Anda di halaman 1dari 25

Step 1

Keselamatan kerja: menurut who

untuk melindungi pekerja dan hak keselamatan kerja


Menempatkan pekerja sesuai kemampuan fisik mental
Toksikologi industri
Anemi

Step 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.

Tujuan dari HIPERKES?


Aspek utama HIPERKES?
Apa saja yg dilatih dalam pelatihan hiperkes?
Bagaimana penerapan hiperkes?
Factor penghambat dari hiperkes?
Faktor2 yg mempengaruhi keselamatan kerja?
Ruang lingkup dari keselamatan kerja?
Tujuan dan manfaat dari keselamatan kerja?
Faktor2 yg mempengaruhi kecelakaan kerja?
Klasifikasi kecelakaan kerja?
Upaya pencegahan kecelakaan terjadi?
Apa saja akibat dari kecelakaan kerja?
Langkah2 apa saja untuk penangan ditempat kerja?
Perusahaan mana saja yg bisa berpotensi menyebabkan gangguan
paru2,muskulosskeletal,anemi gizi?
Bedanya tugas klinik kesehatan sama dokter perusahaan ?
Tujuan dan manfaat ergonomic kesehatan?
Prinsip ergonomi?
Ruang lingkup ergonomic?

Step 3
1. Tujuan dari HIPERKES?
Meningkatkan derajat kesehatan karyawan setinggi tingginya melalui pencegahaan
dan penanggulangan penyakit dan kecelkaan akibat kerja serta memelihara
peningkatan kshatan dan gizi karyawan

Peningkatan produktifitas karyawan dgn memberantas kelalahan kerja dan


memberikan kegairahan kerja untuk perlindungan kpd karyawan dan masyarakat
trhd bahaya2 mungkin akan timbul

Melindungi masyarakat sekitar dari bahaya hasil produksi yg bersifat sampah

Memantau gasil produksi agar tdk membahayakan konsumen

Meningkatkan efisiensi dan produktifitas karyawan

Menciptakan tenaga kerja yg sehat dan produktif

Pengertian dan batasan


Hygiene perusahaan merupakan spesialisasi dalam ilmu hygiene beserta prakteknya
yang dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit kualitatif
dan kuantitatif dalarn lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang hasilnya
dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada lingkungan tersebut,serta bila perlu
pencegahan, agar pekerja dan masyarakat sekitar perusahaan terhindar dari bahaya akibat
kerja, serta dimungkinkan mengecap kesehatan setinggi-tingginya.
(Sumamur. 1986. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Gunung Agung
Jakarta)
1. Tujuan hiperkes
Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi2nya, baik
buruh, petani, nelayan, atau pekerja2 bebas, dgn demikian dimaksudkan untuk
kesejahteraan tenaga kerja.
Sebagai alat untuk meningkatkan produksi, yang berlandaskan kepada meningginya
efisiensi dan daya produktivitas faktor manusia dalam produksi.
(sumamur, 1986, higiene perusahaan dan keselamatan kerja, jakarta : gunung agung )
Agar masyarakat pekerja (karyawan perusahaan, pegawai negeri, petani,
nelayan, pekerja-pekerja bebas, dsbg) dapat mencapai derajat keseahtan yang
setinggi-tingginya baik fisik, mental dan sosialnya

Agar masyarakat sekitar perusahaan terlindung dari bahaya-bahaya pengotoran


oleh bahan-bahan yang berasal dari perusahaan
Agar hasil produksi perusahaan tidak membahayakan kesehatan masyarakat
konsumennya
Agar efisiensi kerja dan daya produktifitas para karyawan meningkat dan
dengan demikian akan meningkatkan pula produksi perusahaan.
(Ilmu Kesehatan Masyarakat, Indan Entjang, 2000)

2. Aspek utama HIPERKES?


Pemeriksaan kesehatan karyawan dan calon karyawan
Pemeriksaan scr berkala
Menciptakan suasana lingkungan kerja yg sehat dan bersih
Perlindungan trhdp bahaya dan kecelakaan kerja
Peningkatan gizi
Pelaksanaan sanitasi lingkungan

a. Pengenalan lingkungan bermanfaat guna mengetahui secara kualitatif


bahaya potensial di tempat kerja, menentukan lokasi, jenis dan metode
pengujian yang perlu dilakukan.
b. Penilaian / evaluasi lingkungan dilakukan pengukuran, pengambilan
sampel dan analisis di laboratorium. Melalui penilaian lingkungan dapat
ditentukan kondisi lingkungan kerja secara kuantitatif dan terinci, serta
membandingkan hasil pengukuran dan standar yang berlaku, sehingga
dapat ditentukan perlu atau tidaknya teknologi pengendalian, ada atau
tidak korelasi kasus kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan
lingkungannya, serta sekaligus merupakan dokumen data di tempat kerja.
c. Pengendalian metode teknik untuk menurunkan tingkat faktor bahaya
lingkungan sampai batas yang masih dapat ditolerir dan sekaligus pekerja.
- Pengendalian lingkungan (Environmental Control Measures)

Disain dan tata letak yang adekuat

Penghilangan

atau

pengurangan

bahan

berbahaya

pada

sumbernya.
Personal Control Measures)
Penggunaan alat pelindung perorangan merupakan alternatif lain
untuk melindungi pekerja dari bahaya kesehatan. Namun alat
pelindung perorangan harus sesuai dan adekuat .
Pembatasan waktu selama pekerja terpajan terhadap zat tertentu
yang berbahaya dapat menurunkan risiko terkenanya bahaya
kesehatan di lingkungan kerja.
Kebersihan perorangan dan pakaiannya, merupakan hal yang
penting, terutama untuk para pekerja yang dalam pekerjaannya
berhubungan dengan bahan kimia serta partikel lain.

3. Apa saja yg dilatih dalam pelatihan hiperkes?

4. Bagaimana penerapan hiperkes?


Pengenalan lingkungan kerjauntuk mengetahui bhaya kerja seperti jenis lokasi dan metode yg akan
digunakan
Penilaian lingkungan kerja ini utk mengukur sampel dan analisis shg dapat menentuka kondisi
lingkunmgan kerjanya.
Pengendalian dr lingkungan kerjametode teknik menurunkan tingkat faktor bahaya dan untuk
melindungi pekerjanya sendiri
5. Factor penghambat dari hiperkes?
6. Faktor2 yg mempengaruhi keselamatan kerja?

Menurut HLBLOOM
Lingkungan meliputi fisik ,kimia,biologo,social. budaya

Perilaku meliputi sifat tingkah laku


Kesehatan meliputi preventif ,promotif,pengobatan, perawatan
Genetic factor bawaan

tiga faktor utama, yakni: beban kerja, beban tambahan akibat dari
lingkungan kerja, dan kemampuan kerja.
1. Beban kerja
Setiap pekerjaan apa pun jenisnya apakah pekerjaan tersebut
memerlukan kekuatan otot. atau pemikiran, adalah merupakan beban
bagi yang melakukan. Dengan sendirinya beban ini dapat berupa beban
fisik, beban mental, ataupun beban sosial sesuai dengan jenis pekerjaan
si pelaku. Kesehatan kerja berusaha mengurangi atau mengatur beban
kerja para karyawan atau pekerja dengan cara merencanakan atau
mendesain suatu alat yang dapat mengurangi beban kerja. Misalnya alat
untuk mengangkat barang yang berat diciptakan gerobak, untuk
mempercepat pekerjaan tulis menulis diciptakan mesin ketik, untuk
membantu mengurangi beban hitung-menghitung diciptakan kalkulator
atau komputer, dan sebagainya.
2. Beban tambahan
Di samping beban kerja yang harus dipikul oleh pekerja atau karyawan,
pekerja sering atau kadang-kadang memikul beban tambahan yang
berupa kondisi atau lingkungan yang tidak menguntungkan bagi
pelaksanaan pekerjaan. Disebut beban tambahan karena lingkungan
tersebut mengganggu pekerjaan, dan harus diatasi oleh pekerja atau
karyawan yang bersangkutan. Beban tambahan ini dapat dikelompokkan
menjadi 5 faktor yakni:

Faktor fisik, misalnya: penerangan / pencahayaan yang tidak


cukup, suhu udara yang panas, kelembapan yang, tinggi atau
rendah, suara yang bising, dan sebagainya.
Faktor kimia, yaitu bahan-bahan kimia yang menimbulkan
gangguan kerja, misalnya: bau gas, uap atau asap, debu, dan
sebagainya.
Faktor biologi, yaitu binatang atau hewan dan tumbuhantumbuhan yang menyebabkan pandangan tidak enak dan
mengganggu misalnya: nyamuk, lalat, kecoa, lumut, taman yang
tak teratur, dan sebagainya.
Faktor fisiologis, yakni peralatan kerja yang tidak sesuai dengan
ukuran tubuh atau anggota badan misalnya: meja atau kursi yang
terlalu tinggi atau pcndek.
Faktor social-psikologis, yaitu suasana kerja yang tidak harmonis
misalnya: adanya klik, gosip, cemburu, dan sebagainya.
3. Kemampuan Kerja
Kemampuan seseorang dalam melakukan pckerjaan berbeda dengan
seseorang yang lain, meskipun pendidikan dan pengalamannya sama,
dan bekerja pada suatu pekerjaan atau tugas yang sama. Perbedaan ini
disebabkan karena kapasitas orang tersebut berbeda. Kapasitas adalah
kemampuan yang dibawa dari lahir oleh seseorang yang terbatas.
Artinya kemampuan tersebut dapat berkembang karena pendidikan
atau pengalaman tetapi sampai pada batas-batas tertentu saja. Jadi,
dapat diumpamakan kapasitas ini adalah suatu wadah kemampuan yang
dipunyai oleh masing-masing orang.

Kapasitas dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: gizi dan


kesehatan ibu, genetik, dan lingkungan. Selanjutnya kapasitas ini
mempengaruhi atau menentukan kemampuan seseorang. Kemampuan
seseorang dalam melakukan pekerjaan di samping kapasitas juga
dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman, kesehatan, kebugaran, gizi,
jenis kelamin, dan ukuran-ukuran tubuh. Kemampuan tenaga kerja pada
umumnya diukur dari keterampilannya dalam melaksanakan pekerjaan.
Semakin tinggi keterampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja, semakin
efisien badan (anggota badan), tenaga dan pemikiran (mentalnya) dalam
melaksanakan pekerjaan. Penggunaan tenaga dan mental atau jiwa yang
efisien, berarti beban kerjanya relatif rendah. Peningkatan kemampuan
tenaga kerja

ini akhirnya akan berdampak terhadap peningkatan

produktivitas kerja. Program perbaikan gizi melalui pemberian makanan


tambahan bagi tenaga kerja, terutama bagi pekerja kasar misalnya,
adalah merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan
produktivitas kerja.
(Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo)

7. Ruang lingkup dari keselamatan kerja?


Meningkatkan keselamatan kerja
Memelihra dan meningkatkan derajat kesehatan
Mencegah timbulnya gangguan fisik atau gangguan kesejahteraan social bagi pekerja
Cranya promotif memberi penyuluha kpd pekerja tentang penyuluhan kesehatan
Preventifpencegahan resiko yg mungkin terjadi
Rehabilitasipenyembuhan scr fisik ,mental,dan social

Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat


pekerja di semua lapangan kerja setinggi2nya baik fisik, mental maupun
kesejahteraan sosialnya
Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja
yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerja
Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerjaannya dari
kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor2 yang
membahayakan kesehatan
Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, Rineka Cipta
Sebagai bagian spesifik keilmuan dalam ilmu kesehatan, kesehatan kerja
lebih menfokuskan lingkup kegiatannya pada peningkatan kualitas hidup
tenaga kerja melalui penerapan upaya kesehatan yang bertujuan untuk :
Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja
Melindungi dan mencegah pekerja dari semua gangguan kesehatan
akibat lingkungan kerja atau pekerjaannya
Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja
Menempatkan pekerja sesuai dengan kemampuan fisik, mental, dan
pendidikan atau ketrampilannya
Budiono, A.M.S., 2005. Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Semarang :
UNDIP
Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat
pekerja disemua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik,mental
amupun kesejahteraan sosialnya.
Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja
yang diakibatkan oleh keadaan lingkungan kerja.

Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja didalam


pekerjaanya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan faktor yang
membahaykan kesehatan
Menempatkan dan memeihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan
yang sesuai dengan kemampuan fisik,dan psikis pekerjaanya.
http://www.depkes.go.id

8. Tujuan dan manfaat dari keselamatan kerja?


Tujuan

Memberantas atau mencegah penyakit saat bekerja


Mencegah trjdinya resiko kecelakaan bagi para pejerja
Bertanggung jwb atas gizi para pekerja
Perlindungan trhdp pekerja yg dsbbkn krna pencemaran dari industry
Memelihara sumber produksi dan menjamin semua aman dan efisien

Manfaat
Menurunkan angka kecelakaan pekerja
Meningkatkan produktifitas,efisiensi pekerja
9. Faktor2 yg mempengaruhi kecelakaan kerja?

Keadaan tdk amansuhunya trlalu tinggi


Tingkah laku pekerjakurang hati2
Pengawasanngasih contoh prosedurnya salah
Alat dan bahandipakai tdk aman
Gol fisiktek suhu ,suara
Golongan kimia
Gol mental psikologpenempatan karyawan yg tdk sesuai,gaji yg tdk sesuai
Gol fisiologi
Gol infeksi

A. Penyebab langsung
adalah suatu keadaan yang biasanya bisa dilihat dan dirasakan
langsung, yang dibagi dalam 2 kelompok :

a) Tindakan-tindakan tidak aman (unsafe acts) yaitu tingkah laku, tindak


tanduk atau perbuatan yang akan menyebabkan kecelakaan
dalam

konsep

MSM

(modern

safety

management)

diganti

substandard acts / substandard practices.


b) Kondisi-kondisi yang tidak aman (unsafe conditions) yaitu keadaan
yang akan menyebabkan kecelakaan dalam konsep MSM (modern
safety management) diganti substandard conditions.
Contoh-contoh dari substandard acts / substandard practices :
Mengoperasikan alat / peralatan tanpa wewenang.
Gagal untuk memberi peringatan.
Gagal untuk mengamankan.
Bekerja dengan kecepatan yang salah.
Menyebabkan alat-alat keselamatan tidak berfungsi.
Memindahkan alat-alat keselamatan.
Menggunakan alat yang rusak.
Menggunakan alat dengan cara yang salah.
Kegagalan memakai alat pelindung / keselamatan diri secara benar.
Membongkar secara salah.
Menempatkan / menyusun secara salah.
Mengangkat secara salah.
Mengambil posisi yang salah.
Memperbaiki alat/ peralatan yang sedang jalan / hidup / bergerak.
Bersenda-gurau di tempat kerja.
Mabuk karena minuman beralkohol dan atau minuman / obat keras
lainnya.

Contoh-contoh dari substandard conditions :


Peralatan pengaman / pelindung / rintangan yang tidak memadai
atau tidak memenuhi syarat.
Bahan, alat-alat / peralatan rusak.
Terlalu sesak / sempit.
Sistem-sistem tanda peringatan yang kurang memadai.
Bahaya-bahaya kebakaran dan ledakan.
Kerapihan / tata letak (housekeeping) yang jelek.
Lingkungan berbahaya / beracun : gas, debu, asap, uap, dan lainlainnya.
Bising.
Paparan radiasi.
Ventilasi dan penerangan yang kurang
B. Penyebab dasar
Terdiri dari 2 faktor yaitu faktor manusia / pribadi (personal factor) dan
faktor kerja / lingkungan kerja (job / work environment factor).
i. Faktor manusia / pribadi antara lain karena :
Kurangnya kemampuan fisik, mental dan psikologi.
Kurangnya / lemahnya pengetahuan dan keterampilan /
keahlian.
Stres.
Motivasi yang tidak cukup / salah.
ii. Faktor kerja / lingkungan antara lain karena :
Tidak cukup kepemimpinan dan atau pengawasan.
Tidak cukup rekayasa (engineering).

Tidak cukup pembelian / pengadaan barang.


Tidak cukup perawatan (maintenance).
Tidak cukup alat-alat, perlengkapan dan barang-barang /
bahan-bahan.
Tidak cukup standar-standar kerja.
Penyalahgunaan.

10. Klasifikasi kecelakaan kerja?


Menurut jenis kecelakaan kerja
Terjatuh
Tertimpa benda tercepit benda karna gerakan2 melebihan kemampuan
Suhu tinggi ,terkena arus listrik,kontak trhdp bhn2 bahaya dan radiasi

Menurut penyebab
Mesin pembangkit tenaga listrik
Peralatan lain misalnya dapur pembakar dan alat2 listrik
Bahan2 kimia,peledak,gas,
Lingkungandidlm dan diluar bangunan dan dibawah tanah

Menurut sifat luka daan kelaianan


Patah tulang,dislokasi,luka bakar,keracunan ,pengaruh radiasi
Mrt letak kelaianan luka dtubuh
Kepala ,leher, badan atas,bawah
11. Upaya pencegahan kecelakaan terjadi?
Melalui pengendalian bahaya dtmpt kerja bisa dgn pemantauan dgn kondisi tdk aman
Pemantaun tindakan upaya pncgahan kecelakaan kerja contohnya pelatihan
Upaya kecelakaan melalui menegementsarana dan prasarana

Harus mengisolasi ex menghasilkan gas

Ventilasi umum sesuai dgn yg dtentukan


Alat pelindung pekerja
Ventilasi keluar
Pembersihan sanitasi air diolah dialat
Penerangan ruang di pekerjaan tambang
Pemeriksaan ada 2 sebelum dan sesudah kerja
Substitusi tentang bahan2 yg berbahaya

Substitusi
Yaitu dengan mengganti bahan-bahan yang berbahaya dengan bahan-bahan yang kurang
atau tidak berbahaya, tanpa mengurangi hasil pekerjaan maupun mutunya

o Isolasi
Yaitu dengan mengisolir (menyendirikan) proses-proses yang berbahaya dalam
perusahaan.Misalnya menyendirikan mesin-mesin yang sangat gemuruh, atau prosesproses yang menghasilkan gas atau uap yang berbahaya.
o Ventilasi umum
Yaitu dengan mengalirkan udara sebanyak perhitungan ruangan kerja, agar kadar bahanbahan yang berbahaya oleh pemasukan udara ini akan lebih rendah dari nilai ambang
batasnya
o Ventilasi keluar setempat
Yaitu dengan menghisap udara dari suatu ruang kerja agar bahan-bahan yang berbahaya
dihisap dan dialirkan keluar. Sebelum dibuang ke udara bebas agar tidak membahayakan
masyarakat, udara yang akan dibuang ini harus diolah terlebih dahulu.
o Mempergunakan alat pelindung perseorangan
Para karyawan dilengkapi dengan alat pelindung sesuai dengan jenis pekerjaannya.
Misalnya: masker, kacamata, sarung tangan, sepatu, topi, dll
o Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja
Para karyawan atau calon karyawan diperiksa kesehatannya (fisik dan psikis) agar
penempatannya sesuai dengan jenis pekerjaan yang dipegangnya secara optimal
o Penerangan atau penjelasan sebelum kerja
Kepada para karyawan diberikan penerangan/penjelasan sebelum kerja agar mereka
mengetahui, mengerti dan mematuhi peraturan-peraturan serta agar lebih berhati-hati
o Pemeriksaan kesehatan ulangan pada para karyawan secara berkala

Pada waktu-waktu tertentu secara berkala dilakukan pemeriksaan ulangan untuk


mengetahui adanya penyakit-penyakit akibat kerja pada tingkat awal agar pengobatan
dapat segera
o Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja
Para karyawan diberikan pendidikan kesehatan dan keselamatan kerja secara kontinyu
dan teratur agar tetap waspada dalam menjalankan pekerjaannya
(Sumamur. 1986. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Gunung Agung
Jakarta)
Pencegahan
a. Untuk mencegah gangguan daya kerja, ada beberapa usaha yang dapat dilakukan
agar para buruh tetap produktif dan mendapatkan jaminan perlindungan
keselamatan kerja, yaitu:
Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja (calon pekerja) untuk mengetahui apakah
calon pekerja tersebut serasi dengan pekerjaan barunya, baik secara fisik maupun
mental.
b. Pemeriksaan kesehatan berkala/ulangan, yaitu untuk mengevaluasi apakah faktorfaktor penyebab itu telah menimbulkan gangguan pada pekerja.
c. Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja diberikan kepada para buruh
secara kontinu agar mereka tetap waspada dalam menjalankan pekerjaannya.
d. Pemberian informasi tentang peraturan-peraturan yang berlaku di tempat kerja
sebelum mereka memulai tugasnya, tujuannya agar mereka mentaatinya.
e. Penggunaan pakaian pelindung.
f. Isolasi terhadap operasi atau proses yang membahayakan, misalnya proses
pencampuran bahan kimia berbahaya, dan pengoperasian mesin yang sangat
bising.
g. Pengaturan ventilasi setempat/lokal, agar bahan-bahan/gas sisa dapat dihisap dan
dialirkan keluar.
h. Substitusi bahan yang lebih berbahaya dengan bahan yang kurang berbahaya atau
tidak berbahaya sama sekali.
i. Pengadaan ventilasi umum untuk mengalirkan udara ke dalam ruang kerja sesuai
dengan kebutuhan.
http://id.shvoong.com/business-management/human-resources/1822345usaha-usaha-pencegahan-terjadinya-kecelakaan/

12. Apa saja akibat dari kecelakaan kerja?


Fisik ,kimia,mental

Fisiksuara yg terlalu tinggi bsa tuli


Kimiadebu gangguan di paru2
Infeksi dari domba
Fisiologis
Mental sekilogis

13. Langkah2 apa saja untuk penangan ditempat kerja?

14. Perusahaan mana saja yg bisa berpotensi menyebabkan gangguan


paru2,muskulosskeletal,anemi gizi?
15. Bedanya tugas klinik kesehatan sama dokter perusahaan ?
16. Tujuan dan manfaat ergonomic kesehatan?
17. Prinsip ergonomi?
18. Ruang lingkup ergonomic?

A. Pengertian
Toksikologi merupakan ilmu yang mempelajari pengaruh merugikan suatu
zat/bahan kimia pada organism hidup atau ilmu tentang racun. Toksikologi
industri membahas tentang berbagai bahan beracun yang digunakan diolah atau
dihasilkan oleh industry.

B.

Pengenalan Bahaya Bahan Kimia

Terdapat ribuan jenis bahan kimia yang dihasilkan dalam industry sehingga perlu
diupayakan :

1. Survai pendahuluan untuk mengenal bahan kimia yang terdapat di industri


dan merencanakan program evaluasi risiko bahaya serta tindak lanjutnya.
Suatu ceklis yang mencakup pendataan tentang, nama bahan baku dan
bahan sampingan, jenis bahan yang diperkirakan beracun.
2. Mengenal proses produksi dengan mempelajari alur proses mulai dari
tahap awal sampai akhir, sumber bahaya kimia dan keluhan kesehatan oleh
pekerja serta memanfaatkan indera kita untuk mengidentifikasi lingkungan
kerja.
3. Mempelajari MSDS (Material Safety Data Sheet) atau Lembar Data Bahan
Kimia yakni suatu dokumen teknik yang memberikan informasi tentang
komposisi karakteristik, bahaya fisik dan potensi bahaya kesehatan cara
penanganan dan penyimpanan bahan yang aman, tindakan pertolongan
pertama dan prosedur khusus lainnya.
Klasifikasi Toksisitas
Menurut sifat fisiknya klasifikasi toksisitas dikenal sabagai berikut :
1. Gas

: Tidak berbentuk, mengisi ruangan pada suhu dan

tekanan normal, tidak berbau pada konsentrasi rendah dan dapat berubah
menjadi cair atau padat dengan perubahan suhu dan tekanan.
2. Uap

: Bentuk gas dari zat yang dalam keadaan biasa berujud cair.

3. Debu

: Partikel zat padat yang terjadi oleh karena kekuatan alami.

4. Kabut

: Titik cairan halus di udara yang terjadi akibat kondensasi bentuk

uap.

5. Fume

: Partikel zat padat yang terjadi oleh kondensasi bentuk gas,

biasanya setelah penguapan benda padat yang dipijarkan.


6. Asap

: Partikel zat karbon yang berukuran kurang dari 0,5 mikron,

sebagai akibat pembakaran tidak sempurna bahan yang mengandung


karbon.
7. Awan

: Partikel cair sebagai hasil kondensasi fase gas. Ukuran

partikelnya antara 0,1 1 mikron.


Sedangkan bahan kimia di udara menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi :
1. Bahan bersifat partikel : debu, awan, fume, kabut
2. Bahan bersifat non partikel : gas, uap
Terhadap tubuh bahan-bahan kimia dapa digolongkan menjadi :
1. Bahan partikel bersifat : Perangsang (kapas, sabun, bubuk beras), Toksik
(Pb, As, Mn), Allergen (tepung sari, kapas), Fibrosis (asbes, kwarts),
Menimbulkan demam (fume, Zn O), Inert (aluminium, kapas)
2. Bahan non partikel bersifat : Asfiksan (metan, helium), Perangsang
(amoniak, HCl, H2S), Racun anorganik, organic (TEL, As H3), Mudah
menguap yang : berefek anesthesi (Trichloroetilen), merusak alat dalam (C
Cl4), merusak darah (Benzene), merusak saraf (Parathion)
Menurut lama terjadinya pemajanan, dapat dibedakan dalam akut, contoh
kecelakaan kerja/keracunan mendadak, subkronik misalnya proses kerja dengan
bahan kimia selama 1 tahun/lebih atau kronik missal bekerja untuk jangka waktu
lama dengan bahan kimia.

Penilaian Toksisitas
Toksisitas suatu bahan beracun ditentukan melalui berbagai cara, melalui
percobaan binatang, yang ditentukan secara kualitatif dan kuantitatif toksisitas
suatu racun. Suatu zat beracun dengan dengan LD50 (lethal dose 50) lebih kecil
menunjukkan bahwa zat tersebut relatif beracun.
Dalam penerapan toksikologi industry diperlukan standar lain terutama barkaitan
dengan Higiene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Penetapan
Occupational Exposure Limit (OEL) atau Batas Pemajanan Kerja (BPK), mengacu
pada prinsip dasar dalam toksikologi yang mempertimbangkan factor dosis dan
dalam pemajanan serta keberadaan bahan kimia di udara tempat kerja.
Oleh ACGIH (American Conference of Govermental and Industrial Hygienist)
dikembangkan konsep TLV (Threshold Limit Value) atau Nilai Ambang Batas (NAB)
yang menunjukkan suatu kadar yang manusia dapay menghadapinya secara
fisiologik tanpa terganggu kesehatannya.
Terdapat 3 kategori NAB (NILAI AMBANG BATAS), yakni :
1. NAB rata-rata selama jam kerja atau TLV-TWA (Thershold Limit Value
Time Weighted Average) yakni kadar bahan kimia di udara tempat kerja
selama 8 jam sehari atau 40 jam seminggu yang hampir semua tenaga kerja
dapat terpajan berulang kali sehari-hari dalam melakukan pekerjaan tanpa
terganggu kesehatannya.
2. NAB batas pemajanan singkat atau PSD (Pemajan Singkat yang
Diperkenankan) yakni kadar bahan kimia yang diperkenankan untuk

pemajana tidak lebih dari 15 menit atau tidak lebih dari 4 kali pemajanan
per hari. Interval antara dua periode pamajanan tidak boleh kurang dari 60
menit.
3. NAB tertinggi yakni kadar tertinggi bahan kimia di udara tempat kerja yang
tidak boleh dilewati selama melakukan pekerjaan.
Pada bahan kimia yang bersifat karsinogen terdiri dalam kategori sebagai berikut:
A 1 Terbukti karsinogen pada manusia
A 2 Diperkirakan karsinogen pada manusia
A 3 Karsinogen terhadap binatang
A 4 Tidak diklasifikasikan karsinogen pada manusia
A 5 Tidak diperkirakan karsinogen terhadap manusia
Dikenal juga BEI (Biological Exposure Indices) atau Indeks Pemajanan Biologik
yang merupakan standar pemajanan untuk menilai dampak pada kesehatan
pekerja.

Pengaruh Bahan Kimia Pada Manusia


Faktor yang mempengaruhi toksisitas
Toksisitas tergantung dari berbagai factor, yakni :
1. Sifat fisik misalnya : gas, uap, debu, fume, asap mist/kabut atau fog.

2. Sifat kimia misalnya : jenis senyawa, besar molekul, konsentrasi dan daya
larut. Contohnya, gas yang mudah larut dalam air (ammonia dan sulfur
oksida) bila terhirup meskipun dengan kadar rendah akan meniritasi
saluran nafas atas. Sedangkan gas tidak mudah larut dalam air (nitrogen
dioksida, ozon, dan fosgen) dapat mencapai saluran nafas yang lebih dalam.
3. Port dentre (cara masuk dalam tubuh).
Zat kimia masuk kedalam tubuh melalui saluran pernafasan (per inhalasi), saluran
cerna (per oral) dan kulit (per dermal). Inhalasi merupakan cara masuk yang
paling sering dalam industri.
1. Faktor individu seperti usia, jenis kelamin, ras, status gizi, kesehatan, factor
genetic dan kebiasaan lain miaslnya merokok, minum-minuman keras, dan
sebagainya.
Hubungan Disis dan Respon
Toksisitas suatu zat atau respon suatu tubuh timbul tergantung pada kuantitas zat
tersebut yang terkumpul pada organ tubuh. Selanjutnya konsentrasi dalam organ
tubuh tergantung pada lama pemajanan sehingga dapat diketahui pula adanya
hubungan sebab akibat antara dosis dan respon tubuh.
Interaksi Bahan Kimia
Antara satu zat kimia dengan zat kimia lain dapat menimbulkan interaksi atau
saling berpengaruh satu sama lainnya. Efek yang terjadi :

a). Efek aditif yaitu pengaruh yang saling memperkuat akibat kombinasi dari dua
zat kimia atau lebih.
b). Efek sinergi yaitu suatu keadaan dimana pengaruh gabungan dari dua zat kimia
jauh lebih besar dari jumlah masing-masing efek bahan kimia. Sebagai contoh
karbon tetraklorida dan etanol keduanya toksik terhadap hati tetapi bila
seseorang keracunan kedua zat tersebut secara bersamaan akan terjadi
kerusakan hati yang jauh lebih parah.
c). Potensiasi yaitu apabila suatu zat yang seharusnya tisak memiliki efek toksik
akan tetapi bila zat ini ditambahkan pada zat kimia lain maka akan mengakibatkan
zat kimia lain menjadi toksik.
d). Efek antagonis yakni apabila dua zat kimia yang diberikan bersamaan, maka
zat kimia yang satu akan melawan efek zat kimia yang lain.
Proses Zat Kimia dalam Tubuh
Cara masuk bahan beracun ke dalam tubuh sangat besar pengaruhnya terhadap
kemungkinan keracunan. Di dalam tubuh, melalui proses enzimatik terjadi
perubahan bentuk secara biokimia (biotransformasi) yang terjadi dalam hati.
Proses demikian dapat terjadi pada ginjal, patu dan kulit.
Biotransformasi mengupayakan agar terbentuk bahan yang kurang beracun yang
dikenal sebagai detoksikasi. Sebaliknya mungkin terjadi hasil yang lebih beracun
dari zat asalnya misalnya pada berbagai zat penyebab terjadinya kanker.

