Anda di halaman 1dari 5

MANAJEMEN AIR: SEBUAH PANDANGAN TENTANG KESEIMBANGAN AIR

Air adalah zat yang paling melimpah di permukaan bumi kita. Sekitar tiga perempat
permukaan bumi yaitu 70,8% ditutupi oleh air. Selebihnya berupa daratan (29,2%).
Volume air di permukaan bumi ini kurang lebih adalah sekitar 1,4 milyar km3, tetapi
97% air tersebut adalah berupa air asin di lautan. Hanya 3% saja air di muka bumi ini
yang berupa air tawar.
Dari sekitar 3% air tawar itu, sebanyak 68,7% berupa es yang terdapat di kutub utara
dan kutub selatan, serta di puncak gunung-gunung yang tinggi sebagai salju abadi.
Sebanyak 30,1% adalah air tawar yang tersimpan dalam tanah sebagai air tanah
sampai pada kedalaman 5 km. Sisanya sebanyak 0,9% berupa air tawar yang terdapat
di tanaman, uap air di udara dan awan, dan tidak dapat langsung dimanfaatkan secara
langsung oleh manusia. Air yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh manusia
hanyalah sekitar 0,3% air tawar berupa air permukaan di danau, telaga, waduk, situ,
dan sungai.
Manajemen air adalah usaha-usaha menjaga dan mengatur air yang ada di muka bumi
ini agar dapat terjaga keberadaannya dan dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Beberapa tahun terakhir, manajemen air menjadisatu isu yang banyak dibahas di
berbagai belahan dunia termasuk di negara Indonesia sendiri.
Secara umum, Indonesia menjadi satu dari sedikit negara yang memiliki sumberdaya
air berlimpah. Berbagai laporan mengenai kondisi neraca air Indonesia menunjukkan
bahwaIndonesia masih mengalami surplus air. Meskipun demikian, terdapat beberapa
pulau diIndonesia yang telah mengalami defisit air.
Untuk memenuhi kebutuhan air tawar bersih, secara konvensional masyarakat
mendapatkan air dari air sungai, air danau atau mata air. Akan tetapi, jumlah air tawar
bersih yang tersedia dari sumber-sumber ini semakin lama semakin berkurang akibat
adanya deforestasi, pencemaran air, dan meningkatnya populasi manusia.
Semakin berkurangnya jumlah air di permukaan yang dapat digunakan dibandingkan
dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap air tawar bersih
terutama dari kalangan industri memaksa dilakukannya pencarian terhadap sumber air
tawar bersih yang lain, yaitu dengan melakukan pengeboran sumur untuk mengambil
airtanah.
Pengambilan air tanah ini di satu sisi menguntungkan manusia karena masalah
kebutuhan air tawar bersih dapat teratasi. Akan tetapi seiring dengan bertambahnya
jumlah populasi manusia dan bertambahnya industri-industri yang membutuhkan air
sebagai bahan baku produksi membuat pengambilan airtanah semakin kerap terjadi
dengan jumlah pengambilan air yang semakin banyak. Hal ini membuat cadangan
airtanah yang ada semakin menipis.
Dari kenyataan-kenyataan tersebut, maka diperlukanlah adanya manajemen terhadap
air yang ada agar ketersediaan air dan kebutuhan terhadapnya dapat seimbang.
Dengan seimbangnya ketersediaan air dan kebutuhan air, maka kekhawatiran terhadap
sulitnya air di masa depan dapat dihilangkan.
Bentuk manajemen air yang dapat diterapkan di Indonesia antara lain adalah
menetapkan regulasi terhadap penggunaan air. Dalam hal ini, pemerintah telah
mengeluarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang sumber daya air. Selain itu,
bentuk lain dari manajemen air adalah menerapkan diversifikasi sumber air tawar
bersih.
Salah satu bentuk diversifikasi yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air
tawar yang bersih adalah dengan melakukan rain harvestingatau penadahan air hujan.
Dengan menadahkan air hujan dan menyimpannya di suatu kolam penyimpanan,
daerah yang mengalami defisit neraca air maupun daerah-daerah yang kesulitan air
tawar bersih dapat memenuhi kebutuhannya terhadap air tawar bersih.
Di kota Bandung, manajemen air kurang mendapat perhatian dari pemerintah pada
khususnya dan masyarakat kota Bandung pada umumnya. Pemerintah dan masyarakat
cenderung tak acuh dengan manajemen air di kota Bandung. Hal ini tercermin salah
satunya dari perilaku masyarakat yang membuang sampah ke aliran sungai. Bahkan
beberapa industri liar membuang limbah produksinya ke dalam sungai. Hal ini bukan
saja mengotori dan mencemari air sungai, tetapi juga membuat jumlah air tawar bersih
