Anda di halaman 1dari 6

FAKTOR YANG MEMENGARUHI BERAT BADAN BAYI

Faktorfaktor yang dapat memperngaruhi berat bayi lahir dikelompokan


sebagai berikut :
1. Faktor lingkungan internal, yang meliputi umur ibu, parietas, jarak
kelahiran, kesehatan ibu, kadar haemoglobin ibu hamil serta ukuran
antropometri ibu hamil.
2. Faktor lingkungan eksternal, yang meliputi kondisi lingkungan,
masukan makanan ibu selama hamil, jenis pekerjaan ibu, tingkat
pendidikan ibu dan bapak (kepala keluarga), pengetahuan gizi dan tingkat
social ekonomi.
3. Faktor pengunaan pelayanan kesehatan yaitu frequensi pemeriksaan
kehamilan (ANC).
Adapun penjelasan faktorfaktor yang mempengaruhi berat bayi lahir adalah
1. Umur ibu
Umur ibu mempunyai hubungan erat dengan berat bayi lahir pada umur ibu
yang masih muda, perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi
fisiologisnya belum optimal. Selain itu emosi dan kejiwaannya belum cukup
matang, sehingga pada saat kehamilan ibu tersebut belum dapat mengadapi
kehamilannya secara sempurna, dan sering terjadi komplikasi-komplikasi. Telah
dibuktikan pula bahwa angka kejadian persalinan kurang bulan akan tinggi pada
usia dibawah 20 tahun dan kejadian paling rendah pada usia 26 35 tahun,
semakin muda umur ibu maka anak yang dilahirkan akan semakin ringan.
Berdasarkan ketentuan yang dikeluarkan Depkes RI dalam hubungannya
dengan umur ibu melahirkan, dikatakan bahwa risiko kehamilan akan terjadi

pada ibu yang melahirkan dengan umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35
tahun erat kaitannya dengan terjadinya kanker rahim dan BBLR.
2. Parietas
Parietas dalam arti luas mencakup gavida (jumlah kehamilan), partus
(jumlah kelahiran), dan abortus (jumlah keguguran), sedang dalam arti khusus
yaitu jumlah atau banyaknya anak yang dilahirkan. Parietas dikatakan tinggi bila
seseorang wanita melahirkan anak ke empat atau lebih. Seorang wanita yang
sadar mempunyai tiga anak dan terjadi kehamilan lagi, keadaan kesehatannya
akan mulai menurun, Seorang mengalami kurang darah (anemia), terjadi
pendarahan lewat jalan lahir dan letak janin sungsang bahkan melintang. Pada
waktu persalinan yang sukar maupun pendarahan setelah persalinan.
3. Jarak kehamilan
Menurut ketentuan yang di keluarkan oleh badan kordinasi keluarga
berencana (BKKBN) menyatakan bahwa jarak antara kelahiran yang ideal adalah
3 tahun atau lebih. Hal tersebut karena jarak kelahiran yang pendek dapat
menyebabkan seorang ibu belum cukup waktu untuk memulihkan kondisi
tubuhnya setelah kelahiran sebelumnya, sehingga merupakan salah satu factor
penyebab kelemahan dan kematian ibu dan bayi yang di lahirkan.
Menurut Bobby Rawadi (1986) menyatakan bahwa jarak kehamilan yang
terbaik adalah 25 48 bulan karena akan menghasilkan bayi dengan berat lahir
3000 3499 gram.
4. Kadar Hb
Haemoglobin (Hb) adalah bagian dari eritosit (sel darah merah) yang
dibentuk dalam sumsum tulang. Haemoglobin dibentuk dari heme dan globin,
heme terdiri dari 2 pasang rantai polipeptida.
Haemoglobin adalah molekul yang mengandung 4 sub unit yang berinteraksi

sehingga menimbulkan efek kooperatif yaitu bila sebuah molekul haemoglobin


mengenai molekul Oksigen cenderung terus memperoleh 4 molekul Oksigen.
Haemoglobim adalah suatu senyawa protein dengan Fe dinamakan
Conjugated protein. Adanya ion Fe mengakibatkan warna darah menjadi merah,
oleh karena itu Hb juga di sebut zat warna merah darah. Jika Hb berikatan
dengan sel darah merah dan CO2 akan menjadi karboxy haemoglobin yang
berwarna merah tua. Darah arteri mengandung O2 sedangkan darah vena
mengandung CO2.
Kriteria menurut WHO, dinyatakan anemia pada ibu hamil jika kadar
haemoglobin < 6 g/dl, anemia sedang jika kadar haemoglobin 6 7 g/dl.
5. Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungsn adalah kondisi dimana ibu hamil tinggal apabila kondisi
lingkungan tidak sehat dan miskin maka akan menyebabkan kejadian infeksi
yang meningkat dan pengaruhnya dapat berlipat ganda pada ibu hamildan
janinnya. Penyakit infeksi tersebut antara lain penyakit malaria, hepatitis,
syphilis dan penyakit karena bakteri lainnya yang diderita ibu hamil yang dapat
memberikan angka kematian dan kesakitan yang lebih tinggi pada bayi.
Selain itu pada daerah geografis yang buruk, juga dapat menyebabkan
anemia gizi. Hal ini yang sulit dijangkau dari segipendidikan dan ekonomi,
seperti daerah terpencil serta daerah yang endemis dengan penyakit yang
memperberat anemia seperti kejadian endemis malaria.
6. Asupan makanan ibu selama hamil
Kebutuhan fisiologis sewaktu hamil adalah jumlah energi, protein dan zatzat
gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, perubahan
metabolisme tubuh ibu, ibu hamil dan bayi merupakan kelompok rawan dalam
risiko kematian yang tinggi. Apabila asupan makanan ibu selama kehamilan

