Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KIMIA FISIKA

PEMICU II

Kelompok 1
Atan Tuahta
Dielon Patik
Fachreza Maulana
R. M. Fathi

Universitas Indonesia
Depok
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1. Konstanta Kesetimbangan
Konstanta kesetimbangan ialah perbandingan aktivitas produk terhadap reaktan.
Aktivitas disini bias berupa Konsentrasi, Tekanan, dll.
a. Kc
Kc adalah nilai konstanta kesetimbangan berdasarkan perbandingan konsentrasi
produk dipangkatkan dengan koefisien reaksinya, terhadap konsentrasi reaktan
pangkat koefisiennya. Pada perhitungan Kc, hanya zat yang berbentuk gas saja
yang masuk dalam peritungan
b. Kp
Kp adalah nilai konstanta kesetimbangan berdasarkan Perbandingan Tekanan
Parsial produk dipangkatkan dengan koefisien reaksinya, terhadap tekanan reaktan
pangkat koefisiennya. Pada perhitungan Kp, hanya zat padat yang tidak ikut serta
pada perhitungan Kp
c. Ka
Ka adalah konstanta kesetimbangan termodinamik. Konstanta ini
mengindikasikan aktivitas dari produk dan reaktan pada kondisi setimbang harus
independen, kecuali dengan suhu. Hal ini ditunjukan dengan rumus : =
ln

2. Prinsip Le Chatelier

Prinsip Le Chatelier adalah prinsip yang ditemukan oleh Henry Louis de Chatelier dan Karl
Ferdinand Braun sehingga kadang disebut prinsip Le Chatelier-Braun. Bunyi prinsipnya:
Ketika suatu keseimbangan dinamis terganggu oleh adanya perubahan kondisi pada sistem,
maka posisi kesetimbangan akan bergeser untuk meminimalisir adanya perubahan pada
sistem
Perubahan kondisi yang dimaksud pada prinsip ini adalah:

1. Perubahan Konsentrasi
Adanya perubahan konsentrasi baik itu penambahan maupun pengurangan konsentrasi akan
merubahkeadaan kesetimbangan suatu sistem. Jika ada penambahan konsentrasi pada suatu
zat maka kesetimbangan akan bergeser kearah yang menjauhi zat tersebut. Jika ada
pengurangan konsentrasi pada suatu zat maka kesetimbangan akan bergeser ke arah
mendekati zat tersebut
2. Perubahan Tekanan
Penambahan tekanan dengan cara memperkecil volume akan memperbesar konsentrasi
semua komponen. Sesuai dengan azas Le Chatelier, sistem akan bereaksi dengan mengurangi
tekanan. Tekanan gas bergantung pada jumlah molekul dan tidak bergantung pada jenis gas.
Oleh karena itu, untuk mengurangi tekanan maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah
yang jumlah koefisiennya lebih kecil. Sebaliknya, jika tekanan dikurangi dengan cara
memperbesar volume, maka sistem akan bereaksi dengan menambah tekanan dengan cara
menambah jumlah molekul. Reaksi akan bergeser ke arah yang jumlah koefisiennya lebih
besar.
3. Perubahan Suhu
Pengaruh perubahan temperatur terhadap tetapan kesetimbangan ditentukan oleh pihak
endoterm dan eksotermnya sistem kesetimbangan. Jika temperatur dinaikkan maka
kesetimbangan bergeser ke pihak endoterm dan sebaliknya jika temperatur diturunkan maka
kesetimbangan akan bergeser ke pihak eksoterm. Pada reaksi eksoterm, harga tetapan
kesetimbangan akan menjadi lebih kecil apabila temperature dinaikkan. Sebaliknya pada
reaksi endoterm, harga tetapan kesetimbangan akan menjadi lebih besar apabila temperatur
dinaikkan.
3. Hubungan Konstanta Laju Reaksi Dengan Suhu
Arrhenius mengusulkan sebuah persamaan menghubungkan antara konstanta laju reaksi suatu
reaksi kimia dengan suhu . Persamaan tersebut adalah:

Dengan:
k

= konstanta laju reaksi

= Faktor Frekuensi

Ea

= energi aktivasi

= tetapan gas

= temperatur/suhu

Dimana seringkali persamaan tersebut biasa ditulis dengan bentuk algoritma sebagai berikut:

4. KINETIKA / KECEPATAN REAKSI


Kinetika reaksi merupakan laju perubahan konsentrasi larutan terhadap waktu. Secara garis
besar laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain suhu, katalis, konsentrasi
larutan serta sifat unsur kimia yang bereaksi. Kinetika reaksi juga memiliki hubungan dengan
konstanta kesetimbangan reaksi serta energi aktivasi.

Konsep kecepatan reaksi sangat diperlukan pada perancangan reactor karena kecepatan reaksi
sangat mempengaruhi jumlah maupun ukuran reactor yang diperlukan untuk memproduksi
hasil dengan kapasitas tertentu.

Apabila bahan A dan bahan B direaksikan membentuk C dan D maka setelah terbentuk hasil
C dan D ada dua kemungkinan yang bisa terjadi antara lain :

1. C dan D tidak bereaksi (disebut reaksi searah)


2. C dan D bereaksi membentuk A dan B kembali (disebut reaksi bolak balik)

Persamaan reaksi bisa dituliskan sebagai berikut :


a. Reaksi searah (irreversible)
A + B C + D
b. Reaksi bolak balik (reversible)

A + B C + D

Untuk reaksi yang homogen (satu fasa) dan reaksi sederhana ( tidak melalui tahapan reaksi )
maka persamaan kecepatan reaksi :

a. Untuk reaksi searah dapat dinyatakan :


rA = k CA CB
rA

= kecepatan A bereaksi , mol /(waktu


volume)

= konstanta kecepatan reaksi, (satuan


tergantung order reaksinya)

CA,CB

= konsentrasi reaktan, mol/volume

= order reaksi (untuk reaksi elementer


order reaksi sama dengan koefisien
reaksi)

rB = (/) rA

rC = - (/) rA

rD = - (/) rA

b. Untuk reaksi bolak balik dinyatakan dengan


persamaan :
rA = k1 CA CB- k2 CC CD

rA

= kecepatan A bereaksi , mol /(waktu


volume)

k1

= konstanta kecepatan reaksi ke

kanan
k2

= konstanta kecepatan reaksi ke kiri

CA,CB

= konsentrasi reaktan, mol/volume

CC,CD

= konsentrasi produk, mol/volume

= order reaksi ke kanan

= order reaksi ke kiri

Faktor faktor yang berpengaruh terhadap kece patan reaksi :

1. Konstanta kecepatan reaksi

Semakin besar konstanta kecepatan reaksi maka semakin besar kecepatan reaksinya.

Konstanta kecepatan reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu, frekuensi
tumbukan dan energi aktivasi. Persamaan hubungan konstanta kecepatan reaksi dengan faktor
yang berpengaruh dapat dinyatakan (persamaan Arrhenius) :

E
k Ae RT

= konstanta kecepatan reaksi

A = frekuensi tumbukan
E = energi aktivasi

T = suhu mutlak
R = tetapan gas

Pertanyaan :
a. Jelaskan bagaimana pengaruh suhu terhadap konstanta kecepatan reaksi
b. Jelaskan bagaimana pengaruh energi aktivasi terhadap konstanta kecepatan reaksi.

Besarnya energi aktivasi tergantung pada reaksi yang terjadi, dan dapat diturunkan
nilainya dengan menggunakan katalisator atau dapat dinaikkan dengan menggunakan
inhibitor.
Katalisator biasanya digunakan untuk mempercepat reaksi pada reaksi yang lambat
biasanya pada reaksi untuk memproduksi suatu produk agar diperoleh hasil yang sebanyakbanyaknya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Inhibitor biasanya digunakan untuk reaksi-reaksi yang sangat cepat misalnya pada
reaksi nuklir yang bila terjadi sangat cepat akan menghasilkan tenaga yang sangat besar yang
mungkin sangat berbahaya apabila tidak terkendali maka reaksi harus diperlambat.

2. Konsentrasi reaktan
Semakin besar konsentrasi reaktan maka semakin besar kecepatan reaksinya.
Biasanya pada awal reaksi kecepatan reaksi paling besar, kemudian semakin lama konsentrasi
reaktan semakin kecil sehingga kecepatan reaksi semakin kecil.

5. ORDE REAKSI
Orde reaksi adalah banyaknya faktor konsentrasi zat reaktan yang mempengaruhi kecepatan
reaksi. Penentuan orde reaksi tidak dapat diturunkan dari persamaan reaksi tetapi hanya
dapat ditentukan berdasarkan percobaan.

BAB II
ISI
Pertanyaan 1 Kesetimbangan Kimia
a. Reaksi pembentukan NO, berdasarkan persamaan reaksi diatas, merupakan
reaksi kesetimbangan. Berikan penjelasan tentang reaksi kesetimbangan
dengan reaksi bentuk lain

Jawab : Reaksi dimana zat-zat hasil reaksi ( produk ) dapat bereaksi kembali
membentuk zat-zat semula ( reaktan ). Jadi reaksi berlangsung dua arah ( reversibel ).
Saat tercapai kesetimbangan jumlah zat-zatnya baik reaktan maupun produk tidak
lagi berubah. Jumlah zat sebanding dengan mol dan konsentrasi sehingga saat
setimbang mol dan konsentrasi zat-zatnya tetap

b. Ketika menjelaskan tentang reaksi kesetimbangankita selalu melibatkan


suatu konstanta yang dikenal denghan konstanta kesetimbangan. Berilah
penjelasan mengenai konstanta kesetimbangan tersebut, Persamaan yang
menghubungkan antara berbagai jenis konstanta kesetimbangan dan
hubungannya dengan energy bebas gibbs.
Jawab

: Konstanta kesetimbangan adalah hasil kali produk dipangkatkan koefisien

reaksinya,dibagi hasil kali kelarutan sipangkatkan koefisien reaksinya. Perbandingan nilai


konsentrasi produk dan reaktan pada keadaan setimbang dapat dinyatakan dalam sebuah
tetapan yang disebut tetapan kesetimbangan (Kc). Sedangkan perbandingan nilai tekanan
parsial produk dengan reaktan dalam keadaan setimbang adalah tetapan kesetimbangan
Kp.
Dalam system tertutup, dimana tekanan dan suhu dijaga, maka energi bebas
Gibbs adalah nol.
Dalam keadaan kesetimbangan reaksi berlangsung dalam dua arah yaitu ke arah
pembentukan dan ke arah penguraian. Dan kita juga bisa mencari konstanta

kesetimbangannya pada saat setimbang. Ketika sudah mendapatkan nilai K, kita bisa
mencari energy bebas gibbs dengan menggunakan persamaan

C.

Reaksi pembentukan NO dari komponen-komponennya hanya dapat terjadi

pada suhu tinggi. Jika dalam suatu wadah 1,0 dm3 mengandung 5,0 gram nitrogen dan
2,0 gram oksigen dan dipanaskan sampai suhu 2300 K, nilai konstanta kesetimbangan
dari reaksi :
N2(g) + O2(g) 2NO(g)

Diketahui :

Massa Nitrogen = 5,0 g


Massa Oksigen = 2,0 g
Kp= 1,69 x 10-3

Ditanya :

Fraksi mol NO

Jawab :
Mol N2 (x) = 5,0/28 = 0,19mol
Mol O2 (y) = 2,0/32 = 0,06 mol
N2

O2

2NO

2z

x-z

y-z

2z

Mol total pada saat setimbang = Pertambahan mol sisa dari tiap komponen = x+y

Nilai dari Kp sangatlah kecil (mendekati 0) jadi nilainya dapat diabaikan. Dan setelah
dilakukan perhitungan terhadap nilai z, didapatkan nilai z = 2 x 10-3 dan nilai fraksi NO
2z/x+y yaitu 0.018

