah satunya
bernama Mulawarman. Ketika Maharaja Mulawarman
berkuasa, Kerajaan Kutai Martadipura mengalam zaman kejayaan dan menjadi kerajaan yang besar
[3]
. Kebesaran
Kerajaan Kutai terbukti dengan adanya kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut :
Setiap tahun raja mengadakan upacara sedekah yang dilakukan di Waprakeswara. Waprakeswara adalah
sebidang tanah yang dianggap suci.
Raja mebagi-bagikan hadiah dengan seadil-adilnya kepada para brahmana berupa emas, tanah, dan ternak.
Sebaliknya, rakyat menyampaikan tanda terima kasih kepada raja dengan cara :
Mengadakan kenduri untuk keselamatan raja
Mendirikan tugu prasasti
[4]
yang berisi tulisan-tulisan tentang kebesaran raja.
Maharaja Mulawarman memperluas wilayah kerajaanya dengan cara menaklukkan kerajaan-kerajaan di
sekitarnya. Raja-raja yang ditaklukkannya harus menyerahkan upeti kepada raja Mulawarman
[3]
.
Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam peperangan di tangan
Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa. Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai
Martadipura) berbeda dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang ibukotanya pertama kali berada di Kutai Lama
(Tanjung Kute). Kutai Kartanegara inilah, pada tahun 1365, yang disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama.
Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam yang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.
Keruntuhan Kerajaan Kutai Martadipura memberikan kesempatan bagi daerah-daerah pedalaman yang
sebelumnya berada dalam kekuasaan Kutai Martadipura dapat melepaskan diri, membentuk kerajaan-kerajaan
sendiri selain ada pula yang menggabungkan diri dengan Kerajaan Kutai Kartanegara.
Kesultanan Kutai Kartanegara
10/30/2014 Sejarah Kalimantan Timur - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Kalimantan_Timur 3/6
Kerajaan Kutai Kartanegara yang kemudian menjadi Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura berdiri pada
awal abad ke-13 di daerah yang bernama Tepian Batu atau Kutai Lama (kini menjadi sebuah desa di wilayah
Kecamatan Anggana) dengan rajanya yang pertama yakni Aji Batara Agung Dewa Sakti (1300-1325). Kerajaan
ini disebut dengan nama Kerajaan Tanjung Kute dalam Kakawin Nagarakretagama, yaitu salah satu daerah
taklukan di Pulau Kalimantan oleh Patih Gajah Mada dari Majapahit.
berdiri pada awal abad ke-13 di daerah yang bernama Tepian Batu atau Kutai Lama (kini menjadi sebuah desa di
wilayah Kecamatan Anggana) dengan rajanya yang pertama yakni Aji Batara Agung Dewa Sakti (1300-1325).
Kerajaan ini disebut dengan nama Kerajaan Tanjung Kute dalam Kakawin Nagarakretagama, yaitu salah satu
daerah taklukan di Pulau Tanjungnagara oleh Patih Gajah Mada dari Majapahit.
Pada abad ke-16, Kerajaan Kutai Kartanegara dibawah pimpinan raja Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa
berhasil menaklukkan Kerajaan Kutai
[5]
yang terletak di Muara Kaman. Raja Kutai Kartanegara pun kemudian
menamakan kerajaannya menjadi Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura sebagai peleburan antara dua
kerajaan tersebut.
Pada abad ke-17, agama Islam yang disebarkan Tuan Tunggang Parangan diterima dengan baik oleh Kerajaan
Kutai Kartanegara yang saat itu dipimpin Aji Raja Mahkota Mulia Alam. Setelah beberapa puluh tahun, sebutan
Raja diganti dengan sebutan Sultan. Sultan Aji Muhammad Idris (1735-1778) merupakan sultan Kutai Kartanegara
pertama yang menggunakan nama Islami. Dan kemudian sebutan kerajaan pun berganti menjadi Kesultanan Kutai
Kartanegara ing Martadipura.
Kesultanan ini sempat mengalami perpindahan ibukota kerajaan sampai tiga kali, mulai dari Kutai Lama,
Pemarangan hingga ke Tepian Pandan.
Kesultanan Berau
Kesultanan Berau adalah sebuah kerajaan yang pernah berdiri di wilayah Kabupaten Berau sekarang ini.
Kerajaan ini berdiri pada abad ke-14 dengan raja pertama yang memerintah bernama Baddit Dipattung dengan
gelar Aji Raden Suryanata Kesuma dan istrinya bernama Baddit Kurindan dengan gelar Aji Permaisuri. Pusat
pemerintahannya berada di Sungai Lati, Kecamatan Gunung Tabur.
[6]
Sejarahnya kemudian pada keturunan ke-13,
Kesultanan Berau terpisah menjadi dua yaitu Kesultanan Gunung Tabur dan Kesultanan Sambaliung.
Kesultanan Gunung Tabur
Kesultanan Gunung Tabur adalah kerajaan yang merupakan hasil pemecahan dari Kesultanan Berau, dimana
Berau dipecah menjadi dua, yaitu Sambaliung dan Kesultanan Gunung Tabur pada sekitar tahun 1810-an.
[7]
Pada
periode yang hampir bersamaan, agama Islam mulai masuk ke Berau menyusul kedatangan seorang ulama bernama
Imam Sambuayan yang menetap di sekitar Sukan (Desa Sukan)
[8]
. Kesultanan ini sekarang terletak dalam wilayah
kecamatan Gunung Tabur, Kabupaten Berau, provinsi Kalimantan Timur.
Kesultanan Sambaliung
Kesultanan Sambaliung adalah kesultanan hasil dari pemecahan Kesultanan Berau, dimana Berau dipecah
menjadi dua, yaitu Sambaliung dan Gunung Tabur pada sekitar tahun 1810-an.
[7]
Sultan Sambaliung pertama
adalah Sultan Alimuddin yang lebih dikenal dengan nama Raja Alam. Raja Alam adalah keturunan dari Baddit
10/30/2014 Sejarah Kalimantan Timur - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Kalimantan_Timur 4/6
Dipattung atau yang lebih dikenal dengan Aji Suryanata Kesuma raja Berau pertama. Sampai dengan generasi ke-
9, yakni Aji Dilayas. Aji Dilayas mempunyai dua anak yang berlainan ibu. Yang satu bernama Pangeran Tua dan
satunya lagi bernama Pangeran Dipati.
Kemudian, kerajaan Berau diperintah secara bergantian antara keturunan Pangeran Tua dan Pangeran Dipati (hal
inilah yang membuat terjadinya perbedaan pendapat yang bahkan terkadang menimbulkan insiden). Raja Alam
adalah cucu dari Sultan Hasanuddin dan cicit dari Pangeran Tua, atau generasi ke-13 dari Aji Surya Nata Kesuma.
Raja Alam adalah sultan pertama di Tanjung Batu Putih, yang mendirikan ibukota kerajaannya di Tanjung pada
tahun 1810. (Tanjung Batu Putih kemudian menjadi kerajaan Sambaliung).
Kesultanan Bulungan
Kesultanan Bulungan atau Bulongan adalah kesultanan yang pernah menguasai wilayah pesisir Kabupaten
Bulungan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, dan Kota Tarakan sekarang. Kesultanan ini berdiri pada
tahun 1731, dengan raja pertama bernama Wira Amir gelar Amiril Mukminin (17311777), dan Raja Kesultanan
Bulungan yang terakhir atau ke-13 adalah Datuk Tiras gelar Sultan Maulana Muhammad Djalalluddin (1931-
1958).
Kesultanan ini didirikan oleh sekelompok Kayan Di dalam Uma 'Apan, dari daerah Apo Kayan, yang menetap di
dekat pantai pada abad ke-7. Pada tahun 1650, seorang putri telah menikah dengan seorang pria dari Brunei.
Pernikahan ini mendirikan sebuah tradisi Hindu yang didirikan di daerah Tanjung Selor. Pada tahun 1750, dinasti ini
masuk Islam. Penguasa mengambil gelar Sultan dan mengakui pengikut sultan Berau, kedua mengakui dirinya
pengikut Kerajaan Kutai.
Pada tahun 1850, orang Belanda, yang menaklukkan Berau pada tahun 1834 dan dikenakan kedaulatan mereka
untuk Kutai pada tahun 1848, yang ditandatangani dengan Sultan Bulungan Kontrak Politik. Bersemangat untuk
memerangi pembajakan dan perdagangan budak, bersedia untuk melawan pembajakan dan perdagangan budak,
mereka mulai untuk campur tangan di wilayah ini.
Sampai tahun 1860, Bulungan berada di bawah Kesultanan Sulu. Selama periode ini, kapal Sulu pergi ke Tarakan
dan kemudian di Bulungan untuk perdagangan langsung dengan Tidung. Pengaruh ini berakhir pada 1878 dengan
penandatanganan perjanjian antara Inggris dan Spanyol yang dirancang untuk Sulu.
Pada 1881, Perusahaan Kalimantan Utara Chartered dibentuk, yang merupakan Borneo utara di bawah yurisdiksi
Inggris, tetapi Belanda mulai menolak. Kesultanan itu akhirnya dimasukkan dalam kerajaan Hindia Belanda pada
tahun 1880-an kolonial. Orang Belanda menginstal sebuah pos pemerintah di Tanjung Selor pada tahun 1893.
Pada tahun 1900-an, seperti banyak negara-negara kerajaan lain di kepulauan ini, Sultan terpaksa menandatangani
Korte verklaring, pernyataan "singkat" oleh yang menjual sebagian besar kekuasaannya atas tanah hulu.
Orang Belanda akhirnya mengakui perbatasan antara dua wilayah hukum pada tahun 1915. Kesultanan ini
dikenakan status Zelfbestuur, "administrasi sendiri", pada tahun 1928, lagi-lagi seperti banyak negara pangeran
Hindia Belanda.
Penemuan minyak di BPM (Bataafse Petroleum Maatschappij) di pulau Bunyu dan Tarakan akan memberikan
sangat penting bagi Bulungan untuk orang Belanda, karena Tarakan ibukota daerah.
10/30/2014 Sejarah Kalimantan Timur - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Kalimantan_Timur 5/6
Setelah pengakuan kemerdekaan Indonesia dari Kerajaan Belanda, wilayah menerima status Wilayah Swapraja
Bulungan atau "wilayah otonom" di Republik Indonesia pada tahun 1950, maka Wilayah Istimewa atau "wilayah
khusus "pada tahun 1955. Sultan terakhir, Jalaluddin, meninggal pada tahun 1958. kesultanan itu dihapuskan pada
tahun 1959 dan wilayah itu menjadi kabupaten yang sederhana.
Kesultanan Paser
Kerajaan Tidung
Penjajahan
Referensi
1. ^ Web resmi Pemprov Kaltim - Sejarah Kaltim (http://www.kaltimprov.go.id/kaltim.php?page=profile&id=32)
2. ^ Sejarahbangsaindonesia.co.cc - Sejarah Kalimantan Timur
(http://www.sejarahbangsaindonesia.co.cc/1_19_Sejarah-Kaltim.html)
3. ^
a

b
Buku Pelajaran IPS edisi Kalimantan Timur kelas 4 SD, terbitan Intan Pariwara, 2004 hal. 52-54
4. ^ Saat ini prasasti yang baru diketahui adalah Prasasti Kutai
5. ^ atau disebut pula: Kerajaan Kutai Martadipura atau Kerajaan Kutai Martapura atau Kerajaan Mulawarman
6. ^ Perjalanan Sejarah Bermula dari Sungai Lati, Kaltim Pos 2 September 2003
(http://www.kaltimpost.web.id/berita/index.asp?Berita=Berau&id=50616)
7. ^
a

b
Raja Alam Enggan Dipimpin Penjajah, Kaltim Pos, 17 Agustus 2003
(http://www.kaltimpost.web.id/berita/index.asp?Berita=ProKaltim&id=48059)
8. ^ Wordpress - Sekilas Kabupaten Berau (http://kabupatenberau.wordpress.com/2008/11/16/kabupaten-berau/)
Pranala luar
[1] (http://www.samarinda.go.id/node/8427)
Lihat pula
Kerajaan Kutai Martadipura
Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura
Kesultanan Berau
Kesultanan Bulungan
Kesultanan Pasir
Daftar provinsi di Indonesia sepanjang masa
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sejarah_Kalimantan_Timur&oldid=6983652"
Kategori: Sejarah Kalimantan Timur Kalimantan Timur Sejarah Indonesia berdasarkan provinsi
Halaman ini terakhir diubah pada 10.57, 17 Juli 2013.
Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi-BerbagiSerupa Creative Commons; ketentuan tambahan mungkin
berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.
10/30/2014 Sejarah Kalimantan Timur - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Kalimantan_Timur 6/6

Anda mungkin juga menyukai