yang dapat diperoleh dari sungai semakin berkurang.
Selain itu, cerminan akan kurangnya kesadaran masyarakat dan pemerintah kota
Bandung adalah dari menjamurnya sumur-sumur bor di kota Bandung. Menjamurnya
sumur bor ini sampai sekarang belumlah ditindak tegas pemerintah. Entah ada unsur
politik atau murni karena kurangnya kesadaran pemerintah. Jika hal ini terus berlanjut,
maka akan terjadi ketidakseimbangan antara airtanah yang masuk ke dalam tanah dari
daerah resapan dengan airtanah yang dikuras di daerah limpasan yang ada di
perkotaan.
Jika saja menjamurnya sumur bor diiringi dengan perluasan dan pelestarian daerah
resapan di daerah Bandung bagian utara, mungkin jumlah air di dalam tanah dapat
diseimbangkan antara air yang masuk dan air yang keluar. Tetapi, yang terjadi saat ini
adalah daerah resapan kota Bandung semakin sempit dengan dibangunnya gedung-
gedung, perumahan, dan pembukaan sawah/perkebunan. Hal ini justru memperparah
airtanah yang ada di kota Bandung. Semakin lama semakin sedikit jumlahnya.
Untuk memanajemen air di kota Bandung, diperlukan penyadaran kepada pemerintah
dan masyarakat kota Bandung secara umum. Penyadaran ini perlu agar keseimbangan
antara air yang masuk dan air yang keluar dapat terjaga dengan baik. Penyadaran ini
dapat dilakukan dari diri kita sendiri dengan memberi contoh kepada keluarga kita,
teman kita, ataupun tetangga kita.
Selain penyadaran, perlu adanya pemberian contoh kepada pemerintah dan
masyarakat akan manajemen air yang baik. Seperti telah disebutkan di atas bahwa
salah satu bentuk manajemen air adalah dengan melakukan diversifikasi air. Di sini,
pemberian contoh dapat dilakukan dengan membangun gedung-gedung dengan
instalasi tadah hujan di atapnya. Air dari atap ini dialirkan ke sebuah tangki besar di
bawah tanah untuk menampung air hujan. Air hujan ini kemudian dapat dijadikan
sebagai sumber air bersih yang murah dan ramah lingkungan serta tidak mengganggu
keseimbangan air sungai maupun airtanah.
Berbicara mengenai status air, Jika memandang air bersih sebagai kebutuhan
mendasar setiap manusia di muka bumi ini, maka air dapat dipandang sebagai hak
asasi. Yaitu hak yang mutlak dimiliki oleh setiap manusia tanpa terkecuali. Dan hal ini
telah dideklarasikan oleh PBB dalam sidang umum yang dilaksanakan pada akhir bulan
Juli 2010 yang menghasilkan keputusan 122 negara menyatakan mendukung
pernyataan air sebagai hak asasi manusia dan 41 negara menyatakan abstain.
Indonesia pun menjadi salah satu negara yang mendukung pernyataan deklarasi ini.
Jika memang air bersih dipandang sebagai hak asasi, konsekuensinya adalah air tidak
boleh diperjualbelikan. Pemerintah dalam hal ini berkewajiban menyediakan dan
mendistribusikan air bersih secara gratis. Adapun biaya distribusi dan pemrosesan air
dapat diambil dari pajak masyarakat. Dan itupun dengan catatan, pemerintah tidak
mengambil keuntungan dari pajak masyarakat dalam hal pendistribusian dan
pemrosesan air bersih. Tetapi pada kenyataannya di Indonesia, air dialirkan pemerintah
melalui perusahaan air minum (PAM/PDAM) ke rumah kita dengan cara langganan dan
membayar. Kita diharuskan membayar sesuai jumlah air yang kita pergunakan. Dan ini
bertentangan dengan pandangan air bersih sebagai hak asasi.
Lain halnya jika kita memandang air bersih sebagai hak guna, maka air di sini adalah
barang ekonomi. Air bersih di sini dapatdiperjualbelikan, dan hanya orang-orang
kayalah yang dapat memiliki air bersih. Orang-orang miskin yang tidak memiliki uang
tidak dapat memilikinya. Air menjadi barang yang langka bagi orang miskin. Apakah hal
ini adil bagi mereka yang tidak memiliki uang? Di Indonesia praktek seperti ini banyak
dilakukan. Padahal jika mengacu pada UUD 1945 pasal 33 ayat 3 yang berbunyi: Bumi
dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat,dalam pasal tersebut
disebutkan bahwa air di sini bukanlah milik perorangan, tetapi milik negara yang
dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Perlakuan air bersih
sebagai hak guna jelas-jelas melanggar hal ketentuan ini.


http://km.itb.ac.id/site/manajemen-air-sebuah-pandangan-tentang-keseimbangan-
airimbangan-air/

Anda mungkin juga menyukai