Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ASPEK BUDAYA BERHUBUNGAN DENGAN KESEHATAN IBU


Di susun guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD)
Dosen pembimbing: Rahayu Fuji Lestari,S.ST

Disusun oleh:kelompokVII
Alfi Suci Putriyanti (02)
Anis Yulita (04)
Ayu Pristy Wahyuningtyas (06)
Evi Yulistiana Oktavianti (11)
Izzaumal Hikmah (19)
Lailatul Hasaniyah (20)
Meilina Huzaimah (25)
Rani Bharokatul Maulidiya (32)
Siti Khotijah (40)
Sri Astutik (42)
Susmiati (46)

UNIVERSITAS ISLAM MADURA


PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
TAHUN 2010-2011
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang

Maha

Pengasih

lagi

Maha Penyayang,

Alhamdulillahirobbilalamin berkat limpahan rahmat-Nya sehingga makalah yang


berjudul Aspek Budaya Berhubungan Dengan Kesehatan Ibu dapat terwujud sesuai
dengan waktu yang telah direncanakan. makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas
mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD).

Dalam penelitian ini, penulis tidak hanya bekerja sendiri. Tanpa bantuan dari semua
pihak, tidak mungkin makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Rahayu Fuji Lestari,S.ST selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
banyak masukan, baik yang bersifat teori maupun praktik.
2. Teman-teman yang selalu memberikan motivasi dan semangat sehingga makalah
ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang diharapkan

Atas segala bantuannya baik secara moral, material, maupun

spiritual penulis

mengucapkan terima kasih.


Dalam pembuatan makalah ini, penulis

menyadari

kesalahan,

kelemahan,

bahkan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan agar dapat dijadikan acuan dalam penulisan makalah periode berikutnya.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Atas bantuan dari semua pihak penulis
mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Pamekasan, 23 Maret 2011

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...i
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI.iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH1
B. RUMUSAN MASALAH..2
C. TUJUAN.....2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENEGERTIAN KEBUDAYAAN..3
B. KEBUDAYAAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEHATAN IBU..6
C. PENDEKATAN MELALUI BUDAYA DAN KEGIATAN KEBUDAYAAN KAITANNYA
DENGAN PERAN SEORANG BIDAN...................................13

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN....15
B. SARAN..16
DAFTAR USTAKA.17

BAB I
PENDAHULUAN
A.

LATAR BELAKANG MASALAH


Berdasarkan UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) adalah pelayanan kesehatan ibu dan anak yang meliputi pelayanan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, keluarga berencana, kesehatan reproduksi, pemeriksaan bayi, anak
balita dan anak prasekolah sehat.
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Indonesia selalu menjadi masalah pelik yang tak
kunjung membaik keadaannya. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan
anak tersebut diyakini memerlukan kondisi sosial politik, hukum dan budaya yang
kondusif. Situasi kesehatan ibu dan bayi baru lahir di Indonesia sama sekali belum bisa
dikatakan menggembirakan.
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002/2003
angka kematian ibu di Indonesia masih berada pada angka 307 per 100 ribu kelahiran.
Tingginya angka kematian ibu dan bayi sebesar 307 per 100 ribu kelahiran hidup,
menjadi salah satu indikatornya buruknya pelayanan kesehatan ibu dan anak. Kendati
berbagai upaya perbaikan serta penanganan telah dilakukan, namun disadari masih
diperlukan berbagai dukungan.
Angka Kematian Ibu (AKI) menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
1994 masih cukup tinggi, yaitu 390 per 100.000 kelahiran. Penyebab kematian ibu