Pertanyaan 2 Kesetimbangan Kimia


A. Diketahui : Reaksi penguraian NO2 :
NO2 (g) NO(g) + O2 (g)
Ditanya : Bagaimana hubungan konstanta kesetimbangan antara reaksi
pembentukan NO2 dengan reaksi penguraian NO2 ? dan bagaimana
konstanta kesetimbangan jika reaksi menjad i :
2NO2 (g) 2NO(g) + O2 (g)
Jawaban :
Reaksi pembentukan NO2 :
NO(g) + O2 (g ) NO2 (g)

Misalkan nilai konstanta kesetimbangan reaksi diatas adalah K


Maka jika reaksi penguraian NO2 :
NO2 (g) NO(g) + O2 (g)

1/K

Reaksi penguraian NO2 merupakan kebalikan dari reaksi pembentukan NO2, maka harga
konstanta kesetimbangan K2 = 1/K
Jika reaksi menjadi :
2NO2 (g) 2NO(g) + O2 (g)
Reaksi diatas merupan 2 kali dari reaksi awal pembentukan NO2, maka harga
komstanta kestimbangan K3=

karena jika suatu reaksi dijadikan n kali nya, maka harga


konstanta kesetimbangan baru akan menjadi Kn

B. Derajat disosiasi dari suatu reaksi disosiasi dapat ditentukan dengan memanfaatkan
nilai konstanta kesetimbangan pada suhu tertentu atau sebaliknya. Turunkanlah
persamaan yang menghubungkan derajat disosiasi dengan konstanta kesetimbangan,
dan berikanlah langkah-langkah penyelesaian untuk menentukan nilai konstanta
kesetimbangan dari reaksi penguraian NO2 pada setiap suhu yang diberikan.
Jawab:
Reaksi penguraian pada NO2:

Awal

n mol

Bereaksi

n. mol

n.

n. mol

mol
n - n. n.

Sisa

mol

n. mol

mol
[

]
[

]
]

]
[

[
]

]
]

Dengan menggunakan cara yang sama, dapat dicari persamaan lain yang
menghubungan ketetapan kesetimbangan dengan derajat disosiasi, baik untuk
kesetimbangan heterogen maupun homogen.

C. Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa suhu berpengaruh terhadap derajat


disosiasi NO2. Penjelasan tentang hal ini sudah dijelaskan oleh Le Chatelier-Braun
yang mengatakan bahwa whenever stress is placed on any system in a state of
equilibrium, the system will always react in a direction which will tend to counteract the
aplied stress. Berikanlah penjelasan lebih lanjut mengenai prinsip Le Chatelier-Braun
tersebut. Bagaimanakah hubungannya dengan nilai konstanta kesetimbangan untuk
setiap pengaruh yang diberikan?
Jawab:
Prinsip Le Chatelier-Braun menjelaskan bahwa pada sebuah sistem kesetimbangan,
perubahan kondisi tertentu akan menyebabkan gangguan pada kesetimbangan dinamis sistem
tersebut, yang mana akan membuat sistem menggeser posisi kesetimbangannya untuk
meminimalisir adanya perubahan pada sistem tersebut. Perubahan kondisi yang dimaksud
adalah perubahan tekanan, suhu, konsentrasi, dan volume.
Hubungan semua perubahan tersebut terhadap konstanta kesetimbangan suatu reaksi
kesetimbangan dapat dilihat sebagai berikut.
Pada

reaksi:

