Anda di halaman 1dari 14

STATUS PASIEN

A. Identitas pasien
Nama

: An. A

Usia

: 1,5 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Alamat

: Bedakan, Mekargalih, Ciranjang, Cianjur

Tanggal berobat

: 10 Januari 2012

No. Rekam Medis

: 501452

B. Anamnesis (Alloanamnesis)
Keluhan utama
Keluar cairan dari telinga kanan sejak 3 hari lalu.
Keluhan tambahan
Batuk, pilek sejak 5 hari yang lalu. Demam tinggi sejak 4 hari yang lalu.
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan keluar cairan dari telinga kanan sejak 3 hari
sebelum berobat ke poli THT RSUD Cianjur. Orang tua pasien mengatakan bahwa
sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama. Keluhan sakit seperti ini
sudah ketiga kalinya. Yang pertama keluar cairan yang sama seperti sekarang, dan
diobati dengan obat tetes telinga yang dibeli oleh Ibu pasien di apotik. Obat tetes
telinga digunakan 2x tetes dalam sehari. Lalu yang kedua pasien mengeluhkan hal
yang sama, tetapi tidak diobati oleh Ibu pasien. Dan sembuh sendiri. Kemudian
keluhan yang sekarang untuk ketiga kalinya. Keluar cairan terjadi pada saat pasien
mengalami demam tinggi. Ibu pasien juga mengeluhkan bahwa pasien sering
mengorek-ngorek telinga kanannya dengan jari. Keluhan ini disertai dengan batuk
pilek sejak 5 hari yang lalu. Pasien menderita batuk kering, pilek sekretnya berwarna
bening. Ibu pasien mengatakan bahwa pasien imunisasi dasar lengkap.
Riwayat penyakit dahulu
Pasien sudah sering mengalami keluhan seperti ini.

Riwayat penyakit keluarga


Ayah pasien pernah mengalami sakit yang sama beberapa waktu yang lalu, tetapi
sembuh sendiri.
Riwayat pengobatan
Belum pernah diobati sama sekali.
Riwayat alergi
Pasien tidak mempunyai alergi terhadap makanan, obat, maupun udara.
Riwayat psikososial
Pasien sering mengorek telinga dengan jari.

C. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum

: tampak sakit ringan

Kesadaran

: compos mentis

Tanda tanda vital


Tekanan darah

: tidak diukur

Pernafasan

: 16 kali/menit

Nadi

: 80 kali/menit

Suhu

: afebris

Stasus genaralis
Kepala

: normosefal

Mata

: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Thoraks : bentuk dan gerak simetris


Paru
Inspeksi

: pergerakan dada simetris

Palpasi

: fokal fremitus sama dekstra-sinistra

Perkusi

: sonor di seluruh lapang paru

Auskultasi

: vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung

Inspeksi

: iktus kordis tidak terlihat

Palpasi

: iktus kordis teraba di ICS V sinistra

Perkusi

: batas jantung normal

Auskultasi

: bunyi jantung I & II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi

: datar

Palpasi

: supel, nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)

Perkusi

: timpani di seluruh lapang abdomen

Auskultasi

: bising usus (+) normal

Ekstremitas
Atas

: hangat (+/+), udema (-/-), RCT < 2 detik, sianosis (-/-)

Bawah

: hangat (+/+), udema (-/-), RCT < 2 detik, sianosis (-/-)

Status lokalis
1. Telinga
ADS
KAE

: mukosa atresia, hiperemis -/-, tenang


serumen (- /-)
sekret (+, purulen / -)

MT

: intake sulit dinilai / +


RC sulit dinilai / +
hiperemis - / -

RA

: nyeri tekan - / edema - / fistula +, sekret purulen / -

2. Hidung
Kavum nasi (KN)
Mukosa

: hiperemis (-/-), edema (- /-)

Sekret

: (-/-)

Konka

: eutropi (+/+)

Septum nasi

: lurus

Passase udara : (-/-)


Sinus paranasal

: nyeri tekan pipi (-), nyeri tekan dahi (-)

3. Tenggorok
Nasofaring

: rinoskopi posterior tidak diperiksa

Orofaring
Mukosa

: hiperemis (-), granul (-)

Uvula

: deviasi (-)

Tonsil

: TI/TI, hiperemis (-/-), kripta melebar (-/-), detritus (-/-),


perlengketan (-/-)

Laringofaring

4. Maksilo Fasial

: laringoskopi indirek tidak diperiksa

: simetris

NI

: normosmia (+/+)

N II

: pupil bulat, isokor (+/+)

