Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Asma merupakan salah satu dari beberapa penyakit yang sering menjadi
penyulit dalam kehamilan. Beberapa penelitian terakhir menyebutkan bahwa asma
bronkiale menjadi penyulit pada sekitar 4% kehamilan. Prevalensi yang
sebenarnya bisa lebih tinggi karena sekitar 10% populasi memiliki
hiperreaktivitas saluran nafas nonspesifik yang merupakan stigma asma. ebih
lanjut! dalam dekade "0#an! prevalensi! morbiditas! dan mortalitas asma
meningkat sampai $0%.
Asma yang tidak terkontrol dapat menyebabkan komplikasi ibu dan janin
yang serius. Asma yang tidak terkontrol meningkatkan risiko kematian perinatal!
prematuritas! dan atau bayi berat badan lahir rendah serta preeklamsi. Asma dapat
terjadi pertama kali atau tereksaserbasi selama kehamilan! dan kehamilan dapat
memberikan efek samping untuk perjalanan penyakit asma sendiri pada sekitar
sepertiga wanita hamil dengan penyulit asma.
%i lain pihak! sebagian besar wanita hamil dengan asma dapat mengontrol
asmanya dengan baik dan memiliki bayi yang sehat. &ontrol asma yang baik
memberi kesempatan bagi seorang wanita dengan asma untuk mempertahankan
kehamilan normal dengan sedikit atau tanpa adanya risiko untuk wanita tersebut
atau janinnya.
Pasien#pasien dengan asma yang hamil memerlukan penanganan terhadap
asmanya. 'leh sebab itu! wanita hamil dan wanita yang ingin hamil seharusnya
mendapatkan penanganan farmakologik dan non#farmakologik untuk menangani
asmanya dan menyejahterakan wanita#wanita tersebut dan bayinya.
Penderita selama kehamilan perlu mendapat pengawasaan yang baik.
Penatalaksanaan dari asma pada kehamilan yaitu menghindari faktor pen(etus
seperti )at#)at alergan! infeksi saluran napas! udara dingin dan fa(tor psikis.
*ntuk pengobatan yang diberikan se(ara maintenan(e tetap diberikan sampai
kelahiran
+,-.
1
I.2. Perumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan asma bronkiale.
,. Apa penyebab atau etiologi terjadinya asma bronkiale.
/. Bagaimana fisiologi kehamilan dan interaksinya dengan asma.
4. Bagaimana efek asma dalam kehamilan.
0. Bagaimana efek kehamilan terhadap asma.
$. Bagaimana penatalaksanaan asma dalam kehamilan.
I.3. Maksud dan Tujuan
1. 1engetahui definisi dari asma
,. 1engetahui penyebab terjadinya asma
/. 1engetahui fisiologi kehamilan dan interaksinya dengan asma
4. 1engetahui efek asma dalam kehamilan
0. 1engetahui efek kehamilan terhadap asma
$. 1engetahui penatalaksanaan asma dalam kehamilan

,
BAB II
TINAUAN PU!TA"A
II.1. Asma Br#nk$ale
II.1.1. De%$n$s$ Asma Br#nk$ale
1eskipun sindrom klinis khas asma yaitu batuk#batuk episodik! wheezing!
dan dispneu dengan obstruksi jalan nafas reversibel tidak sulit dikenali! asma
dapat timbul dengan gejala#gejala tidak khas seperti batuk kadang#kadang! rasa
tertekan pada dada! atau dispneu yang dipi(u oleh aktivitas. Banyak definisi asma
yang diterima se(ara luas! salah satunya menurut Ameri(an 2hora(i( 3o(iety
+14"5-
$
. %efinisi asma mungkin tumpang tindih dengan penyakit lain seperti
bronkitis asmatis dan bronkitis infeksi. %efinisi asma yang sudah disetujui sebagai
definisi kerja adalah sebagai berikut6
7Asma adalah penyakit paru dengan karakteristik berikut6 +1- obstruksi
jalan nafas reversibel partial atau komplit baik se(ara spontan atau
setelah pengobatan8 +,- inflamasi jalan nafas8 +/- respon jalan nafas yang
meningkat terhadap berbagai stimulan.9
II.1.2. Pre&alens$
3e(ara umum asma merupakan penyakit yang sering ditemukan! yaitu
sekitar 4#0% dari seluruh populasi di Amerika. :ambaran yang hampir sama juga
didapatkan di beberapa negara lainnya
+0-
.
Pada penelitian yang terbaru dari /$$ kehamilan yang diikuti terhadap //0
wanita penderita asma dimana /0% asamnya bertambah buruk! ,"% sembuh dan
//% tidak berubah! sedangkan 4% nya tidak jelas perubahannya. Analisis dari
penelitian#penelitian ini memberikan kesimpulan
+$-
6
1. 3e(ara umum asma berkurang frekuensi dan keparahannya menjelang 4
minggu terakhir kehamilan dibandingkan periode lain dari kehamilan.
/
,. &etika asma meningkat selama kehamilan! dimana peningkatan terjadi
se(ara gradual sesuai dengan bertambahnya usia kehamilan.
/. &etika asma bertambah buruk! gejala bertambah pada umur kehamilan ,4#
/$ minggu.
4. &ejadian asma selama kehamilan yang berturut#turut (enderung sama
0. Persalinan tidak berhubungan dengan perburukan asma.
Pada penelitian lain dari 45 pasien yang sedang hamil! dimana 4/% tidak
berubah dan 14% mengalami perbaikan. 3e(ara umum pasien tersebut dengan
asma berat lebih seing menjadi buruk! dimana asma ringan (enderung tidak
berubah. %ata awal dari penelitian ini menunjukan pasien dengan peningkatan
jumlah ;g < yang tidak berubah selama kehamilan (enderung mengalami
eksaserbasi! sedangkan jumlah ;g < yang menurun akan membaik
+$-
.
II.1.3. Pat#genes$s
Asma dikarakterisasi oleh respon berlebihan jalan nafas dengan
bronkokonstriksi berlebihan sebagai respon terhadap bahan#bahan farmakologik!
kimia! dan fisikal. 'bstruksi jalan nafas dengan wheezing dapat timbul setelah
terpapar alergen! iritan lingkungan! infeksi virus pada saluran pernafasan! udara
dingin! ataupun latihan fisik. 3emua orang dengan asma memiliki
hiperresponsivitas saluran nafas yang seringnya berhubungan dengan beratnya
gejala klinis. Banyak individual tanpa gejala asma yang nyata menunjukkan
hiperresponsivitas jalan nafas namun umumnya kurang berespon terhadap bahan#
bahan yang provokatif
$!5
.
Beberapa mekanisme diajukan untuk menjelaskan hiperresponsivitas jalan
nafas pada asma! termasuk inflamasi saluran nafas! kelainan integritas epitel
bronkus! perubahan kontrol saraf otonom saluran nafas! perubahan pada fungsi
otot polos intrinsik bronkus! perubahan volume dan komposisi lapisan lendir
saluran nafas! defek kontrol aliran darah bronkus! dan geometri saluran nafas yang
abnormal
$!5
.
4
II.1.'. Pat#%$s$#l#g$
2anda dari fisiologi asma adalah penurunanan diameter saluran napas yang
diakibatkan oleh kontraksi otot polos! oedem dari dinding bron(hial! juga karena
adanya hipersekresi! sehingga terjadi peningkatan resistensi saluran napas!
penurunan =<> +=or(e <?piratory >olume- dan ke(epatan aliran! hiperinflasi dari
paru dan thora?! peningkatan usaha untuk bernapas! peningkatan kerja dari otot#
otot pernapasan! berkurangnya elastisistas! distribusi yang abnormal dari aliran
darah fentilasi dan aliran darah paru dengan perubahan rationya! dan perubahan
konsentrasi gas darah. @adi walaupun asma merupakan penyakit saluran napas
tetapi semua aspek paru mengalami kerusakan selama serangan akut.
+5-
II.1.(. )ejala dan Pem$*u Asma
Pemi(u terjadinya serangan asma diantaranya
+0!"!4-
6
# ;nfeksi saluran napas baik ba(terial maupun infeksi virus.
# 1erokok
# Asap dari masakan atau pembakaran kayu
# <mosi
# Alergi makanan
# Ahinitis alergi
# Perubahan (ua(a! terutama dingin! udara kering
# 'lahraga
# Aeaksi akergi pada )at kimia terttentu
# Aeaksi alergi terhadap kosmetik! sabun! sampo
# Aeaksi alergi terhadap )at iritan seperti debu! kutu! bulu! dan lain#lain.
3erangan asma biasanya bersifat episodi( dan dapat berakhir dalam beberapa
menit sampai hari. %iantara serangan pasien biasanya sehat. 3erangan akut dapat
dimulai beberapa menit setelah paparan. Pasien akan merasakan sesak napas!
diikuti dengan batuk dan whee)ing. &etika obstruksi pada saluran napas menjadi
0
parah! rhon(hi dan whee)ing akan hilang. &ebingungan! letih! sianosis merupakan
tanda dari serangan asma berat dan merupakan indikasi untuk diberikan terapi
segera
+4-
.
