Step 1
Kriteria inklusi : Karakteristik umum subjek penelitian pada populasi target dan
terjangkau
Valid (validitas) : sudah terbukti kebenarannya (tepat ukur), seberapa dekat alat ukur
menyatakan apa yg seharusnya diukur (kesahihan)
Step 2
1. Macam-macam desain penelitian
2. Macam-macam populasi
3. Bagaimana cara menentukan populasi
4. Hal-hal yg dipertimbangkan dalam menetukan populasi penelitian
5. Mengapa menggunakan sampel
6. Syarat sampel yg baik
7. Teknik pengambilan sampel
8. Cara menentukan banyaknya sampel
9. Macam-macam instrumen penelitian
10. Apa saja yg harus diperhatikan dalam penggunaan instrumen penelitian
11. Cara menentukan validitas & reliabilitas
12. Ciri-ciri reliabilitas
13. Cara menentukan kriteria inklusi & eksklusi
Step 3
1. Macam-macam desain penelitian
Berdasarkan analisis :
Observasional & experiment
Eksperimen: diberikan perlakuan
2. Macam-macam populasi
a. Populasi target : target akhir, sudah dilaksanakan
b. Populasi terjangkau yg dapat dijangkau, dalam penelitian
Ex. Tentuin target (bayi dgn asma) populasi terjangkau dibatasi waktu dan
tempat (bayi dgn asma di RSISA pada 2003)
Kriteria eksklusi : tidak dapa siikutsertakan di penelitian ex. Menderita penyakit lain
Ex. Pemberian sembako kepada keluarga miskin. Inklusi : remaja . eksklusi : remaja
yg tdk mempunyai ibu
Probablity/random
Simple random sampling : hitung seluruh populasi subjek diberi nomor,
diambil acak ( undian/table random)
Systematic : nomor sekian diambil
Stratified : ditentukan secara strata. Ex. Ekonomi bayi rendah, sedang, tinggi.
Ada 1. Simple: SD, kelas 1,2,3. Diambil jumlah sama dari ketiganya. Proprotional : sesuai
jumlah populasi banyak/sedikitnya
Non-probability/non random
Consecutive : subjek yang datang berurutan diambil semua sampai
memenuhi
Validitas : pengukuran dilakukan pada alat ukur yang tepat/sesuai dengan apa yg
diukur, teliti. BB : timbangan
Interna : Content
Construct
Externa : berdasarkan fakta empiris yang terbukti membandingkan dengan program
yang ada
Step 4
Step 5
Step 6
Step 7
1. Macam-macam desain penelitian?
OBSERVASIONAL INTERVENSIONAL
- Laporan kasus - Uji klinis
- Seri kasus - Intervensi
- Studi cross sectional o Pendidikan
termasuk survai o Perilaku
- Studi kasus-kontrol o Kesehatan
- Studi kohort o Masyarakat
- Meta-analisis
2. Survei epidemiologik
Surve epidemiologik, baik deskriptif maupun analitik (sbg penelitian
epidemiologik non eksperimental) kedalaman analisis mekanisme
sebab-akibat tidak dapat diperoleh. Hal ini disebabkan karena pada
survei epidemiologik observasi dilakukan pada fenomena kesehatan
(faktor2 risiko dan efek) dalam keadaaan apa adanya, tanpa
manipulasi.
Survei deskriptif. Ialah suatu penelitian yg tujuan utamanya
melakukan eksplorasi-deskriptif terhadap fenomena kesehatan
masyarakat, baik yang berupa faktor resiko maupun efek. Penelitian
ini hanya menyuguhkan sedeskriptif mungkin fenomena tsb, tanpa
mencoba menganalisis bagaimana dan mengapa fenomena tsb terjadi.
Sebagai contoh misalnya, survei angka kematian dan angka kelahiran
pada suatu daerah tertentu, atau survei tentang insidensi dan
prevalensi peyakit tertnetu di suatu daerah.
