NIM. 101011307 o Status gizi factor utama yang menentukan kualitas SDM o Masalah gizi terjadi di setiap siklus kehidupan dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa, dan lanjut usia. o Status gizi anak balita ketersediaan bahan pangan, tingkat pendapatan, pendidikan, dan tingkat pengetahuan gizi ibu serta pola asuh. o Tahun 2007 prevalensi gizi buruk di Indonesia = 5,4 % dan gizi kurang = 13%. o Penanggulangan gizi buruk promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Mempelajari penyebab kasus balita gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Dupak, Kecamatan Krembangan, Kota Surabaya. TUJUAN UMUM Mempelajari pengetahuan gizi ibu balita Mempelajari perilaku hidup bersih dan sehat ibu balita Mempelajari pola asuh pada balita Mempelajari program yang telah dilakukan untuk memulihkan balita gizi buruk / TFC (Terurapetic Feeding Center) TUJUAN KHUSUS 2.1. Gizi Buruk Gizi buruk : kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata (Nency, 2005) Gizi buruk : bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun (Depkes RI, 2005 )
Penyebab : a. Penyebab langsung : makanan, penyakit infeksi b. Penyebab tidak langsung : ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan, pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan 2.2 TFC (Terurapetic Feeding Center) / Panti Pemulihan Gizi Tempat untuk rehabilitasi anak balita yang mengalami masalah gizi, terutama balita gizi buruk (BB sangat kurus) sehingga dapat mencapai BB yang normal.
Tujuan dari TFC : 1. Meningkatkan status gizi balita gizi buruk menuju normal 2. Mengubah pola asuh orang tua maupun pengasuh balita tersebut menjadi lebih baik sehingga balita tidak jatuh kembali pada kondisi gizi buruk. 3. Permasalahan gizi buruk di wilayah kerja dapat teratasi dengan baik
Selain itu : ibu balita dan atau pengasuh balita akan diberikan pengetahuan mengenai merawat balita dengan benar dan diharapkan memiliki perilaku hidup bersih dan sehat (phbs) untuk menunjang kesehatan balitanya.
Pelaksanaan TFC : 1. Perbaikan status gizi balita 2. Perbaikan psikologis balita dengan stimulasi yang tepat 3. Penyuluhan gizi pada keluarga balita 4. Peningkatan pengetahuan gizi dan pengolahan menu dan pola asuh pada ibu balita / pengasuh sehingga dapat menerapkannya dikemudian hari
Kriteria Balita Yang Harus di TFC : 1. Status gizi BB / TB sangat kurus. 2. Terlihat sangat kurus atau terdapat gejala klinis marasmus / kwashiokor 3. Gizi buruk dengan disertai atau tidak penyakit penyerta.
Alur Pelayanan TFC PKM Dupak Surabaya
1. Menerima rujukan balita gizi buruk dari poli gizi Puskesmas Dupak / Puskesmas lain dan Balita gizi buruk pasca rawat inap RS di Wilayah Kota Surabaya
2. Memeriksa ulang antropometri (BB,TB) dan menentukan status gizi balita serta mengukur suhu tubuh balita
3. Melakukan Pemeriksaan Laboratorium sederhana, meliputi pemeriksaan Darah Lengkap, Gula Darah, dan Rapid Test untuk screnning
4. Menentukan kondisi kegawatan balita gizi buruk Kondisi 1 : jika ditemukan renjatan (syok), letargis, muntah dan atau diare atau dehidrasi Kondisi 2 : jika ditemukan letargis, muntah dan atau diare atau dehidrasi Kondisi 1 dan kondisi 2 dirujuk ke Rumah Sakit Kondisi 3 : jika ditemukan muntah dan atau diare atau dehidrasi Kondisi 4 : jika ditemukan letargis saja Kondisi 5 : jika tidak ditemukan renjatan (syok), letargis, muntah dan atau diare atau dehidrasi 5. Menyusun rencana dan jadwal pemberian formula WHO dan diit untuk balita gizi buruk 6. Memantau perkembangan BB dan TB setiap hari
7. Menggali informasi pengasuhan dari ibu dan memberikan konsultasi dan pengetahuan pemberian makan yang benar kepada ibu balita gizi buruk
8. Memantau kemampuan balita dalam menghabiskan porsi makan dan formula yang diberikan
9. Balita mampu menghabiskan porsi makan dan formula sesuai jadwal dan terdapat perkembangan BB 50 gr perhari
10. Balita dipulangkan
Penanganan Balita Gizi Buruk
Kondisi Balita Gizi Buruk yang dapat ditangani di TFC Puskesmas Dupak: Kondisi 3 : jika ditemukan muntah atau diare atau dehidrasi. Kondisi 4 : jika ditemukan letargis saja. Kondisi 5 : jika tidak ditemukan renjatan, letargis, muntah, diare, atau dehidrasi. Pada kondisi 1 (jika ditemukan renjatan, letargis, muntah dan atau diare atau dehidrasi) dan 2 (jika ditemukan letargis, muntah dan atau diare atau dehidrasi) akan dirujuk ke RS untuk mengatasi kegawatan.