II.1.+. D$agn#s$s
Asma dapat timbul pertama kali selama kehamilan sehingga penegakan
diagnosisnya mungkin dika(aukan dengan dispneu fisiologis kehamilan.
%iagnosis asma berdasarkan pada riwayat kesehatan yang (o(ok! pemeriksaan
fisik! dan tes laboratorium. %iagnosis asma terpusat pada adanya obstruksi jalan
nafas episodik dan reversibilitas obstruksi tersebut. Aeversibilitas dinyatakan dari
peningkatan 10% =<>1 atau lebih setelah , kali menghirup preparat agonis B#
adrenergik. @ika pemerikasaan spirometri memperlihatkan hasil yang normal!
diagnosis dapat dibuat berdasarkan peningkatan respon saluran napas terhadap
tantangan dengan histamine! metha(holine atau iso(apni( hiperventilasi udara
dingin
+10-
.
Penderita asma biasanya memiliki riwayat episode batuk! dada terasa
tertekan! wheezing! dan dispneu. Asma mungkin timbul dengan gejala#gejala yang
tidak khas seperti batuk terisolasi! nyeri dada! bronkitis berulang! atau dispneu
yang timbul karena aktivitas
+10-
.
3elama eksaserbasi akut! pada pemeriksaan fisik didapatkan hiperinflasi!
ekspirasi memanjang! wheezing! dan penggunaan otot#otot pernafasan tambahan.
Pemeriksaan fisik dapat kembali normal pada interval eksaserbasi
+10-
.
2es fungsi paru dapat ditemukan adanya obstruksi aliran udara yang reversibel
pada spirometri. &egagalan respon langsung terhadap bronkodilator inhalasi tidak
menyingkirkan diagnosis. 3pirometri ulang setelah beberapa minggu perawatan
dapat menunjukkan kemajuan. Pengukuran udara ekspiratoar pun(ak mungkin
menunjukkan peningkatan variabilitas atau penurunan aliran pun(ak seiring
timbulnya gejala#gejala. Metacholine challenge test dapat menunjukkan adanya
hiperreaktivitas jalan nafas namun tes ini jarang diperlukan untuk menegakkan
$
diagnosis asma. 2es ini tidak menimbulkan efek samping berlebihan pada wanita
hamil jika dilakukan dengan pemantauan yang baik
+10-
.
3etelah diagnosis dipastikan! perjalanan penyakit dan efektifitas dari terapi
dapat diikuti dengan pengukuran Peak <?piratori =low Aate +P<=A- atau =<>1.
*ntuk mengetahui jenis elergi yang dimiliki dapat dilakukan test dengan
berma(m#ma(am allergen.
+10-
3e(ara labolatoris dapat ditemukan sel#sel eosinofil dari darah dan sputum
dan juga dapat diukur serum ;g<! walupun penemuan tersebut tidak hanya terjadi
pada asma.
+10-

II.2. ,$s$#l#g$ "eham$lan dan Interaks$n-a dengan Asma
II.2.1. ,$s$#l#g$ Maternal dan Pengaruhn-a Terhada. /ks$gen$sas$ an$n
Perubahan#perubahan pada sistem pernafasan! kardiovaskular! dan
sirkulasi ibu selama kehamilan mempengaruhi oksigenisasi janin dan status asam
basa. Bagian ini akan membahas perubahan#perubahan fisiologis dan implikasi
klinisnya
0
.
II.2.2. Peru0ahan !$stem Perna%asan
Biperventilasi relatif selama kehamilan mulai terlihat pada trimester
pertama. Perubahan ini dikarenakan adanya peningkatan volume tidal sedangkan
frekuensi pernafasan relatif tidak mengalami perubahan selama kehamilan. 1aka
dari itu! takipneu pada kehamilan +frekuensi C ,0?Dmenit- merupakan
abnormalitas yang harus di(ari penyebabnya. Peningkatan volume tidal prinsipnya
disebabkan oleh peningkatan produksi progesteron plasenta yang juga
menyebabkan sensasi nafas pendek +7dispneu kehamilan9- yang biasa terjadi pada
kehamilan. Biperventilasi kehamilan berhubungan dengan perubahan penting
pada gas darah arteri dengan tekanan karbon dioksida arteri istirahat +PE'
,
- di
bawah /0 mmBg. Alkalosis respiratoar kronis ini sebagian dikompensasi oleh
peningkatan ekskresi bikarbonat ginjal. &onsumsi oksigen total dan rasio
metabolik basal juga meningkat sampai ,0% dan 10% sesuai dengan peningkatan
5
tekanan oksigen ibu yang juga biasa terjadi pada kehamilan normal. Filai normal
P'
,
bervariasi dari 10$ sampai 10" mmBg selama trimester pertama dan sedikit
menurun pada trimester ketiga. 'ksigenisasi banyak dipengaruhi oleh posisi
tubuh. ,0% wanita hamil memiliki tekanan oksigen arteri kurang dari 40 mmBg
pada posisi berbaring dan ada ke(enderungan mengalami peningkatan gradien
oksigen arterial#alveolar pada posisi berbaring daripada posisi berdiri
0
.
Parameter#parameter yang dilihat pada tes fungsi paru adalah sebagai
berikut6 penurunan volume residu! kapasitas residu fungsional! volume (adangan
ekspiratoar! dan kapasitas total paru! adanya peningkatan kapasitas inspiratoar!
dan tidak ada perubahan pada kapasitas vital atau for(ed e?piratory volume in 1
se(ond +=<>1-. 3emua perubahan yang telah dibi(arakan berpotensi
mempengaruhi interpretasi klinis tes fungsi paru dan pengukuran gas darah pada
wanita hamil dengan asma dan harus diingat saat interpretasi klinis data#data
tersebut. Famun se(ara umum! parameter fungsi paru pada penggunaan klinis
umum seperti frekuensi pernafasan atau =<>1 tidak berubah dengan adanya
kehamilan sehingga setiap perubahan pada parameter ini harus dianggap dan
diperlakukan sebagai abnormalitas
0
.
;nformasi terakhir meyebutkan bahwa selama persalinan yang
menyakitkan didapatkan hipoventilasi relatif di antara kontraksi dan berakibat
pada penurunan P'
,
ibu. %engan fungsi paru normal! janin terhindar dari efek
fenomena ini. Famun informasi ini berguna sebagai dasar pemakaian oksigen
se(ara bebas pada pasien#pasien yang sedang bersalin dengan berbagai tingkatan
gangguan pernafasan. 3aturasi oksigen ibu harus tetap lebih tinggi dari 40% untuk
menjamin oksigenisasi janin yang (ukup
0
.
II.2.3. Peru0ahan !$stem "ard$#&askular
3elama kehamilan normal! (urah jantung istirahat meningkat tajam sejak
usia kehamilan $ minggu dan men(apai pun(aknya pada awal trimester ketiga
sampai /0#00% di atas nilai (urah jantung wanita yang tidak hamil
,
. Peningkatan
ini sebagai akibat dari meningkatnya denyut jantung dan volume sekun(up yang
dipertahankan selama kehamilan. Pada trimester ketiga! (urah jantung menurun
"
tajam baik pada posisi berbaring atau berdiri. ebih dari 10% wanita mungkin
mengalami 7sindroma hipotensif berbaring9Dsupine hypotensive syndrome yaitu
penurunan tajam tekanan darah akibat dari sumbatan vena (ava pada posisi
berbaring
/!4
. Bipotensi berbaring dapat mempengaruhi hemodinamik ibu dan
menyebabkan hipoksia janin dan bradikardi karena penurunan perfusi uterus.
1aka dari itu! wanita hamil seharusnya menghindari posisi berbaring dan lebih
memilih posisi berbaring miring
4
.
Peningkatan tajam (urah jantung lebih lanjut terlihat pada periode
peripartum. Persalinan mengakibatkan peningkatan 1 sampai , liter per menit
sejak kala ;;
/!4
. Peningkatan ini dapat diminimalkan dengan posisi miring kiri dan
kanan disertai anestesi epidural. Pada periode postpartum dini! (urah jantung juga
meningkat sampai 40#00% sebagai akibat fenomena 7autotransfusi9 yaitu
pelepasan obstruksi vena (ava dan kembalinya darah dari uteroplasental ke dalam
sirkulasi sentral. 1aka dari itu! waktu risiko maksimum untuk pasien dengan
gangguan fungsi kardiovaskular adalah selama periode peripartum. 2indakan
seksio sesaria tidak mengurangi risiko ini.
II.2.'. Peru0ahan !$stem !$rkulas$
>olume darah meningkat tajam selama kehamilan dengan peningkatan
volume plasma 40#00% diatas nilai wanita yang tidak hamil
1!,
. Peningkatan ini
diakibatkan oleh rangsangan estrogen terhadap aldosteron yang dimulai pada usia
kehamilan 4#$ minggu! stabil pada usia kehamilan sekitar /,#/4 minggu dan tidak
mengalami perubahan sampai persalinan. Perubahan yang didapatkan adalah
peningkatan massa sel darah merah! eritropoiesis dirangsang oleh chorionic
somatomammotrophin! progesteron! dan kemungkinan prolaktin. 7Anemia
fisiologis9 kehamilan bisa terjadi karena peningkatan massa sel darah merah ,0#
,0% yang berlawanan dengan peningkatan volume plasma yang lebih besar.
>olume darah diperkirakan meningkat 1$00 (( pada kehamilan tunggal dan ,000
(( pada kehamilan kembar
1!,
.
2ekanan darah arteri sistolik dan diastolik menurun sampai tengah
kehamilan dan kembali normal se(ara bertahap dengan bertambahnya usia
4
kehamilan. Perubahan ini tampaknya dihasilkan dari efek sekunder penurunan
resistensi pembuluh darah sistemik yang diperantarai se(ara hormonal. 1aka dari
itu! tekanan darah yang disebut hipotensif pada seorang laki#laki dewasa dapat
disebut normal pada seorang wanita hamil khususnya selama kehamilan trimester
kedua. 3angatlah penting membandingkan (atatan tekanan darah prenatal dalam
mengevaluasi tekanan darah pasien hamil dengan asma yang menderita sakit yang
serius
1!,
.
Aesistensi pembuluh darah sistemik menurun pada trimester kedua dan
kembali normal pada akhir trimester ketiga. Famun! dari suatu penelitian
didapatkan bahwa resistensi pembuluh darah sistemik menurun sampai ,0%
dibandingkan kontrol wanita yang tidak hamil! bahkan pada akhir trimester ketiga.
Aesistensi pembuluh darah paru juga menurun sampai /0% pada akhir kehamilan
dibandingkan dengan nilai kontrol. ;ndeks kerja sekun(up ventrikel kiri! tekanan
kapiler paru! dan tekanan vena sentral tidak mengalami perubahan. Famun!
gradien tekanan kapiler paru dan tekanan onkotik koloid menurun pada kehamilan
trimester ketiga. Bal ini menjadi predisposisi wanita hamil mengalami edema paru
baik karena peningkatan tekanan intravaskular atau peningkatan permeabilitas
kapiler paru
1!,
.
II.2.(. 1es.#n an$n Terhada. Pen-ak$t "r$t$s I0u
%engan adanya penyakit kritis ibu seperti asma eksaserbasi akut! P'
,
arteri ibu dapat turun sampai 10$ mmBg. Penurunan Pa'
,
ibu dan janin terutama
dibawah $0 mmBg dapat mengakibatkan penurunan saturasi oksigen janin dan
hipoksia janin. Pemberian oksigen kepada ibu hanya menghasilkan sedikit
peningkatan Pa'
,
janin. 3ebagai (ontoh! jika Pa'
,
ibu meningkat dari 41 menjadi
0"/ mmBg! Pa'
,
janin hanya naik dari 11 menjadi 1$ mmBg. Famun! sedikit
perubahan Pa'
,
janin akan menghasilkan peningkatan tajam saturasi oksigen
janin dan dapat memberikan manfaat untuk janin hipoksik. Bal ini tampak jika
ada masalah pada fungsi janin#plasenta seperti pada pertumbuhan janin terhambat.
10
&arena itu! pemantauan kesejahteraan janin yang agresif sangat penting selama
penyakit kritis ibu
0
.
&elayakan aliran darah uterus merupakan pertimbangan penting lain pada
janin dari ibu yang sedang sakit serius. 3aat usia kehamilan mendekati aterm!
aliran darah uterus men(apai 000 (( per menit yaitu sekitar 10% dari (urah
jantung total ibu. 3irkulasi ke kotiledon plasenta sekitar "0#40% dari aliran darah
uterus tersebut. Arteri#arteri uterus hanya memiliki kapasitas ke(il autoregulasi.
&arena itu! jika tekanan arteri sistemik turun! aliran darah uterus dan plasenta juga
turun. 3ebagai tambahan! hiperventilasi dan hipokarbia ibu dapat menyebabkan
vasospasme sehingga menurunkan aliran darah uterus. Pada ibu hipotensif atau
hipoksik! vasodilatasi kompensatoar yang bertujuan untuk mempertahankan
sirkulasi ke organ#organ vital seperti jantung dan otak akan lebih menurunkan
aliran darah uterus. 1aka tidak mengherankan jika hipotensi atau hipoksia ibu
dengan penyebab apapun menjadi perhatian utama dokter karena denyut jantung
janin abnormal yang mengindikasikan gawat janin. :awat janin dapat timbul
bahkan saat tidak ada hipotensi atau hipoksia ibu karena mekanisme kompensasi
ibu (enderung untuk mempertahankan tekanan arteri sistemik dan oksigenisasi
organ#organ vital ibu yang mengurangi aliran darah uterus. &arena itu janin
berfungsi sebagai oksimeter dalam tubuh ibu! jika tidak ada kelainan denyut
jantung janin! hampir tidak mungkin didapatkan hipoksia dan hipotensi ibu
0
.
Pemantauan kesejahteraan janin yang agresif penting dilakukan selama
penyakit kritis ibu. 1eskipun dekompensasi kardiopulmonar ibu yang
bermanifestasi sebagai bradikardi janin seharusnya sudah tampak nyata! variasi
manifestasi kondisi ibu dapat berupa hanya variabilitas beat-to-beat denyut
jantung janin menghilang dan atau deselerasi hipoksik yang samar. 1aka dari itu!
pemantauan elektronik denyut jantung janin yang kontinyu bersama interpretasi
yang baik penting dilakukan pada trimester ketiga
0
.
Pertumbuhan janin terhambat dan keluaran perinatal yang jelek telah
dikaitkan dengan asma selama kehamilan. &arena alasan inilah! semua pasien
dengan asma sedang atau berat atau asma tidak terkontrol selama kehamilan
seharusnya mendapatkan penilaian pertumbuhan janin serial dengan ultrasound!
11
juga penilaian denyut jantung janin antepartum selama akhir kehamilan trimester
ketiga
0
.
II.2.+. E%ek Asma Terhada. "eham$lan
Asma khususnya jika berat pada kenyataannya dapat berpengaruh pada
kehamilan. 1enurut Elark! dkk +144/- dua penelitian besar epidemiologi
mengatakan bahwa asma berpotensi memberikan efek yang merugikan! diikuti
dengan peningkatan insidensi lahir premature! BBA! kematian perinatal! dan
preeklamsi! gangguan tekanan darah ini disertai dengan bo(ornya protein pada
urine ibu dan sangat potensial untuk terjadinya kerusakan ginjal! otak! hepar! dan
mata. ehrer! dkk +144/- melaporkan bahwa wanita asma memiliki insidensi dua
koma lima kali lipat dari kehamilan menimbulkan hipertensi.
+1,-
&omplikasi yang dapat mengan(am hidup yaitu pnemothora?!
pnemomediatinum! akut (or pulmonale! (ardia( aritmia! kelelahan otot dengan
respiratory arest
+1,-.
II.2.2. E%ek "eham$lan Terhada. Asma
Pengaruh kehamilan terhadap perjalanan klinis asma! bervariasi dan tidak
dapat diduga. %ispnea simtomatik yang terjadi selama kehamilan! yang mengenai
$0%#50% wanita hamil! bisa memberi kesan memperberat keadaan asma
+1-.
Ganita yang memulai kehamilan dengan asma yang berat! tampaknya akan
mengalami asma yang lebih berat selama masa kehamilannya dibandingkan
dengan mereka yang dengan asma yang lebih ringan. 3ekitar $0% wanita hamil
dengan asma akan mengalami perjalanan asma yang sama pada kehamilan#
kehamilan berikutnya
+1-.
:lu(kH :lu(k menyimpulkan bahwa peningkatan kadar ;g< diperkirakan
akan memperburuk keadaan asma selama kehamilan! sebaliknya penderita dengan
kadar ;g< yang menurun akan membaik keadaannya selama kehamilan
+1-.
1,
<ksaserbasi serangan asma tampaknya sering terjadi pada trimester ;;; atau
pada saat persalinan! hal ini menimbulkan pendapat adanya pengaruh perubahan
faktor hormonal! yaitu penurunan progesteron dan peningkatan prostaglandin!
sebagai faktor yang memberikan pengaruh
+1-.
Pada persalinan dengan seksio sesarea resiko timbulnya eksaserbasi
serangan asma men(apai 1" kali lipat dibandingkan jika persalinan berlangsung
pervaginam
+1-.
