Anda di halaman 1dari 6

PENGABUAN BASAH (WET DIGESTION) PERALATAN Gunakan labu kjeldhal belehar panjang kapasitas 300 ml dengan ground glass

joint No. B 24. Hubungan dengan extension untuk mengkondensasi uap kedalam fume condenser dan ditambah dengan side-tap funnel untuk memasukkan pereaksi Untuk digestion gunakan mild steel rack bagian atasnya menggunakan asbestos dan berlubang untuk tempat labu. Leher labu disangga dengan penyangga disamping digestion stand. Exgension harus masuk kedalam fume condenser. PEREAKSI 1. HNO3 Pekat 2. H2SO4 Pekat 3. Asam perklorat 4. Hidrogen peroksida

CARA KERJA Ada tiga macam cara pengabuan basah yang dapat dilakukan yaitu : a. Pengabuan basah menggunakan HNO3 dan H2SO4 b. Pengabuan basah menggunakan HNO3, H2SO4 dan HClO4 c. Pengabuan basah menggunakan HNO3, H2SO4 dan H2O2 Banyak sampel yang digunakan tergantung pada beberapa faktor. Apabila dikehendaki analisa satu macam mineral saja dianjurkan untuk menggunakan sampel lebih sedikit dibandingkan dengan analisa lebih dari satu macam mineral. Kandungan mineral dalam bahan serta sensitivitas prosedur yang akan digunakan juga harus dipertimbangkan.

Ad. a. Pengabuan basah menggunakan HNO3 dan H2SO4

1. Timbang sejumlah sampel yang mengandung 5 10 gram padatan dan masukkan kedalam labu kjeldahl. 2. Tambahkan 10 ml H2SO4 dan 10 ml (atau lebih) HNO3 dan beberapa buah batu didih. 3. Panaskan perlahan-lahan sampai larutan berwarna gelap, hindari

pembentukan buih yang berlebihan. 4. Tambahkan 1 -2 ml HNO3 dan lanjutkan pemanasan sampai larutan lebih gelap lagi. 5. Lanjutkan penambahan HNO3 dan pemanasan selama 5 10 menit sampai larutan tidak gelap lagi (semua zat organik telah teroksidasi), kemudian dinginkan. 6. Tambahkan 10 ml aquades (larutan akan menjadi tidak berwarna atau menjadi kuning muda jika mengandung Fe) dan panaskan sampai berasap. 7. Diamkan larutan sampai dingin kembali kemudian tambahkan 5 ml aquades, didihkan sampai berasap. 8. Dinginkan dan ecerkan sampai volume tertentu.

CATATAN 1. Hindari pemanasan yang berlebihan yang mengakibatkan kegosongan untuk mencegah penguapan arsenat yang mungkin terdapat pada bahan. 2. Jika menggunakan sampel basah (banyak mengandung air), panaskan lebih dahulu dengan HNO3, sebelum ditambah H2SO4. Perlakuan selanjutnya sama dengan jika digunakan sampel padat.

Ad. b. Pengabuan basah menggunakan H2SO4 + HNO3 + HClO4 1. Timbang sejumlah sampel, masukkan kedalam labu kjeldahl. 2. Tambahkan 4 ml asam perklorat, beberapa batu didih dan HNO3 secukupnya untuk menyempurnakan oksidasi zat organik (lebih kurang 7 ml tiap gram sampel yang digunakan). Kemudian tambahkan pula 5 ml H2SO4 sambil diaduk perlahan. 3. Panaskan perlahan - lahan dengan panas rendah (api kecil) selama 5 10, sampai timbul asap tebal. 4. Pindahkan/matikan pemanas/pembakar gas, dinginkan larutan.

5. Panaskan lagi dengan panas rendah/api kecil selama 5 10 menit sampai timbul asap (H2SO4) putih tebal. 6. Besarkan panas/api dan lanjutkan pemanasan selama 1 2 menit. Larutan pada tahap ini tidak berwarna atau kuning muda jika mengandung besi. 7. Jika diperkirakan masih ada karbonya, tambahkan 1 2 ml HNO3 dan panaskan. 8. Dinginkan dan encerkan sampai volume tertentu dengan menggunakan aquades

CATATAN Penggunaan asam perklorat pada proses digestion dapat menyebabkan ledakan dan apabila digunakan bersama-sama asam nitrat dan asam sulfat dapat menyebabkan ledakan yang lebih besar lagi. Oleh karena itu cara ini sangat berbahaya dan harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Kerjakan didalam kamar asap yang terisolasi dengan baik. Gunakan masker pada waktu melakukan digestion dikamar asap. Jangan naikkan suhu pemanasan sampai oksidasi zat organik oleh HNO3 dan H2SO4 selesai. Naikkan suhu pemanasan hanya untuk memberik kesempatan agar asam perklorat bereaksi. Pada waktu pemanasan, jangan sampai kering paling tidak 2 3 ml H2SO4 selalu terdapat dalam labu (untuk menghindari kekurangan asam dan titik didih yang tinggi setelah HNO3 habis). Jika tidak ada H2SO4, pemanasan dapat menyebabkan terurainya Amonium perklorat yang disertai dengan ledakan.

