Anda di halaman 1dari 19

Tugas : Individu TOMP

30 November 2009

(Pa Parulian)

Strategi Pengembangan Perusahaan


Dengan Memanfaatkan Komunitas Konsumen

Abel Gandhy
P056090763.34E

Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis


Institut Pertanian Bogor
2009

PENDAHULUAN

Maraknya komunitas konsumen yang terbentuk berdasarkan produk dan merek tertentu menjadi
peluang baru bagi para produsen untuk merebut peluang pasar secara lebih fokus dan efektif. Pesatnya
pertumbuhan komunitas baru ini dipacu oleh semakin spesifiknya kebutuhan, minat, selera dan
pengalaman orang-orang modern. Jika dahulu ada komunitas para pemusik, misalnya, sekarang lebih
spesifik lagi dengan munculnya komunitas baru sebagai turunannya, seperti komunitas para gitaris,
bassist, drummer, dan seterusnya. Demikian pula, jika dahulu ada komunitas pecinta tanaman, kini lebih
menukik lagi dengan merebaknya komunitas baru, mulai dari para pecinta bonsai hingga para penggila
bunga kantong semar.
Di Indonesia, komunitas sungguh sudah menjadi fenomena tersendiri, Secara umum, mereka
terbentuk karena kesamaan hobi, sama-sama peduli pada bidang tertentu (kesehatan, olah raga,
lingkungan), sama-sama pemakai gadget dan alat transportasi tertentu, ataupun karena ingin belajar pada
satu bidang seperti berwirausaha. Dan ciri utama mereka semua adalah dinamis dan aktif. Yang
terbentuk karena hobi, misalnya Jalansutera serta Natural Cooking Club untuk pencinta jalan-jalan dan
makanan. Lalu, Goodread Indonesia buat para pencinta buku, Chandranaya untuk pehobi fotografi, Indo
Bheta Splendens untuk pencinta ikan, serta komunitas pehobi sepeda yang tumbuh di berbagai kota,
Paguyuban Onthel Djogja (Podjok) dengan atribut pakaian zaman dulu plus sepedanya juga sepeda
zaman dulu. Komunitas yang terbentuk karena kerinduan akan kesehatan dan kebugaran tubuh
belakangan juga tumbuh bak jamur di musim penghujan, khususnya di kota-kota besar. Kita bisa
menunjuk contoh yang berkembang pesat seperti Klub Jantung Sehat Indonesia (KJSI) yang merupakan
kumpulan orang yang peduli kesehatan jantung. Isu dan kepedulian pada lingkungan belakangan juga
memicu hadirnya lembaga swadaya masyarakat dan komunitas di bidang itu. Clean Up Community
mungkin bisa dijadikan contoh. Organisasi yang menginduk pada Clean Up the World yang berpusat di
Sydney, Australia, bertujuan mengajak dan memberdayakan komunitas di seluruh penjuru dunia dalam
upaya

menciptakan

lingkungan

hidup

yang

lebih

bersih

dan

sehat

untuk

dihuni.

Fenomena tersebut ditunjang oleh semakin cepatnya kemajuan teknologi informasi, terutama
dengan kian masifnya pemanfaatan Internet dan ponsel yang kian cerdas, juga suburnya perkembangan
teknologi jaringan sosial (social networking) seperti Facebook, Twitter, Friendster, blog serta muncul
pula situs-situs berita dan informasi seperti Wikimu.com, yang pengirimnya adalah warga masyarakat

luas (citizen journalism). Orang tidak lagi sekadar membaca berita-berita yang ada, tetapi bisa menjadi
pencipta berita, termasuk berita dan tanggapan terhadap sebuah merek.
Semua ini telah mengubah sosiologi manusia modern. Bagi orang-orang tertentu, dan jumlahnya
terus bertambah, batas-batas negara bahkan sudah tak relevan lagi. Studi cukup komprehensif tentang
tren besar ini, misalnya, dilakukan oleh Jerome C. Glenn, yang memimpin tim riset The American
Council for the United Nations University, dan menuangkan hasilnya lewat artikel berjudul The Word in
2025, dimuat di The Globalist, majalah online. Glenn antara lain menyimpulkan bahwa pembagian
masyarakat dunia kelak tidak lagi secara tegas berdasarkan poros Utara-Selatan, melainkan berdasarkan
masyarakat mana saja yang bertindak secara global dengan menggunakan teknologi, dan mana yang
tidak. Hal ini dipicu oleh turunnya harga komputer mikromini, disertai meningkatnya kapasitas dan
kenyamanan penggunaannya, yang memungkinkan setiap orang saling terhubung satu sama lain, di
mana saja dan kapan saja, karena hampir segala hal bisa didigitalisasi.
Lalu, apa relevansi perubahan dahsyat sosiologi manusia itu bagi para pelaku bisnis?
Jawabannya adalah besar sekali. Dengan semakin merebaknya kapitalisme (global ataupun lokal),
semakin besar pula ketergantungan manusia pada produk, baik yang berupa barang maupun jasa.
Selanjutnya, dengan makin beragamnya produk dan merek yang ditawarkan kepada konsumen, semakin
besar pula derajat kebingungan konsumen menentukan pilihan. Untuk mengatasi imperfect imformation
yang diterima sekaligus rasa ingin tahu lebih detail atas pilihannya itu, mereka membentuk komunitas
konsumen. Jadi, komunitas konsumen ini umumnya terbentuk karena kebutuhan untuk bertukar
pengetahuan dan berbagi pengalaman mengenai produk atau merek yang sama, sehingga mereka merasa
senang, nyaman, diakui, serta merasa berada dalam lingkungan atau kelompok yang sama. Dengan
demikian kini konsumen diciptakan tidak hanya sebagai objek, tapi juga subjek. Sebagai subjek,
konsumen membutuhkan identitas diri yang terwujud dalam komunitas. Dan komunitas konsumen
merupakan wadah yang secara alami dibutuhkan setiap konsumen untuk berbagi nilai.
Sejumlah produsen yang jeli memang telah berhasil menangkap fenomena komunitas ini dan
memanfaatkannya sebagai alat untuk semakin memahami konsumennya, sekaligus mendapatkan banyak
masukan berharga untuk perbaikan kualitas produk ataupun layanannya. Bagaimanapun, inilah jenis
pasar yang paling fokus, karena itu juga bisa digarap secara efektif. Dengan interaksi yang rutin bersama
komunitas konsumen, akan lebih mudah mengembangkan program-program loyalitas, yang akhirnya
diharapkan mampu meningkatkan penjualan. Bahkan, seperti yang terjadi di negara maju, ide-ide
inovasi produk/jasa sering bersumber dari anggota-anggota komunitas yang militan.

Namun, satu hal yang perlu diperhatikan produsen adalah soal pendekatannya. Banyak jebakan
justru berada di sini. Sebab, sesuai dengan namanya, komunitas sesungguhnya dibentuk sebagai tempat
berkumpulnya manusia, bukan barang. Wajarlah, banyak dari komunitas yang meskipun dibentuk oleh
kesamaan produk atau merek tertentu, mereka tetap bersiteguh bahwa kelompok mereka independen.
Artinya, perlu pendekatan yang lebih menyentuh sisi emosional atau human-nya, dibanding jurus hard
sell seperti iklan, promosi, serta kegiatan sejenis yang memaksakan kepentingan perusahaan dalam
komunitas konsumen.

Rumusan Masalah
Komunitas-komunitas di Indonesia akhir-akhir ini semakin ekspresif menampilkan jati dirinya.
Hal ini ditandakan dengan makin beragamnya komunitas yang semakin exist dimasyarakat, seperti
komunitas penggemar jajanan kaki lima, penggemar komik, sepeda, sepeda motor, pengguna
Communicator, dan komunitas kolektor tanaman hias anturium, serta banyak lagi. Diperkirakan ratusan
komunitas kini berlalu-lalang dalam milis, blog, ataupun kanal social media seperti Friendster dan
Facebook yang kian digemari, dalam bentuk kegiatan formal ataupun informal.
Maraknya keberadaan komunitas konsumen (Organisasi informal) di Tanah Air merupakan
fenomena yang menarik untuk diteliti. Komunitas Konsumen dalam hal ini adalah komunitas yang dapat
memberikan kontribusi keuangan, khususnya indikator arus kas positif terhadap bisnis perusahaan
(Organisasi formal). Karena saat komunitas berkumpul, sesungguhnya mereka sedang berinteraksi
intensif dengan sebuah merek, sebagai contoh Komunitas Toyota Kijang Club Indonesia (TKCI),
misalnya, ia berinteraksi intenifs dengan merek Kijang. Komunitas Honda Vario Club (HVC), contoh
lain lagi, juga tengah berhubungan intensif dengan sepeda motor Vario. Merek-merek itu bahkan
berfungsi menjadi pengikat yang menyatukan anggota komunitas. Sehingga semakin solid komunitas,
semakin bertambah solid pula merek itu.
Gambaran betapa powerfull-nya komunitas bisa disimak dalam kasus Nutella di Italia. Awalnya,
produsen enggan menerima munculnya komunitas online Nutella, karena khawatir akan mengganggu
merek Nutella. Seiring berjalannya waktu, walaupun dihambat oleh perusahaan, komunitas Nutella
justru terus berkembang besar dan memperkuat diri. Berangkat dari sekumpulan orang pecinta roti,
berkembang menjadi ajang sharing keluarga yang sangat dinamis. Melihat perkembangan itu, mau tidak
mau produsen Nutella mengubah kebijakannya dengan berbalik mendukung seluruh ekspresi komunitas.
Berdasarkan contoh tersebut, kedepannya konsumen akan semakin pintar dan semakin mengetahui
bagaimana menciptakan nilai yang tepat sehingga bermanfaat bagi perkembangan dan inovasi
perusahaan.
Walaupun berpeluang memberi manfaat besar, belum banyak produsen yang menggarapnya
secara serius. Sehingga penting untuk dikaji lebih lanjut:
a. Bagaiman hubungan yang ideal antara perusahaan dengan komunitas konsumen sehingga dapat
menguntungkan kedua belah pihak?

b. Apa kendala yang muncul dalam membina hubungan kerja sama antara perusahaan dengan
komunitas konsumen?
c. Bagaiman peranan organisasi dalam mewujudkan solusi ideal untuk mengharmoniskan hubungan
antara perusahaan dan komunitas konsumen?

Tujuan Makalah:
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Mengetahui hubungan yang ideal antara perusahaan dengan komunitas sehingga menguntungkan kedua
belah pihak
2. Mengetahui kendala yang muncul dalam membina hubungan kerja sama antara perusahaan dengan
komunitas konsumen.
3. Mengetahui peranan organisasi dalam mewujudkan solusi ideal untuk mengharmoniskan hubungan antara
perusahaan dan komunitas konsumen.

Pendekatan Teori

Organisasi adalah bentuk formal dari sekelompok manusia dengan tujuan individualnya masing-masing
yang bekerjasama dalam suatu proses tertentu untuk mencapai tujuan bersama. Agar tujuan organisasi dan tujuan
individu dapat tercapai secara selaras dan harmonis maka diperlukan kerjasama dan usaha yang sungguh-sungguh
dari kedua belah pihak (pengurus organisasi dan anggota organisasi) untuk bersama-sama berusaha saling
memenuhi kewajiban masing-masing secara bertanggung jawab. Menurut Sondang Siagian (1995),

Organisasi adalah setiap bentuk persekutuan dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk suatu tujuan
bersama dan terikat secara formal. Secara garis besar organisasi dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu organisasi formal dan organisasi informal.
a.Organisasi Formal
Organisasi formal memiliki suatu struktur yang terumuskan dengan baik, yang menerangkan
hubungan-hubungan otoritasnya, kekuasaan, akuntabilitas dan tanggung jawabnya. Struktur yang ada
juga menerangkan bagaimana bentuk saluran-saluran melalui apa komunikasi berlangsung. Kemudian
menunjukkan tugas-tugas terspesifikasi bagi masing-masing anggotanya. Hierarki sasaran organisasi
formal dinyatakan secara eksplisit. Status, prestise, imbalan, pangkat dan jabatan, serta prasarat lainya
terurutkan dengan baik dan terkendali. Selain itu organisasi formal tahan lama dan mereka terencana dan
mengingat bahwa ditekankan mereka beraturan, maka mereka relatif bersifat tidak fleksibel. Contoh
organisasi formal adalah perusahaan besar, badan-badan pemerintah, dan universitas-universitas.
Perusahaan merupakan salah satu bentuk Organisasi formal yang akan dibahas lebih lanjut dalam
pembahasan. Menurut Sukotjo (2003) perusahaan dapat didefinisikan sebagai suatu organisasi produksi
yang menggunakan dan mengkordinir sumber-sumber ekonomi untuk memuaskan kebutuhan degan cara
yang menguntungkan.
Dari definisi tentang perusahaan tersebut dapatlah dilihat adanya lima unsur yang penting, yaitu :
1. Organisasi
Organisasi sebagai suatu bentuk dan hubungan yang mempunyai sifat dinamis, dalam arti dapat
menyesuaikan diri kepada perubahan, pada hakekatnya merupakan sebuah bentuk yang dengan sadar
diciptakan manusia untuk mencapai tujuan yang sudah diperhitungkan.

2. Produksi
Secara luas usaha-usaha produksi ini dapat digolongkan kedalam :
a. Produksi Langsung
Produksi langsung merupakan usaha-usaha untuk menghasilkan atau mendapatkan barang secara
langsung , ini meliputi :

Produksi Primer (Ekstraktif)

Produksi Sekunder

b. Kegiatan Yang Membantu Produksi Langsung


Selain produksilangsung, terdapat kegiatan lain yang membantunya, disebut produksi tersier. Ini
meliputi : Perdagangan (Perdagangan Besar, Perdagangan Kecil, Impor, dan Ekspor) dan kegiatankegiatan lain seperti Distribusi, Perbankan, Perasuransian, Penelitian Pasar dan Periklanan.
c. Produksi Tidak Langsung
Produksi tidak langsung ini tidak menaikkan nilai penggunaan ataupun tindak langsung dari alam, tetapi
memberikan jasa-jasa yang sangat berguna bagi perusahaan.

3. Menggunakan Dan Mengkordinir Sumber-sumber Ekonomi/Faktor-faktor Produksi.


Pada pokoknya sumber-sumber ekonomi (juga disebut faktor-faktor produksi) yang digunakan oleh
perusahaan dapat dikelompokkan kedalam : Manusia, Uang, Material, dan Metode.
Sumber-sumber ekonomi, disebut juga input atau faktor-faktor produks.
Semua kegiatan yang ada dalam perusahaan ditujukan untuk membuat barang dan jasa yang dibutuhkan
oleh masyarakat, dan mendistribusikannya dengan cepat serta efisien agar memperoleh laba. Laba akan
didapatkan apabila perusahaan membuat barang dan jasa yang sesuai dengan selera masyarakat untuk
memuaskan kebutuhannya. Jadi tugas perusahaan adalah melayani kepentingan masyarakat. Semakin
baik pelayanan yang diberikan kepada masyarakat akan semakin besar pula laba yang mungkin dapat
diperolehnya.

4. Kebutuhan
Di sini pengertian kebutuhan akan barang dan jasa. Sebuah perusahaan tidak akan dapat memenuhi
sebuah kebutuhan manusia, melainkan hanya sebagian saja. Sedang sebagian yang lain dipenuhi oleh
perusahaan yang lain pula.

5. Cara Yang Menguntungkan


Cara yang menguntungkan bagi sebuah perusahaan belum tentu sama baiknya bagi perusahaan yang
lain, sebab cara yang ditempuhnya berbeda-beda. Perbedaan ini terletak pada :

Bidang Operasi

Alat Produksi

Tujuan Perusahaan : Keuntunga Maksimal, Kesejahteraan Anggota, Kesejahteraan Masyarakat.

b.Organisasi informal
Keanggotaan pada organisasi-organisasi informal dapat dicapai baik secara sadar maupun tidak
sadar, dan kerap kali sulit untuk menentukan waktu eksak seseorang menjadi anggota organisasi
tersebut. Sifat eksak hubungan antar anggota dan bahkan tujuan organisasi yang bersangkutan tidak
terspesifikasi. Contoh organisasi informal adalah pertemuan tidak resmi seperti komunitas konsumen,
komunitas arisan, kelompok belajar bersama. Organisasi infomal pada struktur organisasi tidak akan
terlihat tetapi akan selalu mengikuti keberadaan organisasi formal.
Menurut Hicks (1976) organisasi informal dibedakan menjadi organisasi primer dan organisasi
sekunder

