1. EKSPERIMENTAL
Salah satu bentuk penelitian dengan intervensi, berbentuk objekti, sistematis
dan terkontrol.
2. VARIABEL DEPENDEN DAN INDEPENDEN
V. Dependen ialah variabel yang terikat dan dipengaruhi variabel independen
sedangkan V. Independen adalah variabel bebas / variabel yang menyebabkan
atau memengaruhi variabel dependen
STEP 2
STEP 3
1. Jenis-jenis penelitian :
a. Eksploratif :
b. Pengembangan
c. Verifikasi
d. Waktu-Tempat
e. Analisis-deskriptif
f. Analisis- laboratorik
g. Berdasarkan tujun :
*murni
*terapan
h. Berdasarkan tempat :
*laboratorik
*komunitas
5. Populasi adalah keseluruhan jumlah subjek atau objek yang akan diteliti.
Ada dua jenis populasi yaitu
a. homogen dan
b. heterogen
macam-macam populasi, yaitu
a. populasi terjangkau
b. populasi target
sampel bagian dari populasi penelitian yang bersifat representatif dari
keseluruhan untuk diteliti.
LANGKAH-LANGKAH PENENTUAN SAMPEL PENELITIAN
1. Mengidentifikasi karakteristik populasi
2. Menentukan teknik penentuan sampel
3. Menetapkan besarnya sampel
4. Memilih sampel sesuai dengan teknik dan besar yang telah ditetapkan
STEP 4
1. Jenis-jenis penelitian :
c. Variabel moderator
(variabel independen kedua), adalah variabel yang mempengaruhi
(memperkuat/memperlemah) hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen.
d. Variabel intervening
(variabel penyela/antara) ,adalah variabel yang secara teoritis
mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen menjadi hubungan tidak langsung tidak dapat diamati
ataudiukur. Trucman(1988) dalamSugiyono(2009:41)
e. Variabel kontrol
Variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh
variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruh oleh faktor luar
yang tidk diteliti.
f. Variabel luar(epsilon(ε))
Adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi variabel
dependen/endogen akan tetapi tidak diteliti.
5. Populasi adalah keseluruhan jumlah subjek atau objek yang akan diteliti.
Ada dua jenis populasi yaitu
a. homogen dan
b. heterogen
macam-macam populasi, yaitu
a. populasi terjangkau
b. populasi target
sampel bagian dari populasi penelitian yang bersifat representatif dari
keseluruhan untuk diteliti.
Pertimbangan-pertimbangan dalam menggunakan sampel :
a. homogenitas-heterogenits populasi penelitian
b. banyak tidaknya variabel ekstra
c. perlu tidaknya analisis subkelompok
d. tersedia tidaknya tes statistik
Probability/Random Sampling.
Syarat pertama yang harus dilakukan untuk mengambil sampel secara
acak adalah memperoleh atau membuat kerangka sampel atau dikenal dengan
nama “sampling frame”. Yang dimaksud dengan kerangka sampling adalah
daftar yang berisikan setiap elemen populasi yang bisa diambil sebagai
sampel. Elemen populasi bisa berupa data tentang orang/binatang, tentang
kejadian, tentang tempat, atau juga tentang benda. Jika populasi penelitian
adalah mahasiswa perguruan tinggi “A”, maka peneliti harus bisa memiliki
daftar semua mahasiswa yang terdaftar di perguruan tinggi “A “ tersebut
selengkap mungkin. Nama, NRP, jenis kelamin, alamat, usia, dan informasi
lain yang berguna bagi penelitiannya.. Dari daftar ini, peneliti akan bisa secara
pasti mengetahui jumlah populasinya (N). Jika populasinya adalah rumah
tangga dalam sebuah kota, maka peneliti harus mempunyai daftar seluruh
rumah tangga kota tersebut. Jika populasinya adalah wilayah Jawa Barat,
maka penelti harus mepunyai peta wilayah Jawa Barat secara lengkap.
Kabupaten, Kecamatan, Desa, Kampung. Lalu setiap tempat tersebut diberi
kode (angka atau simbol) yang berbeda satu sama lainnya.
Di samping sampling frame, peneliti juga harus mempunyai alat yang
bisa dijadikan penentu sampel. Dari sekian elemen populasi, elemen mana
saja yang bisa dipilih menjadi sampel?. Alat yang umumnya digunakan adalah
Tabel Angka Random, kalkulator, atau undian. Pemilihan sampel secara acak
bisa dilakukan melalui sistem undian jika elemen populasinya tidak begitu
banyak. Tetapi jika sudah ratusan, cara undian bisa mengganggu konsep
“acak” atau “random” itu sendiri.
2. Purposive Sampling
Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau
tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel
karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut
memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya. Dua jenis
sampel ini dikenal dengan nama judgement dan quota sampling.
Judgment Sampling
Sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah
pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel penelitiannya..
Misalnya untuk memperoleh data tentang bagaimana satu proses
produksi direncanakan oleh suatu perusahaan, maka manajer
produksi merupakan orang yang terbaik untuk bisa memberikan
informasi. Jadi, judment sampling umumnya memilih sesuatu atau
seseorang menjadi sampel karena mereka mempunyai
“information rich”.