II.3. /0at3/0at Asma dalam "eham$lan dan Laktas$
;dealnya semua obat#obatan dihindari selama kehamilan! tetapi yang lebih
penting adalah meyakinkan bahwa janin dalam kandungan mendapat suplai
oksigen yang (ukup dan menurunkan resiko yang akan terjadi pada ibu. %engan
kata lain kita harus mempertimbangkan manfaat dan resiko dari suatu obat
+4-.
3umber lain menyebutkan bahwa obat#obatan anti asma dapat digunakan
dengan aman selama kehamilan! walaupun demikian penggunaannya selama
trimester pertama kehamilan harus dengan hati#hati
+11-.
'bat yang tersedia untuk terapi asma dapat dibagi menjadi dua bagian
besar! yaitu obat#obat bronkodilator dan obat#obat anti inflamasi
+4-.
II.3.1. )#l#ngan 0r#n*#d$lat#r4
a. B3ag#n$s
Agonis I yang mengaktivasi baik reseptor I1 dan I, misalnya epinefrin
+adrenalin- dan analog isopropilnya yaitu isoproterenol. %apat dipertimbangkan
pemberian epinefrin subkutan pada eksaserbasi akut berat meskipun terapi awal
lain sudah diberikan. <pinefrin juga didapatkan pada beberapa inhaler asma.
Perhatian timbul pada vasokonstriksi uterus akibat dari efek adrenergik J dari
epinefrin.
I agonis mempunyai keunggulan karena bekerja (epat dan obat yang masuk ke
peredaran darah janin sangan minimal. 'bat ini juga sangat efektif untuk
men(egah asma yang disebabkan karena olahraga jika digunakan 10 menit
sebelum aktifitas.
1/
Perinhalasi +Albuterol! Pirbuterol! 2erbutaline! 1etaproterenol! Biltlterol-
2ablet +Albuterol! 2erbutaline! 1etaproterenol-
0. Ant$k#l$nerg$k
Antikolinergik inhalasi menyebabkan bronkodilatasi dengan (ara mengurangi
tonus vagal intrinsik pada saluran pernafasan. Beberapa bahan juga menutup
refleks bronkokonstriksi yang disebabkan iritan inhalasi. Alkaloid beladona
seperti atropin merupakan antikolinergik prototip namun mempunyai efek
samping lokal dan sistemik untuk pasien dengan asma. ;pratropium yang
merupakan derivat keempat bentuk inhalan memiliki sedikit efek samping atropin.
Bahan ini telah terbukti efektif untuk mengobati eksaserbasi akut pada
penggunaan dalam bentuk nebulisasi. <fektivitas ipratropium untuk
penatalaksanaan asma sehari#hari belum teruji
$!5
.
1erupakan bron(hodilator yang bekerja lebih lambat dari B#agonis inhalasi
+Atrovent-.
3atu#satunya bron(hodilator yang digunakan parenteral adalah Aminophylline.
Bahan#bahan antikolinergik sudah banyak digunakan selama kehamilan tanpa
efek samping. ;pratropium memiliki efek sistemik yang lebih sedikit daripada
atropin dan tidak dikontraindikasikan pada kehamilan meskipun umumnya tidak
digunakan ke(uali pada pasien dengan asma berat
$!5
.
(. Ag#n$s 52 adrenerg$k 6Ag#n$s 527
Agonis I,

merelaksasi otot polos saluran pernafasan dan menjadi
perantara pelepasan mediator dari sel mast dan basofil. Agonis I,

inhalasi
merupakan obat pilihan untuk pengobatan awal asma eksaserbasi akut dan
pen(egahan asma yang diinduksi aktivitas. Agonis I,

juga digunakan se(ara
kronis untuk membantu kontrol penge(ilan saluran pernafasan persisten meskipun
laporan terakhir menunjukkan penggunaan agonis I,

yang terjadwal dengan
teratur +berlawanan dengan penggunaan Kjika diperlukanDprnL- berhubungan
dengan menurunnya kontrol asma. &arena asma yang terkontrol baik
membutuhkan penggunaan minimal agonis I,

inhalasi! penggunaan yang
14
meningkat menunjukkan kegagalan kontrol asma. 1etaproterenol +orsiprenalin-!
albuterol +salbutamol-! pirbuterol! bitolterol! dan terbutalin adalah agonis I,
selektif yang sering digunakan.
Basil penelitian agonis I,

pada binatang umumnya negatif meskipun beberapa
bahan menyebabkan kelainan pada dosis tinggi. Pengalaman penggunaan pada
manusia sudah (ukup banyak namun umumnya tidak dilakukan pada akhir
kehamilan. 2idak ada bukti adanya jejas pada janin dari penggunaan obat#obat ini
se(ara sistemik atau inhalasi! dan tidak ada kontraindikasi penggunaannya selama
menyusui
$!5
.
d. Te#%$l$n
2eofilin merupakan penggunaan utama metilsantin dalam terapi asma. 1eskipun
mekanisme tepatnya belum diketahui! teofilin berlaku sebagai bronkodilator
ringan#sedang! tergantung dari konsentrasi serumnya. @ika diberikan dalam bentuk
preparat lepas lambat! teofilin memiliki durasi yang panjang dan karena itu
berguna untuk kontrol asma nokturnal. @ika digunakan bersama dosis umum
agonis I, inhalasi! teofilin dapat menyebabkan bronkodilatasi. ebih
lanjut!teofilin juga dapat mengurangi kelelahan otot pernafasan dan memiliki
beberapa tingkat aktivitas anti inflamasi
$!5
.
Penggunaan teofilin selama kehamilan sudah sangat luas dan tanpa adanya
bukti efek samping terhadap neonatus jika dosis dipandu oleh kadar serum yang
(ukup +tidak melebihi 1, gDm-
$!5
.
II.3.2. Ant$ $n%lamas$4
a. 8r#m#l-n s#d$um
'bat ini merupakan bahan anti inflamasi nonsteroid yang digunakan untuk
penatalaksanaan sebagai profilaksis asma kronis! tersedia dalam bentuk inhaler
dan nebuli)er. 3odium kromolin yang diberikan sebagai profilaksis menghambat
fase awal dan lebih lanjut penge(ilan saluran nafas yang diinduksi alergen seperti
juga penge(ilan saluran nafas akut setelah aktivitas dan setelah terpapar udara
dingin kering dan sulfurdioksida. 1ekanismenya belum seluruhnya dimengerti
10
namun diperkirakan sodium kromolin menstabilkan dan men(egah pelepasan
mediator dari sel mast. Penelitian pada binatang dan pengalaman manusia hanya
menunjukkan sedikit an(aman terhadap janin
$!5
.
0. 8#rt$*#ster#$d
'bat anti inflamasi paling efektif untuk pengobatan asma adalah kortikosteroid.
%apat diberikan peroral ataupun inhaler.+be(lomethasone! betamethasone!
prednisone-.
1ekanisme utama adalah interferensi dengan metabolisme asam arakidonat dan
sintesis leukotrien dan prostaglandin! pen(egahan migrasi langsung dan aktivasi
sel#sel radang! dan peningkatan responsivitas reseptor beta otot polos saluran
pernafasan. &ortikosteroid dapat diberikan se(ara parenteral +metilprednisolon!
hidrokortison-! se(ara oral +prednison! prednisolon! metilprednisolon-! atau dalam
bentuk aerosol +beklometason! flunisolid! dan triamsinolon-
$!5
.
Pemberian kronis kortikosteroid se(ara oral atau parenteral berkaitan dengan
penurunan berat badan lahir. Penelitian pada binatang menunjukkan adanya (elah
palatum pada spesies yang sangat sensitif terhadap kelainan ini tetapi tidak ada
peningkatan (a(at bawaan pada manusia. Ada tiga jenis bahan yang tersedia untuk
inhalasi6 beklometason! triamsinolon! dan flunisolid. Mang banyak dipakai dalam
kehamilan adalah beklometason sehingga menjadi kortikosteroid inhalasi pilihan
selama kehamilan karena pengalaman klinisnya yang meyakinkan. 1eskipun
dapat timbul absorbsi sistemik dari kortikosteroid inhalasi! kadar plasma yang
rendah dari inhalasi ini menyebabkan ke(il kemungkinan efek terhadap janin.
Penggunaan kortikosteroid inhalasi atau sistemik merupakan kontraindikasi saat
menyusui
$!5
.
II.3.3. Ant$h$stam$n
Antihistamin digunakan untuk menahan aksi pelepasan histamin selama aktivasi
sel mast sebagai respon terhadap alergen atau stimulan lain. Antihistamin banyak
didapatkan dalam obat#obat flu dan anti alergi yang dijual bebas. B1 bloker yang
1$
lebih baru seperti terfenadin dan astemi)ol memiliki efek sedatif yang lebih ke(il
daripada obat#obat generasi pertama yang lebih tua
$!5
.