Ad. c. Pengabuan basah menggunakan H2SO4, HNO3 dan H2O2 1. Lakukan perlakuan Ad. a. No. 1 6 2. Tambahkan 2 3 ml H2O2 30% volume (Grade AR) dan beberapa tetes HNO3. 3. Panaskan sampai residu tidak berwarna atau pengurangan warna kuning muda tidak terjadi lagi. 4. Dinginkan dan encerkan 10 ml akuades, kemudian uapkan sampai berasap. 5. Encerkan lagi dengan 5 ml aqudes dan uapkan lagi sampai berasap. 6. Encerkan dengan aquades sampai volume tertentu.

CATATAN Larutan yang diperoleh baik dengan cara a, b atau c disebut larutan abu (alikuot).

PENGABUAN KERING (DRY ASHING) 1. Timbang tepat sampel sebanyak yang dikehendaki didalam cawan silika yang sudah diketahui beratnya dengan tepat. 2. Mula-mula panaskan sampel pada pembakar burner dengan api sedang untuk menguapkan sebanyak mungkin zat organik yang ada (sampai sampel tidak berasap lagi). 3. Pindahkan cawan kedalam tanur dan panaskan pada suhu 3000C sampai semua karbon berwarna keabuan, kemudian naikkan suhu sampai 4200C. Pada umumnya pengabuan di lakukan pada 4500C, waktu yang dibutuhkan tergantung pada sifat bahan, biasanya 5 -7 jam (apabila dikehendaki penggunaan suhu rendah misalnya 4200C dengan waktu semalam). 4. Jika diperkirakan belum sumua karbon teroksidasi ambil cawan dari dalam tanur dan dinginkan. Tambahkan 1-2 ml HNO3 pekat, uapkan sampai kering dan masukkan lagi ke dalam tanur sampai pengabuan dianggap selesai. 5. Ambil cawan dari tanur, dinginkan dan jika diperlukan catat berat abu yang dihasilkan. 6. Tutup cawan dengan gelas arloji, perlahan-lahan tambahkan 40-50 ml HCl encer (1+1) dengan pertolongan pipet. Gelas arlogi berfungsi untuk mencegah muncratnya campuran. 7. Panaskan cawan di atas waterbath selama 30 menit, angkat tutupnya dan bilas. Lanjtukan pemanasan selama tiga puluh menit untuk mendehidrasi silika. 8. 9. Tambahkan 10 ml HCl (1+1) dan air untuk melarutkan garam-garam. Saring menggunakan kertas saring Whatman No. 44, masukkan filtrate kedalam labu takar 100 ml. 10. Bila residu yang tertinggal dalam cawan 1 -2 kali menggunakan HCl (1+1) kemudian cuci residu yang tertinggal dalam kertas saring menggunakan HCl ( 1 + 1 ) juga. 11. Encerkan sampai tanda tera dengan menggunakan akuades.

12. kembalikan kertas sarimg ke dalam cawan, baker dasn abukan dalam tanur pada suhu 4500C selama 1 jam, kemudian dinginkan dan timbang. Perlakuan ini dapat memberi perkiraan kandungan silika didalam sampel.