Survei analitik. Pada survei epidemiologik analitik, peneliti mencoba
menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan masyarakat
itu terjaid, yaitu dengan melakukan analisis dinamika korelasi antar
fenomen, baik antara faktor risiko dengan defek, antar faktor risiko,
maupun antar efek. Dari analisis korelasi tsb dapat didekati seberapa
besarkontribusi fakktor tertentu terhadap kejadian efek yg dipelajari.
Dikenal 3 macam survei epidemiologik analitik, yaitu
a) Penelitian cross sectional
Merupakan penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara
faktor2 resiko dengan efek, dengan model pendekatan atau observasi
sekaligus pada satu saat, atau point time aproach. Dengan pendektan
:satu saat bukan dimaksudkan semua subyek diamati tepat pada
saat yang sama melainkan tiap subyek hanya diobservasi sekali saja
dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atua variabel
subyek pada saat pemeriksaan.
c) Penelitian cohort
Pada penelitian cohort bukan efek yang dipegang dulu, tetapi kausa
(faktor risiko) diidentifikasi, kemudian diikuti secara prospektif
sampai periode tertentu untuk kemudian ditentukan ada tidaknya efek
(penyakit atau status kesehatan tertentu yg diteliti). Berbeda dengan
case control pada penelitian cohort yg diidentifikasi dulu justru
individu yg tidak berpenyakit (karakter efek negatif), kemudain dari
mereka dipilih subyek2 dengan faktor risiko (kausa) positif. Sebagai
kelompok kontrol, diambil individu2 yg tanpa kasus. Kedua kelompok
diikuti perkembangannya sampai periode tertentu, selanjutnya
dibandingkan banyaknya subyek yg kemudian menjadi berpenyakit
(efek positif) antar kedua kelompok tsb.
b. Penelitian evaluatif
Adalah penelitian yg dimaksudkan untuk menilai tingkat kesehatan,
usaha penyehatan atau tindakan medik tertentu yg ada pada
masyarakat maupun di klinik. Dikenal 2 macam penelitian evaluatif,
yaitu :
1. Reviu program
Bertujuan untuk menilai kelengkapan sarana atau uupaya peningkatan
kesehatan dalam masyarakat. Reviu program tidak mengobservasi
bagaimana tingkat kesehatan anggota masyarakat, melainkan
mengobservasi program atau pelayanan penyehatan tertentu.
Sebagai contoh upaya yg dinilai ialah : imunisasi, abatisasi air,
puskesmas atau institusi pelayanan kesehatan lain.
Dari uraian diatas diketahui bahwa sesungguhnya reviu program
bukan merupakan suatu penelitian, tetapi lebih merupakan suatu
observasi atau survei superfisial.
2. Trial
Trial benar2 suatu jenis penelitian, oleh karena langkah2 metodologik
sebagaimana diuraikan didepan dilalui. Tujuan utama trial ialah
menilai atau menguji suatu tindakan medik tertentu, baik yg dilakukan
terhadap individu maupun terhadap masyarakat
Dikenal 2 macam trial yaitu trial yang ditujukan pada individu,
disebut trial klinik dan yang ditujukan pada masyarakat disebut
trial program.
c. Penelitian laboratorium
Adalah penelitian yg pelaksanannya dilakukan di laboratorium.
Penelitian bukan merupakan jenis penelitian mandiri atau eksklusif,
melainkan dapat merupakan penelitian apa pun yang pengukurannya
terutama dilakukan dilaboratorium.
(DASAR2 METODOLOGI PENELITIAN KEDOKTERAN DAN
KESEHATAN. A. WATIK P)
a. Rancangan penelitian eksperimental ialah adanya manipulasi atau perlakuan
peneliti terhadap subyek penelitian, kemudian efek manipulasi diobeservasi dengan
mengendalikan variabel yang tidak dikehendaki.
1) Rancangan dengan variabel eksperimental tunggal
Rancangan eksperimental murni
- Rancangan eksperimental sederhana randomisasi dalam
pengelompokan subyek.
- Rancangan eksperimental ulang seperti pre-post control group design.
- Rancangan eksperimental solomon
Rancangan eksperimental kuasi
- Rancangan ekspeerimental ulang non random pembagia subyek dalam
kelompok tidak dilakukan randomisasi.