N III

: gerak bola mata ke superior, medial atas, inferior baik

N IV

: gerak bola mata ke medial bawah baik

NV

: deviasi rahang (-), kekuatan menggigit baik

N VI

: gerak bola mata ke lateral baik

N VII

: wajah simetris, senyum simetris, mengangkat alis (+/+)

N VIII

: tes Rinne (sulit dinilai), tes Weber sulit dinilai, Schwabach


sulit dinilai

N IX

: deviasi uvula (-), arkus faring simetris

NX

: refleks muntah (+)

N XI

: angkat bahu (+/+) simetris

N XII

: deviasi lidah (-)

5. Leher
KGB Submental

: tidak membesar

KGB Submandibula

: tidak membesar

KGB Jugularis superior

: tidak membesar

KGB Jugularis media

: tidak membesar

KGB Jugularis inferior

: tidak membesar

KGB Supraklavikula

: tidak membesar

Kelenjar Tiroid

: tidak membesar

D. Resume
Seorang laki-laki usia 1,5 tahun datang ke poli THT RSUD Cianjur dengan keluhan
keluar cairan dari telinga kanan sejak 3 hari sebelum berobat. Orang tua pasien
mengatakan bahwa sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama. Keluhan
sakit seperti ini sudah ketiga kalinya. Yang pertama keluar cairan yang sama seperti
sekarang, dan diobati dengan obat tetes telinga yang dibeli oleh Ibu pasien di apotik.
Obat tetes telinga digunakan 2x tetes dalam sehari. Lalu yang keduan pasien
mengeluhkan hal yang sama, tetapi tidak diobati oleh Ibu pasien. Dan sembuh sendiri.
Kemudian keluhan yang sekarang untuk ketiga kalinya. Keluar cairan terjadi pada saat
pasien mengalami demam tinggi. Ibu pasien juga mengeluhkan bahwa pasien sering
mengorek-ngorek telinga kanannya dengan jari. Keluhan ini disertai dengan batuk pilek
sejak 5 hari yang lalu. Pasien menderita batuk kering, pilek sekretnya berwarna bening.
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien imunisasi dasar lengkap.
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah tidak dilakukan, nadi 80
kali/menit, pernafasan 16 kali/ menit, suhu afebris. Status generalis dalam batas normal,
status lokalis AD Helix sign (+), Tragus sign (-), pemeriksaan kanalis akustikus eksterna
atresia (+), mukosa hiperemis, sekret purulen, membran timpani sulit dinilai,
pemeriksaan retroaurikuler nyeri tekan (+), fistula (+), sekret purulen. Aurikula dekstra
dalam batas normal.

Diagnosis
Diagnosis banding
OMSK eksaserbasi akut AD
OMA stadium perforasi
Otitis eksterna AD
Diagnosis kerja
OMSK eksaserbasi akut AD

E. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah rutin dan urine
Audiogram bila memungkinkan
Pemeriksaan mikroorganisme sekret

F. Terapi

Non Farmakologis
Hindari masuknya air ke dalam liang telinga
Hindari mengorek telinga yang terlalu dalam dengan jari
Rajin kontrol setelah obat habis
Farmakologis
H2O2 3x5 tetes/hari
Vektrim 3x1 sendok/hari
Proceles 2x malam
Sanmol 3x1/hari
Aklan 2x1 pagi&sore/hari
G. Prognosis

Ad vitam

: Ad bonam

Ad functionam

: Dubia

Ad sanactionam : Dubia ad malam

Tinjauan Pustaka

Definisi
Otitis media supuratif kronik (OMSK) dahulu disebut Otitis Media Perforata (OMP) atau
dalam sebutan sehari-hari adalah congek.
Otitis Media Supuratif Kronik ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi
membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul.
Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.

Perjalanan Penyakit
Otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi ottis media supuratif kronis
apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dari 2 bulan, maka disebut
Otitis media supuratif subakut. Beberapa faktor penyebab OMA menjadi OMSK ialah terapi yang
terlambat diberika, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien
rendah (gizi kurang) atau higiene buruk.

Jenis-Jenis Perforasi

Perforasi Sentral kecil

Perforasi Sentral (kecil)

Perforasi Sentral (Sub Total)

Perforasi sentral sub total

Perforasi Atik

Perforasi Atik

Perforasi Postero Superior/ Marginal

Perforasi postero superior/ marginal

Letak Perforasi
Letak perforasi adalah di membran timpani dan mengetahui letak perforasi penting untuk
menentukan tipe/ jenis OMSK. Perforasi membran timpani dapat ditemukan di daerah sentral,
marginal atau atik. Pada perforasi sentral, perforasi terdapat di pars tensa, sedangkan di seluruh
tepi perforasi masih ada sisa membran timpani. Pada perforasi marginal sebagian tepi perforasi
langsung berhubungan dengan anulus atau sakulus timpanikum. Perforasi atik ialah perforasi
yang terletak di pars flaksida.