A. Penentuan Kadar Besi Metode : Spektrofotometri Prinsip : Kandungan besi dalam bahan pangan dianalisa dengan menkonversikan besi dari bentuk Fero menjadi Feri dengan menggunakan oksidator seperti K 2S2O8 (Potasium perisulfat) atau H2O2 (Hidrogen feroksida) kemudian direaksikan dengan KSCN (Potasium Tiosianat) sehingga membentuk Feritiosianat yang berwarna merah. Warna yang terbentuk dapat diukur absorbansinya pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 480 nm. Pereaksi : 1. H2SO4 pekat (bebas Fe) 2. Larutan potasium perisulfat (K2S2O8 : Larutan 7-8 g K2S2O8 bebas besi dengan 100 ml air dalam sebuah botol bertutup gelas, campur merata. Bagian yang tidak larut akan mengendap didasar botol, dianggap sebagai kehilangan karena dikomposisi. Kocok sebelum digunakan dan simpan dalam lemari es. 3. Larutan Potasium Tiosianat (KSCN) 3 N : Larutkan 146 gram KSCN didalam air dan encerkan sampai 500 ml. Saring jika keruh, tambahkan 20 ml aseton murni untuk menaikan keeping quality. 4. Larutan besi standar : Larutkan 0,702 gram kristal FeSO4 (NH4)2 SO4.6H2O didalam 100 ml air ditambahkan 5 ml H2SO4 pekat. Hangatkan sebentar dan tambahkan Potasium permanganat pekat tetes demi tetes sampai 1 tetes terakhir menghasilkan warna tetap. Pindahkan kedalam labu takar 1 liter bila dengan air dan encerkan sampai tanda batas ( 1 ml = 0,1 mg ion Feri). Larutan ini stabil. B. Penentuan Kadar Fe Cara Pembuatan Larutan standar Fe Timbang 0,702 g garam mohr (Fe), masukkan dan dilarutkan dalam labu takar 1000 ml, tambahkan 5 ml H2SO4 pekat, tambahkan larutan KSCN 3N 50 ml larutan 3+ 3+ tanda bataskan ( 1 ml = 0,1 ml Fe ) = 100 mg/liter, 1 ml = 100 mg Fe . Dari larutan standar tersebut dipipet masing-masing 5, 10, 15, 20 dan 25 ml, masukkan kedalam labu takar 50 ml dan encerkan dengan aquadest sampai tanda batas, larutan standart tersebut masing-masing mengadung 0, 10, 20, 30, 40 dan 50 ppm, ukur absorbannya pada 480 nm. Catatan : konsentrasi ini besarnya bisa dibuat sesuai dengan kebutuhan. Analisis sampelnya Larutan abu yang dihasilkan (berat abu direaksikan dengan HCl atau H 2SO4) dimasukakan kedalam labu takar 50 atau 100 ml , lalu tambahkan larutan KSCN 3N 10 ml dan encerkan hingga tanda batas, ukur absorbannya pada 480 nm dan hitung kadarnya.

Perhitungan :
x C sp Kadar besi (mg/ml = BS.(g)

C BS

= faktor pengenceran = konsentrasi = berat sampel Metode (tahap-tahap analisis) ini sama digunakan dalam suatu analisis bahan makanan apabil menggunakan metode spektrofotometri/AAS, hanya pereaksipereaksi (reagent) digunakan berbeda tergantung zat/senyawa yang akan di analisis (vitamin C, -karoten, asam amino dan lain-lain) Khusus untuk AAS tidak digunakan pereaksi penghelat (kompleks) seperti KSCN, Difenil tio karbozon, EDTA dll. Potasium permanganat pekat tetes demi tetes sampai 1 tetes terakhir menghasilkan warn tetap. Pindahkan kedalam labu takar 1 liter bilas dengan air dan encerkan sampai tanda batas (1 ml = 0,1 mg ion Feri). Larutan ini stabil.

Cara Kerja : 1. Gunakan larutan abu yang dihasilkan dari pengabuan kering 2. Kedalam 3 tabung reaksi tertutup yang terpisah masukan daftar sebagai berikut :
Nama Zat Blanko (ml) Standar (ml) Sampel (ml) 0,0 5,0 0,0 0,5 1,0 2,0

Larutan besi Standar 0,0 1,0 Larutan Abu 0,0 0,0 Air 5,0 4,0 H2SO4 pekat 0,5 0,5 K2S2O8 1,0 1,0 KSCN 2,0 2,0 Catatan : Penambahan pereksi harus berurutan dari atas ke bawah

3. Masing-masing tabung diencerkan sampai volume 15 ml dengan air 4. Ukur absorban warna larutan dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 480 nm (blanko pada 100 % transmisi Perhitungan :
OD sampel x 0,1 x volume total larutan abu x 10 mg besi / 100 gram = OD standar x 5 x berat sampel yang digunakan untuk pengabuan OD = Optical Density

Pembuatan Kurva Standar : 1. Kedalam labu takar 100 ml tambahkan 10 ml larutan besi 0,5 ml H 2SO4 pekat 1,0 ml K2S2O8 2,0 ml KSCN, dan encerkan sampai volume 100 ml. 2. Buatlah kurva standar yaitu : Pipet 0,0 ; 0,5 ; 1,5 ; 2,0 dan 2,5 ml larutan besi standar masing-masing kedalam labu takar 25 ml encerkan sampai dengan 25 ml. 3. Ukur absorban pada 480 nm 4. Buatlah kurva hubungan konsentrasi dengan atau persamaan regresi Linier = Y = A + Bx

Anda mungkin juga menyukai