1. Organisasi Primer, organisasi semacam ini menuntut keterlibatan secara lengkap, pribadi dan
emosional anggotanya. Mereka berlandaskan ekspektasi rimbal balik dan bukan pada kewajiban yang
dirumuskan dengan eksak. Contoh dari organisasi semacam ini adalah keluarga-keluarga tertentu.
2. Organisasi Sekunder, organisasi sekunder memuat hubungan yang bersifat intelektual, rasional, dan
kontraktual. Organisasi seperti ini tidak bertujuan memberikan kepuasan batiniyah, tapi mereka
memiliki anggota karena dapat menyediakan alat-alat berupa gaji ataupun imbalan kepada anggotanya.
Sebagai contoh organisasi ini adalah kontrak kerjasama antara majikan dengan calon karyawannya
dimana harus saling setuju mengenai seberapa besar pembayaran gajinya.
Organisasi informal, merupakan kumpulan antar perseorangan tanpa tujuan bersama yang
disadari, meskipun pada akhirnya hubungan-hubungan yang tak disadari itu untuk tujuan bersama.
Organisasi informal ini keberadaamya tidak direncanakan tetapi terjadi secara otomatis karena hubungan
antar perseorangan pada sesama anggota organisasi formal (perusahaan).Organisasi infomal merupakan
organisasi yang tercipta karena adanya hubungan antar pribadi yang secara tidak sadar terjadi
keberadaannya tanpa didasarkan pada hubungan wewenang formal pada struktur organisasi maupun
kesepakatan tujuan bersama.

Dalam organisasi formal, tiap unsur organisasi mempunyai kedudukan tugas dan fungsi-fungsi yang
tegas. sedangkan didaam organisasi informal, kedudukan serat fungsinya taampak kabur. Organisasi
informal ini terjadi karena adanya komunikasi antar sesama karyawan yang dengan cepat menyebarkan
informasi melalui desas-desus dari mulut kemulut. Adapun desas-desus itu bisa saja berlebihan, salah,
kurang tepat maupun merupakan kebocoran informasi dari atasan yang mungkin benar. Untuk itulah
agar organisasi informal bermanfaat bagi perusahaan maka sudah sepantasnya kalau setiap atasan harus
bisa menggunakan segi positif kebceradaan organisasi informal ini terutama dalam rnenyampaikan
perintah.
Organisasi informal adalah hubungan pribadi dalam organisasi yang mempengaruhi putusan di
dalam organisasi tersebut tetapi ditiadakan dari skema formal dan tidak panggaruh dengan struktur
formal organisasi. Organisasi informal tumbuh karena berbagai faktor baik ekstern (pendidikan, umur,
senioritas, jenis kelamin, latar belakang etnis dan kepribadian), maupun intern (jabatan, upah, jadwal
kerja, mobilitas, dan simbol status). Organisasi informal membentuk klik, status dan peranan, norma dan
sanksi serta metode kerja sendiri lain dengan aturan formal.
Bentuk Organisasi informal yang akan dibahas lebih lanjut adalah komunitas konsumen, proses
pembentukannya merupakan merupakan sebuah proses dari konsuminitas. Konsumunitas
(consumunity) berasal dari gabungan dua kata: konsumsi dan komunitas. Konsumsi adalah cara
konsumen menikmati suatu produk, mulai dari ide, wacana, musik, masakan, olah raga, hingga suatu
barang. Konsumen dapat membentuk komunitas jika itu dilakukan secara atraktif, konstruktif dan
interaktif. Maksudnya, komunitas tersebut bersifat mengajak, menghasilkan karya positif, ataupun
memberikan kontribusi positif. Dalam proses konsumunitas, akan terjadi hubungan antar-berbagai pihak
dan antar-aktivitas. Sebab, Teori Konsumunitas (The Consumunity Theory) adalah teori tentang proses
terbentuknya komunitas konsumen dari katalis komunitas (yang terdiri dari peran produsen, peran
produk, peran konsumen dan peran merek), kemudian selanjutnya setelah komunitas konsumen tersebut
terbentuk, eksistensinya terwujud dalam aktivitas bisnis mereka yang berinteraksi dan memberikan
kontribusi kepada masyarakat, produsen dan komunitas konsumen lainnya
Menurut Eka Ardianto (2009), terdapat 9 tipe komunitas konsumen di Indonesia, yang terdiri dari
1. Tipe infant, mengindikasikan komunitas konsumen sedang dalam proses pembentukan, dan belum
memberi kontribusi arus kas yang positif ke produsen.
2. Tipe maker, mengindikasikan komunitas konsumen yang sudah terbentuk, tapi belum memberi
kontribusi arus kas yang positif ke produsen.