terbesar (58,1%) adalah pendarahan dan eklampsia. Kedua sebenarnya dapat dicegah
dengan pemeriksaan kehamilan (antenatal care/ANC) yang memadai. Walaupun
proporsi perempuan usia 15-49 tahun yang melakukan ANC minimal satu kali telah
mencapai lebih dari 80%, tetapi menurut SDKI 1994, hanya 43,2% yang persalinannya
ditolong oleh tenaga kesehatan.Persalinan oleh tenaga kesehatan menurut SDKI 1997,
masih tetap rendah, di mana sebesar 54% persalinan masih ditolong oleh dukun
bayi.Usia kehamilan pertama ikut berkontribusi kepada kematian ibu di Indonesia. Data
Survei Kesehatan Ibu dan Anak (SKIA) 2000 menunjukkan umur median kehamilan
pertama di Indonesia adalah 18 tahun.SDKI 1997 melaporkan 57,4% Pasangan Usia
Subur (PUS) menggunakan alat kontrasepsi dan sebanyak 9,21% PUS sebenarnya
tidak ingin mempunyai anak atau menunda kehamilannya, tetapi tidak memakai
kontrasepsi (unmet need). Krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan 1997 menjadi
sebab utama menurunnya daya beli PUS terhadap alat dan pelayanan kontrasepsi.
Angka kematian ibu adalah jumlah kematian ibu akibat proses reproduktif per
100.000 kelahiran hidup.Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil
atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang
lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena
kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti
kecelakaan, terjatuh dll (Budi, Utomo. 1985).
Kemudian kematian ibu dapat diubah menjadi rasio kematian ibu dan dinyatakan
per 100.000 kelahiran hidup, dengan membagi angka kematian dengan angka
fertilitas

umum.

Jumlah Kematian Ibu yang dimaksud adalah banyaknya kematian ibu yang
disebabkan karena kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan pada
daerah

dan

tahun

tertentu.

Jumlah kelahiran Hidup adalah banyaknya bayi yang lahir hidup pada tahun
tertentu,didaerahtertentu. Konstanta= 1000 bayi lahir hidup.

B.

RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja kebudayaan yang dianut oleh masyarakat Indonesia pada ibu hamil, nifas dan
bersalin?
2.

Apa yang dilakukan bidan untuk mengatasi presepsi kebudayaan yang berhubungan
dengan kesehatan ibu dimasyarakat?

C. TUJUAN

Untuk mengetahui kebudayaaan yang ada pada masyarakat mengenai


kesehatan ibu dan cara bidan menanggulangi masalah tersebut

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan atau yang disebut peradapan ; adalah pemahaman yang meliputi :
pengetahuan, kepercayaan , seni, moral, hukum, adat istiadat yang diperoleh dari
anggota masyarakat ( Taylor 1997 )
Pendapat umum sesuatu yang baik dan berharga dalam kehidupan masyarakat.
( Bakker 1984 ).
Pola tingkah laku mantap : pikiran, perasaan, dan reaksi yang diperoleh dan
terutama diwujudkan oleh simbul-simbul

pada pencapaian tersendiri dari kelompok

manusia yang bersifat universal ( Kroeber & klukhon 1950 ).


Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta budayah / bodhi yang berarti
budi akal atau segala sesuatu yang berkaitan dengan akal. Budaya dapat dipisahkan
sebagai kata majemuk Budi & Daya yang berupa : cipta , rasa, karsa, karya
(kuncoroningrat 1980 ).

Jenis-jenis kebudayaan di Indonesia

a.

Kebudayaan Modern
Kebudayaan modern biasanya berasal dari manca negara datang di Indonesia
merupakan budaya/ kesenian import. Budaya modern akting, penampilan, dan
kemampuan meragakan diri
mengesampingkan

didasari sifat komersial.

Budaya modern lebih

norma , gaya menjadi idola masyarakat dan merupakan target

sasaran Contoh : film, musik jazz.

b. Kebudayaan Tradisional
Bersumber dan berkembang dari daerah setempat. Penampilan mengutamakan
norma dengan mengedepankan intuisi bahkan bersifat bimbingan
Dan

petunjuk

tentang

kehidupan

manusia.

Kebudayaan

tradisional

kurang

mengutamakan komersial dan sering dilandasi sifat kekeluargaan. Contoh : Ketoprak,


wayang orang, keroncong, ludruk.

c. Budaya Campuran
Budaya campuran pada hakekatnya merupakan campuran budaya modern
dengan budaya tradisional yang berkembang dengan cara asimilasi ataupun defusi.
Kebudayaan campuran sudah memperhitungkan komersiel tapi masih mengindahkan
norma dan adat setempat. Contoh : Musik dangdut, orkes gambus, campur sari.

