Anda di halaman 1dari 16

Batuan beku Ketika gunung

Tembaga plutonik berapi tersebut


merupakan merupakan sudah mati, maka
salah satu batuan yang dilakukan
terbentuk dari pengujian dengan
unsur logam magma yang mengambil
yang mendingin di sampel batuan
biasanya dalam perut atau butiran dari
bumi lebih gunung tersebut.
didapatkan
tepatnya di Sampel didapat
dari batuan dapur magma. dari galian batuan
beku Hal ini terjadi pada gunung
plutonik. ketika gunung tersebut usahakan
berapi tidak agak dalam.
aktif lagi
CARA MEMENGETAHUI TEMBAGA DI SUATU WILAYAH

• Tembaga yang terdapat di suatu wilayah tertentu


dapat diketahui dengan menggunakan
penginderaan jarak jauh menggunakan satelit
CARA MENDETEKSI ADANYA TEMBAGA

• Adanya tembaga di dalam suatu barang dapat dideteksi dengan uji laboratorium.
• Bahan-bahan kimia yang dibutuhkan :Asam sulfat (H2SO4). Untuk awal cukup 2 liter H2SO4
kadar 98%HNO3 (asam nitrat / nitric acid) atau air keras perak (kira-kira 1 liter).
Umumnya sam nitrat yang dijual di pasaran berkadar 68% (HNO3 teknis)HCl (asam
klorida) atau air keras besi (3 liter). HCl di pasaran umumnya berkonsentrasi 28-
32%.Amoniak (NH3) teknis 1 liter.Kapur gamping (CaO) atau kapur siram (Ca(OH)2) 1-2
kgSoda api (NaOH) ½ kg
POTENSI PERSEBARAN TEMBAGA DI INDONESIA
• 1.Kotanopang, Mandailing Natal, Sumatera Utara.
• 2.Siempat Nempu Hilir Dan Tanah Pinem, Dairi, Sumatera Utara.
• 3.Silungkang, Lunto, Sumatera Barat.
• 4.Tasikmalaya, Jawa Barat.
• 5.Tulakan, Pacitan, Jawa Timur.
• 6.Sekongkang, Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat.
• 7.Sanaman Mantikei, Katingan, Kalimantan Tengah.
• 8.Donggala, Sulawesi Tengah.
• 9.Baolan, Toli Toli, Sulawesi Tengah.
• 10.Bone, Sulawesi Selatan.
• 11.SKuala Kencana-Tembagapura, Mimika, Papua
• 1. Haluskan sampel sehalus mungkin
• 2. Timbang sampel halus yang telah dikeringkan PROSES PELARUTAN TEMBAGA DARI SAMPEL
• 3. Masukkan sampel ke beaker glass (maksimum ¼ dari ketinggian beaker glass)
• 4. Masukkan 100 ml larutan H2SO4 kadar 98% ke dalam beaker glass 1000 ml. Lakukan dengan sangat hati-hati. Jika dalam proses ini ada
bagian dari tubuh yang terkena percikan, segera cuci dengan air tawar dalam jumlah yang banyak.
• 5. Encerkan larutan H2SO4 dengan air sebanyak 5 bagian darinya. Dalam hal ini, pengenceran dilakukan melalui penambahan air sebanyak
500 ml. Lakukan proses ini dengan sangat hati-hati. Sebaiknya gunakan gayung plastik yang memiliki gagang panjang sebagai wadah air
tawar. Pemasukan air dilakukan sedikit demi sedikit. Saat air dimasukkan, akan timbul gejolak dan panas pada larutan H2SO4.
• 6. Masukkan larutan H2SO4 encer ke dalam wadah tepung sampel, lakukan secara bertahap.Jika volume lumpur seperempat dari volume
wadah, masukkan H2SO4 hingga bagian atas lumpur tergenang cairan. Aduk setelah larutan H2SO4
• 7. Persiapkan larutan HNO3 di dalam wadah beaker glass 250 ml. Masukkan larutan HNO3 sekitar 50 ml ke dalam wadah. Gunakan
peralatan pengaman yang lengkap dalam proses ini (asam nitrat adalah larutan asam yang berbahaya jika terkena kulit). Larutan HNO3
kadar 68% mengeluarkan sedikit uap saat dibuka. Hindarkan pernafasan mencium langsung uap ini.
• 8. Encerkan larutan HNO3 dengan air tawar 3 x volumenya (lakukan dengan hati-hati). Dalam hal ini encerkan dengan air tawar sebanyak
150 ml. Setelah pengenceran, aduk larutan menggunakan pengaduk kaca atau plastik.
• 9. Masukkan larutan HNO3 encer ke dalam lumpur sampel yang telah diberi larutan H2SO4. Dalam percobaan ini, masukkan sekitar 25 ml
larutan HNO3 encer ke dalam lumpur, kemudian aduk kembali lumpur secara merata. Setelah pemberian larutan HNO3, lumpur cair akan
bereaksi lebih kuat dibanding saat dimasukkan larutan H2SO4.
• 10. Proses reaksi kimia dapat diamati melalui terbentuknya gelembung-gelembung udara yang keluar dari wadah beaker glass.
• 11. Jika reaksi kimia terhenti atau melambat, ada 2 kemungkinan penyebabnya ; larutan yang dimasukkan kurang dan telah habis bereaksi
(ciri-cirinya warna larutan hijau kebiruan pekat), atau memang mineral logam-logam dasar yang ada telah sebagian besar larut (ciri-cirinya
warna larutan hijau kebiruan terang atau pucat).
• 12. Jika larutan berwarna pekat sementara reaksi terhenti atau melambat, tambah larutan H2SO4 dan HNO3 ( ¼ dari larutan H2SO4 yang
dimasukkan). Larutan H2SO4 yang ditambahkan sebanyak pemasukan awal. Aduk merata.
• 13. Jika reaksi telah melambat dan diperkirakan sebagian besar dari logam-logam dasar telah melarut, langkah selanjutnya
adalah pemastian pelarutan total menggunakan bantuan panas dari kompor. Tempatkan wadah beaker glass di atas kompor,
panaskan dengan nyala api kecil.Selama pemanasan lakukan pengadukan, khususnya pada bagian dasar dari gelas kaca. Jika
tak diaduk, akan muncul resiko pengeringan lokal di dasar gelas, yang bisa menyebabkan beaker glass mengalami keretakan.
Lakukan proses ini sekitar 2-5 menit.

