Depres I
Depres I
Depres I
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Depresi adalah suatu jenis alam perasaan atau emosi yang disertai komponen
psikologik : rasa susah, murung, sedih, putus asa dan tidak bahagia, serta komponen
somatik: anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan denyut
nadi sedikit menurun.
Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan
kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya
kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing
Ability, masih baik), kepribadian tetap utuh atau tidak mengalami keretakan kepribadian
(Splitting of personality), prilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-batas normal
(Hawari Dadang, 2001)
Depresi adalah suatu jenis keadaan perasaan atau emosi dengan komponen psikologis
seperti rasa sedih, susah, merasa tidak berguna, gagal, putus asa dan penyesalan atau
berbentuk penarikan diri, kegelisahan atau agitasi (Wahyulingsih dan Sukamto).
Depresi dapat diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada
alam perasaan (afektif
ketidakgairahan hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya.
Depresi merupakan reaksi yang normal bila berlangsung dalam waktu yang
pendek dengan adanya faktor pencetus yang jelas, lama dan dalamnya depresi sesuai
dengan faktor pencetusnya. Depresi merupakan gejala psikotik bila keluhan yang
bersangkutan tidak sesuai lagi dengan realitas, tidak dapat menilai realitas dan tidak
dapat dimengerti oleh orang lain.
Depresi biasanya dicetuskan oleh trauma fisik seperti penyakit infeksi,
pembedahan, kecelakaan, persalinan dan sebagainya, serta faktor psikik seperti
kehilangan kasih sayang atau harga diri dan akibat kerja keras.
Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya tentang depresi :
Menurut Mendels (dalam Meyer, 1984 : 159) mengatakan bahwa individu mengalami
depresi jika individu mengalami gajala-gejala rasa sedih, pesimis, membenci diri sendiri,
kehilangan energi, kehilangan konsentrasi, dan kehilangan motivasi. Selain itu individu
juga kehilangan nafsu makan, berat badan menurun, insomnia, kehilangan libido, dan
selalu ingin menghindari orang lain.
2.2 Aspek Depresi
Beck (dalam Nanik Afida dkk, 2000 :181) menjelaskan depresi memiliki beberapa
aspek emosional, kognitif, motivasional, dan fisik.
Perasaan ini mungkin berhubungan dengan perasaan sedih yang dijelaskan di atas,
hanya bedanya perasaan ini khusus ditujukan kepada diri sendiri.
3) Hilangnya rasa puas ; maksudnya ialah kehilangan kepuasan atas apa yang dilakukan.
Perasaan ini dapat terjadi pada setiap kegiatan yang dilakukan termasuk hubungan
psikososial, seperti aktivitas yang menuntut adanya suatu tanggung jawab.
4) Hilangnya keterlibatan emosional dalam melakukan pekerjaan atau hubungan dengan
orang lain ; keadaan ini biasanya disertai dengan hilangnya kepuasan diatas. Hal ini
dimanifestasikan dalam aktivitas tertentu, kurangnya perhatian atau rasa keterlibatan
emosi terhadap orang lain.
5) Kecenderungan untuk menangis diluar kemauan ; gejala ini banyak dialami oleh
penderita depresi, khususnya wanita. Bahkan mereka yang tidak pernah menangis
selama bertahun-tahun dapat bercucuran air mata atau merasa ingin menangis tetapi
tidak dapat menangis.
6) Hilangnya respon terhadap humor ; dalam hal ini penderita tidak kehilangan
kemampuan
untuk
mempersepsi
lelucon,
namun
kesulitannya
terletak
pada
kemampuan penderita untuk merespon humor tersebut dengan cara yang wajar.
Penderita tidak terhibur, tertawa atau puas apabila mendengar lelucon.
Kehilangan nafsu makan, gangguan tidur, kehilangan libido, dan kelelahan yang
sangat.
2.3 Etiologi
Faktor penyebab timbulnya gangguan depresif pada orang usia lanjut bisa
berupa:
2.3.1 Faktor Biologis
Hal ini bisa berupa faktor genetis, gangguan pada otak terutama sistem
cerebrovaskular, gangguan neurotransmitter terutama aktivitas serotonin, perubahan
endokrin dll.
a) Faktor Genetis:
Dari segi aspek faktor genetis, menurut suatu penelitian dinyatakan bahwa gen-gen
yang berhubungan dengan risiko yang meningkatkan untuk lesi kardiovaskular dapat
meningkatkan kerentanan untuk timbulnya gangguan depresif.