Lokasi magang Puskesmas Dupak, Kecamatan Krembangan, Kota Surabaya Waktu magang 1 bulan (1 Maret - 31 Maret 2012) Metode pelaksana an Pengamatan (observasi) : mengamati kegiatan pemberian konsultasi pd ibu balita Indepth interview dg petugas puskesmas & pengasuh balita gizi buruk Praktek kerja (partisipasi) : praktek membuat formula u/ balita gizi buruk TFC Pengum pulan data Data Primer (hasil indepth interview pada petugas kesehatan dan pengasuh balita gizi buruk) Data Sekunder (Form pelacakan balita gizi buruk, Rekam medis balita gizi buruk sesudah perawatan TFC) Analisis data Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis secara deskriptif Balita Gizi Buruk Yang Dapat Ditangani Oleh TFC PKM Dupak Berdasarkan Kondisi Kegawatan
Kondisi 3 (jika ditemukan muntah atau diare atau dehidrasi), Kondisi 4 (jika ditemukan letargis saja), Kondisi 5 (jika tidak ditemukan renjatan, letargis, muntah, diare, atau dehidrasi)
Jadwal Pemberian Makanan Balita Gizi Buruk menurut Fase di TFC Puskesmas Dupak Surabaya
Pembuatan Formula WHO untuk Balita Gizi Buruk a. Formula F 75 (fase stabilisasi) standar WHO untuk F 75: Protein 0,9 gr / 100 ml dan Energi 75 kal / 100 ml. Langkah pembuatan formula F 75 : 1. Lihat tabel WHO pemberian formula menurut berat badan 2. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan 3. Cara membuat formula: - Lihat informasi gizi pada kemasan susu yang digunakan - Hitung berat bahan yang digunakan untuk formula Perhitungan F 75 dosis 100 ml dengan dasar LLM Informasi gizi pada kemasan susu, per takaran saji : protein 0,5 gr, energi 22 kal, takaran saji 4,4 gr. Susu : 1.
2.
Gula : 1.
2.
Minyak : 1.
2.
Perhitungan F 75 dosis 100 ml dengan dasar BBLR Informasi gizi pada kemasan susu, per takaran saji : protein 8,3 gr, energi 27 kal, takaran saji 5,3 gr. Susu : 1.
2.
Gula : 1.
2.
Minyak : 1.
2.
4. Cara menggunakan : Minyak dan gula yang telah sesuai dengan ukuran diaduk terlebih dahulu hingga tercampur rata, lalu masukka susu dan aduk hingga rata. Tambahkan mineral mix sebanyak 2 ml yang telah diseduh terlebih dahulu dengan air biasa, jika akan diminumkan kepada balita. Tuang air sesuai dengan yang dibutuhkan.
b. Formula 100 (fase transisi dan rehabilitasi) Standar WHO untuk F 100 : Protein 2,2 2,9 gr / 100 ml dan Energi 100 kal / 100 ml. Langkah pembuatan formula F 100 hampir sama dengan langkah pembuatan formula F 75,
Tim Asuhan Gizi Dalam Tata Laksana TFC di PKM Dupak
a. Dokter, melakukan visit 2x dalam sehari : jam 07.30 & 13.00 b. Ahli Gizi, melakukan visit 4x dalam sehari : jam 08.00, 10.00 , 13.30, 18.30 / 19.00 c. Perawat, melakukan visit 3x dalam sehari : jam 06.00, 14.00, 21.00 / 22.00
Studi Kasus Balita Gizi Buruk di TFC PKM Dupak
Hasil wawancara tentang pengetahuan gizi, pola asuh, dan perilaku hidup bersih dan sehat (phbs) yang diperoleh dari Indepth Interview dengan pengasuh balita
a. Pola asuh pola asuh pengasuh balita terhadap balita : - diberi makan pisang yg dilumatkan - diberi susu soya 3-4x/hari dg botol ukuran 60 ml - kemudian diberi susu PAN-ENTERAL - memandikan balita dg air hangat 2x/hari - memenuhi kebutuhan balita (pakaian, tempat tinggal) Dari 15 pertanyaan tentang pola asuh balita, pengasuh hanya bisa menjawab 1 pertanyaan : pertanyaan tentang waktu yang tepat u/ menimbang berat badan balita
b. Pengetahuan gizi pengasuh Dari 10 pertanyaan tentang pengetahuan gizi pengasuh, pengasuh bisa menjawab 5 pertanyaan, yaitu tentang: - Makanan terbaik untuk bayi umur 0 6 bulan - ASI - Keunggulan ASI - Tanda tanda anak kurang gizi - Cara penyimpanan garam beryodium yang baik c. Phbs Dari 10 pertanyaan tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), pengasuh bisa menjawab 3 pertanyaan, yaitu tentang : - Pengertian air bersih - Cara mencuci tangan yang bersih - Frekuensi (seberapa sering) memandikan balita
Tata laksana pasca rawat inap
Pengambilan susu formula dalam bentuk gel setiap 3 hari sambil memantau perkembangan BB dan TB. Memberikan motivasi kepada orang tua / pengasuh. Kunjungan rumah balita setiap 2 minggu. Pemberian PMT pemulihan sampai Status Gizi menjadi normal (-2 SD).