- Rancangan eksperimental seri
- Rancangan eksperimental seri ganda
2) Rancangan dengan variabel eksperimental ganda
RP = A C
A+B : C+D
c. Rancangan penelitian Case Control
1) faktor resiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospektif, efek
diidentifikasi dahulu, baru faktor resiko dipelajari secara retrospektif
2) Faktor resiko dapat dibatasi dengan teknik matching yaitu pemilihan subyek
kontrol yang sama dengan subyek kasus untuk faktor-faktor resiko yang akan
dikendalikan
OR = A x D
BxC
-case control Adalah suatu penelitian analitik yang menyangkut bagaimana faktor resiko
dipelajari dengan menggunakan pandekatan retrospective. Dengan kata lain, efek
(penyakit atau status kesehatan) diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor resiko
diidentifikasi adanya atau terjadinya pada waktu yang lalu.
Study Case Control ini didasarkan pada kejadian penyakit yang sudah ada sehingga
memungkinkan untuk menganalisa dua kelompok tertentu yakni kelompok kasus yangg
menderita penyakit atau terkena akibat yang diteliti, dibandingkan dengan kelompok yang
tidak menderita atau tidak terkena akibat. Intinya penelitian case control ini adalah
diketahui penyakitnya kemudian ditelusuri penyebabnya.
2. Adanya pembatasan atau pengendalian faktor resiko sehingga hasil penelitian lebih
tajam dibanding hasil rancangan cross sectional
3. Tidak menghadapi kendala etik seperti pada penelitian eksperimen (kohort)
4. Tidak memerlukan waktu lama ( lebih ekonomis )
2. Macam-macam populasi?
Populasi target (Target Population)
Populasi target merupakan sasaran akhir penerapan hasil
penelitian. Disebut pula ranah atau domain populasi target ini
bersifat umum, yang pada penelitian klinis biasanya dibatasi
oleh karakteristik demografi (kelompok usia, jenis kelamin) dan
karakteristik klinis.
Populasi eksternal
populasi di luar sasaran pokok riset tetapi peneliti masih berminat
membuat generalisasi temuan riset.
Co :
- Jika pemakaian OC meningkatkan risiko terkena MI pada wanita
Indonesia perkotaan keturunan Cina berusia 25-49th, maka ada
kemungkinan peneliti masih ingin menarik kesimpulan bahwa
pemakaian OC juga meningkatkan risiko MI pada wanita Indonesia
perkotaan umur yg sama, dg pertimbangan bahwa ras tidak ada
hubungannya dg pemakaian OC maupun kejadian MI.
- Ras bukan faktor perancu (confounding factor) dalam hub OC
dan MI
- Populasi eksternal : populasi wanita Indonesia pribumi
perkotaan berusia 25-49th
Bhisma Murti. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. UGM Press.
Aspek geografis
Apakah subyek penelitian dari suatu kabupaten, propinsi atau seluruh
Indonesia atau bahkan satu desa atau mereka yang datang berobat ke
Rumah Sakit saja?
Penyakit subyek
Batas jenis penyakit, batas perkembangan atau komplikasi penyakit
dsb.
Inklusi
Fungsi
kriteria inklusi
adalah karakteristik umum subjek penelitian pada populasi target
dan pada populasi terjangkau. Peneliti harus berhati-hati agar
kriteria tersebut relevan dengan masalah penelitian.
Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, Prof. DR. Dr. Sudigdo Sastroasmoro,
Sp.A(K)
Eksklusi
kriteria eksklusi
sebagian subjek yang memenuhi kriteria inklusi harus dikeluarkan
dari studi karena pelbagai sebab, antara lain :
1. terdapat keadaan atau penyakit lain yang mengganggu
pengukuran atau interpretasi.
2. terdapat keadaan yang mengganggu kemampulaksanaan, seperti
pasien yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap, hingga dapat
dipastikan akan sulit ditindaklanjuti.
3. hambatan etis
4. subjek menolak berpartisipasi
Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, Prof. DR. Dr. Sudigdo Sastroasmoro,
Sp.A(K)
c. Probability Sampling
Probability Sampling adalah teknik sampling yang memberikan
peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih
menjadi anggota sample. Teknik ini meliputi :
Simple random sampling
Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan sample anggota
populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada
dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi
dianggap homogen.