1. Pada perubahan volume:


Jika volume diperbesar, maka secara otomatis sistem kesetimbangan akan bergeser ke
arah yang jumlah koefisiennya lebih besar. Pada reaksi diatas, sistem akan bergerak ke
arah kanan. Nilai Kp akan semakin membesar.
Jika volume diperkecil, maka secara otomatis sistem kesetimbangan akan bergeser ke
arah yang jumlah koefisiennya lebih kecil. Pada reaksi diatas, sistem akan bergerak ke
arah kiri. Nilai Kp akan semakin mengecil.
2. Pada perubahan tekanan:
Jika tekanan diperbesar (secara otomatis volume menjadi kecil), konsentrasi semua
komponen akan bertambah. Sistem akan memperkecil tekanan dengan mengurangi
jumlah molekul pada setiap zat. Kesetimbangan akan bergeser ke arah yang jumlah

molekulnya lebih kecil. Pada reaksi diatas, sistem akan bergerak ke arah kiri. Nilai Kp
akan semakin mengecil.
Jika tekanan diperkecil (volume akan membesar), konsentrasi semua komponen akan
berkurang. Sistem akan menambah tekanan dengan menambah jumlah molekul.
Kesetimbangan akan bergeser ke arah yang jumlah molekulnya lebih besar. Pada
reaksi diatas, sistem akan bergerak ke arah kanan. Nilai Kp akan semakin membesar.
3. Pada perubahan suhu:
Jika sistem dinaikkan suhunya, secara otomatis kesetimbangan akan menyerap panas
agar kondisi sistem kesetimbangan tetap stabil. Karena itu, kesetimbangan akan
bergeser ke arah endoterm.
Jika sistem diturunkan temperaturnya, secara otomatis kesetimbangan akan
melepaskan panas agar kondisi sistem kesetimbangan tetap stabil. Karena itu,
kesetimbangan akan bergeser ke arah eksoterm.
4. Pada perubahan konsentrasi:
Jika konsentrasi zat produk ditambahkan atau kosentrasi zat pereaktan dikurangi, maka
kesetimbangan akan bergeser ke arah sebaliknya. Hal ini kan membuat nilai Kp
membesar.
Jika konsentrasi zat produk dikurangi atau konsentrasi zat pereaktan ditambahkan,
maka kesetimbangan akan bergeser menuju zat tersebut. Hal ini akan membuat nilai
Kp mengecil.

D. Persamaan yang menggambarkan hubungan antara konstanta kesetimbangan


dengan perubahan suhu adalah persamaan Gibbs-Helmholtz. Turunkanlah persamaan
tersebut menjadi persamaan yang lebih sederhana jika kita asumsikan bahwa
perubahan entalpi reaksi adalah tetap. Dan bagaimana bentuk penurunan
persamaannya jika perubahan entalpi reaksi jika dipengaruhi oleh perubahan suhu?
Jawab:
Diketahui dari persamaan Gibbs-Helmholtz, yaitu:

Akan terlihat hubungan konstanta kesetimbangan dengan perubahan suhu melalui penurunan
rumus Gibbs-Helmholtz sebagai berikut :

[
[

Lalu persamaan tersebut disubtitusi dengan rumus

menjadi :

atau

Pertanyaan 3 Kesetimbangan Kimia


A. Turunkanlah persamaan yang menghubungkan antara konstanta keseimbangan dengan

densitas gas, dan kemudian tentukan derajat disosiasi untuk reaksi disosiasi N2O4
Jawab

Dari densitas NO2 dan N204 murni yang telah diketahui(asumsi gas ideal) kita dapat mencari
fraksi mol dari NO2 dan N2O4.
Karena

maka :

Dengan gram/mol adalah Mr dan volume dalam liter/mol menggunakan persamaan gas
ideal, maka V=RT/P, didapat :

Dengan menggunakan persamaan untuk mencari densitas rata-rata maka didapat :


(

Dengan A = fraksi, dan dengan mengasumsikan

dan

, maka :

Dengan mensubstitusi persamaan diatas ke persamaan awal maka didapat persamaan :

Untuk menentukan derajat disosiasi maka terlebih dahulu kita tulis reaksinya

N2O4

2NO2

Mula-mula

Reaksi

2x

Setimbang

1-x

2x

Fraksi mol N2O4 dapat dinyatakan dengan

Lalu dengan menggunakan persamaan 3 dan 5 kita dapat mencari fraksi dari densitas

Dengan menggasumsikan bahwa

maka didapatkan

Dengan x adalah derajat ionisasi

B.

Penambahan gas inert dalam reaksi dapat mempengaruhi kondisi kesetimbangan.