Antihistamin belum terbukti berbahaya bila digunakan selama awal kehamilan.
%ari penelitian dengan binatang dan manusia didapatkan sangat sedikit potensi
teratogenisitas terhadap manusia. 3angat beralasan memilih antihistamin yang
lebih tua karena sudah ada data per(obaan terhadap manusia yang meyakinkan
untuk penggunaan selama kehamilan. 1eskipun ada perhatian tentang efek
antihistamin terhadap anak#anak! tidak ada data meyakinkan tentang efek samping
karena penggunaan obat ini selama akhir kehamilan atau menyusui. 1enurut
American Academy of Pediatrics Committee on Drugs! antihistamin disebut#sebut
kompatibel dengan masa menyusui
$!5
.
II.3.'. Dek#ngestan
%ekongestan merupakan obat adrenergik J yang digunakan untuk konstriksi
pembuluh darah di mukosa hidung. Bahan#bahan yang termasuk dalam golongan
ini misalnya oksimeta)olin! fenilefrin! fenilpropanolamin! efedrin! dan
pseudoefedrin. &arena jenis ini memiliki aktivitas adrenergik J! ada perdebatan
tentang potensinya dalam konstriksi suplai pembuluh darah yang terkait dalam
pertukaran udara dan makanan ibu#janin. Akan tetapi! pseudoefedrin tampaknya
tidak menghasilkan efek ini pada dosis terapeutik. Pengalaman pada manusia
tidak menghasilkan gambaran pasti adanya (a(at bawaan meskipun the Fational
Eollaborative Perinatal Proje(t mempertanyakan tentang fenilefrin dan
fenilpropanolamin
$!5
.

II.'. Penatalaksanaan Asma selama "eham$lan
15
II.'.1. Pr$ns$. Tera.$ Pada 9an$ta Ham$l
2ujuan penatalaksanaan asma pada wanita hamil yang juga berlaku untuk semua
pasien asma adalah
$!5
6
1empertahankan fungsi paru normal atau mendekati normal
1engontrol gejala! termasuk gejala#gejala malam
1empertahankan tingkat aktivitas normal! termasuk olahraga
1en(egah asma eksaserbasi akut
1enghindari efek samping pengobatan asma
3elain itu ada tujuan lebih lanjut penatalaksanaan asma pada wanita hamil yaitu6
1elahirkan bayi yang sehat
Galaupun terapi farmakologi merupakan komponen yang vital dari managemen
yang baik! tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah memberikan penerangan
pada pasien tentang penyakitnya dan bagaimana (ara menghindari serangan asma!
sehingga pasien akan taat terhadap terapi yang dianjurkan dan tujuan untuk
mengarah ke kehidupan yang relative normal dan kehamilan yang normal dapat
diharapkan. 2ujuan lainnya adalah agar pasien dapat mengidentifikasi serangan!
mengenali dan mengobati e?a(erbasi pada tingkat awal. @uga agar pasien
mengetahui bahwa terapi asma hanya mempunyai resiko rendah atau dapat
dikatakan sama sekali tidak beresiko
+11-.
3e(ara umum langkah yang harus diperhatikan pada managemen asma yaitu
+"!11-6
1. 3edapat mungkin menghindari serangan.
,. 2erapi awal merupakan hal yang sangat penting. :unkananlah obat saat
tanda#tanda awal dari asma mulai mun(ul.
/. Penting pada wanita hamil untuk tidak menunda pengobatan lebih lanjut
jika ditemukan hal#hal dibawah ini6
o 'bat#obatan tidak menghasilkan perbaikan yang (epat
o Perbaikan tidak terjadi terus#menerus
o Penyakit semakin lama semakin berat
o 2erdapat kemunduran dari pergerakan fetus
1"
4. yang tidak kalah pentingnya adalah melakukan pengobatan yang teratur.
Penatalaksanaan efektif asma untuk wanita hamil berpedoman pada empat
komponen yaitu
$!5
6
1. Pengukuran obyektif untuk menilai dan memantau fungsi paru ibu dan
kesejahteraan janin dengan tujuan membuat rekomendasi terapeutik
yang tepat.
,. Pengukuran untuk menghindari atau mengontrol pemi(u asma di
lingkungan pasien.
/. 2erapi farmakologis
4. <dukasi pasien
II.'.1.1. "#m.#nen 14 Pengukuran /0-ekt$% Untuk Pen$la$an dan
Pemantauan
a. ,ungs$ Paru I0u
2es fungsi paru penting untuk menilai beratnya asma dengan tujuan
memberikan rekomendasi terapeutik yang baik. Asma memiliki karakter obstruksi
aliran udara variabel yang seringnya paling berat saat malam atau pagi hari.
=ungsi paru biasa dinilai dengan spirometri. =<>1 merupakan ukuran
tunggal terbaik fungsi paru untuk menilai beratnya asma. &arena itu! spirometri di
tempat praktek direkomendasikan dalam penilaian awal pasien hamil yang
dievaluasi asmanya dan kemudian dinilai se(ara periodik sebagaimana
dibutuhkan.
Aasio udara ekspiratoar pun(ak +peak expiratory flow rateDP<=A-
merupakan kapasitas udara terbesar yang didapat selama ekspirasi paksa yang
dimulai dengan paru mengembang penuh! dan berhubungan erat dengan =<>1.
P<=A dapat diukur dengan peak flow meter yang terper(aya! murah! dan portabel.
&arena P<=A hanya mengukur fungsi saluran pernafasan besar! P<=A bukan
pengukuran obstruksi aliran udara paling sensitif. 1aka dari itu! P<=A mungkin
tidak (ukup untuk menegakkan diagnosis atau evaluasi penuh gangguan fisiologis
yang berhubungan dengan asma. Famun tidak dapat disangkal bahwa pemantauan
P<=A di rumah sangat berguna dalam menilai variasi sirkadia pada fungsi paru
14
+sebuah indikasi hiperresponsivitas saluran pernafasan- dan selanjutnya baik
perjalanan asma dan respon terhadap terapi. Pengukuran P<=A juga dapat
membedakan asma dengan penyebab lain dispneu selama kehamilan! menilai
gejala dan meramalkan eksaserbasi asma. Penggunaan P<=A direkomendasikan
sebagai parameter obyektif untuk follow up gejala dan membuat rekomendasi
terapeutik saat rekomendasi sema(am itu tergantung pada beratnya obstruksi
aliran udara. Pemantauan P<=A terutama bermakna untuk mendeteksi deteriorasi
asma! meramalkan eksaserbasi akut! dan menilai respon terhadap terapi.
1empertahankan fungsi paru sampai sebisa mungkin mendekati normal sangat
diharapkan selama kehamilan. Pasien#pasien yang memerlukan keberhasilan
tujuan ini sebaiknya disuplai dengan peak flow meter rumah. 3e(ara umum hal ini
termasuk wanita dengan asma sedang sampai berat. Pasien#pasien ini seharusnya
men(atat P<=A pagi hari! siang hari! dan kira#kira 1, jam kemudian lalu
membawa (atatan ini setiap kunjungan prenatal.
0. Pemantauan an$n
2ujuan penatalaksanaan wanita hamil dengan asma adalah mengoptimalkan
fungsi paru ibu dan mengidentifikasi janin#janin yang berisiko mengalami
hambatan pertumbuhan dan keluaran buruk.
Mang penting ibu hamil penderita asma sebaiknya rajin memeriksakan
janinnya sejak awal. Pemeriksaan dengan *3: dapat dilakukan sejak usia
kehamilan 1, # ,0 minggu untuk mengetahui pertumbuhan janin. *3: dapat
diulang pada trisemester ke#, dan ke#/ terutama bila derajat asmanya berada pada
tingkat sedang # berat. Pemeriksaan janin juga dapat dilakukan dengan electronic
fetal heart rate monitoring untuk memeriksa detak jantung janin.
Pada trimester ketiga! pemantauan janin kadang terlupa selama eksaserbasi
asma. Pada trimester ketiga! jika diperlukan dapat dilakukan pemantauan denyut
jantung janin +nonstress test atau contraction stress test- dan penentuan tingkah
laku janin se(ara elektronik +biophysical assessment- untuk meyakinkan
kesejahteraan janin. ;ndikasi penilaian antepartum janin meliputi hambatan
,0
pertumbuhan! asma sedang#berat! eksaserbasi asma! dan penurunan pergerakan
janin.
3aat wanita dengan asma berada dalam persalinan maka diperlukan
pemantauan janin ketat. Pada pasien risiko rendah! mungkin tidak diperlukan
pemantauan janin elektronik kontinyu. Penilaian janin dapat di(apai dengan
pemantauan elektronik selama ,0 menit yang disebut tes masuk rumah sakit
+admission test-. Famun pasien#pasien dengan asma ringan atau sedang yang
terkontrol dan tes masuk rumah sakit yang meyakinkan! auskultasi intermiten!
pengukuran P<=A! atau pemantauan denyut jantung janin elektronik mungkin
(ukup. Pemantauan janin intensif direkomendasikan untuk pasien yang memasuki
persalinan dengan asma tidak terkontrol atau berat dan memiliki tes masuk rumah
sakit yang tidak meyakinkan atau faktor risiko lain. Bal ini dapat dilakukan
dengan (ara pemantauan denyut jantung janin elektronik atau auskultasi
intermiten +setiap 10 menit pada kala 1! setiap 0 menit pada kala ,-. 3elama masa
persalinan! pemantauan janin intensif dapat dipikirkan untuk menjadi pedoman
obstetris dan penatalaksanaan asma.
II.'.1.2. "#m.#nen 24 Pengukuran Untuk Men*egah atau Meng#ntr#l
Pem$*u Asma
a. "#ntr#l L$ngkungan
1enghapuskan paparan lingkungan yang buruk sangat penting dalam
mengontrol asma selama kehamilan. ;ritan dan alergen yang merangsang gejala
akut juga meningkatkan hiperresponsivitas saluran nafas. ;ritan nonspesifik
meliputi asap rokok! debu! bau#bauan kuat! dan polutan udara lingkungan.
&hususnya jika pasien sendiri merokok! dia harus dipaksa berhenti dan dirujuk ke
sebuah program berhenti merokok yang baik.
&utu#kutu rumah tampak memegang peran utama sebagai penyebab asma
alergi. Alergen kutu dapat ditemukan di seluruh rumah! di kasur! bantal! karpet!
furnitur! selimut! pakaian! dan mainan lunak. &elangsungan hidup binatang ini
tergantung pada kelembaban udara! mereka mun(ul pada lingkungan dimana
kelembaban relatifnya lebih tinggi dari 00%.
,1
Pen(etus lain bisa berasal dari latihan olahraga yang terlalu dipaksakan!
infeksi saluran pernapasan +batuk#pilek-! perubahan (ua(a! dan emosi.
0. Tera.$ Imun
2erapi imun dapat men(egah inflamasi alergi dan terbukti mengurangi
gejala asma yang dirangsang alergen seperti kutu rumah! kotoran ku(ing! serbuk
sari rumput! dan alternaria. 2erapi imun dapat dipertimbangkan untuk pasien yang
tidak mungkin menghindari alergen dan iritan dan jika pengobatan medis gagal
mengontrol gejala asma.
1asalah utama penggunaan terapi imun selama kehamilan adalah
timbulnya reaksi sistemik +anafilaksis-. ;nduksi kontraksi uterus yang timbul
setelah anafilaksis dan menyebabkan abortus disebutkan dalam beberapa laporan
meskipun hal ini jarang sekali terjadi.
*. :aks$n
3udah umum direkomendasikan pemberian vaksin influen)a setiap tahun
kepada pasien asma sedang dan berat. ;nfluen)a adalah vaksin mati dan tidak ada
bukti menunjukkan adanya hubungan dengan risiko ibu atau janin meskipun
direkomendasikan pemberiannya setelah trimester pertama.
II.'.1.3. "#m.#nen 34 Tera.$ ,armak#l#g$s
Prinsip *tama Penatalaksanaan =armakologis yaitu penyesuaian pedoman
terapi umum sesuai kebutuhan individu pasien. 1engingat asma merupakan
penyakit yang bervariasi diantara penderitanya. 2ingkat beratnya asma pada setiap
wanita dapat berubah dari satu bulan atau musim ke bulan lainnya atau selama
kehamilan. &arena itu! regimen farmakologik spesifik harus disesuaikan sesuai
keperluan individu dan keadaan serta diintegrasikan dengan rekomendasi strategi
penatalaksanaan nonfarmakologis.
3alah satu tujuan terapi adalah penggunaan obat minimum yang
diperlukan untuk mempertahankan kontrol dengan risiko efek samping terke(il.
,,
Pendekatan bertahap dimana jumlah obat dan frekuensi pemberian ditingkatkan
sesuai keperluan untuk menetapkan kontrol +step up- dan diturunkan jika mungkin
untuk mempertahankan kontrol +step down- digunakan untuk men(apai tujuan ini.
3e(ara umum! setiap pasien asma harus memiliki agonis I, inhalan yang tersedia
untuk penanganan penyelamatan gejala akut. Perawatan penyelamatan ini juga
memiliki pola bertahap. 'bat#obatan ditambahkan jika perlu untuk mengontrol
gejala. Peningkatan sering hanya bersifat sementara dan tergantung pada berat dan
durasi eksaserbasi asma juga respon pasien sendiri.
Asma merupakan penyakit yang heterogen berdasarkan pada beratnya!
riwayat alamiah dan respon terhadap terapi. 3elain itu beratnya gejala pada
seorang pasien tidak selalu sama setiap waktu! sehingga pendekatan managemen
tunggal tidak selalu dapat diterapkan. %engan kata lain dibutuhkan terapi yang
tepat untuk tingkat beratnya penyakit yang terjadi pada saaat itu
+4-.
a. Asma Interm$ten
1enurut pengalaman! banyak asma yang terjadi hanya ringan saja! gejala
yang kadang kala mun(ul dapat hilang dengan bron(hodilator perinhalasi! tanpa
menimbulkan efek samping yang besar. @ika asma terjadi karena keadaan yang
dapat diperkirakan seperti latihan berat pada olah raga! terapi pen(egahan dengan
B#agonis inhaler dianjurkan untuk pasien dengan fungsi paru yang normal atau
mendekati normal +=<>1 lebih besar dari "0%- dan sedikit variasi peak flow
+kurang dari ,0%-
+5!"!11-
0. Asma 1$ngan
Penambahan dari preparat (ontrol dianjurkan pada gejala ringan yang
terjadi dengan selang waktu yang tidak lama. Galaupun tidak ada konsensus yang
menetapkan berapa frekuensi yang disebutkan sebagai selang waktu yang tidak
lama tersebut. 2etapi sebagai patokan penambahan preparat kontrol diberikan jika
gejala terjadi 1 kali perminggu atau jika gejala pada malam hari terjadi lebih dari
, kali perbulan. 3ebagai pilihan terapi kontrol digunakan kortikosteroid. 2ujuan
dari penggunaan kortikosteroid awal tidak hanya meringankan gejala yang terjadi
,/
saat ini tetapi juga men(egah komplikasi jangka panjang dari asma. Galaupun
belum terbukti tetapi pemikiran tersebut timbul karena inflamasi saluran napas
yang tidak diterapi dapat menimbulkan perubahan saluran napas dan obstruksi
saluran napas kronik persisten
+5!"!11-.
&romolin sebagai anti inflamasi non steroid dapat digunakan jika asma
ringan dengan peningkatan gejala dengan frekuensi kurang dari 1 kali perhari.
Pada gejala yang lebih berat dan seing tetap digukana kortikosteroid inhalasi
karena hasilnya lebih baik
+5!"!11-.
*. Asma !edang
Asma sedang ditandai dengan gejala yang hilang dengan menghirup B#
agonis beberapa kali perhari. Asma sedang ini paling baik diobati dengan
kortikosteroid inhalasi untuk mengontrol inflamasi dan B#agonis diberikan jika
perlu untuk menghilangkan gejala
+5!"!11-
Pemilihan dosis initial lebih mengarah ke empiris. 2erapi dimulai dengan
dosis yang besar $00#1000 mikrogram per hari lalu diturunkan setelah didapatkan
keadaanyang terkontrol. &ebanyakan pasien men(apai (ontrol asma yang adekuat
pada dosis dibawah 1000 mikrogram perhari. Pada sebagian ke(il pasien
kortikosteroid inhalasi kurang dari 1000 mikrogram perhari tidak (ukup untuk
mengontrol gejala. Pada beberapa kasus terapi ditingkatkan dengan menaikan
dosis kortikosteroid inhalasi atau dengan penambahan obat lain! seperti B#agonis
dan theophyllin. %an menurut penelitian penambahaan B#agonis lebih bermanfaat
daripada meningkatkan dosis kortikosteroid
+"!11-
d. Asma Berat
Asma yang ditandai dengan gejala yang menetap walaupun diterapi
dengan kortikosteroid inhalasi dan penambahan terapi dengan B#agonis atau
theophyllin. Asma berat biasanya timbul karena ketidaktaatan terhadap terapi atau
karena terpapar faktor lingkungan yang memi(u atau dapat pula karena mendapat
obat yang memi(u asma seperti aspirin dan B#bloker
+"!11-.