B.

Kebudayaan Yang Berhubungan Dengan Kesehatan Ibu

Hingga saat ini sudah banyak program-program pembangunan kesehatan di


Indonesia yang ditujukan pada penanggulangan masalah-masalah kesehatan ibu dan
anak. Pada dasarnya program-program tersebut lebih menitik beratkan pada upayaupaya penurunan angka kematian bayi dan anak, angka kelahiran kasar dan angka
kematian ibu. Hal ini terbukti dari hasil-hasil survei yang menunjukkan penurunan angka
kematian bayi dan anak, angka kelahiran kasar. Namun tidak demikian halnya dengan
angka kematian ibu (MMR) yang selama dua dekade ini tidak menunjukkan penurunan

yang berarti. SKRT 1994 menunjukkan hahwa MMR sebesar 400 450 per 100.000
persalinan.
Selain angka kematian, masalah kesehatan ibu dan anak juga menyangkut angka
kesakitan atau morbiditas. Penyakit-penyakit tertentu seperti ISP A, diare dan tetanus
yang sering diderita oleh bayi dan anak acap kali berakhir dengan kematian. Demikian
pula dengan peryakit-penyakit yang diderita oleh ibu hamil seperti anemia, hipertensi,
hepatitis dan lain-lain dapat membawa resiko kematian ketika akan, sedang atau
setelah persalinan.
Baik masalah kematian maupun kesakitan pada ibu dan anak sesungguhnya
tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat
dimana

mereka

berada.

Disadari

atau

tidak,

faktor-faktor

kepercayaan

dan

pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan,


hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan
ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap
kesehatan ibu dan anak. Pola makan, misalnya, fakta dasarnya adalah merupakan
salah satu selera manusia dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat
bahwa setiap daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu hamil
dan anak yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan, tabu, dan anjuran
terhadap beberapa makanan tertentu.
Membicarakan mengenai mitos dan fakta seputar kehamilan maupun kelahiran
memang tidak akan pernah ada habisnya. Mitos telah menjadi adat istiadat yang
bersifat turun temurun dari orang tua kita terdahulu, menjadi suatu hal yang biasa dan
sangat

mereka

yakini.

Tidak sedikit mitos yang hanya tinggal mitos, bahkan tidak layak untuk sekedar diyakini.
Namun ternyata banyak pula mitos yang dapat dinalar, diterima oleh akal dan ternyata
ada faktanya. Sehingga tidak ada salahnya apabila sekali waktu kita mengulas soal
mitos-mitos yang banyak ditemui di masyarakat sekaligus mengetahui faktanya!
Berikut kebudayaan yang dianut oleh masyarakat Indonesia pada ibu hamil, nifas
dan bersalin:

1. Kebudayaan bagi wanita hamil :


Berbagai kelompok masyarakat di berbagai tempat yang menitik beratkan
perhatian mereka terhadap aspek kultural dari kehamilan dan menganggap peristiwa itu
sebagai tahapan-tahapan kehidupan yang harus dijalani didunia.Masa kehamilan dan
kelahiran dianggap masa krisis yang berbahaya,baik bagi janin atau bayi maupun bagi
ibunya karna itu sejak kehamilan sampai kelahiran para kerabat dan handai-tolan
mengadakan serangkaian upacara baggi wanita hamil dengan tujuan mencari
keselamatan bagi diri wanita itu serta bayinya,saat berada di dalam kandungan hingga
saat lahir.
Orang

jawa

menitikberatkan

adalah

salah

satu

perhatian

pada

contoh

aspek

dari

krisis

masyarakat

kehidupan

yang

dari

sering

pertistiwa

kehamilan,sehingga di dalam adat-istiadat mereka terdapat berbagai upacara adat yang


cukup rinci untuk menyambut kelahiran bayi.Biasanya upacara dimulai sejak usia
ketujuh bulan kandungan ibu sampai pada saat kelahirannya,walaupun ada pula
sebagian kecil warga masyarakat yang telah melakukannya sejak janin di kandungan
ibu berusia tiga bulan.upacara upacara adat jawa yang bertujuan mengupayakan
keselamatan bagi janin dalam prosesnya menjadi bayi hingga saat kelahirannya itu
adalah upacara mitoni,procotan dan brokohan.
Sebagian masyarakat jawa juga percaya bahwa bayi yang lahir pada usia tujuh
bulan mempunyai peluang untuk hidup,bahkan lebih kuat daripada bayi yang lahir pada
usia kehamilan delapan bulan,walupun kelahiran itu masih prematur.Kepercayaan ini
tampak