Dalam program pengembangan produk (product development),
biasanya yang dijadikan sampel adalah karyawannya sendiri,
dengan pertimbangan bahwa kalau karyawan sendiri tidak puas
terhadap produk baru yang akan dipasarkan, maka jangan terlalu
berharap pasar akan menerima produk itu dengan baik. (Cooper
dan Emory, 1992).
Quota Sampling
Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan
secara proposional, namun tidak dipilih secara acak melainkan
secara kebetulan saja.
Misalnya, di sebuah kantor terdapat pegawai laki-laki 60% dan
perempuan 40% . Jika seorang peneliti ingin mewawancari 30
orang pegawai dari kedua jenis kelamin tadi maka dia harus
mengambil sampel pegawai laki-laki sebanyak 18 orang sedangkan
pegawai perempuan 12 orang. Sekali lagi, teknik pengambilan
ketiga puluh sampel tadi tidak dilakukan secara acak, melainkan
secara kebetulan saja.
3. Snowball Sampling – Sampel Bola Salju
Cara ini banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu tentang
populasi penelitiannya. Dia hanya tahu satu atau dua orang yang
berdasarkan penilaiannya bisa dijadikan sampel. Karena peneliti
menginginkan lebih banyak lagi, lalu dia minta kepada sampel
pertama untuk menunjukan orang lain yang kira-kira bisa dijadikan
sampel. Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui pandangan
kaum lesbian terhadap lembaga perkawinan. Peneliti cukup
mencari satu orang wanita lesbian dan kemudian melakukan
wawancara. Setelah selesai, peneliti tadi minta kepada wanita
lesbian tersebut untuk bisa mewawancarai teman lesbian lainnya.
Setelah jumlah wanita lesbian yang berhasil diwawancarainya
dirasa cukup, peneliti bisa mengentikan pencarian wanita lesbian
lainnya. . Hal ini bisa juga dilakukan pada pencandu narkotik, para
gay, atau kelompok-kelompok sosial lain yang eksklusif (tertutup)
Ukuran sampel
Ukuran sampel atau jumlah sampel yang diambil menjadi persoalan
yang penting manakala jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian
yang menggunakan analisis kuantitatif. Pada penelitian yang menggunakan
analisis kualitatif, ukuran sampel bukan menjadi nomor satu, karena yang
dipentingkan alah kekayaan informasi. Walau jumlahnya sedikit tetapi jika
kaya akan informasi, maka sampelnya lebih bermanfaat.
Dikaitkan dengan besarnya sampel, selain tingkat kesalahan, ada lagi
beberapa faktor lain yang perlu memperoleh pertimbangan yaitu, (1) derajat
keseragaman, (2) rencana analisis, (3) biaya, waktu, dan tenaga yang tersedia .
(Singarimbun dan Effendy, 1989). Makin tidak seragam sifat atau karakter
setiap elemen populasi, makin banyak sampel yang harus diambil. Jika
rencana analisisnya mendetail atau rinci maka jumlah sampelnya pun harus
banyak. Misalnya di samping ingin mengetahui sikap konsumen terhadap
kebijakan perusahaan, peneliti juga bermaksud mengetahui hubungan antara
sikap dengan tingkat pendidikan. Agar tujuan ini dapat tercapai maka
sampelnya harus terdiri atas berbagai jenjang pendidikan SD, SLTP. SMU,
dan seterusnya.. Makin sedikit waktu, biaya , dan tenaga yang dimiliki
peneliti, makin sedikit pula sampel yang bisa diperoleh. Perlu dipahami
bahwa apapun alasannya, penelitian haruslah dapat dikelola dengan baik
(manageable).
Misalnya, jumlah bank yang dijadikan populasi penelitian ada 400
buah. Pertanyaannya adalah, berapa bank yang harus diambil menjadi sampel
agar hasilnya mewakili populasi?. 30?, 50? 100? 250?. Jawabnya tidak
mudah. Ada yang mengatakan, jika ukuran populasinya di atas 1000, sampel
sekitar 10 % sudah cukup, tetapi jika ukuran populasinya sekitar 100,
sampelnya paling sedikit 30%, dan kalau ukuran populasinya 30, maka
sampelnya harus 100%.
Ada pula yang menuliskan, untuk penelitian deskriptif, sampelnya 10%
dari populasi, penelitian korelasional, paling sedikit 30 elemen populasi,
penelitian perbandingan kausal, 30 elemen per kelompok, dan untuk
penelitian eksperimen 15 elemen per kelompok (Gay dan Diehl, 1992).
Roscoe (1975) dalam Uma Sekaran (1992) memberikan pedoman
penentuan jumlah sampel sebagai berikut :
1. Sebaiknya ukuran sampel di antara 30 s/d 500 elemen
2. Jika sampel dipecah lagi ke dalam subsampel (laki/perempuan, SD?
SLTP/SMU, dsb), jumlah minimum subsampel harus 30
3. Pada penelitian multivariate (termasuk analisis regresi multivariate)
ukuran sampel harus beberapa kali lebih besar (10 kali) dari jumlah
variable yang akan dianalisis.