Penelitian lain melaporkan bahwa predisposisi genetis untuk gangguan depresif mayor
pada orang usia lanjut dapat dimediasi oleh adanya lesi vaskular.
b) Gangguan pada Otak:
Antara lain yang termasuk dalam gangguan pada otak sebagai salah satu penyebab
timbulnya gangguan depresif pada orang usia lanjut adalah penyakit cerebrovaskular,
yang mana gangguan ini dapat sebagai faktor predisposisi, presipitasi atau
mempertahankan gejala-gejala gangguan depresif pada orang usia lanjut.
c) Gangguan Neurotransmitter:
Pada suatu penelitian yang dilakukan oleh Robinson, dkk., mendapatkan bahwa
konsentrasi norepinephrin dan serotonin berkurang sesuai dengan bertambahnya usia,
tetapi metabolit 5-HIAA dan enzim monoamineoksidase meningkat sesuai pertambahan
usia.
d) Perubahan Endokrin:
Dalam hal ini terutama adalah keterlibatan penurunan kadar hormon estrogen pada
wanita, testosteron pada pria, dan hormon pertumbuhan pada pria dan wanita.
Penurunan kadar hormon tersebut sejalan dengan perubahan fisiologis karena
pertambahan usia. Sehingga dengan bertambahnya usia, proses degenerasi sel-sel
dari organ tubuh makin meningkat, termasuk di antaranya meningkatnya proses
degenerasi
sel-sel
organ
tubuh
yang
memproduksi
hormon
tersebut
makin
berkurang. Dengan penurunan kadar hormon tersebut, hal ini akan mempengaruhi
produksi neurotransmitter terutama serotonin dan norepinephrin.
2.3.2 Faktor Psikologis
Ini bisa berupa penyimpangan perilaku, psikodinamik, dan kognitif.
a) Teori Perilaku:
Dari konsep teori perilaku terjadinya gangguan depresif pada individu usia lanjut oleh
karena orang-orang usia lanjut cukup banyak mengalami peristiwa-peristiwa kehidupan
yang tidak menyenangkan atau yang cukup berat sehingga terjadinya gangguan
depresif tersebut sebagai respons perilaku terhadap stressor-stressor kehidupan yang
dialaminya tersebut. Penelitian lain melaporkan bahwa ada kaitan terjadinya gangguan
depresif pada orang usia lanjut dengan sejumlah peristiwa kehidupan yang negatif yang
dialami individu usia lanjut.
b) Teori Psikodinamis:
Berdasarkan teori psikodinamis, terjadinya gangguan depresif pada orang usia lanjut,
oleh
karena
untuk
Salah satu teori psikologis tentang terjadinya gangguan depresif adalah terjadinya
distorsi kognitif. Dalam hal ini berkaitan dengan bagaimana interpretasi seseorang
terhadap peristiwa-peristiwa kehidupan yang dialaminya.
Terjadinya distorsi kognitif pada orang usia lanjut oleh karena pada individu usia lanjut
tersebut memiliki harapan-harapan yang tidak realistis dan membuat generalisasi yang
berlebih-lebihan terhadap peristiwa kehidupan tertentu yang tidak menyenangkan
individu tersebut.
2.3.3 Faktor Sosial
Hal ini bisa berupa hilangnya status peranan sosialnya atau hilangnya sokongan
sosial yang selama ini dimilikinya.
2.4 Patofisiologi
Struktur neocortical dorsal mengalami hipometabolis dan struktur limbic ventral
mengalami hipermetabolis selama dalam keadaan gangguan depresif. Selain itu jalur
fronto-striatal pada otak memediasi antisipasi yang mengarah ke afek (alam perasaan)
yang positif, dan abnormalitasnya bisa menghasilkan satu ketidaksanggupan untuk
mendorong antisipasi yang mana ini akan mempredisposisikan keadaan depresif.
Terjadinya kerusakan pada sirkuit fronto-orbital dapat menimbulkan iritabilitas,
dan pengurangan sensitifitas pada isyarat-isyarat sosial. Begitu pula kerusakan
cingulata anterior dapat menyebabkan apatis dan menurunnya inisiatif. Kerusakan
sirkuit dorsolateral dapat menyebabkan kesulitan dalam merubah tempat, dalam belajar
dan generasi daftar kata. Abnormalitas perilaku-perilaku ini menyerupai gejala-gejala
pada gangguan depresif. Begitu pula hipoaktivitas korteks prefrontodorsolateral dan
gyrus angularis telah dihubungkan pula dengan gangguan psikomotor dan gangguan
depresif.
2.5 Gambaran Klinik
Pada orang usia lanjut, gambaran klinik dari gangguan depresifnya bisa dijumpai
sebagai berikut:
a) Depresi dan dysphoria
Walaupun demikian kadang-kadang mood depresif bisa tidak dijumpai pada pasien
tersebut, oleh karena ada juga pasien yang menyangkal (denial) terhadap perasaan
yang demikian.
b) Menangis ( Tapi pada pasien pria agak jarang )
c) Ansietas ( kecemasan ) dan agitasi
Pada pasien ini bisa dijumpai: pasien menjadi gugup waktu berkomunikasi dengan
seseorang, mudah tersinggung atau tingkah laku yang mengganggu bersama-sama
dengan gejala-gejala ansietasnya. Dan hal ini bisa dijumpai pada sekitar 80% dari
pasien usia lanjut yang mengalami gangguan depresif.
d) Menurunnya energi dan kelelahan (fatigue)
e) Anhedoni
Di sini pasien tersebut kehilangan interest terhadap sesuatu yang dulu disenanginya.
f) Retardasi fisik
Kondisi ini dapat menjurus pada meningkatnya kesukaran dalam aktivitas kehidupan
sehari-hari, diet yang buruk, tak mau makan, dan lain-lain.
g) Defisit kognitif
Hal ini sering terlihat pada orang usia lanjut yang mengalami gangguan depresif dan
kadang-kadang bisa mencapai suatu level yang parah sehingga diduga sedang
mengalami pseudodementia. Bahkan dari suatu penelitian yang pernah dilakukan oleh
Kral & Emery pada tahun 1999, dari pasien sampel penelitiannya tersebut berkembang
menjadi penyakit Alzheimer.
Gangguan kognitif yang berkaitan dengan suasana alam perasaan depresif pada orang
usia lanjut dalam bentuk gangguan fungsi eksekutif, kecepatan psikomotor, atensi dan
inhibisi, serta kemampuan visiospasial. Timbulnya gangguan defisit kognitif ini diduga
disebabkan oleh penurunan fungsi dari lobus frontalis.
h) Somatisasi
i) Hypokhondriasis
j) Insight
Gejala gangguan insight ini tingkat keparahannya bervariasi, tergantung pada keparahan
penyakitnya.
k) Suicide (bunuh diri)
Menurut suatu penelitian telah dinyatakan bahwa bunuh diri lebih sering terjadi pada
usia lanjut dibandingkan dengan populasi umur lainnya. Dan dari segi jenis kelamin
didapati bahwa pria usia lanjut lebih sering melakukan tindakan bunuh diri dibandingkan
dengan wanita yang usia lanjut.
Berkaitan dengan suicide ini, selain oleh adanya mood yang depresif, gejalasuicide pada
orang usia lanjut bisa terkait dengan beberapa hal antara lain: belum kawin, kesehatan
fisik yang memburuk yang bersifat subyektif, disabilitas, rasa sakit, gangguan sensory,
tinggal di rumah perawatan atau panti. Walaupun demikian ide suicide berhubungan
erat dengan keparahan depresi yang dideritanya
l) Gejala-gejala psikoti
Ini bisa dalam bentuk gejala waham atau halusinasi. Isi wahamnya bisa berupa rasa
bersalah, cemburu atau persekutorik.
m) Gangguan Perilaku
Hal ini bisa dalam bentuk gejala-gejala sebagai berikut yaitu: penolakan untuk makan,
buang air besar dan buang air kecil yang tak terkontrol, menjerit-jerit, dan jatuh
teatrikalitas, tingkah laku merusak, menggigit, menggaruk-garuk atau bertengkar
dengan orang lain atau pasien-pasien lainnya.
n) Gangguan tidur, terutama late insomnia
Selain gejala-gejala yang saya sebutkan di atas tadi dapat dikatakan bahwa pasien
gangguan depresif usia lanjut sering dijumpai co-morbiditas dengan penyakit-penyakit
lain, yaitu:
Co-morbiditas dengan gangguan psikiatri lainnya antara lain gangguan cemas
(ansietas) dan lain-lain.
Co-morbiditas dengan penyakit-penyakit fisik, antara lain: penyakit Alzheimer, penyakit
Parkinson, stroke, penyakit kardiovaskular, dan lain-lain.
Tanda dan Gejala yang mudah dijumpai :
penurunan energi dan konsentrasi, gangguan tidur terutama terbangun dini hari
dan sering terbangun malam hari, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan dan
keluhan somatik.
1. Suasana Hati
Sedih
Kecewa
Murung
Putus Asa
Menangis
Mudah tersinggung
2. Fisik
Pegal-pegal
Sakit
Gangguan tidur
Agitasi
Konstipasi
2.6 Faktor Resiko untuk Perkembangan Terjadinya Depresi pada Lanjut Usia
Hal-hal berikut ini harus dipertimbangkan untuk dikaitkan dengan perkembangan
terjadinya suatu gangguan depresif dan dapat dipakai sebagai satu cara pengenalan
dan mentargetkan kelompok risiko tinggi, yaitu:
a) Penyakit fisik, terutama yang menimbulkan rasa sakit atau ketidaksanggupan, kondisi
kesehatan menurun dan tubuh lemah
b) Merasa kesepian, atau anggota keluarga terlalu sibuk, perhaulan kurang dan rekreasi
terbatas
c) Ada duka cita saat ini, atau peristiwa kehidupan buruk yang lain.
d) Gangguan pendengaran.
e) Adanya riwayat keluarga dengan gangguan depresif.
f) Dementia dini.
g) Penghasilan menurun
h) Ada penggunaan obat-obat tertentu seperti: steroid, mayor transquilizer, dan lain-lain.
Selain itu, dari penelitian yang telah dilakukan didapati bahwa: penyebab yang
paling sering terjadinya kematian pada pasien gangguan depresif usia lanjut adalah
oleh karena kondisi kardiovaskular yang bisa berupa: stroke,myocard infarct, dan
sebagainya. Kemudian kanker merupakan penyebab kedua yang paling sering sebagai
penyebab kematian pada penderita gangguan depresif pada usia lanjut.
Faktor lain yang memberikan kontribusi timbulnya depresi tersebut berdasarkan
hasil angket dan observasi adalah strategi coping pada lansia itu sendiri yang kurang
baik. Strategi coping adalah suatu bentuk usaha yang dilakukan seseorang untuk
mengurangi atau menghilangkan tekanan-tekanan psikologis atau stres dengan tujuan
untuk menyelesaikan masalah atau tugas.
2.7 Tingkatan Depresi pada Lansia
Menurut Depkes RI 2001
1)
Depresi ringan : Suasana perasaan yang depresif, Kehilangan minat, kesenangan dan
mudah lelah, konsentrasi dan perhatian kurang, harga diri dan kepercayaan diri kurang,
perasaan salah dan tidak berguna, pandangan masa depan yang suram, gagasan dan
perbuatan yang membahayakan diri, tidak terganggu dan nafsu makan kurang
2)
Episode Depresi Sedang : Kesulitan nyata mengikuti kegiatan sosial, pekerjaan dan
urusan rumah tangga
3)
Depresi berat tanpa gejala manik. Biasanya Gelisah, kehilangan harga diri dan
perasaan tidak berguna, keinginan bunuh diri
2.8 Dampak Depresi
memperbaiki status fungsional dan kognitif serta untuk membantu pasien dalam
mengembangkan keterampilannya.
Tindakan terapinya dapat berupa :
a) Pengobatan terhadap penyakit yang mendasarinya.
b) Pemberian obat anti depressant dan psikoterapi (cognitive behavior therapy,
psychodynamic psychotherapy, dsb.).
Selain itu Electro Convulsive Therapy (ECT) harus dipertimbangkan bila pasien tidak
menunjukkan respons terhadap obat antidepressant, atau memiliki depresi berat,
dengan risiko suicide, dan lain-lain.
Obat antidepressant golongan S.S.R.I. dan S.N.R.I. adalah obatantidepressant pilihan,
diikuti dengan Bupropion dan Mirtazapine. Sedangkan beberapa jenis
obat antidepressant seperti: Amitriptyline, Maprotyline, dan lain-lain harus dihindari.
Selain itu pada fase rehabilitasi, maka penatalaksanaan rehabilitasi perilaku sebaiknya
dikombinasikan
dengan
pengobatan antidepressantuntuk
memperbaiki
status
Berfikir positif
Optimis
Rajin beribadah
Latihan relaksasi
3. Masyarakat
Support group
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN DEPRESI
A.
Pengkajian
2.
4.
Perilaku.
Bagaimana kemampuan klien mengurus diri sendiri dan melakukan aktivitas hidup
sehari-hari?
Apakah klien menunjukkan perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial?
Afek
Labilitas emosi?
Depresi atauapatis?
lritabilitas?
Curiga?
Tidak berdaya?
Frustasi?
3. Respon kognitif
Apakah klien mengalamikehilangan ingatan tentang halhal yang baru saja atau yang
sudah lamaterjadi?
1. Identifikasi pemberian asuhan primer dan tentukan berapa lama ia sudah menjadi
pemberi asuhan dikeluarga tersebut.
2. ldentifikasi sistem pendukung yang ada bagi pemberi asuhan dan anggota keluarga
yang lain.
3. Identifikasi pengetahuan dasar tentang perawatan klien dan sumber daya komunitas
(catat hal-hal yang perlu diajarkan).
4. Identifikasi sistem pendukung spiritual bagi keluarga.
5. Identilikasi kekhawatiran tertentu tentang klien dan kekhawatiran pemberiasuhan
tentang dirinya sendiri.
Mengkaji Klien Lansia Dengan Depresi
a) Membina hubungan saling percaya dengan klien lansia
Untuk melakukan pengkajian pada lansiadengan depresi, pertama-tama saudara harus
membina
hubungan
saling
percaya
dengan
pasien
lansia.
Untuk dapat membina hubngan saling percaya, dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
selalu mengucapkan salam kepada pasien seperti: selamat pagi / siang / sore / malam
atau sesuai dengan konteks agama pasien.
Jelaskan tujuan saudara merawat pasien dan aktivitas yang akan dilakukan.
Jelaskan pula kapan aktivitas akan dilaksanakan dan berapa lama aktivitas tersebut.
1) Duduk bersama klien, melakukan kontak mata, beri sentuhan dan menunjukkan
perhatian
2) Bicara lambat, sederhana dan beri waktu klien untuk berpikir dan menjawab
Penampilan tidak rapi, kusut dan dandanan tidak rapi, kulit kotor (kebersihan diri
kurang)
Interaksi selama wawancara: kontak mata kurang, tampak sedih, murung, lesu, lemah,
komunikasi lambat/tidak mau berkomunikasi.
Berikut ini adalah aspek psikososial yang perlu dikaji oleh perawat : apakah
lansia mengalami kebingungan, kecemasan, menunjukkan afek yang labil, datar atau
tidak
sesuai,
apakah
lansia
mempunyai
ide
untuk
bunuh
diri.
Bila data tersebut saudara peroleh, data subjective didapatkan melalui wawancara
dengan menggunakan skala depresi pada lansia (Depresion Geriatric Scale)
B. Klasifikasi Data
Data Subyektif
Data Obyektif
1) Gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan bila duduk dengan sikap
yang merosot.
2) Ekspresi wajah murung, gaya jalan yang lambat dengan langkah yang diseret.
3) Kadang-kadang dapat terjadi stupor.
4) Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu makan, sukar tidur dan sering menangis.
2.
3.
No Intervensi
Rasional
dapat
mempermudah
Lakukan
interaksi
dengan
pasien
lansia
akan
lebih
Pantau
dengan
seksama
resiko
dan
berguna.
diri/melukai diri sendiri. Jauhkan dan simpan alat- perilaku mencederai diri
alat yang dapat digunakan olch pasien untuk
mencederai dirinya/orang lain, ditempat yang
aman dan terkunci
2. Dx 2 : Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping maladaptif
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam lansia merasa tidak
stres dan depresi.
Kriteria Hasil :
1. Klien dapat meningkatkan harga diri
2. Klien dapat menggunakan dukungan sosial
3. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
No Intervensi
1
Rasional
Kaji
dan
kerahkan
motivasi
pada lansia
sumber-sumber
individu
3
Klien
dapat
menggunakan dukungan
social
4
tidak
merasa
Kaji
sistem
pendukung
keyakinan
(nilai, Meningkatkan
nilai
Lakukan
rujukan
sesuai
indikasi
(misal
dapat
menggunakan
obat
memberi
pemahaman
kepada
memaksimalkan
fungsi
yang dirasakan.
samping obat.
10
merasa
dirinya
lebih berharga
3. Dx 3 :Ketidakberdayaan
Tujuan nya gar pasian mampu :
1) Berpartisipasi dalam memutuskan perawatan dirinya
2) Melakukan kegiatan dalam menyelesaikan masalahnya.
Tindakan pada lansia :
1) Beri kesempatan bagi pasien untuk bertanggungjawab terhadap perawatan dirinya
Keluarga
Tindakan
mampu
membantu
pasien
mengoptimalkan
kemampuannya.
tanda-tanda
lingkungan
yang
perilaku
aman
untuk
bunuh
mencegah
diri
perilaku
pasien
bunuh
diri
Ciptakan lingkungan yang aman untuk pasien, singkirkan semua benda-benda yang
memiliki potensi untuk membahayakan klien (benda tajam, tali pengikat, ikat pinggang,
dan benda-benda lain yang terbuat dari kaca)
keluarga
meluangkan
waktu
bersama
klien
d. Mendiskusikan dengan keluarga koping positif yang pernah dimiliki klien dalam
menyelesaikan masalah
e. Anjurkan keluarga untuk membantu klien untuk menggunakan koping positif dalam
menyelesaikan masalah
f. Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian terhadap penggunaan koping positif yang
telah digunakan oleh klien.
5. Dx 5 : Gangguan Pola Tidur
Tindakan untuk Pasien Lansia
Tujuan :
Tindakan
a.
Bersama
klien
mengidentifikasi
gangguan
pola
tidur
b. Diskusikan cara-cara utuk memenuhi kebutuhan tidur ( Kurangi tidur pada siang hari,
Minum
air
hangat/susu
hangat
sebelum
tidur
Hindarkan minum yang mengandung kafein dan coca cola, Mandi air hangat sebelum
tidur,
Dengarkan
musik
yang
lembut
sebelum
tidur
E. Evaluasi
Untuk mengukur keberhasilan asuhan keperawatan yang saudara lakukan, dapat
dilakukan dengan menilai kemampuan klien dan keluarga:
1. Ketidakberdayaan,
Kemampuan pasien:
a. Berpartisipasi dalam menentukan perawatan diri
b. Melakukan kegiatan positif dalam menyelesaikan masalah
Kemampuan keluarga
a. mampu mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
b. Membantu pasien melakukan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki
2. Risiko bunuh diri
Kemampuan pasien:
a. Mampu mengungkapkan ide bunuh diri
b. mengenali cara-cara untuk mencegah bunuh diri
c. Mendemonstrasikan cara menyelesaikan masalah yang konstruktif
Kemampuan keluarga:
a. Keluarga dapat mengenali tanda dan gejala awal perilaku bunuh diri
b. Keluarga menyediakan lingkungan yang aman untuk mencegah perilaku bunuh diri
c. Keluarga mampu membantu pasien dalam menetapkan cara-cara yang positif untuk
mengatasi masalah
3. Gangguan pola tidur
Kemampuan klien:
a. Klien mampu mengungkapkan penyebab gangguan tidur
b. Klien mampu menetapkan cara yang tepat untuk memenuhi kebutuhan tidur
Kemampuan keluarga:
a. Keluarga mampu mengidentifikasi penyebab gangguan tidur yang dialami pasien
b. Keluarga mampu menyediakan lingkungan yang nyaman untuk memfasilitasi
pemenuhan kebutuhan tidur pasien
c. Keluarga mampu membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan tidur
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gangguan depresif merupakan salah satu gangguan mental-emosional yang
cukup sering dijumpai pada orang usia lanjut. Hal ini dapat disebabkan oleh karena
faktor penyebab dari gangguan depresif begitu besar kemungkinan akan dialami oleh
orang usia lanjut. Di lain pihak, walaupun terapi untuk gangguan depresif tersebut bisa
dilaksanakan namun hasilnya tidaklah dapat mencapai hasil yang maksimal, mengingat
kekurangan secara fisik dan psikososial pada orang usia lanjut tidaklah dapat
dikembalikan seperti semula.
4.2 Saran
Asuhan keperawatan pada lansia haruslah diakukan secara profesional dan
komprehensip, yaitu dengan memandang pada aspek boi-psiko-sosial-spiritual pada
lansia. Aspek psikologis pada lansia merupakan aspek yang tak kala penting dari aspek
yang lain, olehnya itu pelaksanaan asuhan keperawataan lansia dengan gangguan
psikososial harus dilakukan dengan sebaik-baiknya demi terciptanya lansia yang sehat
jasmani dan rohani.
DAFTAR PUSTAKA
http://abiums.blogspot.com/2007/05/askep-lansia-depresi.html
http://tenreng.wordpress.com/2009/02/19/asuhan-keperawatan-dengan-pasien-depresi
http://pinkersaya.wordpress.com/2012/11/24/askep-lansia-dengan-gangguanpsikologis-depresi
http://mklh12depresi.blogpot.com
http://id.wikipedia.org/wiki.Depresi
http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2009/05/15/Depresi-pada-lansia