Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SOLUSI KOMUNIKASI GRATIS


BERBASIS TEKNOLOGI CDMA

Oleh :

Bayu Prabowo
NIM : 52011005

DAFTAR ISI
Hal
DAFTAR ISI....
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penelitian.
1.3 Batasan Masalah..........................
1.4 Manfaat Penelitian...
BAB II. LANDASAN TEORI
2.1 Telepon Seluler ..
2.1.1 Telepon Seluler Sebagai Sarana Komunikasi....
2.2 Teknologi CDMA..........................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi merupakan sesuatu yang sangat berperan penting bagi kehidupan
manusia. Tidak dapat kita pungkiri lagi bahwa komunikasi sudah menjadi bagian dari
kehidupan manusia saat ini, yang dapat kita lihat dengan banyaknya telepon seluler dengan
berbagai merek telah diluncurkan ke pasaran. Dalam hal ini komunikasi memberikan
pengaruh yang besar terhadap perkembangan teknologi telepon seluler saat ini. Sejak
ditemukannya telepon oleh Alexander Graham Bell pada tahun 1876 dan ditemukannya komunikasi
tanpa kabel (wireless) oleh Nikolai Tesla pada tahun 1880 yang kemudian diperkenalkan oleh
Guglielmo Marconi, sejak saat itu perkembangan dunia teknologi komunikasi semakin berkembang
pesat hingga mencakup seluruh belahan dunia ini.

Di Indonesia, perkembangan teknologi komunikasi sudah sangat menjamur.


Banyak operator-operator telepon seluler memberikan promosi komunikasi yang sangat
murah untuk para pelanggannya dan promosi-promosi lain yang diberikan oleh para pemilik
operator-operator telepon seluler ini, sehingga menarik minat seseorang untuk dapat
menggunakan jasa operator tersebut. Tapi bagaimanapun juga, kita tidak akan merasa puas
dengan promosi-promosi yang diberikan oleh para penyedia layanan komunikasi tersebut.
Solusi terbaik adalah dengan memberikan komunikasi yang seluas-luasnya, tanpa dibatasi
oleh biaya yang harus dibayar dan tanpa dibatasi oleh waktu.
Dengan hadirnya komunikasi gratis ini, diharapkan dapat meringankan beban
masyarakat terhadap permasalahan komunikasi saat ini, yang dirasakan penulis sudah sangat
membingungkan dalam memilih mana operator yang paling murah untuk melakukan
komunikasi diantara banyaknya operator-operator yang lainnya.

Untuk itu, dalam penelitian yang berjudul Solusi Komunikasi Gratis Berbasis
Teknologi CDMA, penulis mencoba untuk memberikan solusi komunikasi gratis (tanpa
harus membayar biaya pemakaian) dan tidak dibatasi oleh waktu. Dan diharapkan dari hasil
penelitian ini dapat memberikan sedikit perubahan dalam dunia komunikasi, khususnya di
Indonesia.

1.2 Tujuan Penelitian


1.2.1 Tujuan Umum
Untuk memberikan solusi komunikasi gratis (tanpa dipungut biaya), kepada
masyarakat luas, khusunya di Indonesia, yang berbasiskan pada teknologi CDMA.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Membangun komunikasi yang seluas-luasnya, tanpa harus dikenakan biaya
dan tanpa dibatasi oleh waktu pemakaian.
2. Memanfaatkan penggunaan teknologi CDMA seluas-luasnya.
3. Memberikan informasi kepada masyarakat, bahwa komunikasi dapat
dilakukan tanpa harus membayar biaya pemakaian.

1.3 Batasan Masalah


Agar pembahasan ini tidak terlalu luas, namun dapat mencapai hasil yang optimal,
maka penulis akan membatasi ruang lingkup pembahasan sebagai berikut :
1.

Memberikan solusi komunikasi gratis kepada masyarakat luas, khususnya di Indonesia,


yang berbasis pada teknologi CDMA.

1.4 Manfaat Penelitian


Berdasarkan tujuan penelitian tersebut diharapkan dengan penelitian ini dapat
diperoleh manfaat sebagai berikut :
1.