• 14. Setelah pemanasan selesai, pindahkan larutan lumpur ke wadah plastik (misalnya ember yang berukuran 5 liter.Bilas sisa-
sisa lumpur di dalam beaker glass, dan masukkan semua ke dalam ember. Encerkan lumpur di dalam ember menggunakan air
sebanyak 2 kali volumenya, aduk secara merata. Diamkan selama 1 jam.

• 15. Setelah 1 jam, akan terbentuk lapisan warna hijau kebiruan di atas permukaan lumpur.Selang larutan hijau tersebut
menggunakan selang bening berdiameter kecil. Lakukan penyelangan secara hati-hati, agar lumpur tak ikut serta. Tempatkan
cairan di wadah plastik lainnya.

• 16. Setelah penyelangan, encerkan kembali lumpur menggunakan air tawar sebanyak 2 kali volumenya, aduk secara merata.
Biarkan kembali selama sekitar 1 jam.

• 17. Lakukan kembali prosedur 15.


• 18. Siapkan kertas saring di atas wadah plastik yang berlubang (seperti tudung saji). Ukuran wadah penahan kertas
disesuaikan dengan jumlah cairan yang akan disaring.

• 19. Saring cairan hasil dari proses 15 menggunakan kertas saring. Hasilnya, air yang menetes ke bagian bawah adalah larutan
logam yang telah jernih.