Penanganan Balita Gizi Buruk di TFC Puskesmas Dupak Surabaya Perawatan balita Farza sudah sesuai dengan alur pelayanan TFC Puskesmas Dupak. Tata laksana balita gizi buruk Farza setelah perawatan TFC sebagian besar sudah sesuai dengan standar tata laksana pasca rawat inap TFC yang ada di Puskesmas Dupak Surabaya. Namun untuk kunjungan rumah balita setiap 2 minggu masih belum dapat dilaksanakan secara maksimal karena setelah balita Farza keluar dari perawatan TFC Puskesmas Dupak, ahli gizi Puskesmas mengalami masalah pribadi sehingga untuk sementara watu tidak dapat melakukan kunjungan rumah. Selain itu, masih kurangnya tenaga ahli gizi di Puskesmas Dupak juga mempengaruhi frekuensi kunjungan rumah balita.
a. Pengetahuan gizi pengasuh
Berdasarkan hasil dari indepth interview dengan menggunakan kuesioner, pengetahuan gizi pengasuh tentang gizi masih dalam kategori sedang.
Pengetahuan gizi menjadi landasan penting untuk menentukan konsumsi pangan keluarga. Kekurangan pengetahuan dapat mengakibatkan keluarga tidak menyediakan makanan yang beraneka ragam setiap hari bagi anggota keluarganya shg asupan tdk sesuai dg kebutuhan b. Pola asuh Berdasarkan hasil dari indepth interview dengan menggunakan kuesioner, pola asuh si pengasuh masih dalam kategori kurang.
Pola pengasuhan terhadap anak yang baik merupakan hal yang sangat penting, karena akan mempengaruhi proses tumbuh kembang balita. Pola pengasuhan ibu terhadap anaknya berkaitan erat dengan keadaan ibu terutama kesehatan, pendidikan, pengetahuan dan keterampilan tentang pengasuhan anak
c. Phbs Berdasarkan hasil dari indepth interview dengan menggunakan kuesioner, perilaku hidup bersih dan sehat si pengasuh masih kurang.
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada hakikatnya merupakan perilaku pencegahan manusia dari berbagai penyakit. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) penting untuk diterapkan pada setiap rumah tangga untuk menjaga dan memelihara kesehatan seluruh anggota keluarga, khususnya kesehatan balita karena pada usia balita lebih rentan terhadap gangguan kesehatan dibandingkan orang dewasa.
KESIMPULAN
1. Penanganan balita gizi buruk di TFC Puskesmas Dupak Surabaya sudah sesuai dengan petunjuk teknis tatalaksana gizi buruk Dinkes RI.
2. Faktor faktor yang mungkin akan menyebabkan timbulnya kembali bayi gizi buruk antara lain : a. Kurangnya pola asuh pengasuh b. Kurangnya pengetahuan pengasuh tentang gizi c. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang kurang baik
SARAN
u/ program TFC a. Memberikan motivasi &penyuluhan pd pengasuh balita ttg pentingnya gizi pd masa tumbuh dan kembang balita b. Perlu lebih sering diadakan penyuluhan ttg pola asuh balita u/ meningkatkan praktek pola asuh pd balita c. Mengadakan kegiatan pendidikan gizi & kesehatan kpd pengasuh balita agar dapat meningkatkan pengetahuan gizi pengasuh balita.
d. Mengadakan penyuluhan ttg phbs, termasuk manfaat dan pentingnya menerapkan phbs dl kehidupan sehari-hari
e. Melakukan pendampingan pd pengasuh balita u/ monitoring & evaluasi praktek pola asuh, pengetahuan gizi, & phbs
f. Menambah tenaga ahli gizi / bidan u/ memberikan monitoring lanjutan serta memberikan pelatihan psikomotorik yang sesuai dengan usia balita U/ Pengasuh Balita a. Lebih sering datang pd saat kegiatan Posyandu u/ memeriksakan kondisi balita b. Menambah pengetahuan gizi melalui media cetak, media elektronik & konsultasi dengan ahli gizi puskesmas / kader c. Sering konsultasi dg pihak ahli gizi ttg makanan yang sebaiknya diberikan sesuai dengan usia balita, tentang pola asuh balita, dan cara menerapkan phbs dalam perawatan balita