Pengeluaran atau ekskresi proses tersebut dengan dilakukannya melalui air seni
(urin) dan feses, sebagian melalui udara pernafasan dan keringat. Pada hewan
percobaan diketahui adanya ekskresi melalui air susu. Rambut sering pula disebut
sabagai kemungkinan proses ekskresi, meskipun air raksa atau arsen yang
dijumpai pada rambut umumnya masih dalam bentuk asal.
Efek Terhadap Kesehatan
Tergantung dari organ target, bahan kimia bisa bersifat neurotoksik (meracuni
saraf), hematotoksik (meracuni liver/hati), nefrotoksik (meracuni ginjal),
hematotoksik (meracuni darah), sistemik (meracuni seluruh fungsi tubuh) dan
sebagainya.
Ditinjau dari lama atau waktu timbulnya gejala, efek bahan kimia bisa terjadi
secara akut atau kronik. Efek akut terjadi pada pemajanan bahan kimia dalam
waktu singkat (kurang dari 2 minggu) pada kadar yang tinggi. Sedangkan efek
kronik timbul setelah pemajanan berulang kali selama tiga bulan atau lebih.
Tanda atau gejala yang terjadi akibat keracunan bahan kimia bisa bervariasi dari
gejala yang umum atau non spesifik dan spesifik. Untuk membedakan gejala yang
spesifik ataupun spesifik diperlukan konsultasi dan komunikasi dengan dokter.
Berikut berbagai bahan kimia yang berpengaruh pada kesehatan :
Asphyxian
Asphyxian ialah zat kimia yang menyebabkan asfiksia (kekurangan oksigen).
Simple asphyxian mengakibatkan tubuh mengalami kekurangan oksigen karena

berkurangnya tekanan parsiil oksigen dalam darah. Sedangkan pada chemical


asphyxian, kekurangan oksigen terjadi karena adanya zat kimia yang mengikat
hemoglobin sehingga pengangkutan oksigen ke sel jaringan oleh hemoglobin
menjadi tergangggu. Contoh zat kimia penyebab asfiksia :
Chemical asphyxian
Asetonitril
Karbon monoksida

Simple aspyxian
Asetilen
Karbon dioksida

Irritan
Zat irritant akan mengakibatkan iritasi atau rangsangan atau menimbulkan
inflamasi/peradangan pada mata, kulit, saluran nafas atau saluran cerna. Contoh :
asam asetat,kalsium oksida, arsen, aseton, asam fosfat. Beberapa zat irritan
seperti amonia, klor, sulfur dioksida, nitrogen dioksida, ozon dan fosgen
berpengaruh pada saluran nafas dan mengakibatkan bronchitis, sabab paru atau
kerusakan jaringan paru. Diketahui juga berbagai zat kimia yang bersifat
karsinogenik (menimbulkan kanker) seperti asbestos, benzene, krom, nikel, vinyl
klorida, berefek teratogen (mengakibatkan kelainan janin) mutagen
(menimbulkan mutasi atau perubahan genetic).
F.

Prinsip Pencegahan atau Pengendalian Bahaya Kimia

Mengingat bahaya bahan kimia di tempat kerja diperlukan pencegahan dan


pengendaliam yang prinsip penerapannya sesuai Higiene Perusahaan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja berupa Hierarchi of Control yakni :

Eliminasi, Substitusi, Pengendalian teknis, Pengendalian administrative dan Alat


Pelindung Diri. Sedangkan pada pekerja dilakukan pengujian atau pemantauan
kesehatan, higiene perorangan, pengujian atau pemantauan biodemik disertai
pelatihan tentang bahaya bahan kimia.
Pemantauan Biodemik
Pemantauan biodemik dilakukan untuk mendeteksi kelainan fungsi organ tubuh
atau penyakit akibat kerja. Melalui pemeriksaan urin dapat dideteksi absorpsi
bahan beracun dan aktivitas enzim yang mungkin dipengaruhi oleh bahan
beracun. Pemantauan biodemik akan memberi gambaran yang lebih dapat
dipercaya daripada pengukuran kadar bahan kimia di udara. Keuntungan lain
adalah mampu memperhitungkan absorpsi zat kimia melalui kulit dan saluran
cerna, pengaruh beban kerja dan pemajanan diluar tempat kerja serta
mengidentifikasi pekerja yang rentan.
Kesimpulan
Toksik atau racun merupakan bahan kimia yang sangat berbahaya bagi kesehatan
atau jiwa manusia. Sedangkan toksisitas atau derjat racun yang merupakan
kemampuan suatu bahan toksik untuk menimbulkan kerusakan pada organisme
hidup. Sehingga semua bahan kimia sangat berbahaya jiwa kita bahkan dapat
mengancam jiwa kita . Banyak efek-efek yang ditimbulkan dari bahan kimia,
bahan kimia dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari , maka dari itu kita
dalam sehari-harinya harus hidup yang sehat dan menjaga kekbalan tubuh kita
sendiri.

Step 4

Kecelakaan kerja

Anda mungkin juga menyukai