terdapat

pula

pada

sejumlah

suku

bangsa

di

indonesia

dan

malaysia(ladderman1987:86).Karna itu orang jawa menganggap usia tujuh bulan


kandungga sebagai saat yang penting,sehingga perlu dilakukan upacara yang disebut
mitoni untuk menyambutnya dan menangkal bahaya yang mungkin timbul pada masa
itu.Upacara mitoni yang umumnya hanya dilakukan pada kehamilan pertama dari
seorang wanita,sebenarnya dapat pula berfungsi untuk memberikan ketenangan jiwa
bagi calon ibu yang belum pernah mengalami peristiwa melahirkan.
Upacara mitoni dilakukan dengan cara memandikan sang calon ibu dengan air
bunga,yang biasanya dilakukan oleh orangtua pasangan suami-istri yang sedang
menantikan bayinya,ditambah sejumlah kerabat sepupuh terdekat atau sepupuh yang

1.

2.

dihormati Selanjutnya diadakan upacara memecah buah kelapa bergambar wayang


dengan tokoh dewa kamajaya dan dewi ratih oleh sang calon ayah,yang sebelumnya
dimasukan ke dalam sarung yang dikenakan oleh si calon ibu ketika dimandikan,mulai
dari ujung sarung pada batas menyentuh tanah.Namun sebelum menyentuh tanah,sang
calon ayah harus bisa menagkap buah kelapa itu pada ujung sarung dekat kaki
istrinya.Upacara ini dimkasudkan agar kelak proses kelahiran bayidapat berjalan lancar
dan bayi yang akan lahir tampan atau cantik seprti dewa dan dewi tersebut. Rangkain
upacara mitoni pada dasarnya melambangkan harapan baik bagi sang bayi,yakni
harapan agar ia sempurna dan utuh fisiknya,tampan atau cantik wajahnya,dan selamat
serta lancar kelahirannya.
Upacara procotan dilakukan dengan membuat sajian jenang procot yakni bubur
putih yang dicampur dengan irisan ubi.Upacara procotan khusus bertujuan agar sang
bayi mudah lahir dan rahim ibunya.
Brokohan adalah upacara sesudah lahirnya bayi dengan selamat dengan
membuat sajian nasi urap dan telur rebus yang diedarkan pada sanak kluarga untuk
memberitahukan kelahiran sang bayi. Pusat perhatian orang jawa mengenai
pelaksanaan upacara pada masa kehamilan dan kelahiran terletak pada unsur
tecapainya keselamatan,yang dilandasi atas keyakinan mengenai krisis kehidupan yang
mengandung bahaya dan harus ditangkal,serta harapan akan kebaikan bagi janin dan
ibunya.Maka upacara kelahiran seringkali tidak dilaksanakan dalam bentuk kenduri
besar dengan mengundang banyak handai-taulani.
Selain di jawa di Setiap daerah juga mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda
dikalangan masyarakat terhadap kesehatan ibu. Berikut budaya yang ada di beberapa
daerah terhadap kesehatan ibu hamil :

Jawa Tengah :
Bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan
dan pantang makan daging karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak.
Jawa Barat :
Ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi
makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan.

3.

4.

Masyarakat Betawi :
Berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena
dapat menyebabkan ASI menjadi asin.
Daerah Subang :
Ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang besar karena
khawatir bayinya akan besar sehingga akan mempersulit persalinan. Dan memang,
selain ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah.Tentunya hal ini
sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi. Selain itu, larangan untuk
memakan buah-buahan seperti pisang, nenas, ketimun dan lain-lain bagi wanita hamil
juga masih dianut oleh beberapa kalangan masyarakat terutama masyarakat di daerah
pedesaan. (Wibowo,1993).