Mengetahui seberapa besarnya respone masyarakat terhadap komunikasi gratis


yang berbasis pada teknologi CDMA.

2.

Mengetahui apa sajakah efek-efek negatif yang dapat mempengaruhi


komunikasi gratis yang berbasis pada teknologi CDMA.

3.

Memperoleh pengetahuan yang mendalam tentang teknologi CDMA yang


berpengaruh terhadap komunikasi yang bersifat gratis.

4.

Membantu meringankan beban masyarakat terhadap permasalahan komunikasi


yang dihadapi sekarang ini.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Telepon Seluler


Menurut Mulyanta (2004), konsep dasar yang sangat penting dalam sebuah ponsel
adalah kenyataan bahwa teknologi yang digunakan ponsel sebenarnya merupakan
pengembangan dari teknologi radio yang dikawinkan dengan teknologi komunikasi telepon.
Telepon pertama kali ditemukan dan diciptakan oleh Alexander Graham Bell pada tahun
1876. Sedangkan komunikasi tanpa kabel (wireless) oleh Nikolai Tesla pada tahun 1880
yang kemudian diperkenalkan oleh Guglielmo Marconi. Sebelum ditemukannya ponsel,
pada waktu itu mereka memasang radio telepon ke dalam mobil untuk dapat
digunakan sebagai sarana komunikasi secara mobile. Pada sistem radio-telepon ini
diperlukan tower antena yang terpusat dan hanya menyediakan 25 saluran pada
setiap towemya. Antena pusat ini harus mem punyai daya pancar yang kuat untuk
dapat memancarkan sinyal hingga 70 km. Karena saluran yang cukup terbatas
mengakibatkan tidak semua orang dapat menggunakan radio telepon ini.
2.1.1 Telepon seluler sebagai sarana komunikasi
Perkembangan dunia telepon seluler (ponsel), sebagai bagian dari teknologi
telekomunikasi, berjalan begitu cepat. Menurut Suryantoro (2005), perkembangan dan
kemajuan teknologi seluler atau t e l e k o m u n i k a s i s e k a r a n g b e r l a n g s u n g s a n g a t
p e s a t . T e l a h m u n c u l b e r b a g a i m a c a m a l a t komunikasi canggih dengan fitur
yang menarik, yang semakin meramaikan bisnis komunikasi. Demikian juga halnya dengan
perangkat seluler. Sebagai contoh, tidak hanya di kota-kota besar saja, tetapi juga di
daerah terpencil seperti desa-desa, terpasang infrastruktur telekomunikasi seperti
misalnya BTS (Base Transceivers Station). BTS merupakan perangkat stasiun

penghubung antara pusat operator seluler dengan MS (Mobile System) atau lebih dikenal
dengan handphone. BTS merupakan sistem yang langsung berhubungan dengan
handphone. Dengan demikian masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan pun dapat ikut
menikmati fasilitas telekomunikasi ini.
Selain prasarana telekomunikasi yang semakin lengkap, perkembangan teknologi
komunikasi pun sudah semakin pesat, yakni dengan hadirnya tiga tipe komunikasi seluler
seperti AMPS, GSM dan CDMA. Sistem AMPS merupakan sistem yang pertama kali
digunakan di Indonesia, yang tidak lama kemudian diikuti dengan munculnya sistem yang
diberi nama GSM. Sistem GSM menjanjikan kualitas suara digital yang prima.
Teknologi terbaru yang hadir adalah teknologi CDMA.
2.2 Teknologi CDMA
Menurut Daniswata dan Riyan (2005), teknologi Code Division Multiple Access
(CDMA) per tama kali digunakan pada Perang Dunia II oleh tentara Sekutu. Teknologi
ini digunakan dengan cara mengacak pengiriman pesan untuk menggagalkan upaya Nazi
Jerman dalam menyadap informasi dari tentara Sekutu.
Pesan dikirim dengan menggunakan beberapa frekuensi sehingga menyulitkan
tentara Jerman untuk mengumpulkan sinyal secara lengkap. Sebab, setiap saluran atau
kanal menggunakan seluruh spektrum yang tersedia, sehingga dapat mencegah gagalnya
panggilan dan sulit disadap. Semenjak itu, teknologi CDMA semakin populer.
Sebagai teknologi akses multipel, CDMA mendukung banyak penggunaan dalam
waktu yang bersamaan (simultan). Akses multipel merupakan spektrum radio yang dibagi
dalam beberapa saluran untuk dialokasikan ke banyak pengguna sistem tersebut.
Pada CDMA, pembicaraan diubah menjadi data digital. Data digital ini kemudian
dikirim sebagai sinyal radio melalui jaringan nirkabel dengan menggunakan kode unik untuk
membedakan masing-masing panggilan. Dengan begitu, teknologi CDMA memungkinkan