Berikan penjelasan mengenai pengaruh tersebut, dan bagaimana dengan derajat
disosiasi reaksi di atas.

Jawab : Ada dua kemungkinan pengaruh penambahan gas inert pada kesetimbangan
yaitu pada volume konstan dan tekanan konstan.

Penambahan gas inert pada volume konstan


Penambahan gas inert pada sistem dalam keadaan setimbang akan membuat tekanan
total dari sistem tersebut meningkat yang diakibatkan karena jumlah molekul yang
meningkat. Tetapi ketika konsentrasi dari produk dan reaktan sebanding dengan rasio dari
mol dan volume dari wadah tidak akan berubah. Sehingga ketika gas inert ditambahkan ke
dalam sistem pada keadaan setimbang maka tidak ada efek pada kesetimbangan. Karena
hanya tekanan total yang meningkat dan tidak ada efek pada kesetimbangan maka derajat
disosiasi tidak akan berubah
Penambahan gas inert pada tekanan tetap
Ketika gas inert ditambahkan ke dalam sistem pada keadaan setimbang pada tekanan
tetap maka volume total akan meningkat. Sehingga jumlah dari mol per volume untuk
berbagai reaktan dan produk akan berkurang. Sehingga kesetimbangan akan berpindah
menuju arah yang terdapat koefisien yang lebih besar.
Sehingga pada reaksi N2O4 (g)

2NO2 (g) diatas ketika sistem diberikan gas inert

pada kondisi kesetimbangan. Maka kesetimbangan reaksi akan bergeser ke arah kanan karena
konsentrasi reaktan ditambah/diperbesar. Sehingga mol N2O4 akan berkurang dan mol 2NO2
akan bertambah dan derajat disasosiasi akan bertambah besar.
Pertanyaan 4
Bagaimana bentuk persamaan konstanta kesetimbangan dari dua reaksi dibawah
(Homogen & Heterogen)
Fruktosa-1.6-difosfat gliseraldehid-3-fosfat + dihidroksiaseton fosfat

CaCO3(s) CaO(s) + CO2 (g)

Jawab : Jika ingin mencari nilai konstanta kesetimbangan (Kc), Padatan tidak berubah
konsentrasinya. Jadi yang berpengaruh terhadap nilai Kc adalah zat yang berbentuk gas,
yaitu CO2 . Pada intinya, Harga Kc tidam dipengaruhi oleh zat yang berbentuk padat, karena
tidak ada konsentrasi zat padat yang dimasukan pada perhitungan Kc
Pertanyaan 5 - Kinetika Reaksi Kimia

a.

Jika dalam reaksi kesetimbangan kita mengenal istilah konstanta kesetimbangan,

maka dalam kinektika reaksi kimia dikenal istilah konstanta laju reaksi. Berikanlah
penjelasan mengenai hubungan antara dua konstanta tersebut, dan turunkanlah bentuk
persamaan laju reaksi untuk reaksi pembentukan NO? Bagaimanakah bentuk
persamaan laju reaksiuntuk jenis reaksi lain, seperti yang anda jelaskan sebelumnya ?

Jawab :

Hubungan antara konstanta kesetimbangan dan konstanta laju reaksi dapat dilihat pada
suatu reaksi yang reversible. Yang merupakan reaksi 2 arah dimana sebuah produk
yang terbentuk dapat bereaksi membentuk reaktan kembali, reaksinya adalah:
A+BC+D

Jika dijabarkan dalam bentuk laju reaksi, maka:

Laju reaksi menuju reaktan (forward) : KF [A] [B]


Laju reaksi menuju produk (backward) : KB [C] [D]
Reaksi akan terhenti saat setimbang menurut stokiometri berikut ini: (x sebagai
konsentrasi A

dan y sebagai konsentrasi B):

-n

-n

+n

+n

Persamaan stokiometri ini dalam molar karena berada pada larutan yang sama. Maka
jika nilai tersebut dimasukan ke dalam persamaan menjadi:
Laju reaksi menuju reaktan (forward)