2. Kebudayaan ibu bersalin


Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia kita bisa melihat konsepsi budaya
yang terwujud dalam perilaku berkaitan dengan kebudayaan ibu bersalin yang berbeda,
dengan konsepsi kesehatan modern. Beberapa hal yang dilakukan oleh masyarakat
pada ibu bersalin:

a)

Minum

rendaman

air

rumput

Fatimah

akan

merangsang

mulas.

Memang, rumput Fatimah bisa membuat mulas pada ibu hamil, tapi apa kandungannya
belum diteliti secara medis. Rumput fatimah atau biasa disebut Labisia pumila ini,
berdasarkan kajian atas obat-obatan tradisional di Sabah, Malaysia, tahun 1998,
dikatakan mengandung hormon oksitosin yang dapat membantu menimbulkan
kontraksi. Tapi, apa kandungan dan seberapa takarannya belum diteliti secara medis.
Jadi, harus dikonsultasikan dulu ke dokter sebelum meminumnya. Karena, rumput ini
hanya boleh diminum bila pembukaannya sudah mencapai 3-5 cm, letak kepala bayi
sudah masuk panggul, mulut rahim sudah lembek atau tipis, dan posisi ubun-ubun
kecilnya normal. Jika letak ari-arinya di bawah atau bayinya sungsang, tak boleh minum
rumput ini karena sangat bahaya. Terlebih jika pembukaannya belum ada, tapi si ibu

justru dirangsang mulas pakai rumput ini, bisa-bisa janinnya malah naik ke atas dan
membuat sesak nafas si ibu. Mau tak mau, akhirnya dilakukan jalan operasi.

b)

Meluarnya lendir semacam keputihan yang agak banyak menjelang persalinan, akan
membantu

melicinkan

saluran

kelahiran

hingga

bayi

lebih

mudah

keluar.

Ini tak benar! Keluarnya cairan keputihan pada usia hamil tua justru tak normal, apalagi
disertai gatal, bau, dan berwarna. Jika terjadi, segera konsultasikan ke dokter. Ingat,
bayi akan keluar lewat saluran lahir. Jika vagina terinfeksi, bisa mengakibatkan radang
selaput mata pada bayi. Harus diketahui pula, yang membuat persalinan lancar bukan
keputihan, melainkan air ketuban. Itulah mengapa, bila air ketuban pecah duluan,
persalinan jadi seret.

c)

Minum

minyak

kelapa

memudahkan

persalinan.

Minyak kelapa, memang konotasinya bikin lancar dan licin. Namun dalam dunia
kedokteran, minyak tak ada gunanya sama sekali dalam melancarkan persalinan.
Mungkin secara psikologis, ibu hamil menyakini, dengan minum dua sendok minyak
kelapa dapat memperlancar persalinannya. Jika itu demi ketenangan psikologisnya,
maka diperbolehkan, karena minyak kelapa bukan racun.
d)

Minum

madu

dan

telur

dapat

menambah

tenaga

untuk

persalinan.

Madu tak boleh sembarangan dikonsumsi ibu hamil. Jika BB-nya cukup, sebaiknya
jangan minum madu karena bisa mengakibatkan overweight. Bukankah madu termasuk
karbonhidrat yang paling tinggi kalorinya? Jadi, madu boleh diminum hanya jika BB-nya
kurang. Begitu BB naik dari batas yang ditentukan, sebaiknya segera hentikan.
Demikian juga dengan telur, pada dasarnya selama telur itu matang maka tidak akan
berbahaya bagi kehamilan. Hal ini disebabkan karena telur banyak mengandung protein
yang dapat menambah kalori tubuh.

e)

Makan

duren,

tape,

dan

nanas

bisa

membahayakan

persalinan.

Ini benar karena bisa mengakibatkan perndarahan atau keguguran. Duren mengandung
alkohol, jadi panas ke tubuh. Begitu juga tape serta aneka masakan yang
menggunakan arak, sebaiknya dihindari. Buah nanas juga, karena bisa mengakibatkan
keguguran.

f)

Makan daun kemangi membuat ari-ari lengket, hingga mempersulit persalinan.

Yang membuat lengket ari-ari bukan daun kemangi, melainkan ibu yang pernah
mengalami dua kali kuret atau punya banyak anak, misal empat anak. Ari-ari lengket
bisa berakibat fatal karena kandungan harus diangkat. Ibu yang pernah mengalami
kuret sebaiknya melakukan persalinan di RS besar. Hingga, bila terjadi sesuatu dapat
ditangani segera.

3. Kebudayaan ibu nifas.


Macam-macam mitos yang ada pada msyarakat mengenai ibu nifas diantaranya:
1. Tidak boleh bersenggama
Dari sisi medis, jelas dr. Chairulsjah Sjahruddin, SpOG, MARS, sanggama
memang dilarang selama 40 hari pertama usai melahirkan. Alasannya, aktivitas yang
satu ini akan menghambat proses penyembuh- an jalan lahir maupun involusi rahim,
yakni mengecilnya rahim kembali ke bentuk dan ukuran semula. Selain karena fungsi
hormonal tubuh yang bersang- kutan belum kembali aktif bekerja. Kalau sanggama
dipaksakan terjadi dalam tenggang waktu itu, kemungkinan yang terjadi bisa macammacam. Di antaranya infeksi atau malah perdarahan. Sebabnya, mukosa jalan lahir
setelah persalinan sangat peka akibat banyaknya vaskularisasi/aliran darah, hingga
terjadilah perlunakan mukosa jalan lahir. Dengan berjalannya waktu, vaskularisasi ini
kian berkurang dan baru akan normal kembali 3 bulan setelah bersalin. Belum lagi

libido yang mungkin memang belum muncul ataupun pengaruh psikologis, semisal
kekhawatiran akan robeknya jahitan maupun ketakutan bakal hamil lagi.

2. Kaki harus lurus


Menurut Koesmariyah, baik saat berjalan maupun berbaring, kaki harus lurus.
Dalam arti, kaki kanan dan kiri enggak boleh saling tumpang tindih ataupun ditekuk.
Selain agar jahitan akibat robekan di vagina tak melebar ke mana-mana, juga
dimaksudkan supaya aliran darah tetap lancar alias tak terhambat. Secara medis, posisi
kaki yang lurus memang lebih menguntungkan karena membuat aliran darah jadi
lancar. Sedangkan mobilisasi secara umum, pada dasarnya boleh dan malah harus
dilakukan. Makin cepat dilakukan kian menguntungkan pula. Dengan catatan, kondisi si
ibu dalam keadaan baik, semisal tak mengalami perdarahan atau kelainan apa pun saat
melahirkan. Selain patokan bahwa dalam 8 jam pertama setelah melahirkan ia sudah
bisa BAK dan BAB serta selera makannya bagus. Begitu juga tensi, denyut nadi, dan
suhu tubuhnya dalam batas normal. Soalnya, jika tak bisa BAK dan BAB berarti ada
sesuatu yang enggak beres yang akan berpengaruh pada kontraksi dan proses involusi
(pengecilan kembali) rahim.
3. Tidak boleh tidur siang
Pantangan yang satu ini kedengarannya keterlaluan. Bayangkan, meski ngantuk
setengah mati lantaran sering terbangun malam hari karena harus menyusui dan
menggantikan popok si kecil, si ibu tak boleh tidur siang. Menurut Chairulsjah, tidur
berkepanjangan memang mengundang proses recovery yang lebih lambat. "Makin lama
berbaring makin besar pula peluang terjadi tromboemboli atau pengendapan elemenelemen garam." Lalu bila si ibu bangun/berdiri mendadak, endapan elemen tersebut
dikhawatirkan lepas dari perlekatannya di dinding pembuluh darah. Padahal akibatnya
bisa fatal, lo. Endapan-endapan tadi bisa masuk ke dalam pembuluh darah lalu ikut

aliran darah ke jantung, otak dan organ-organ penting lain yang akan memunculkan
stroke.

4. Tak boleh keramas


Pantangan yang satu ini dicemaskan bisa membuat si ibu masuk angin. Itu
sebab, sebagai gantinya rambut cukup diwuwung, yakni sekadar disiram dengan air
dingin. Lagi-lagi, penyiraman ini diyakini agar darah putih bisa turun dan tak menempel
di mata. Namun agar tak bau apek dan tetap harum disarankan menggunakan ratus
pewangi. Tentu saja pantangan semacam itu untuk kondisi jaman sekarang dirasa
memberatkan. Terlebih untuk ibu-ibu yang harus sering beraktivitas di luar rumah.
Sedangkan mandi boleh-boleh saja asal dilakukan jam 5 atau 6 untuk mandi pagi dan
sebelum magrib untuk mandi malam. Penggunaan air dingin, katanya, justru lebih baik
ketimbang air hangat karena bisa melancarkan produksi ASI.
5. Hindari makan jemek
Golongan makanan yang harus dijauhi adalah pepaya, durian, pisang, dan
terung. Karena konon ragam makanan tadi bisa dikhawatirkan bikin benyek organ vital
kaum Hawa. Termasuk makanan bersantan dan pedas karena pencernaannya bakal
terganggu yang bisa berpengaruh pada bayinya. Begitu juga ikan dan telur asin serta
makanan lain yang berbau amis karena dikhawatirkan bisa menyebabkan bau anyir
pada ASI yang membuat bayi muntah saat disusui. Selain juga, proses penyembuhan
luka-luka di jalan lahir akan lebih lambat.
Secara medis, menurut Chairulsjah, tak benar anggapan untuk pantang pepaya
dan pisang yang justru amat dianjurkan karena tergolong sumber makanan yang
banyak mengandung serat untuk memudahkan BAB. Ikan dan telur juga merupakan
salah satu sumber protein hewani yang baik dan amat dibutuhkan tubuh. Sedangkan
durian memang tak dianjurkan karena kandungan kolesterolnya tinggi, selain memicu
pembentukan gas yang bisa mengganggu pencernaan.

6. Tidak boleh berpergian


Kalau dipikir-pikir larangan ini, bertujuan supaya si ibu tak terlalu letih
beraktivitas. Kalau capek bisa-bisa ASI-nya berkurang. Kasihan si kecil. Karena
biasanya seumur ini sedang kuat-kuatnya menyusu. Belum lagi kemungkinan si bayi
rewel ditinggal ibunya terlalu lama. Sementara kalau diajak pun masih kelewat kecil.
Malah takut ada apa-apa di jalan, terutama kalau menggunakan angkutan umum.
Bepergian pun membuat si ibu jadi tak tahan menghadapi aneka godaan untuk
menyantap segala jenis makanan yang dipantang.

C.

PENDEKATAN MELALUI BUDAYA DAN KEGIATAN KEBUDAYAAN KAITANNYA


DENGAN PERAN SEORANG BIDAN

Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan
masyarakat, mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan status
kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah kerjanya.
Seorang bidan harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat khususnya,
berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi baru lahir, anak remaja
dan usia lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan
dengan tugas, peran serta tanggung jawabnya.
Melihat dari luasnya fungsi bidan tersebut, aspek sosial-budaya perlu
diperhatikan oleh bidan. Sesuai kewenangan tugas bidan yang berkaitan dengan aspek
sosial-budaya,

telah

diuraikan

dalam

peraturan

Menteri

Kesehatan

No.

363/Menkes/Per/IX/1980 yaitu: Mengenai wilayah, struktur kemasyarakatan dan


komposisi penduduk, serta sistem pemerintahan desa dengan cara:

a.

Menghubungi pamong desa untuk mendapatkan peta desa yang telah ada pembagian
wilayah
pendukuhan/RK dan pembagian wilayah RT serta mencari keterangan tentang
penduduk dari masing-masing RT.
b.

Mengenali struktur kemasyarakatan seperti LKMD, PKK, LSM, karang taruna, tokoh
masyarakat, kelompok pengajian, kelompok arisan, dan lain-lain.

c.

Mempelajari data penduduk yang meliputi:

Jenis kelamin

Umur

Mata pencaharian

Pendidikan

Agama

d. Mempelajari peta desa


e.

Mencatat jumlah KK, PUS, dan penduduk menurut jenis kelamin dan golongan.
Agar seluruh tugas dan fungsi bidan dapat dilaksanakan secara efektif, bidan harus
mengupayakan hubungan yang efektif dengan masyarakat. Salah satu kunci
keberhasilan hubungan yang efektif adalah komunikasi. Kegiatan bidan yang pertama
kali harus dilakukan bila datang ke suatu wilayah adalah mempelajari bahasa yang
digunakan oleh masyarakat setempat.

Kemudian seorang bidan perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat tersebut,


yang meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan
kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan halhal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut.
Dengan kegiatan-kegiatan kebudayaan tradisional setempat bidan dapat
berperan aktif untuk melakukan promosi kesehatan kepada masyaratkat dengan
melakukan penyuluhan kesehatan di sela-sela acara kesenian atau kebudayaan
tradisional tersebut. Misalnya: Dengan Kesenian wayang kulit melalui pertunjukan ini
diselipkan pesan-pesan kesehatan yang ditampilkan di awal pertunjukan dan pada akhir
pertunjukan.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Faktor-faktor sosial-budaya mempunyai peranan penting dalam memahami sikap


dan prilaku menanggapi kehamilan dan kelahira.Sebagian pandangan budaya
mengenai hal-hal tersebut telah diwariskan turun-temurun dalam kebudayaan
masyarakat yang bersangkutan.Oleh karna itu, meskipun petugas kesehatan mungkin
menemukan suatu bentuk prilaku atau sikap yang terbukti kurang menguntungkan bagi
kesehatan,seringkali tidak mudah bagi mereka untuk mengadakan perubahan
terhadapnya,akibat telah tertanamnya keyakinan yang melandasi sikap dan prilaku itu
secara mendalam pada kebudayaan warga komuniti tersebut.
Kajian antropologi mengenai kehamilan dan kelahiran bagi wanita dengan segala
konsekuensi baik dan buruknya terhadap kesehatan ini perlu dijadikan bahan
pertimbangan bagi para personil kesehatan di indonesia dalam upaya meningkatkan
keberhasilan

pelayanan

ibu.Khususnya,pemahaman

kesehatan
yang

yang

menyeluruh

mereka
dan

utuh

terapkan
terhadap

bagi
berbagai

pandangan,sikap dan prilaku kehamilan dan kelahiran dalam konteks budaya


masyarakat yang bersangkutan,sangat diperlukan bagi pembentukan strategi-strategi
yang lebih tepat dalam melakukan perubahan yang diinginkan.
Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan
masyarakat, mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan status
kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah kerjanya.
Seorang bidan harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat khususnya,
berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi baru lahir, anak remaja
dan usia lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan
dengan tugas, peran serta tanggung jawabnya. Agar bidan dapat menjalankan praktik
atau pelayanan kebidanan dengan baik, hendaknya bidan melakukan beberapa
pendekatan misalnya pendekatan melalui kesenian tradisional.
B. Saran

a)

Saat ibu sedang hamil muda ( 1 sampai 3 bulan ) tidak melakukan pekerjaan yang
berat karena dapat menyebabkan keguguran pada janin .

b) Selalu mengkonsumsi makan yang banyak mengandung vitamin A , D , E , K.


c)

Selalu rutin untuk memeriksakan kandungan kepada tim medis ( dokter kandungan
atau bidan ) .

d)

Bidan perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat wilayah kerjanya, yang meliputi


tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan
sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal lain
yang berkaitan dengan wilayah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
http://kti-akbid.blogspot.com/2011/03/makalah-aspek-sosial-budaya-yang.html
3/03/201 1

online

http://siwisan.wordpress.com/2010/09/28/kesehatan-ibu-dan-anak-persepsi-budaya-dan-dampakkesehatannya/ online 23/03/2011


http://shidiqwidiyanto.wordpress.com/2009/04/03/aspek-budaya-tentang-kesehatan-danpenyakit/online 23/03/2011
F.Swasono,Meutia.(1998).Kehamilan,Kelahiran, Perawatan Ibu Dan Bayi Dalam konteks Budaya.
Jakarta:Salemba 4.
- See more at: http://nyareelmo.blogspot.com/2013/01/makalah-aspek-budaya-berhubungandengan.html#sthash.emps6apG.dpuf

Anda mungkin juga menyukai