lebih banyak orang untuk berbagi gelombang udara pada saat bersamaan tanpa gangguan
sinyal di udara.
Dengan konsep multipath fading, CDMA memiliki ketahanan sinyal terhadap
pantulan gedung-gedung. Tak heran jika teknologi ini mampu menerima dan
menggabungkan sinyal pantulan sehingga penerimaan sinyal menjadi lebih baik.
Ada dua jenis telepon seluler (hp) yang mendukung penggunaan teknologi CDMA,
yaitu sebagai berikut.
1.

Jenis pesawat yang dikategorikan sebagai mobile handset dengan ukuran dan fungsi

2.

seperti ponsel pada umumnya.


Jenis pesawat berupa fixed wireless terminal yang bentuknya menyerupai telepon
konvensional rumah biasa, namun nirkabel.
Meskipun berangkat dari konsep telepon tetap, sistem CDMA masih memiliki

beberapa kelemahan. Meskipun mobile, pergerakannya tetap saja terbatas. Contohnya


untuk kawasan jakarta yang menggunakan kode akses 021, jangkauannya masih terbatas
sampai area-area berkode 021 saja.
Salah satu kelemahan sistem CDMA adalah cakupannya yang terbatas karena
menggunakan frekuensi 1900 mhz. Berbeda dengan operator GSM yang kebanyakan
menggunakan frekuensi 900 dan 1800 mhz. Semakin tinggi frekuensi, semakin kecil jarak
yang bisa di-cover oleh sebuah Base Transceiver Station (BTS). Selain cakupan yang lebih
kecil, gedung-gedung tinggi yang bertebaran akan menambah menurunnya kemampuan
coverage. Operator CDMA di Indonesia antara lain Telkom (Telkom Flexi), Esia, dan Fren
Mobile-8.
Teknologi CDMA (Code Division Multiple Access) merupakan suatu
teknologi digital yang dipelopori oleh QUALCOMM yang menyediakan suara jelas
serta berkualitas di dalam suatu generasi yang bare dari p r o d u k k o m u n i k a s i
t a n p a k a b e l ( w i r e l e s s communications). Dengan menggunakan digital encoding dan
spread spektrum yang ada dalam teknik frekuensi radio. CDMA menyediakan fasilitas yang

lebih balk dan lebih hemat biaya, kualitas suara, privacy, kapasitas sistem, dan fleksibilitas
dibanding dengan teknologi tanpa kawat. CDMA juga menyediakan jasa layanan yang lebih
cepat, seperti sms, email dan akses internet. CDMA dan teknologi tanpa kawat saat ini menjadi
sangat populer di akhir tahun-tahun. (Suyantoro, 2005).

DAFTAR PUSTAKA

1. Arman, M. Djanir Budi. 2004. Cara Praktis Memperbaiki Ponsel. Penerbit Gava
Media, Yogyakarta.
2. Daniswara, Soni dan Riyan. 2005. Mencari dan Memperbaiki Kerusakan pada
Handphone. Penerbit PT Kawan Pustaka, Tangerang.
3. Mulyanta, Edi S. 2004. Kupas Tuntas Telepon Seluler Anda. Penerbit Andi,
Yogyakarta.
4. Suyantoro, Fl. Sigit. 2005. Membuat Ringtone dan MMS Sendiri. Wahana Komputer,
Semarang
5. Yuwono, Bambang Lakso. 2007. Tip & Trik Memperbaiki Telepon Seluler. Penerbit
Andi, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai