LP DHF Wulan Fix
LP DHF Wulan Fix
OLEH :
NI DWI ANGGRAENI WULANDARI
NIM. P07120012022
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DHF
I. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. DEFINISI
DHF adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam dan
manifestasi perdarahan, serta bertendensi mengakibatkan renjatan yang
mengakibatkan kematian (Mansjoer, Arif. 2001).
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti (Suriadi & Yuliani, 2001).
Demam dengue dan demam berdarah dengue/DBD
(dengue
meningginya
Hipertermi
Agregasi trombosit
Mengaktifkan sistem
komplemen
Peningkatan reabsorbsi
Na+ dan H2O
Permeabilitas membrane
meningkat
Kerusakan endotel
pembuluh darah
Trombositopeni
Merangsang dan aktifkan
factor pembekuan
DIC
Risiko perdarahan
Ketidakefektifan
pola
Risiko
Asidosis
syokMetabolik
hipovolemik
Efusi
Paru nafas
pleura
paru
Perdarahan
Risiko perfusi
jaringan
tidak
efektif
Tekanan
Kekurangan
Hipoksia
Nyeri
intraabdomen
jaringan
Hepatomegali
akut
vol.
Hepar
cairan
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
keb.tubuh
Ke
Mual,
ekstravaskuler
Ascites
Abdomen
muntah
http://www.reimie.com/2013/01/fase-fase-demam-berdarah.html
2. Derajat II ( sedang )
F. MANIFESTASI KLINIS
Infeksi virus dengue mengakibatkan manifestasi klinis yang bervariasi mulai
dari asimtomatik, penyakit paling ringan, demam dengue, demam berdarah
dengue sampai syndrome syok dengue. Timbulnya bervariasi berdasarkan
derajat Demam berdarah dengue.
a. Fase pertama yang relatif ringan dengan demam mulai mendadak, malaise
muntah, nyeri kepala, anoreksia, dan batuk.
b. Pada fase kedua ini penderita biasanya menderita ekstremitas dingin,
lembab, badan panas, maka merah, keringat banyak, gelisah, iritabel, dan
nyeri mid-epigastrik. Seringkali ada petekie tersebar pada dahi dan tungkai,
ekimosis spontan mungkin tampak, dan mudah memar serta berdarah pada
tempat fungsi vena adalah lazim. Ruam makular atau makulopopular
mungkin muncul dan mungkin ada sianosis sekeliling mulut dan perifer.
Nadi lemah cepat dan kecil dan suara jantung halus. Hati mungkin
membesar sampai 4-6 cm dibawah tepi costa dan biasanya keras agak nyeri.
Kurang dari 10% penderita ekimosis atau perdarahan saluran cerna yang
nyata, biasanya pasca masa syok yang tidak terkoreksi.
Menurut patokan dari WHO pada tahun 1975, diagnosa DBD (DHF) harus
berdasarkan adanya gejala klinik sebagai berikut :
a. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari (tanpa
sebab jelas).
b. Manifestasi perdarahan: paling tidak terdapat uji turnikel positif dari
adanya salah satu bentuk perdarahan yang lain misalnya positif,
ekimosis, epistaksis, perdarahan yang lain misalnya petekel, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi, melena, atau hematomesis.
c. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sifat permulaan sakit).
d. Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang
menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun
(tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang), disertai kulit
yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan
kaki, pasien menjadi gelisah, timbul sianosis disekitar mulut.
Sumber : http://www.riyawan.com/2013/06/asuhan-keperawatan-padakasus-dhf-dbd.html. diakses pada tanggal 9 Juni 2014 Pukul 16.20 WITA
G. KOMPLIKASI
1. Sindrom Syok Dengue (SSD)
Seluruh kriteria Demam Berdarah Dengue (DBD) disertai kegagalan
sirkulasi dengan manifestasi :
a. Nadi yang cepat dan lemah
b. Tekanan darah turun ( 20 mmHg)
c. Hipotensi (dibandingkan standar sesuai umur)
d. Kulit dingin dan lembab
e. Gelisah
2. Ensefalopati Dengue
Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang
berkepanjangan dengan pendarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD
biopsi,
dari
pasien
yang
meninggal
melalui
otopsi
( Hendarwanto2004 ).
6. Rontgen Thorak
Efusi pleura
I. PENATALAKSANAAN
1.
2.
a. Keluhan Utama
Keluhan yang sering muncul pada pasien DHF adalah pasien mengeluh
panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan
menurun.
b. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal
seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu
makan menurun.
c. Riwayat penyakit terdahulu
Perlu ditanyakan riwayat penyakit terdahulu untuk mengethaui penyakit
yang diderita secara specific.
d. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat
menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan
melalui gigitan nyamuk aides aigepty.