3. Tipe proffer, mengindikasikan komunitas konsumen yang belum solid terbentuk, tapi memberi
kontribusi arus kas yang positif ke produsen.
4. Tipe creator, mengindikasikan komunitas konsumen yang sudah solid terbentuk, dan juga memberi
kontribusi arus kas yang positif ke produsen.
5. Tipe establisher, mengidikasikan komunitas mulai solid terbentuk, tapi belum memberi kontribusi
keuangan.
6. Tipe grower. Komunitas ini sudah solid dan mulai memperlihatkan kontribusi keuangannya,
meskipun belum optimal.
7. Tipe developer. Komunitas ini berada di pusat pusaran yang berarti sedang-sedang saja, baik dalam
hal pembentukan komunitas maupun kontribusi keuangannya.
8. Tipe contributor, komunitas yang sudah memberi kontribusi keuangan, tapi secara organisasi belum
begitu solid.
9. Tipe whisper. Komunitas ini belum solid, tapi sudah berproses mendorong pemasukan keuangan

PEMBAHASAN

Peranan Organisasi Dalam membina hubungan Perusahaan dan


Komunitas Konsumen

Produk Inovatif, Fasilitas, Program Promosi


Komunitas
Konsumen

Perusahaan

Loyalitas, Masukan, Promosi Produk

Menciptakan Community

Tujuan yang Jelas

Relationship di Departemen Marketing

Hubungan antara Perusahaan (Organisasi Formal) dengan Komunitas Konsumen (Organisasi


Informal) idealnya memberikan hasil yang win-win solutions, yang dapat dilihat dari:
Manfaat yang diperoleh Perusahaan:
a. Loyalitas Konsumen meningkat, karena didukung oleh perusahaan yang mau mendukung kegiatan
komunitas yang sesuai dengan visi dan misi perusahaan. Disini terdapat kesamaan visi dan misi antara
Perusahaan dengan komunitas konsumen, sehingga akan ada hubungan yang lebih harmonis dan lebih
langgeng dalam menjalankan kerjasama. Sehingga perusahaan diharapkan harus mengenal siapa anggota
komunitas, visi dan misinya, serta tidak sembarangan dalam menjalin kerja sama antar komunitas.
b. Masukan dari konsumen berkaitan dengan perbaikan dengan perkembangan produk. Komunitas
merupakan tempat anggotanya berinteraksi secara intensif. Komunitas yang terbentuk karena kesamaan
menggunakan merek tertentu, akan berkomunikasi secara intensif bagaimana suatu merek dapat
memenuhi kebutuhan seluruh anggota dan bagaimana sebaiknya perbaikan yang dilakukan agar produk

tersebut dapat semakin diterima. Produsen yang kreatif dan peka terhadap masukan tersebut akan
bereaksi dengan cepat, sehingga produk yang dibuat dapat semakin diterima oleh komunitas dan
masyarakat karena masukan yang diterima.
c.Promosi Produk, Komunitas yang loyal terhadap sebuah produk akan menjadi komunikator yang lebih
efektif dibanding iklan perusahaan, karena calon konsumen yang mendapat masukan dari sesamanya
akan merasa lebih yakin jika saran diberikan oleh orang terdekat ataupun sesama konsumen dari
interaksinya dalam komunitas konsumen, Jalur ini jika dibina dengan baik oleh produsen, akan
menghasilkan lini promosi baru yang dapat meningkatkan nilai perusahaan di masa depan.
Manfaat Yang diperoleh Komunitas Konsumen
a. Produk yang inovatif, Masukan yang dihasilkan dalam interaksi antar anggota komunitas konsumen,
akan direspon oleh perusahaan berupa perbaikan produk sehingga dihasilkan produk yang lebih inovatif,
sehingga pengguna akan merasakan perbaikan yang diinginkan dan pendapatnya semakin didengar.
b. Fasilitas pertemuan konsumen, Komunitas konsumen yang visi dan misinya sama dengan yang
dimiliki perusahaan akan semakin mudah mendapatkan dukungan dari perusahaan, seperti akomodasi
hotel, konsumsi saat pertemuan acara hiburan saat komunitas konsumen melaksanakan acara.
c. Program Promosi Khusus, Perusahaan yang kreatif akan mendukung komunitas konsumen yang
memiliki kesamaan visi dan misi dengannya. Salah satunya dengan memfasilitasi komunitas dengan
program promosi khusus, seperti komunitas konsumen akan menjadi pihak yang pertama mendapatkan
produk jika perusahaan mengadakan launching, menggunakan nama komunitas sebagai brand
perusahaan dan komunitas akan mendapatkan bagian dari penjualan sesuai dengan perjanjian,
Pemberian nama sebuah produk (merk) yang dipilih berdasarkan masukan dari konsumen.
Berdasarkan manfaat yang akan diperoleh masing-masing organisasi, maka kedepannya
diperlukan kerjasama yang lebih intensif antara kedua organisasi tersebut. Perubahan persaingan, target
konsumen serta keinginan konsumen yang begitu cepat dapat semakin diantisipasi dengan cara
menerapkan Learning Organization. Learning organization merupakan solusi dalam rangka memenuhi
tuntutan di masa mendatang, yaitu perubahan lingkungan dalam menghadapi persaingan ekonomi global yang
mengharuskan adanya perbaikan dalam produktivitas, mutu produk, serta manfaat produk. Untuk itu sebagai suatu
sistem, perusahaan dan komunitas konsumen harus memperhatikan kunci learning organization, yaitu :

Kesamaan pandang, dimana kedua belah pihak berperan dan terlibat aktif dalam pembangunan sistem
kerjasama yang menguntungkan kedua belah pihak. Perusahaan diwajibkan mendirikan Community Relation
yang berhubungan dengan departemen pemasaran, departemen R&D serta departemen produksi,sehingga
masukan dari komunitas konsumen dapat di follow up lebih lanjut pada departemen yang bersangkutan.
Komunitas konsumen juga diharapkan memiliki tujuan yang lebih jelas agar dapat semakin dilirik oleh
produsen.

Pemahaman perbedaan, dimana semua komponen harus menyadari dan menerima perbedaan karakteristik
organisasi masing-masing, dimana perusahaan memiliki tujuan mengembangkan nilai perusahaan,
sedangkan komunitas konsumen memiliki tujuan agar semakin didengarkan dalam memberi masukan dan
memperoleh produk yang inovatif.

Pembelajaran tim, dimana akan terus diciptakan suasana yang adaptif dan inovatif perusahaan terutama
dalam menampung masukan dari konsumen yang disampaikan melalui community relation perusahaan.

Peningkatan efektivitas kerjasama, dengan semakin seringnya perusahaan dan komunitas konsumen
menjalin kerjasama maka kedua elemen tersebut saling mengetahui keinginan masing-masing, sehingga
efektifitas dalam menjalin hubungan dapat tercipta.

Evaluasi Pemanfaatan Komunitas Konsumen oleh Perusahaan

Kehadiran komunitas konsumen semakin menjadi fenomena ditengah masyarakat akhir-akhir ini.
Mereka muncul bak cendawan di musim hujan, ada yang lahir secara organik, karena persamaan
pengalaman, kepentingan, dan hobi para anggotanya. Ada pula yang sengaja didesain dan disponsori
oleh produsen tertentu. Komunitas konsumen merupakan organisasi yang sangat efektif dalam
menyampaikan pesan pemasaran yang dapat menjangkau banyak orang dalam waktu yang singkat
dengan Internet sebagai penggerak utamanya. Salah satu indikasi makin pentingnya Internet adalah
interaksi antar pribadi tidak selalu melalui fisikal, melainkan virtual. Sebagai contoh, dahulu sudah
banyak komunitas yang terbentuk, misalnya arisan. Namun, arisan tidak bisa menjadi channel yang kuat
karena cakupannya kecil. Berbeda dari yahoogroups yang bisa menjangkau jutaan orang dan tidak
terkendala geografis.

a. Perusahaan Pribadi yang memanfaatkan Komunitas Konsumen


Natural Cooking Club (NCC) merupakan contoh sukses pendiri yang memanfaatkan
perkembangan komunitas konsumen. Komunitas yang dibentuk oleh Fatmah Bahalwan pada Januari
2005 ini, awalnya hanya beranggota empat orang, itu pun hanya teman-teman dekatnya yang ingin
belajar memasak di kediaman Fatmah yang memiliki usaha katering. Walau cukup sering menggelar
pertemuan,

komunitas

ini

tidak

mengalami

perkembangan

yang

berarti.

Akhirnya, dipicu oleh banyaknya teman dan penggemar masakan buatannya yang curhat lewat telepon
tentang beberapa hal yang berhubungan dengan resep masakan, Fatmah pun membuat mailing list
sebagai sarana komunikasi bagi para penggemar masakan di seantero dunia. Kini, anggota NCC telah
berjumlah 4.100 yang tersebar di seluruh pelosok Nusantara dan di lima benua. Mailing list banyak
dikunjungi warga negara Indonesia yang tinggal di luar negeri dan NCC adalah wadah diskusinya
NCC punya banyak kegiatan. Hebatnya lagi, kegiatan yang dilakukan NCC tak sebatas di bidang
kuliner, melainkan juga bidang lainnya, seperti Tour dToko, Tour dPasar, pelatihan jurnalisme online,

kursus pembuatan blog, dan masih banyak lagi. NCC juga membuka kursus yang tarifnya berkisar Rp
200 ribu-1,5 juta. Dari kegiatan kursus ini sedikitnya 100 anggota NCC yang berhasil menjadi
pengusaha rumahan, selain itu NCC bekerja sama dengan PT Dian Rakyat juga telah menerbitkan
beberapa buku resep makanan. Bagi Fatmah sendiri, keberadaan NCC semakin memopulerkan pula
bisnis kuenya. Saat ini sebulannya Fatmah minimal mendapatkan Rp 15 juta dari penjualan kue berkat
perkembangan komunitas yang diciptakannya.

b. Perusahaan Besar yang memanfaatkan Komunitas Konsumen

Kesimpulan
8 Jurus Membangun Komunitas
ala Guy Kawasaki

(1) Ciptakan sebuah produk yang hebat.


Inilah kunci utama suksesnya penyebaran (evangelism), penjualan, demo, dan pembentukan komunitas.

(2) Identifikasi dan rekrut thunderlizard.


Temukan segera konsumen-konsumen loyal yang bisa Anda andalkan ini. Mintalah mereka membangun
komunitas. Maka, mereka akan tersanjung dan membantu Anda.

(3) Tugaskan seseorang sebagai champion dalam membangun komunitas.


Dialah yang akan menjadi inspirator dan pembawa bendera kepentingan perusahaan ke komunitas.
Kalau bisa orang yang hampir sekelas MBA.

(4) Berilah orang itu hal yang konkret untuk diperbincangkan.


Artinya, produk Anda masih bisa dikustomisasi dan dikembangkan. Karena itu, sarankan insinyur Anda
jangan dulu membuat produk yang sempurna. Sekali produk Anda diperbincangkan, susah lagi
menariknya dari mereka.

(5) Ciptakan sebuah sistem terbuka.


Meski terkesan teknis, maksudnya Anda perlu menyediakan tool dan informasi untuk membedah produk
Anda.

(6) Terima kritik dengan suka hati.


Ini hubungan jangka panjang, sehingga perusahaan jangan cepat-cepat minta cerai ketika baru saja ada
satu tanda ketidaksukaan. Sebaliknya, bila perusahaan terbuka untuk kritik, ikatan dengan komunitas
akan makin kuat.

(7) Dorong diskursus.


Pada level awal pembentukan komunitas, Anda perlu menyediakan forum di website sehingga
pelanggan bisa terlibat dalam diskursus, satu sama lain ataupun dengan karyawan perusahaan. Pada saatsaat penting, CEO Anda pun harus berpartisipasi.

(8) Publikasikan kehadiran komunitas Anda.


Sebab, komunitas Anda harus menjadi bagian integral dari upaya pemasaran dan penjualan Anda.

TINJAUAN PUSTAKA

Stoner, J. A. F., R. Edward F. dan Gilbert JR. 1996. Manajemen. Jilid II. Terjemahan: Management. 6 th Ed.
Alexander S. (penerjemah). Bambang S. (editor). Penerbit PT. Prenhallindo, Jakarta.

Sondang Siagian, 1995. Organisasi dan Manajemen. PT Gunung Agung. Jakarta.


Hicks, Herbert G. dan Ray Gullet. 1976. The Management of Organization. New York:
McGraw-Hill Inc.
J. Winardi, 2003. Teori Organisasi dan Keorganisasian. Penerbit: Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sukotjo, Ibnu . 2003. Pengantar Binis Modern edisi ketiga. Penerbit : LIBERTY,
YOGYAKARTA
Wikipedia. 2007. Sistem. http://www.id.wikipedia.org [22 Pebruari 2007].

Anda mungkin juga menyukai