kurang 1800 kalori sehari angka prevalensi bayi dengan BBLR akan timggi
karena pemenuhan akan zat-zat yang di perlukan janin berkurang.
7. Jenis perkerjaan ibu
Jenis pekerjan juga dapat mempergaruhi produk kehamilan, pada wanita
yang memiliki pekerjaan yang berat terutama pekerjaan yang berat, akan
cenderung melahirkan bayi dengan berat kurang dari 2500 gram dengan risiko
kematian yang lebih tinggi bagi ibu maupun baynya. Sebaliknya wanita yang
memilih jenis pekerjaan yang kurang memerlukan tenaga fisik seperti pekerjaan
profesi atau managemen tampaknya kurang mempengaruhi berat bayi yang di
lahirkan.
8. Tingkat pendidikan ibu
Pendidikan yang rendah, adapt istiadat yang ketat serta nilai dan
kepercayaan akan takhayul disamping tingkat penghasilan yang masih rendah
merupakan faktor penghambat dalam upaya penggalakkan potensi masyarakat
untuk berperan serta dalam pengembangan kesehatan.
Pendidikan rata-rata penduduk yang masih rendah, khususnya dikalangan
ibu hamil merupakan salah satu masalah yang berpengaruh terhadap
masalahmasalah
kesehatan, sehingga sikap hidup dan perilaku yang mendorong
peningkatan kesehatan masyarakat masih kurang.
Pendidikan ibu yang masih rendah dapat mengakibatkan kejadian BBLR
meningkat akibat kurang pengetahuan dalam menjaga kehamilannya, makin
tanggi pendidikan ibu, mortalitas dan morbiditas makin menurun, hal tersebut
hanya akibat kesadaran ibu akan kesehatannya lebih tinggi, tetapi juga karena
adanya pengaruh social ekonominya. Kemungkinan melahirkan anak dengan
berat 3000-3499 gram paling banyak ditemukan pada ibu dengan pendidikan

perguruan tinggi dan makin menurun dengan makin rendahnya pendidikan.


Ibu hamil yang menderita anemia gizi terjadi pada kelompok penduduk yang
berpenghasilan rendah. Kelompok ini umumnya kurang memahami kaitan
anemia dengan faktor lainnya, kurang mempunyai akses mengenai informasi
penanggulangan anemia, kurang dapat memilih bahan makanan yang bergizi,
khususnya mengandung zat besi relative tinggi, kurang dapat menggunakan
pelayanan kesehatan yang tersedia.
9. Pengetahuan gizi
Tingkat pengetahuan menentukan perilaku konsumsi pangan, salah satu
melalui pendidikan gizi. Pendidikan gizi berusaha menambah pengetahuan dan
perbaikan kebiasaan konsumsi pangan yang umumnya dipandang baik diberikan
sedini mungkin. Selain itu pengetahuan diharapkan akan menghasilkan perilaku
individu dalam penerapan konsumsi pangan untuk mempertahankan gizi yang
baik. Selain itu akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan
makanan, yang selanjutnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang
bersangkutan.
10. Keadaan Sosial Ekonomi
Anemia gizi juga lebih sering terjadi pada golongan ekonomi yang rendah
karena kelompok penduduk ekonomi rendah, khususnya pada ibu hamil kurang
mampu membeli makanan sumber zat besi dikarenakan harga yang relative
mahal, kurang mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan yang tersedia.
Status sosial yang masih rendah di masyarakat mempunyai beberapa akibat
yang mempermudah timbulnya anemia gizi. Contohnya dari masih lebih
rendahnya status wanita dibandingkan laki-laki yaitu adanya kepercayaan yang
merugikan, seperti pantang makanan tertentu, mengurangi makan setelah
trimester III agar bayinya kecil sehingga mudah melahirkan,

Selain itu keadaan ekonomi dapat mempengaruhi daya beli ibu hamil.
Apabila makin rendahnya daya beli semakin sedikit makanan yang di konsumsi.
Lebih jauh lagi semakin rendah makanan yang dikonsumsi ibu selama hamil,
semakin tinggi pula prevalensi kejadian BBLR.

Anda mungkin juga menyukai