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti
kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti
airnya, bak mandi jarang dibersihkan.
3. Pengkajian Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
a. Pernafasan
Frekuensi pernafasan meningkat
b. Nutrisi
Gn Pasien dengan DBD mengalami anoreksia, mual dan muntah
c. Eliminasi
BAK
:Pada
grade
IV
sering
terjadi
hemafuria
BAB
: Pada grade III-IV sering terjadi melena.
d. Gerak dan aktivitas
Pergerakan yang berhubungan dengan sikap aktifitas pasien
terganggu. Nyeri otot dan sendi, pegal-pegal pada seluruh tubuh,
menurunnya aktifitas bermain.
e. Istirahat dan Tidur
Pada tidur pasien mengalami perubahan karena hipertermia dan
pengaruh lingkungan rumah sakit. Dapat terganggu karena panas,
sakit kepala dan nyeri.
f. Kebersihan diri
Pemenuhan kebersihan dan kesehatan tubuh pasien dibantu.
g. Pengaturan Suhu Tubuh
Biasanya pasien mengalami hipertermi.
h. Rasa aman
Gejala sakit kepala mungkin akan memperburuk keadaan pasien
tampak terus terjaga, menangis/mengeluh.
i. Rasa Nyaman
Rasa nyeri yang timbul akibat penekanan intra abdomen pada
pasien hepatomegali
j. Sosialisasi dan komunikasi
k. Bekerja
l. Ibadah
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Lemah
b. Kesadaran :
Grade I
: Compos mentis
Grade II
: Compos mentis
: Meningkat
Kulit
Kepala
: Terasa nyeri
Mata
: Anemis
Hidung
Mulut
Dada
Abdomen
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d kebocoran plasma darah
2. Nyeri akut
3. Hipertermia b.d proses infeksi virus dengue
4. Kekurangan volume cairan b.d pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler
5. Risiko syok (hipovolemik) b.d perdarahan yang berlebihan , pindahnya
cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake
nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan menurun
7. Risiko perdarahan b.d penurunan factor factor pembekuan darah
(trombositopeni)
8. Ketidakefektifan pola nafas b.d jalan nafas terganggu akibat spasme
otot otot pernafasan ,nyeri, hipoventilasi.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut
NOC
NIC
NOC :
NIC :
Pain level
Pain Management:
Pain control
Comfort level
Lakukan
pengkajian
nyeri
secara
Kriteria hasil :
komprehensif termasuk
lokasi,
karakteristik,
durasi,
frekuensi,
(tahu
mampu
teknik
penyebab
nyeri,
kualitas,
menggunakan
nonfarmakologi
presipitasi.
Observasi
dan
faktor
reaksi
untuk
mengurangi
nyeri,
nonverbal
mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri
berkurang
mengenali
nyeri
untuk
mengetahui pengalaman
manajemen
nyeri.
ketidaknyamanan
Teknik
komunikasi
terapeutik
dengan
menggunakan
Mampu
dari
nyeri pasien.
Kaji
kultur
yang
mempengaruhi
respon
nyeri
Kontrol
faktor
lingkungan
yang
mempengaruhi
nyeri
kebisingan.
Kurangi
presipitasi nyeri.
Pilih
dan
lakukan
faktor
penanganan
nyeri
(farmakologis/non
-
farmakologis).
Ajarkan teknik
non
farmakologis (relaksasi,
distraksi
dll)
untuk
mengetasi nyeri.
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri.
Evaluasi
tindakan
pengurang nyeri/kontrol
nyeri.
Kolaborasi
dokter
dengan
bila
komplain
pemberian
tidak berhasil.
ada
tentang
analgetik
Administrasi analgetik :.
-
dan frekuensi.
Cek riwayat alergi.
Tentukan
analgetik
pilihan, rute pemberian
terutama
nyeri muncul.
Evaluasi
efektifitas
analgetik,
saat
tanda
dan
berhasil
Monitor
peberimaan
pasien
tentang
manajemen nyeri
Analgesic
Administration :
-
Tentukan
karakteristik,
dan
derajat
lokasi,
kualitas
nyeri
dan frekuensi
Cek alergi
Pilih analgesic
yang
diperlukan
atau
kombinasi
dari
analgesic
ketika
pemberian
-
dari
Satu
Tentukan
pemilihan
analgesic
tergantung
lebih
terutam
saat
nyeri hebat.
Evaluasi
efektivitas
analgesic,
tanda
dan
gejala
Kekurangan
Cairan
Volume NOC:
NIC:
Fluid balance
Fluid management
Hydration
Nutritional status: Food
- Timbang pembalut
and Fluid intake
Kriteria hasil:
jika diperlukan
Pertahankan catatan
intake dan output
Mempertahankan urine
output
sesuai
dengan
usia, BB, BJ
urine
dehidrasi,
turgor
membrane
nadi
tekanan
tanda
ortostatik),
elastisitas
kulit
baik,
mukosa
kelembaban
membrane mukosa,
status
hidrasi
normal, HT normal
Tekanan darah, Nadi,
normal
Tidak
yang akurat
Monitor
adekuat,
darah
jika
diperlukan
Monitor vital sign
Monitor masukan
haus berlebih
harian
Kolaborasi
pemberian cairan IV
Monitor
status
nutrisi
Dorong
masukan
oral
Dorong
keluarga
untuk
membantu
pasien makan
Tawarkan makanan
ringan
Kolaborasi
dokter
Atur kemingkinan
transfuse
Persiapan
dengan
untuk
transfuse
Hypopolemia Management:
-
Monitor
status
cairan
termasuk
cairan
Monitor tingkat Hb
dan Ht
Monitor tanda vital
sign
Monitor
respon
pasien
-
terhadap
penambahan cairan
Monitor berat badan
Dorong
pasien
untuk
menambah
intake oral
Pemberian cairan IV
monitor
tanda
adanya
dan
kelebihan
gejala
volume
cairan
Monitor adanya tanda gagal
ginjal
Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer
NOC
NIC
Peripheral Sensation
Management
(manajemen Sensasi
Perifer)
Kriteria hasil :
-
Menunjukkan
keseimbangan cairan
Menunjukkkan integritas
jaringan:
kulit
dan
peka terhadap
panas/dingin/tajam/tum
pul
jaringan: perifer
-
Monitor adanya
paretese
Instruksikan keluarga
buntuk mengobservasi
kulit jika ada isi atau
laserasi
Monitor kemampuan
BAB
Kolaborasi pemberian
analgetik
Monitor adanya
tromboplebitis
Diskusi mengenai
penyebab perubahan
sensasi
Hipertermia
NOC:
NIC:
Thermoregulation
Fever treatment:
Kriteria Hasil
mungkin
normal
Nadi dan
RR
dalam -
Monitor IWL
Monitor
waarna
dan
suhu kulit
rentang normal
Tidak ada perubahan warna -
Monitor
penurunan
tingkat kesadaran
-
Monitor
intake
dan
output
-
Berikan antipiretik
Berikan
untuk
pengobatan
mengatasi
penyebab demam
-
Selimuti pasien
Kolaborasi
pemberian
intravena
-
Tingkatkan
sirkulasi
udara
-
Berikan
untuk
pengobatan
mencegah
terjadinya menggigil
DAFTAR PUSTAKA
Anonym.
2013.
Asuhan
Keperawatan
pada
Kasus
DHF.
http://www.riyawan.com/2013/06/asuhan-keperawatan-pada-kasus-dhf-dbd.html.
diakses pada tanggal 9 Juni 2014 Pukul 16.20 WITA
Anonym. 2013. Fase-fase Demam Berdarah. http://www.reimie.com/2013/01/fase-fasedemam-berdarah.html diakses tanggal 9 Juni 2014 Pukul 16.00 WITA
Antoe. 2007. Delta Medika Seputar Layanan Kesehatan Indonesia. Diakses pada tanggal9
Juni 2014 Pukul 16.27 WITA
Effendi, Nasrul. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyaraka Edisi 2. EGC:
Jakarta
Hendarwanto.2004. Ilmu Penyakit Dalam jilid I edisi ketiga. FKUI ; Jakarta.
Mansjoer, Arif & Suprohaita. 2001. Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas
Kedokteran UI. Jakarta : Media Aescullapius.
NANDA NIC-NOC. 2013 Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis.
Yogyakarta : Mediaction Publisher
Suhendro, Nainggolan L, Chen K, danPohan HT. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Cetakan ke-2.Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Sulianti, Saroso. 2007. Filariasis. http://www.infeksi.com. Diakses tanggal 9 Juni 2014
Pukul 16.28 WITA.
Suriadi, Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak edisi 2. Sagung Seto.
Jakarta.
WHO.1986. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. www. depkes. go. Id /773http://www.sehatgroup.web.id. kasus-demam-berdarah-dengue-diindonesia.html.
diakses pada tanggal 09 Juni 2014 pukul 16.10 WITA.