Jenis OMSK
Jenis OMSK terbagi atas 2 jenis, yaitu tipe benigna dan tipe maligna. Berdasarkan aktivitas
sekret yang keluar terdiri dari OMSK aktif dan OMSK tenang.
a)

OMSK aktif, merupakan OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif.

b)

OMSK tenang, ialah OMSK yang keadaan kavum timpaninyaterlihat basah atau kering.

OMSK tipe Benigna


Proses peradangannya terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak mengenai
tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe benigna jarang menimbulkan
komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe benigna tidak terdapat kolesteatoma.

OMSK tipe Maligna


Merupakan OMSK yang disertai dengan kolesteatoma. Kolesteatoma adalah suatu
kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel (keratin). OMSK tipe maligna dikenal juga
dengan OMSK tipe berbahaya atau OMSK tipe tulang. Perforasi pada OMSK tipe maligna
letaknya di atik, kadang-kadang terdapat juga kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi
yang berbahaya atau fatal timbul pada OMSK tipe maligna.

Diagnosis OMSK
Diagnosis OMSK ditegakan dengan cara:
1. Anamnesis (history-taking)
Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita seringkali
datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap. Gejala yang paling sering dijumpai
adalah telinga berair, adanya secret di liang telinga yang pada tipe tubotimpanal sekretnya
lebih banyak dan seperti berbenang (mukous), tidak berbau busuk dan intermiten,
sedangkan pada tipe atikoantral, sekretnya lebih sedikit, berbau busuk, kadangkala disertai
pembentukan jaringan granulasi atau polip, maka sekret yang keluar dapat bercampur
darah. Ada kalanya penderita datang dengan keluhan kurang pendengaran atau telinga
keluar darah.
2. Pemeriksaan otoskopi
Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi. Dari perforasi
dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah.

3. Pemeriksaan audiologi
Evaluasi audiometri, pembuatan audiogram nada murni untuk menilai hantaran
tulang dan udara, penting untuk mengevaluasi tingkat penurunan pendengaran dan untuk
menentukan gap udara dan tulang.
Audiometri tutur berguna untuk menilai speech reception threshold pada kasus
dengan tujuan untuk memperbaiki pendengaran.
4. Pemeriksaan radiologi
Radiologi konvensional, foto polos radiologi, posisi Schller berguna untuk menilai
kasus kolesteatoma, sedangkan pemeriksaan CT scan dapat lebih efektif menunjukkan
anatomi tulang temporal dan kolesteatoma.

Tanda Klinik OMSK Tipe Maligna


Mengingat OMSK tipe maligna seringkali menimbulkan komplikasi yang berbahaya, maka
perlu ditegakkan diagnosis dini. Walaupun diagnosis pasti baru dapat ditegakkan di kamar
operasi, namun beberapa tanda klinik dapat menjadi pedoman akan adanya OMSK tipe maligna,
yaitu perforasi pada marginal atau pada atik. Tanda ini biasanya merupakan tanda dini dari OMSK
tipe maligna, sedangkan pada kasus yang sudah lanjut dapat terlihat; abses atau fistel retro
aurikuler (belakang telinga), polip atau jaringan granulasi di liang telinga luar yang berasal dari
dalam telinga tengah, terlihat kolesteatom pada telinga tengah (sering terlihat di epitimpanium),
sekret berbentuk nanah dan berbau khas (aroma kolesteatom) atau terlihat bayangan
kolesteatom pada foto rontgen mastoid.

Terapi OMSK
Terapi OMSK terkadang memerlukan waktu yang lama serta harus berulang-ulang, karena
sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain disebabkan
oleh satu atau beberapa keadaan, yaitu:

a.

Adanya perforasi membran timpani yang permanen, sehingga telinga tengah berhubungan
dengan dunia luar.

b.

Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus paranasal.

c.

Sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid.

d.

Gizi dan higiene yang kurang.

Tipe Benigna
Prinsip terapi ialah konservatif atau dengan medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus
menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan H2O2 3 % selama 3-5 hari.
Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memeberikan obat tetes telinga
yang mengandung antibiotika dan kortikosteroid. Karena semua obat tetes yang
mengandung antibiotik bersifat ototoksik. Sehingga dianjurkan penggunaan obat tetes
telinga jangan diberikan terus menerus lebih dari 1 atau 2 minggu atau pada OMSK yang
sudah tenang. Secara oral diberikan antibiotika dari golongan ampisilin, atau eritromisin (bila
pasien alergi terhadap penisilin). Pada infeksi yang dicurigai karena penyebabnya telah
resistensi terhadap ampisilin, dapat diberikan ampisilin asam klavulat.
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah observasi selama 2 bulan,
maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan untuk
menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi,
mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta
memperbaiki pendengaran.
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau terjadinya
infeksi berulang, maka sumber infeksi harus diobati terlebih dahulu, mungkin juga perlu
melakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi dan tonsilektomi.

Tipe Maligna
Prinsip terapi ialah pembedahan, yaitu mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti.
Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum
dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, maka insisi abses
sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi.

Jenis Pembedahan Pada OMSK


Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK
dengan mastoiditis kronik, baik tipe benigna atau maligna, antara lain:
a.

Mastoidektomi sederhana
Dilakukan pada OMSK tipe benigna yang dengan pengobatan konservatif tidak
sembuh. Dengan operasi ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan
patologik. Tujuannya supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi. Pada operasi ini
fungsi pendengaran tidak diperbaiki.

b.

Mastoidektomi radikal
Dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau kolesteatom yang sudah meluas.
Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan
patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan rongga
mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan.
Tujuan operasi ini ialah membuang semua jaringan patologik dan mencegah
komplikasi ke intrakranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur hidupnya.
Pasien harus datang dengan teratur untuk kontrol, supaya tidak terjadi infeksi kembali.

c.

Mastoidektomi radikal dengan modifikasi


Dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik, tetapi belum merusak
kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang telinga
direndahkan. Tujuan operasi ialah membuang semua jaringan patologik dari rongga
mastoid, dan mempertahankan pendengaranyang masih ada.

d.

Miringoplasti
Merupakan jenis operasi timpanoplasti paling ringan, dikenal juga dengan nama
timpanoplasti tipe I. rekonstruksi hanya dilakukan pada membran timpani. Tujuannya
adalah mencegah berulangnya infeksi telinga tengah pada OMSK tipe benigna dengan
perforasi menetap. Dilakukan pada OMSK benigna yang sudah tenang dengan ketulian
ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi membran timpani.

e.

Timpanoplasti

Dilakukan pada OMSK benigna dengan kerusakan lebih berat atau OMSK benigna
yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan medikamentosa. Tujuannya adalah
menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran. Pada operasi ini selain
rekonstruksi membran timpani sering kali harus dilakukan juga rekonstruksi tulang
pendengaran. Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang pendengaran yang dilakukan
maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III, IV, V.
Sebelum rekonstruksi dikerjakan, lebih dahulu dilakukan eksplorasi kavum timpani
dengan atau tanpa mastoidektomi, untuk membersihkan jaringan patologis. Tidak
jarang pula operasi ini terpaksa dilakukan dua tahap dengan jarak waktu 6 sampai
dengan 12 bulan.
f.

Pendekatan ganda timpanoplasti (Combined approach tympanoplasty)


Merupakan teknik operasi yang dilakukan pada kasus Maligna dan Benigna dengan
jaringan granulasi yang luas. Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta
memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa
meruntuhkan dinding posterior liang telinga).
Membersihkan kolesteatoma dan jaringan granulasi di kavum timpani, dikerjakan
melalui dua jalan (cobined approach), yaitu melalui liang telinga dan rongga mastoid
dengan melakukan timpanotomi posterior. Teknik operasi ini dilakukan pada OMSK
maligna belum disepakati oleh para ahli, karena sering terjadi kekambuhan
kolesteatom.
Jenis operasi mastoid yang dilakukan tergantung pada luasnya infeksi atau

kolesteatom, sarana yag tersedia dan pengalaman operator. Sesuai dengan luasnya infeksi
atau luasnya kerusakan yang sudah terjadi, kadang-kadang dilakukan kombinasi dari jenis
operasi tersebut atau modifikasinya.

REFERENSI

1. Effendi,Harjanto. Penyakit Telinga Tengah dan Mastoid , George.L.Adam, Boies:Buku Ajar


Penyakit THT (Boies Fundamental of
Otolaryngology)/George.L.Adam, dkk, alih bahasa: Caroline Wijaya.Edisi 6. Jakarta:EGC. hlm:
320-355.
2. Soepardi,Efiaty Arsyad, Zainul A.Djaafar, Kelainan Telinga Tengah dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan THT. Edisi Keempat. Jakarta:FKUI. hlm:57-59.

Anda mungkin juga menyukai