Anda di halaman 1dari 3

Penyakit Dan Obat Pada Lalat

Ditulis pada Nopember 23, 2007 oleh maramis setiawan

Nabi Bersabda, “Apabila seekor lalat masuk ke dalam


minuman salah seorang kalian, maka celupkanlah ia,
kemudian angkat dan buanglah lalatnya sebab pada
salah satu sayapnya terdapat penyakit dan pada
sayap lainnya ada obatnya (HR. Bukhari, Ibn Majah,
dan Ahmad)

Dalam riwayat lain: “Sungguh pada salah satu sayap


lalat ada racun dan pada sayap lainnya obat, maka
apabila ia mengenai makananmu maka perhatikanlah
lalat itu ketika hinggap di makananmu, sebab ia
mendahulukan racunnya dan mengakhirkan obatnya”
(HR. Ahmad, Ibn Majah)

Diantara mu’jizat kenabian Rasulullah dari aspek kedokteran yang harus ditulis dengan tinta
emas oleh sejarah kedokteran adalah alat pembuat sakit dan alat pembuat obat pada kedua
sayap lalat sudah beliau ungapkan 14 abad sebelum dunia kedokteran berbicara. Dan
penyebutan lalat pada hadits itu adalah bahwa air tetap suci dan bersih jika dihinggapi lalat yang
membawa bakteri penyebab sakit kemudian kita celupkan lalat tersebut agar sayap pembawa
obat (penawarnya) pun tercelup ke air.

Dan percobaan ilmiah kontemporer pun sudah dilakukan untuk mengungkapkan rahasia di balik
hadits ini. Bahwasanya ada kekhususan pada salah salah satu sayapnya yang sekaligus menjadi
penawar atau obat terhadap bakteri yang berada pada sayap lainnya. Oleh karena itu, apabila
seekor lalat dicelupkan ke dalam air keseluruhan badannya, maka bakteri yang ada padanya
akan mati, dan hal ini cukup untuk menggagalkan “usaha lalat” dalam meracuni manusia,
sebagaimana hal ini pun telah juga ditegaskan secara ilmiah. Yaitu bahwa lalat memproduksi zat
sejenis enzim yang sangat kecil yang dinamakan Bakter Yofaj, yaitu tempat tubuhnya bakteri.
Dan tempat ini menjadi tumbuhnya bakteri pembunuh dan bakteri penyembuh yang ukurannya
sekitar 20:25 mili mikron. Maka jika seekor lalat mengenai makanan atau minuman, maka harus
dicelupkan keseluruhan badan lalat tersebut agar keluar zat penawar bakteri tersebut. Maka
pengetahuan ini sudah dikemukakan oleh Nabi kita Muhammad sallallahu ‘alaihi wasallam
dengan gambaran yang menakjubkan bagi siapapun yang menolak hadits tentang lalat tersebut.

Dan Dr. Amin Ridha, Dosen Penyakit Tulang di Jurusan Kedokteran Univ. Iskandariyah, telah
melakukan penelitian tentang “hadits lalat ini” dan menegaskan bahwa di dalam rujukan-rujukan
kedokteran masa silam ada penjelasan tentang berbagai penyakit yang disebabkan oleh lalat.
Dan di zaman sekarang, para pakar penyakit yang mereka hidup berpuluh-puluh tahun, baru bisa
mengungkap rahasia ini, padahal sudah dibongkar informasinya sejak dahulu. Yaitu kurang lebih
30-an tahun yang lalu mereka menyaksikan dengan mata kepala sendiri obat berbagai penyakit
yang sudah kronis dan pembusukan yang sudah menahun adalah dengan lalat.

Berdasarkan hal ini, jelaslah bahwa ilmu pengetahuan dalam perkembangannya telah
menegaskan penjelasannya dalam terori ilmiah sesuai dengan hadits yang mulia ini. Dan
mukjizat ini sudah dikemukakan semenjak dahulu kala, 14 abad yang silam sebelum para pakar
kedokteran mengungkapkannya baru-baru ini. ( www.islamicmedicine.org )

Komentar admin:
Allahu akbar…….maka sangat aneh jika ada dokter yang menganggap bahwa hadist di atas
adalah hadist yang menjijikkan dan tidak percaya dengannya. Bahkan ada yang berani
mendhaifkan hadist di atas tanpa ilmu padahal sudah jelas hadist di atas Shahih di riwayatkan
Imam Bukhori dan juga termaktub dalam hadist-hadist shahih yang dikumpulkan oleh Syaikh
Albani dalam Ash-Shahihah-nya (lihat secara detail penjelasan keshahihannya dalam kitab ash-
Shahihah Syaikh Albani). Saya hanya bisa menasehati diri saya sendiri dan diri para pembaca
supaya meyakini bahwa Allah itu membuat segala syariatnya selalu ada hikmahnya hanya saja
Allah berfirman:

َ َ ‫بعد حين ولَتعل َم‬


ُ‫ن نَبَأه‬
َ ُ َْ َ ٍ ِ َ َْ
“Dan sesungguhnya kamu akan mengetahu (kebenaran beritanya) setelah beberapa waktu
lagi.” (QS Shaad : 88)

Maka yang wajib dilakukan oleh seorang muslim adalah mendahulukan perkataan Allah azza wa
jalla dan Rasulnya Shallahu’alaihi wa sallam daripada selain keduanya. Yang sangat
disayangkan adalah banyaknya orang-orang muslim yang tidak percaya dan menjalankan hadist-
hadist Rasul Shallahu’alaihi wa sallam atau syariat Allah yang secara sekilas akal kita tidak
menjangkaunya, menganggapnya jijik, kuno, primitif, bersifat mengekang, tidak modern, tidak
modis, dan tuduhan-tuduhan sebagainya, tetapi saat telah dibuktikan dengan teknologi atau ilmu
pengetahuan barulah mereka percaya. Na’udzubillahi minannar.

Allah berfirman:
“……Dan engkau tidaklah diberi pengetahuan melainkan sedikit” (Al-Isra’ 85)

Dan perlu kita semua ingat bahwa Islam didirikan atas wahyu dan dalil yang shahih bukan
hikmah yang ada padanya yang kita baru melakukan perintah tersebut jika telah mengetahui apa
hikmah di dalamnya. Maka ini adalah kesalahan besar, karena ibadah asalnya adalah untuk
ditaati sekalipun kita idak mengetahui hikmahnya.

Syaikh Ibnu Utsaiman rahimahullah berkata menetapkan hal ini, “Wajib kita ketahui bahwa
hikmah adalah perintah-perintah dan larangan-larangan Allah dan Rasul-Nya Shalallahu’alaihi wa
sallam, maka kita wajib menerimanya. Jika ada seseorang yang bertanya kepada kita tentang
hikmah di dalam suatu perkara, kita jawab bahwa sesungguhnya hikmah adalah perintah-
perintah dan larangan-larangan Allah dan Rasul-Nya Shalallahu’alahi wa sallam. Dalilnya dari al-
Qur’an al-Karim adalah firman Allah Subhanahu wa ta’ala,

ْ‫َومَا كَانَ ِل ُم ْؤمِنٍ وَلَ ُم ْؤمِنَةٍ ِإذَا َقضَى الُّ وَرَسُولُهُ َأمْرًا أَنْ َيكُونَ َل ُهمُ ا ْلخِيَ َرةُ مِنْ َأمْرِهِم‬

“Tidak pantas bagi seorang laki-laki atau perempuan yang beriman memiliki pilihan di
dalam urusan mereka jika Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan satu urusan.” (QS. Al-Ahzaab:
36)

Akan tetapi, dari penjelasan di atas, tidak boleh dipahami oleh seorang pun bahwa tidak
ada tuntutan untuk membahas tentang hikmah dan makna yang terkandung di dalam ibadah-
ibadah yang ditunjukkan oleh beberapa indikasi . Karena Allah sendiri memerintahkan kita
sebagian darinya dengan firmannya:
َ‫َلعَّلكُمْ تَ َت َفكّرُون‬

“Agar kalian berfikir.”

َ‫َلعَّلكُمْ ُتفْلِحُون‬

“Agar kalian beruntung.”

َ‫َلعَّلكُمْ تَ ّتقُون‬

“Agar kalian bertakwa.”

Dan sabda Rasulullah Shallahu’alahi wa sallam,

ِّ‫لقَامَةِ ِذكْرِ ال‬


ِ ِ ِ‫جمَار‬
ِ ‫صفَا وَا ْلمَ ْر َو ِة وَ َر ْميُ ا ْل‬
ّ ‫ت وَبَيْنَ ال‬
ِ ‫طوَافُ بِالْبَ ْي‬
ّ ‫ج ِعلَ ال‬
ُ ‫إِ ّنمَا‬

“Sesungguhnya, diadakannya thawaf di Ka’bah, sa’i antara Shafa dan Marwa dan melempar
jumrah, adalah untuk mengingat Allah.” ( Sunan Abi Daud no. 1888. Di hasankan oleh Al-
Arnauth di dalam takhrijnya terhadap Jami’ul Ushul no. 1505.)

Akan tetapi, yang dimaksudkan adalah untuk memberi peringatan agar tidak berlebih-lebihan di
dalam membahasnya dan agar tidak menggantungkan pelaksanaan suatu ibadah dengan
pengetahuan terhadap hikmahnya. Wallahu’alam

Anda mungkin juga menyukai