,4
Pada asma yang berat pilihan terbatas! termasuk penambahan dosis
kortikosteroid inhalasi! penambahan theopillin dan B#agonis. Pasien yang tidak
terkontrol walaupun diterapi dengan kortikosteroid inhalasi sampai dengan ,000
mikrogram perhari dan satu atau lebih long a(ting bron(hodilator!
dipertimbangkan untuk mendapat steroid oral
+"!11-
e. Tera.$ E;a*er0as$ Akut
%alam menghadapi ibu hamil dengan serangan asma akut! harus se(ara
(epat dinilai beratnya serangan! jika berat perlu dipertimbangkan perawat diruang
unit perawatan intensif dengan tetap memonitor keadaan janin dalam kandungan.
Penanganan serangan asma akut pada kehamilan adalah sebagai berikut
+1-6
1. Pemberian oksigen yang telah dilembabkan! ,#4Dmenit! pertahankan p', 50#
"0 mmBg. @anin sangat rentan terhadap keadaan hipoksia.
,. Bindari obat#obat penekan batuk! sedatif dan antihistamin. 2enangkan
penderita Berikan (airan intravena! biasanya penderita mengalami kekurangan
(airan! (airan yang digunakan biasanya ringer laktat atau normal saline.
/. Berikan aminofilin dengan loading dose 4#$ mgDkgBB dan dilanjutkan dengan
dosis 0!"#1 mgDkgBBDjam sampai ter(apai kadar terapeutik dalam plasma
sebesar 10#,0 mikrogramDml.
4. @ika diperlukan pertimbangan penggunaan terbulatin subkutan dengan dosis
0!,0 mg
0. Berikan steroid 6 hidrokortison se(ara intravena , mmDkgBB loading dose!
tiap 4 jam atau setelah loading dose dilanjutkan dengan infus 0!0
mgDkgBBDjam
$. Pertimbangan penggunaan antibiotika jika ada ke(urigaan infeksi yang
menyertai
5. ;ntubasi dan ventilasi bantuan! jarang dibutuhkan ke(uali pada kasus#kasus
yang mengan(am kehidupan.
,0
". 3erangan asma berat yang tidak memberikan respons setelah /0#$0 menit
dengan terapi infeksi +obat agonis beta H teofilin- disebut status asmatikus!
pada keadaan ini penderita ini harus ditangani di unit perawatan intensif
3elama kehamilan pertimbangan untuk intubasi lebih awal diperlukan jika
fungsi pernapasan ibu terus menurun! meskipun dilakukan penanganan yang
intensif. 1elakukan intubasi dan ventilasi mekanis.
%. Penatalaksanaan Asma <ang D$$nduks$ Lat$han
Asma yang diinduksi latihan +xercise-induced asthmaD<;A- jika tidak
diterapi dapat membatasi dan mengganggu kehidupan normal. %efinisi <;A
adalah istilah untuk penge(ilan saluran nafas yang timbul beberapa menit setelah
melakukan aktivitas berat. <;A harus diantisipasi pada semua pasien asma
dimana sebagian besar pasien memiliki hiperiritabilitas saluran nafas yang
mengarah pada kondisi ini.
<;A banyak disebabkan oleh kontraksi otot polos. <;A biasanya men(apai
pun(aknya 0#10 menit setelah menghentikan aktivitas berat dan kembali normal
dalam ,0#/0 menit kemudian.
2ujuan penatalaksanaan adalah agar pasien bisa melakukan aktivitas
apapun yang mereka pilih tanpa mengalami gejala asma. Pasien yang mendapat
terapi anti inflamasi dengan jadwal teratur mungkin memiliki kontrol asma yang
(ukup dimana asmanya tidak dirangsang oleh latihan. <;A dapat di(egah dengan
inhalasi agonis I, 0#$0 menit sebelum latihan. 2erapi awal ini berguna untuk
beberapa jam ke depan. @ika pasien masih mengalami gejala dengan adanya
latihan! , KpuffsL agonis I, inhalasi dapat melegakan gejala dan dosisnya harus
dinaikkan untuk terapi awal latihan berikutnya. &ombinasi terapi awal agonis I,
dan kromolin dapat efektif saat tidak ada salah satu obat ini yang men(ukupi.
II.'.2. Penanganan Asma Dalam Persal$nan
*ntuk merawat pasien dengan asma selama persalinan dan kelahiran!
direkomendasikan untuk melanjutkan pengobatan asma yang terjadwal dengan
,$
teratur +kromolin inhalasi! beklometason! dan atau teofilin oral- selama persalinan
dan kelahiran. P<=A harus diukur saat akan bersalin atau melahirkan dan
kemudian tiap 1, jam. @ika timbul gejala asma! P<=A diukur setelah pengobatan
asma. Pasien harus dijaga baik hidrasinya dan disiapkan analgesik yang (ukup
untuk membatasi risiko bronkospasme. Pasien yang sudah memerlukan
kortikosteroid sistemik kronis atau beberapa kortikosteroid sistemik jangka
pendek selama kehamilan harus diberi hidrokortison 100 mg setiap " jam sampai
,4 jam postpartum untuk mengobati kemungkinan supresi adrenal.
3aat wanita dengan asma berada dalam persalinan! diperlukan pemantauan
janin ketat. Pada pasien risiko rendah! mungkin tidak diperlukan pemantauan ini.
Penilaian janin dapat diselesaikan dengan pemantauan elektronik selama ,0 menit
yang disebut tes masuk rumah sakit. &emudian untuk pasien dengan asma ringan
atau sedang yang terkontrol baik dan tes masuk masuk rumah sakit yang
meyakinkan! perlu dilakukan auskultasi intermiten! pengukuran P<=A! atau
pemantauan denyut jantung janin elektronik. Pemantauan janin se(ara intensif
direkomendasikan untuk pasien#pasien yang memasuki persalinan dengan asma
tidak terkontrol atau asma berat dan tidak memiliki tes masuk rumah sakit yang
meyakinkan atau faktor risiko lainnya. Bal ini dapat dilakukan dengan
pemantauan denyut jantung janin elektronik kontinyu atau auskultasi intermiten
+setiap 10 menit pada kala 1! setiap 0 menit pada kala ,-. 3elama persalinan!
pemantauan janin intensif ini dapat djiadikan pedoman untuk mengambil
keputusan dalam pengelolaan asma dan obstetris yang baik.
&arena pada persalinan kebutuhan ventilasi bisa men(apai ,0 ;Dmenit!
maka persalinan harus berlangsung pada tempat dengan fasilitas untuk menangani
komplikasi pernapasan yang berat8 peneliti menunjukkan bahwa 10% wanita
memberat gejala asmanya pada waktu persalinan
+1-.
3elama persalinan kala ;! pengobatan asma selama masa prenatal harus
diteruskan! ibu yang sebelum persalinan mendapat pengobatan kortikosteroid
harus hidrokortison 100 mg intravena! dan diulangi tiap " jam sampai persalinan.
Bila mendapat serangan akut selama persalinan! penanganannya sama dengan
penanganan serangan akut dalam kehamilan seperti telah diuraikan di atas
+1-.
,5
*ntuk induksi persalinan! oksitosin merupakan obat terpilih. Penggunaan 10#metil
prostaglandin =,#alfa harus dihindari karena merupakan analog prostaglandin =,#
alfa sintetik yang dilaporkan menyebabkan bronkospasme pada pasien asma.
Penggunaan prostaglandin <, dilaporkan juga dapat menyebabkan bronkospasme.
Famun! sebuah penelitian terakhir menyebutkan bahwa bahan ini aman untuk
abortus terapeutik atau induksi persalinan janin mati pada pasien dengan asma.
Penggunaan jel prostaglandin <, intravaginal atau intra(ervi(al untuk pematangan
serviks sebelum induksi persalinan tidak dilaporkan menyebabkan bronkospasme.
Pada persalinan kala ;; persalinan per vaginam merupakan pilihan terbaik
untuk penderita asma! ke(uali jika indikasi obstetrik menghendaki dilakukannya
seksio sesarea. @ika dilakukan seksio sesarea lebih dipilih anestesi regional
daripada anestesi umum karena intubasi trakea dapat mema(u terjadinya
bronkospasme yang berat
+1-
.
3aat memilih analgesik narkotik untuk pasien dengan asma! harus
dipertimbangkan bahan tersebut menyebabkan pelepasan histamin yang
memper(epat bronkospasme. Barus dihindarkan morfin dan meperidin sehingga
bahan terpilih adalah fentanil. Analgesik narkotik menyebabkan depresi
pernafasan dan tidak boleh digunakan pada eksaserbasi asma akut.
Pada penderita yang mengalami kesulitan pernapasan selama persalinan
pervaginam! memperpendek kala ;; dengan menggunakan ekstraksi vakum atau
for(eps akan bermanfaat
+1-
.
@ika diperlukan anestesi umum! penggunaan atropin dan glikopirolat dapat
memberikan efek bronkodilator. *ntuk induksi anestesi! ketamin merupakan obat
terpilih karena menurunkan resistensi jalan nafas dan dapat men(egah
bronkospasme. Anestesi halogen konsentrasi rendah dapat memberikan efek
bronkodilatasi! memberikan jalan untuk oksigen konsentrasi tinggi dan men(egah
ke(emasan ibu terhadap pembedahan serta tidak menimbulkan pendarahan pas(a
salin. Bila persalinan dengan seksio sesarea atas indikasi medik obstetrik yang
lain! maka sebaiknya anestesi (ara spinal
+1-.
,"
%alam memilih anestesi dalam persalinan! golongan narkotik yang tidak
melepaskan histamin seperti fentanyl lebih baik digunakan daripada meperidine
atau morfin yang melepas histamine
+1-.
II.'.3. Penanganan Asma P#st Partum
Penanganan asma post partum dimulai jika se(ara klinik diperlukan.
Perjalanan dan penanganan klinis asma umumnya tidak berubah
se(ara dramatis setelah post partum. Pada wanita yang menyusui tidak
terdapat kontra indikasi yang berkaitan dengan penyakitnya ini.
2eofilin bisa dijumpai dalam air susu ibu! tetapi jumlahnya kurang
dari 10% dari jumlah yang diterima ibu. &adar maksimal dalam air
susu ibu ter(apai , jam setelah pemberian! seperti halnya prednison!
keberadaan kedua obat ini dalam air susu ibu masih dalam konsentrasi
yang belum men(ukupi untuk menimbulkan pengaruh pada janin
+1-
.
Pengobatan farmakologis untuk pendarahan pas(a salin pada pasien
dengan asma berbeda karena sebagian besar obat oksitosik untuk atonia uteri
dapat memperburuk bronkospasme. 'ksitosin adalah obat terpilih untuk
pendarahan pas(a salin. Famun jika diperlukan obat tambahan! metilergonovin
dan ergonovin harus dihindari karena menyebabkan bronkospasme. @ika
penggunaannya tidak dapat dihindarkan! sangat disarankan pengobatan awal
dengan metilprednisolon. Penggunaan 10#metil prostaglandin =,#alfa harus
dihindari karena merupakan bronkokonstriktor dan dapat memperburuk asma.
@ika diperlukan pengobatan dengan prostaglandin! analog teraman adalah <, yang
kurang menyebabkan bronkospasme. @ika ada pendarahan uterus berat!
prostaglandin <, ,0 mg supositoria dapat diberikan untuk menghindari efek
washout yang disebabkan pendarahan vagina terus#menerus.
Bila terjadi pendarahan post partum yang berat! prostaglandin <, dan
uterotonika lainnya harus digunakan sebagai pengganti prostaglandin =,+?- yang
dapat menimbulkan terjadinya bronkospapasme yang berat
+1-
.
,4
II.'.'. Edukas$ Pas$en
<dukasi pasien merupakan senjata ampuh untuk menolong pasien
mendapatkan motivasi! keahlian! dan keper(ayaan diri untuk mengontrol
asmanya. <dukasi pasien harusnya dimulai pada saat diagnosis ditegakkan dan
diintegrasikan dengan perawatan kontinyu.
3ebagian besar tanggung jawab penanganan asma sehari#hari ada pada
pasien dan keluarganya. Partisipasi aktif oleh klinisi! pasien! dan keluarga dalam
sebuah kerjasama dapat meningkatkan pendekatan pada ren(ana perawatan dan
merangsang kemajuan dalam penatalaksanaan asma. &onsep kerjasama ini
termasuk komunikasi terbuka! pengembangan ren(ana terapi bersama oleh klinisi
dan pasien! peningkatan usaha keluarga untuk dalam pen(egahan dan perawatan
gejala pasien.
<dukasi pasien termasuk membantu pasien memahami asma! membantu
pasien mempelajari dan mempraktekkan keahlian yang diperlukan untuk
mengelola asma! dan mendukung pasien saat mereka meniru tingkah laku
penatalaksanaan asma yang baik dan menambahkannya ke dalam ren(ana terapi
mereka. 1eningkatkan keahlian pasien dalam penatalaksanaan asma dan
meyakinkan bahwa mereka dapat mengontrol asmanya.
II.'.(. Dukungan Ps$k#l#g$s
&ehamilan merupakan saat stres psikologis karena perubahan#perubahan
dalam bentuk tubuh! gejala#gejala fisik yang menyertai kehamilan! dan ketakutan
tentang kehamilan! persalinan! kelahiran! dan perkembangan janin. Banyak wanita
hamil mengalami labilitas emosi selama kehamilan. Pada pasien yang memiliki
asma! ada masalah tambahan. 3tres yang berhubungan dengan kehamilan normal
dapat merangsang asma pada beberapa wanita dengan predisposisi itu. ebih jauh!
morbiditas asma dapat memperburuk stres kehamilan. Bisa juga didapatkan
/0
ketakutan tambahan tentang efek asma atau pengobatan asma terhadap janin yang
sedang berkembang.
BAB III
"E!IMPULAN
Asma merupakan penyakit obstruktif paru yang sering terjadi yang ada
pada wanita hamil. 3ehingga jika pasien menderita asma kita sebagai dokter harus
memberitahu apa saja yang harus dihindari selama hamil dan pengobatan harus
teratur untuk men(egah terserangnya asma! yang dapat menyebabkan janin
kekurangan oksigen.
Pengaruh asma terhadap kehamilan misalnya peningkatan kelahiran
preterm dan berat badan lahir bayi rendah! peningkatan mortalitas neonatal! dan
peningkatan hipoksia neonatal! hiperemesis gravidarum! pendarahan vagina! dan
toksemia. Pengaruh kehamilan terhadap asma bisa meningkat +/$%-! memburuk
+,/%-! dan tidak mengalami perubahan +41%-.
'bat#obat asma yang bisa digunakan adalah anti inflamasi seperti
kortikosteroid! sodium kromolin! sodium nedokromil! bronkodilator seperti agonis
I, adrenergik! agonis I nonselektif! teofilin! dan anti kolinergik! antihistamin!
dekongestan! dan terapi imun.
Penatalaksanaan efektif asma dalam kehamilan berpedoman pada empat
komponen yaitu6
1. Pengukuran obyektif untuk menilai dan memantau fungsi paru ibu dan
kesejahteraan janin dengan tujuan membuat rekomendasi terapeutik
yang tepat.
,. Pengukuran untuk menghindari atau mengontrol pemi(u asma di
lingkungan pasien.
/. 2erapi farmakologis
4. <dukasi pasien
Pada saat pasien akan melahirkan baiknya persalinan pervaginam! ke(uali
atas indikasi obstetri( persalinan dilakukan perabdominal. @ika persalinan
/1
perabdominal lebih baik menggunakan anestesi epidural! karena jika
menggunakan anestesi umum resiko terjadinya bron(hospasme lebih besar.
DA,TA1 PU!TA"A
1. Eunningham!=.:ary! dkk. ,000. 1aternal Physiology dalam !illiams
"bstetrics. <disi ke#,,. 1(:raw#Bills Eompanies
,. Eunningham!=.:ary! dkk. ,000. Pulmonary %isorders dalam !illiams
"bstetrics. <disi ke#,,. 1(:raw#Bills Eompanies
/. Burrow!:erard F. dan %uffy!2homas P. 1444. Medical Complications During
Pregnancy. <disi ke#0. G.B.3aunders Eompany
4. Perlow!@ordan B. ,000. Asthma 1anagement %uring Pregnan(y dalam
Current #herapy $n "bstetrics And %ynecology. <disi ke#0.
G.B.3aunders Eompany
0. &a))i!Amin Antoine dan 1ara(helian!Ara). ,004. Pregnancy& Asthma.
www.emedi(ine.(omDemergDtopi(45$.htm
$. Busse!Gilliam G. dkk. ,004. Managing Asthma During Pregnancy'
(ecommendations for Pharmacologic #reatment.
www.nhlbi.nih.govDhealthDprofDlungDasthmaDastpreg.htm
5. enfant!Elaude. dkk. 144/. Management of Asthma During Pregnancy.
http6DDwww.nhlbi.nih.govDhealthDprofDlungDasthmaDastpreg.t?t
". 3etiawati!Arini. 1440. Adrenergik dalam )armakologi dan #erapi. <disi ke#,.
@akarta6=&*;
4. 3unaryo. 1440. Perangsang 3usunan 3araf Pusat dalam )armakologi dan
#erapi. <disi ke#,. @akarta6=&*;
10. 3jamsudin!*din. 1440. Autakoid dan Antagonis dalam )armakologi dan
#erapi. <disi ke#,. @akarta6=&*;
11. 3uherman!3uharti &. 1440. Adrenokortikotropin! Adrenokortikosteroid! dan
&ortikosteroid 3intetik dalam )armakologi dan #erapi. <disi ke#,.
@akarta6=&*;
/,
1,. 3undaru!Beru. ,001. Asma Bronkial dalam *uku A+ar $lmu Penyakit Dalam.
@ilid ;;. <disi ke#/. @akarta6=&*;
//

Anda mungkin juga menyukai