Contoh :
Misalkan sebuah sekolah dasar memiliki murid sebanyak 300 orang
dan hendak diperiksa 50 murid untuk kelainan jantung dan paru.
Pertama-tama murid diberi nomor dahulu dari 1 sampai 300,
kemudian berdasarkan Tabel random numbers dipilih 50 murid
sekolah.
Proportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang
tidak homogen dan berstrata secara proporsional.
Contoh :
Suatu organisasi yang mempunyai pegawai dari latar belakang
pendidikan, maka populasi pegawai itu berstrata. Misalnya jumlah
pegawai yang lulus S1 = 45, S2 = 30, STM = 800, ST = 900, SMEA = 400,
SD = 300. Jumlah sample yang harus diambil meliputi strata
pendidikan tersebut diambil secara proporsional.
Disproportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sample, bila populasi
berstrata tetapi kurang proporsional.
Contoh :
Pegawai PT tertentu mempunyai; 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan
S2, 90 orang S1, 800 orang SMU, 700 orang SMP, maka tiga orang
lulusan S3 dan empat orang lulusan S2 itu diambil semuanya sebagai
sampel. Karena dua kelompok ini terlalu kecil bil dibandingkan
dengan kelompok S1, SMU, dan SMP.
Cluster sampling (Area Sampling)
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sample bila
obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, missal
penduduk dari suatu Negara, propinsi atau kabupaten. Untuk
menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka
pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah
ditetapkan.
Contoh :
Di Indonesia terdapat 27 propinsi, dan sampelnya akan menggunakan
10 propinsi, maka pengambilan 10 propinsi itu dilakukan secara
random. Tetapi perlu diingat, karena propinsi-propinsi di Indonesia
berstrata maka pengambilan sampelnya perlu menggunakan stratified
random sampling.
Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu
tahap pertama menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya
menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling
juga.
d. Nonprobability sampling
Nonprobability Sampling adalah teknik yang tidak memberi
peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sample ini meliputi :
Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik penentuan sample berdasarkan
urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut.
Contoh :
Anggota populasi terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota itu diberi
nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100. pengambilan
sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau
kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima.
Untuk itu maka yang diambil sebagai sampel adalah nomor 5, 19, 15,
20, dan seterusnya sampai 100.
Sampling kuota
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi
yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang
diinginkan.
Contoh :
Akan dilakukan penelitian terhadap pegawai golongan II, dan
penelitian dilakukan secara kelompok. Setelah jumlah sampel
ditentukan 100, dan jumlah anggota peneliti berjumlah 5 orang, maka
setiap anggota peneliti dapat memilih sampel secara bebas sesuai
dengan karakteristik yang ditentukan (golongan II) sebanyak 20 orang.
Sampling Aksidental
Sampling Aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti
dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan
ditemui itu cocok sebagai sumber data.
Sampling Purposive
Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu.
Contoh :
Akan dilakukan penelitian tentang disiplin pegawai, maka sampel yang
dipilih adalah orang yang ahli dalam bidang kepegawaian saja.
Sampling Jenuh
Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila
jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain sampel
jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan
sampel.
Snowball Sampling
Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula
jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-
temannya untuk dijadikan sampel. Begitu seterusnya, sehingga jumlah
sampel semakin banyak. Ibarat bola salju yang menggelinding,
semakin lama semakin besar. Pada penelitian kualitatif banyak
menggunakan Sampel purposive dan Snowball.
penilaian ke valid-an:
Kesahihan alat ukur Numerik
Dilakukan dengan cara membandingkan alat ukur tersebut dengan alat
ukur yang baku sebagai penera.
Kesahihan alat ukur Nominal
Dinilai dengan cara membandingkan dengan alat diagnostik terbaik
(gold standard).
Sumber:Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.Prof.DR.Dr.Sudigdo
Sastroasmoro & Prof.Dr.Sofyan Ismael,SpA(K)hal 71-72