Anda di halaman 1dari 11

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Salah satu masalah sosial yang dihadapi bangsa Indonesia adalah
rendahnya status gizi masyarakat. Hal ini mudah dilihat, misalnya dari berbagai
masalah gizi, seperti kurang gizi, anemia gizi bezi, gangguan akibat kekurangan
yodium dan kekurangan vitamin A. Rendahnya status gizi jelas berdampak pada
kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, status gizi mempengaruhi
kecerdasan, daya tahan tubuh terhadap penyakit, kematian ibu dan produktivitas
kerja.
Dalam hal angka kematian bayi, pada tahun 2002-2003, Indonesia
(31/1000 kelahiran) hanya lebih baik dengan kamboja (97/1000 kelahiran) dan
laos (82/1000 kelahiran). Jika dibandingkan dengan negara-negara lain, kita masi
tertinggal. Singapura dan Malaysia memiliki angka kematian bayi amat rendah,
masing-masing 3 dan 7 per 1000 kelahiran. Ini menunjukkan besarnya perhatian
negara itu terhadap masalah gizi dan kesehatan yang dihadapi anak-anak.
Sekitar 104 juta penduduk Indonesia hidup dibawa garis kemiskinan,
setengah dari total rumah tangga mengonsumsi makanan kurang dari kebutuhan
sehari-hari sehingga lebih dari 100 juta penduduk beresiko terhadap berbagai
masalah kurang gizi (Atika Waludjani,2007).
Pada kasus gizi buruk di Cianjur jawa barat pada tahun 2010 tercatat
balita penderita gizi buruk mencapai 2.400 orang atau sebesar 1,4 persen dari
jumlah keseluruhan balita 30.000 orang.
Dinkes Cianjur menyatakan bahwa jumlah data selama tahun 2011 jumlah
korban meninggal dunia penderita gizi buruk di RSUD Cianjur meningkat
dibandingkan tahun 2010, Yaitu Dari 66 orang pasien penderita gizi buruk yang
dirawat RSUD Cianjur, tujuh di antaranya meninggal dunia. Pada 2010, jumlah
penderita gizi buruk yang meninggal dunia tercatat hanya empat orang dari 72
pasien yang dirawat. (Fikri, 2012)
1.2. Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan
masalahnya adalah sebagai berikut:
a. Apakah pola makanan merupakan faktor resiko gizi buruk pada anak balita
diwilayah Kabupaten Cianjur tahun 2012?
b. Apakah ASI eksklusif merupakan faktor resiko gizi buruk pada anak balita
Kabupaten Cianjur tahun 2012?
c. Apakah tingkat pendidikan ibu merupakan faktor resiko gizi buruk pada anak
balita Kabupaten Cianjur tahun 2012?
d. Apakah jumlah saudara merupakan faktor resiko gizi buruk pada anak balita
Kabupaten Cianjur?
e. Apakah pola asuh merupakan faktor risiko gizi buruk pada anak balita di
wilayah Cianjur tahun 2012?




1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
a. Maksud Penelitian
Mengetahuin faktor resiko buruk pada anak balita Kabupaten Cianjur tahun
2012.
b. Tujuan khusus
1. Diketahuinya besar resiko pola makan terhadap kejadin gizi buruk pada anak
balita.
2. Diketahuinya besar resiko ASI eksklusif terhadap kejadian gizi buruk pada
anak balita.
3. Diketahuinya besar resiko tingkat pendidikan ibu terhadap kejadian gizi buruk
pada anak balita.
4. Diketahuinya besar resiko jumlah saudara terhadap kejadian gizi buruk pada
anak balita.
5. Diketahuinya besar resiko pola asuh terhadap kejadian gizi buruk pada anak
balita.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan informasi
bagi depertemen Kesehatan dan instansi terkait sebagi bahan masukan untuk
menentukan arah kebijakan perencanaan program dalam rangka penanggulangan
gizi buruk.



1.5. Kerangka Pemikiran
Angka kematian bayi ini terkai erat dengan status gizi. Anak-anak
penderita gizi kurang umumnya memiliki kekebalan tubuh yang rendah dan hal ini
menjadikan dirinya rawan terhadap infeksi seperti ISPA, diare, campak yang
dapat menyebabkan kematian. Sementara itu, anak yang mengalami kekurangan
gizi dalam waktu lama dan tidak mendapatkan pertolongan yang cepat dan tetap
akan jatuh ke status gizi buruk (Ali Khomsan ,2006).
KEP merupakan masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita di
Indonesia merupakan Negara-negara berkembang lainya. WHO (2005)
memperkirakan 27% atau 168 juta anak balita di dunia menderita kurang gizi.
Laporan Badan PBB untuk anak (UNICEF)menyebutkan, dari 23,5 juta balita
Indonesia, sekitar 8,3% diantaranya menderita gizi buruk dansekitar 45%
mengalami gizi kurang. Menurut pengelompokan prevelensi gizi kurang
organisasi kesehatan dunia (WHO). Indonesia terggolong sebagian Negara dengan
status kekurangan gizi yang tinggi pada tahun 2004 karena 5.119.935 belita dari
17.983.244 balita Indonesia (28,47%) termasuk kelompok gizi buruk
(Siswono,2005).
Data dari Depertemen Kesehatan menyebutkan pada tahun 2004 masalah
gizi masih terjadi di 77,3% kebutuhan dan 56% kota di Indonesia. Data juga
menyebutkan bahwa pada 2003 sebanyak 5 juta anak balita (27,5%) kurang gizi
dimana 3,5 juta (19,2%) diantaranya berada pada tinggkat gizi kurang dan 1,5 juta
(8,3%) sisanya mengalami gizi buruk.
Akibat kehilangan kesempatan memperoleh ASI eksklusif, lebih dari 5
juta balita menderita kurang gizi serta 1,7 juta balita gizi buruk. Berdasarkan hasil
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDDKI) 2002-2003, tercatat
pemberian ASI eksklusif hingga umur 5 bulan hanya 14%, ASI hingga3 bulan
46% dan sebesar 64% hingga usia 2 bulan. Padahal, pemberian ASI secara
eksklusif selama 6 bulan mencegah 13% atau 137.000 dari 10,6 juta kematian
balita yang ada di Indonesia tiap tahunnya (Siti Fadillah Supari,2006).
Intek gizi yang berasal dari makanan yang dikomsumsi merupakan salah
satu penyebab langsung dari timbulnya masalah gizi. Rata-rata konsumsi enrgi
penduduk Indonesia tahun 2002 adalah sekitar 90,4%dari kecukupan yang
dianjurkan sebesar 2200 kkal/hari. Sementara rata-rata konsumsi protein sekitar
54,4% telah melebihi kecukupan protein yang dianjurkan (Hidaya Syarif,2004).
1.6. Hipotesis
Berdasarkan uraian pada kerangka pemikiran maka dapat dibuat hipotesis
sebagai berikut :
a. Diduga bahwa faktor resiko buruk pada anak balita Kabupaten Cianjur
tahun 2012.
b. Diduga bahwa besar resiko pola makan terhadap kejadin gizi buruk pada
anak balita.
c. Diduga bahwa besar resiko ASI eksklusif terhadap kejadian gizi buruk
pada anak balita.

d. Diduga bahwa besar resiko tingkat pendidikan ibu terhadap kejadian gizi
buruk pada anak balita.
e. Diduga bahwa besar resiko jumlah saudara terhadap kejadian gizi buruk
pada anak balita.

III. METODE PENELITIAN

3.1. Disain Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah Survey analitik dengan menggunakan
pendekatan Cross Sectional Study yang dimaksud untuk menganalisis faktor
risiko pola makan, ASI eksklusif, pendidikan ibu, jumlah saudara dan pola asuh
terhadap kejadian gizi buruk.
3.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Cianjur. RSUD dipilih
sebagai lokasi penelitian karena angka kejadian gizi buruk diwilayah kerja
Puskesmas Mare masih ada.
3.3. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah semua keluarga yang mempunyai anak balita yang
terdapat dikabupaten Cianjur sebanyak 1530 orang.
2. Sampel
Sampel adalah semua keluarga yang mempunyai anak balita yang
berada dilokasi pada saat penelitian serta bersedia menjadi responden
untuk penelitian sebanyak 105 .




3.4. Cara Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara Accidental Sampling yaitu
pemantauan sampel berdasarkan kebetulan artinya siapa saja responden
ditemukan pada saat penelitian.
3.4. Pengumpulan Data
1. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung menggunakan
kuesioner
2. Data sekunder diperoleh dari RSUD Cianjur dan instansi yang terkait
dengan penelitian ini.
3.5. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, diolah secara manual dengan mengunakan
komputer.
3.6. Analisis dan penyajian Data
1. Analisis Data
Analis data dilakukan dengan menggunakan uji statitik Chi Square
Test pada tingkat kemaknaan ( ) = 0,05 dan derajat kebebasan (df) = 1,
dengan rumus:


()


Keterangan:
X = kai kuadrat
= jumlah
O = nilai-nilai observasi
E = nilai-nilai frekuensi harapan

2. Penyajian Data
Data di sajikan dalam bentuk tabel yang disertai dengan narasi sebagai
penjelasan.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsir S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Penerbit Gramedia. Jakarta.
Asad, Suryani, 2003. Aspek Gizi danTumbuh Kembang Bayi dan Anak.
Makassar. Penerbit ITB.
Ending L.Achadi. 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Penerbit gramedia.
Jakarta.
Fikri, 2012. Dinkes Cianjur Tekan Angka Penderita Gizi Buruk.
http://antarajawabarat.com
Khomsan, Ali. 2003. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. Raja Grafindo persada.
Jakarta.
Moehji S. 2004. Ilmu dan Penanggulangannya pada Gizi Buruk. Papas Sinar
Sinanti. Jakarta.
Moehji S. 2004. Ilmu Gizi: Pengetahuan Dasar Ilmu Gizi. Papas Sinar Sinata.
Jakarta.
Moedjiono, Atika Walujani. 2007. Gizi Buruk Akibat Kegagalan Atasi
Kemiskinan. http//www.litbang.depkes.g.id.Diakes.
Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi 2 Penanggulangan Gizi Buruk. Bhatara Niaga media.
Jakarta.
Moehji, S. 2004. Pemeliharan Gizi Bayi dan Balita. Papas Sinar Sinarta. Jakarta.
Muljati, dkk, Factor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Mental Dan
Psikomotor Pada Anak Balita Gizi Kurang. Penelitian Gizi Dan Makanan,
Vol.25,No.2, 2002.
Neney, Yetty dan M.Thohar Arifin. Gizi Buruk Ancaman Generasi yang Hilang.
Inovasi online vol.5/XVII November 2005
Pudjiadi, Solihin. 2001. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak edisi ke-4. Balai Penerbit FK
UI.
Sandjaja. Penyimpangan Positif Status Gizi Anak Balita dan Faktor-faktor yang
Berpengaruh. Warta litbang kesehatan vol.5. 2001.

Anda mungkin juga menyukai