KF [x - n][y - n]

Laju reaksi menuju produk (backward) :

K [n] [n]

Karena saat n mol bereaksi maka larutan setimbang, maka laju forward dan backward =
0
Laju forward Laju backward = 0

Laju forward = Laju backward

Maka:

Kf [x-n] [y-n] = Kb [n] [n]

Kf/Kb = [n] [n] / [x-n] [x-y]

di mana Kc = [n] [n] / [x-n] [x-y]


Maka : Kc = Kf/Kb

Reaksi Pembentukan NO :
2 NO2 2 NO + O2
Untuk

menentukan laju

pembentukan

NO maka dibuat

reaksi

dahulu,

dimana x mewakilkan mol NO dan n adalah mol dimana terjadi kesetimbangan


dimana laju reaksi
total = 0. Reaksinya adalah
2 NO2
X

2 NO

O2
-

-n

+n

+n

xn

Maka laju reaksi pembentukan NO adalah dx/dt = Kf [x-a]2 dan reaksi akan
mencapai kesetimbangan saat konsentrasi a = n.

b. Ada beberapa metoda yang dapat digunakan untuk menentukan persamaan laju
reaksi, yaitu menentukan konstanta laju reaksi dan orde reaksi. Berikanlah
penjelasan mengenai metoda yang dapat digunakan untuk menentukan persamaan
laju reaksi. Jika pada reaksi dekomposisi C2H4O menjadi CH4 dan CO dalam fasa
gas, data yang dikumpulkan dari hasil percobaan adalah data perubahan tekanan
setiap waktu seperti di bawah ini

T (menit)

12

18

P (mmHg)

116,51

122,56

125,72

128,74

133,23

141,37

Jelaskan langkah-langkah yang anda gunakan untuk menentukan konstanta laju


reaksi dan orde reaksinya!
Jawab:
Dalam menentukan persamaan laju reaksi beserta orde reaksi, terdapat beberapa cara.

1. Yang pertama adalah dengan menggunakan metode laju awal reaksi.dimana pada
metode ini terdapat data berupa data konsentrasi dan laju awal reaksi. Dengan
membandingkan beberapa data dapat diketahu ordo reaktan. Misalkan terdapat reaktan
A, jika reaktan A dilipatgandakan maka laju reaksi menjadi 2 kalinya maka reaktan A
memiliki ordo 1 dan terdapat reaktan B, jika reaktan B dilipatgandakan maka laju reaksi
menjadi 4 kalinya maka reaktan B memiliki ordo 2.
2. Yang kedua adalah menggunakan metode waktu paro. Dimana praktikan
membutuhkan data berupa konsentrasi dan waktu. Dan nilai tersebut diplot pada grafik

dengan menggunakan rumus waktu paro. Dan di plot pada grafik dan dilihat nilai
kelinearitasannya antar ordo
3. Yang ketiga dan paling umum yaitu metode integrasi dengan menggunakan rumus laju
reaksi terintegral. Dimana praktikan membutuhkan data berupa konsentrasi dan waktu.
Dengan menggunakan rumus tersebut, data diuji terhadap ordo 0, ordo 1, ordo 2, dst.
Lalu diplot pada grafik dan dilihat kelinearitasannya. Ordo yang memiliki kelinearitas
paling tinggi menandakan ordo dari reaksi tersebut.
Pada penentuan akan digunakan metode integrasi, dimana hasil dari konsentrasi akan
dibuat grafik masing-masing untuk ordo 0, 1, dan 2. Dimana grafik dengan linearitas
tertinggi menunjukan orde reaksinya.
Tahap 1 : Membuat Reaksi

Reaksi dekomposisinya adalah :

C2H4O CH4 + CO

Tahap 2 : Menentukan [P]


Pada persamaan ini hanya diketahui tekanan gas. Jika diasumsikan bahwa gas adalah
ideal dan reaksi terjadi pada suhu yang sama, maka tekanan gas dapat digunakan
sebagai pengganti nilai mol.

C2H4O

CH4

116,51

-x

+x

+x

116,51 x

CO

Jika x adalah tekanan parsial C2H4O yang terkonsumsi dalam reaksi, maka tekanan total
setelah reaksi adalah
Ptotal = PC2H4O + PCH4

+ PCO Ptotal =

(116,51 x) + x + x Ptotal = 116,51 + x


Maka pada dapat dihitung nilai P setiap komponen dalam setiap waktu:

T (menit) Ptotal

PC2H4O

PCH4

PCO

(mmHg)

(mmHg)

(mmHg)

(mmHg)

122,56

110,46

6,05

6,05

125,72

107,3

9,21

9,21

128,74

104,28

12,23

12,23

12

133,23

99,79

16,72

16,72

18

141,37

91,65

24,86

24,86

Tahap 3 : Membuat Tabel Ordo

Pada tahap ini dibuat tabel ordo, pada tabel ordo ditunjuk nilai sumbu x yaitu T yang
konstan

pada ordo manapun. Dan nilai sumbu y yang berbeda-beda tergantung ordonya.

PC2H4O
(mmHg)

T (menit) Ordo 0: [P] Ordo 1: ln[P]


Ordo 2:

116,51

116,51

4,7579

8,583 x 10-3
[
9,053 x 10-3
]

110,46

110,46

4,7047

107,3

107,3

4,6756

9,320 x 10-3

104,28

104,28

4,6470

9,590 x 10-3

99,79

12

99,79

4,6030

10,021 x 10-3

91,65

18

91,65

4.5183

10,911 x 10-3

Tahap 4 : Memplot Data

Lalu dengan memplot nilai ordo sebagai sumbu y dan T sebagai sumbu x dan diplot
pada grafik, maka hasil kelineartiasan (R), sebagai berikut:

Tahap 5 : Penentuan Ordo

Maka karena ordo 0 memiliki linearitas paling tinggi maka reaksi tersebut memiliki
ordo 0
c. Jika nilai konstanta kesetimbangan sangat dipengaruhi oleh suhu, begitu juga
dengan nilai konstanta laju reaksi. Hubungkan antara konstanta laju reaksi dengan
suhu digambarkan oleh vant Hoff dan Arrhenius dalam bentuk k=Ae-E/RT.

Bedasarkan persamaan tersebut, jelaskan bagaimana Anda bisa menentukan energy


aktivasi dari suatu reaksi, dan berikan satu contoh.
Jawab :

Dengan mengubah persamaan k=Ae-E/RT menjadi bentuk :

Dengan memplot nilai ln k sebagai sumbu y dan 1/T sebagai sumbu x maka didapatkan
nilai:

m = - EA / R

EA = -m.R
Contoh :

Pada reaksi polimer tersebut diketahui

data

sebagai berikut :

K (s-1)

0.00018

0.0027

0.03

0.26

T (K)

750

796

850

896

Tentukan nilai energy aktivasi pada reaksi


5D.
Laju reaksi ditentukan dengan penentuan laju pembentukan HBr sebagai intermediat.
HBr terbentuk pada reaksi (b) dan (c), tetapi hilang pada reaksi (c), maka laju

pembentukan totalnya :

][

][

][

Penyelesainnya harus dilakukan dengan mengetahui konsentrasi atom brom dan hidrogen,
untuk disusun dalam persamaan lajunya dan dianggap dalam keadaan steady :
[

][

][

][

][

][

Substitusi masing-masing persamaan menghasilkan


[

][

[
[

]
]

][
[
[

Tetapan laju reaksi semu ditentukan sebagai :

Sehingga persamaan diatas menjadi


[

]
]

][

Daftar Pustaka

Atkins, P. & Paula, J. (2010) Physical Chemistry. 9th Edition. New York: WH.
Freeman & Co.
Levine, Maron, S.H. & Lando, J.B. (1974) Fundamentals of Physical Chemistry.
Prentice Hall College
Chang, Raymond. (2005). Physical Chemistry for the Biosciences. Sausalito,CA: University
Science Books.

Anda mungkin juga menyukai