• 20. Setelah semua cairan di atas kertas saring kering, masukkan semua lumpur ke atas kertas saring, sembari dicampur dengan
air tawar. Biarkan sekitar 6 jam, hingga lumpur benar-benar hampir tak mengandung cairan lagi.Larutan yang diperoleh dari
proses 1-20 di atas kemungkinan mengandung sejumlah ion tembaga, besi, dan mineral-mineral logam dasar lainnya.
PEMURNIAN ION TEMBAGA

• Untuk memisahkan ion tembaga dari ion-ion logam lainnya, kita harus
mengendapkan ion-ion logam selain tembaga, sehingga hanya tembaga
yang larut di dalam larutan. Untuk proses ini, kita menggunakan larutan soda
api (NaOH) dan larutan amoniak (NH3).
Langkah-langkah pemurnian ion tembaga sebagai berikut :
• 1. Masukkan sekitar 2-5 gram flake soda api ke dalam gayung plastik (jangan masukkan ke kaca pyrex).
Encerkan dengan air tawar sebanyak 4 kali volumenya.
• 2. Masukkan cairan soda api ke dalam larutan logam, aduk secara merata. Saat dimasukkan, akan terbentuk
endapan di dalam larutan logam. Masukkan terus larutan soda api hingga terbentuk endapan sempurna
seperti bubur. Jika soda api yang dipersiapkan kurang, lakukan penambahan seperti prosedur nomor 1.
• 3. Masukkan amoniak pekat ke dalam beaker glass 250 ml, sebanyak kira-kira 50 ml. Encerkan dengan air
tawar sebanyak 2x volumenya, aduk secara merata. Amoniak adalah larutan basa yang sangat bau (berbau
pesing).Hindarkan mencium bau ini selama pemasukan maupun penggunaannya. Larutan amoniak berasap
saat dibuka. Setelah penuangan sebagian dari larutan amoniak, wadahnya kembali ditutup rapat, dan cuci
tutupa atasnya dengan air tawar.
• 4. Masukkan larutan amoniak encer ke dalam endapan yang telah diberi larutan soda api. Saat dimasukkan,
aduk bubur secara merata. Ciri-ciri adanya tembaga adalah terjadinya pengurangan endapan, dan larutan
berubah warna menjadi sangat biru (biru berlin).
• 5. Untuk memastikan kecukupan amoniak, perhatikan penyusutan terhadap volume lumpur. Jika penambahan
amoniak tak menyebabkan susutnya lagi lumpur, dipastikan semua senyawa tembaga telah terlarut semua
membentuk senyawa kompleks tetra amina cupro.
• 6. Saring larutan menggunakan kertas saring. Sisa lumpur bilas dengan air tawar, dari cairan disaring semua,
sehingga lumpur tak menyisakan lagi cairan berwarna biru.
• 7. Hasil dari proses 6 ada 2 ; bagian yang tersaring dipastikan larutan tembaga murni, dan lumpur yang
mengadung sejumlah besar logam besi, zinc, dan logam-logam dasar lainnya.
Peleburan dan Penghitungan Persentases Tembaga dalam Batuan

• Akhirnya kita tiba pada proses akhir pengujian kandungan tembaga.Untuk


mengetahui berapa berat tembaga dalam batuan sampel, kita harus
mereduksi ion tembaga menjadi logamnya, dan selanjutnya melelehkan
menjadi bullion tembaga.Proses reduksi dan peleburan logam tembaga.
• 1. Tembaga dalam larutan amoniak adalah ion tembaga dalam senyawa tetra amina kuprat. Untuk menjadikannya sebagai logam,
kita pertama kali menurunkan pH larutan menggunakan larutan HCl encer.
• 2. Siapkan larutan HCl encer. Masukkan larutan HCl pekat (mengeluarkan asap) ke dalam wadah kaca, encerkan dengan air tawar
kira-kira 3 kali volumenya.
• 3. Masukkan larutan HCl ke dalam larutan tembaga. Saat pertama kali dimasukkan, terbentuk endapan putih kebiruan. Tambahkan
terus larutan HCl hingga semua endapan larut kembali, dan larutan telah berubah menjadi bening hijau kebiruan.
• 4. Larutan hasil proses 3 adalah larutan tembaga murni. Untuk menjadikan sebagai logam, ada 2 cara yang bisa dilakukan. Cara
pertama menggunakan pereduksi logam, cara kedua menggunakan elektrolisa dengan elektroda yang innert terhadap ion halida
dan gas klorin.
• 5. Jika menggunakan logam sebagai reduktor, kita bisa menggunakan aluminium murni (jangan menggunakan logam aluminium
campuran, apalagi sejenis babet!). Masukkan logam aluminium ke dalam larutan, biarkan beberapa saat.
• 6. Setelah masuknya aluminium, dalam larutan akan terjadi reaksi kimia, muncul gelembung-gelembung, dan aluminium terlapisi oleh
logam tembaga. Lama-kelamaan lapisan tembaga semakin menebal, dan aluminium menjadi tipis. Lapisan tembaga yang menebal
selanjutnya runtuh membentuk lumpur tembaga di dasar wadah. Warna larutan pun berangsur-angsur berubah menjadi bening
transparan.
• 7. Jika warna larutan masih kehijauan sementara aluminium yang dimasukkan telah habis tambahkan kembali aluminium ke dalam
wadah. Jika warna larutan telah bening tak berwarna, ambil semua sisa-sisa aluminium di dasar wadah, bilas bersih dengan air
tawar.
• 8. Biarkan lumpur merah dari logam tembaga mengendap dengan sempurna di dasar wadah.
• 9. Selang bagian atas dari cairan, buang air nya. Hentikan penyelangan tepat 2 cm di atas permukaan lumpur tembaga.
• 10. Saring lumpur tembaga menggunakan kertas saring, bilas berkali-kali dengan air tawar di atas kertas saring.
• 11. Lebur lumpur kering tembaga di atas kowi (crusibel), gunakan soda api atau kapur sebagai fluks selama peleburan.12. Hasil dari
point 11 adalah logam tembaga murni. Timbang logam, bandingkan beratnya dengan berat sampel awal, dikalikan 100%. Dengan
cara ini, kita bisa mengetahui berapa sebenarnya jumlah tembaga di dalam satu material sampel.
Pengolahan tembaga

• 1. Bijih tembaga dapat berupa karbonat, oksida dan sulfida. Untuk memperoleh tembaga
dari bijih yang berupa oksida dan karbonat lebih mudah dibanding bijih yang berupa
sulfida. Hal ini disebabkan tembaga terletak dibagian bawah deret volta sehingga
mudah diasingkan dari bijihnya.
• 2. Bijih berupa oksida dan karbonat direduksi menggunakan kokas untuk memperoleh
tembaga, sedangkan bijih tembaga sulfida, biasanya kalkopirit (CuFeS2), terdiri dari
beberapa tahap untuk memperoleh tembaga, yakni:
• 1. Pengapungan
• 2. Pemangangan
• 3. reduksi
• 4. Elektrolisis
• Tembaga diperoleh dari biji tembaga yang disebut chalcopirit. Chalcopirit
merupakan campuran Cu2S dan CuFeS2 dan terdapat dalam tambang-tambang
dibawah permukaan tanah. Mula-mula biji tembaga digiling dan dicampur
dengan batu kapur dan bahan fluks silica. Tepung bijih dipekatkan terlebih
dahulu sesudah itu dipanggang sehingga terbentuk campuran FeS, FeO, SiO2
dan CuS. Campuran ini yang disebut kalsin, selanjutnya dilebur dengan batu
kapur sebagai fluks dalam dapur reverberatory. Besi yang larut dalam terak dan
tembaga. Besi yang tersisa atau matte dituangkan kedalam konverter.Udara
dihembuskan kedalam konventer selam 4 atau 5 jam, kotoran-kotoran
teroksidasi, dan besi membentuk terak yang dibuang pada selang waktu
tertentu. Panas oksidasi yang dihasilkan cukup tinggi sehingga muatan tetap cair
dan sulfida tembaga akhirnya berubah menjadi oksida tembaga/sulfat. Bila
aliran udara dihentikan, oksida kupro bereaksi dengan sulfida kupro membentuk
tembaga blister dan dioksida belerang. Kemurnian tembaga blister adalah 98-
99%. Tembaga blister ini dilebur dan dicor menjadi slab, kemudian diolah lebih
lanjut secara elektrolitik menjadi tembaga murni.
NEGARA TUJUAN EKSPOR TEMBAGA TERBESAR
CARA MENGUJI KADAR TEMBAGA DALAM BATU
TEMBAGA/COPPER ORE

• https://www.youtube.com/watch?v=EL2CJ6Z2iDM

Anda mungkin juga menyukai