4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, dengan pengendalian
yang ketat, ukuran sampel bisa antara 10 s/d 20 elemen.
STEP 5
1. Dasar-dasar pemilihan sampel
2. Rumus-rumus Sampel
3. Macam-macam uji statistik dan dasar pemilihan uji statistik
STEP 7
STEP 7
1. Bagaimana dasar pemilihan sampel? Dan apa saja jenis-jenis metode sampel?
Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (). Sampel adalah kelompok kecil yang secara nyata diteliti dan ditarik
kesimpulan (Nana Syaodih Sukmadinata, 2009). Penelitian dengan menggunakan
sampel lebih menguntungkan dibandingkan dengan penelitian menggunakan
populasi, karena penelitian dengan menggunakan sampel lebih menghemat biaya,
waktu dan tenaga. Dalam menentukan sampel langkah awal yang harus ditempuh
adalah membatasi jenis populasi atau menentukan populasi target.
Ada beberapa kekeliruan yang mengkibatkan bias dalam penarikan sampel:
a. dalam menentukan populasi target
Contoh: populasi target dalam penelitian adalah dosen FK UNILA, tapi dalam
penarikan sampel hanya dilakukan pada dosen Anatomi saja.
b. karakteristik sampel yang diambil tidak mewakili karakteristik populasi
target
Contoh: penelitiannya adalah presepsi masyarakat terhadap pemberian
jamkesmas, tapi angketnya diberikan kepada seluruh masyarakat
termasuk yang belum mendapatkan layanan jamkesmas.
c. salah dalam menentukan wilayah
Contoh: populasi target adalah seluruh Lampung, tapi dalam penarikan sampel
hanya dilakukan di daerah pedesaan saja.
d. jumlah sampel yang terlalu kecil, tidak proporsional dengan jumlah populasinya
e. kombinasi dari beberapa kekeliruan diatas
A. TEHNIK SAMPLING
Tehnik sampling merupakan tehnik dalam pengambilan sampling (). Pada dasarnya
tehnik sampling dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
1. Probability Sampling
Probability sampling adalah tehnik sampling yang memberikan peluang atau
kesempatan yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel . Pemilihan sampel dengan cara probabilitas (probability) ini sangat
dianjurkan pada penelitian kuantitatif.
Dalam Probability sampling, ada 4 macam tehnik yang dapat digunakan antara
lain:
a. Sampling acak (random sampling)
Sampling acak adalah sampling dimana eleman-eleman sampelnya ditentuka
atau dipilih berdasarkan nilai probabilitas dan pemilihannya dilakukan secara acak.
Sampling acak ini mempunyai kelemahan antara lain: sampling jenis ini sukar atau
sulit, ada kalanya tidak mungkin memperoleh data lengkap tentang keseluruhan
populasi. Sedangkan ciri sampling acakan yaitu, setiap unsure dari keseluruhan
populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih.
Dalam penelitian hal penting yang harus diperhatikan untuk mendapatkan
responden yang akan dijadikan sempel, makaa peneliti harus mengetahui jumlah
responden yang ada dalam populasi. Tehnik memilih sampling acak ini dapat
dilakukan dengan beberapa cara antara lain:
1. Cara manual atau tradisional
Cara manual atau tradisional ini dapat dilihat dalam kumpulan ibu-ibu
arisan. Cara ini dapat dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu:
Tentukan jumlah populasi yang dapat ditemui
Daftar semua anggota dalam populasi dan masukkan dalam kotak yang
diberi lubang penarikan
Kocok kotak tersebut dan keluarkan lewat lubang pengeluaran yang telah
dibuat
Nomor anggota yang dikeluarkan adalah mereka yang ditunjuk sebagai
sampel penelitian
Lakukan terus sampai jumlah yang diinginkan dapat dicapai
Kelebihan,
» Sampling ini digunakan untuk meneliti penyebaran informasi tertentu
dikalangan kelompok terbatas sampling serupa ini sangat bermanfaat
Kekurangan,
» Dalam penentuan kelompok bermula ada unsur subyektif , jadi tidak dipilih
secara random atau acak
» Penanganannya sukar sekali dikendalikan jika jumlah sampel melebihi 100
orang
B. UKURAN SAMPEL
1. Pertimbangan
Ketepatan jenis dan jumlah anggota sampel yang diambil akan sangat
mempengaruhi keterwakilan (representativeness) sampel terhadap populasi.
Keterwakilan populasi akan sangat menentukan kebenaran kesimpulan dari hasil
penelitian. Semakin besar ukuran sampel akan semakin mewakili populasi. Biasanya para
peneliti ingin bekerja dengan sampel sekecil mungkin, karena semakin besar jumlah
sampel yang digunakan maka akan semakin besar pula biaya yang akan dikeluarkan,
makin banyak tenaga yang digunakan dan semakin lama waktu yang diperlukan.
Dalam pengambilan sampel dibutuhkan sebuah pertimbangan dari berbagai aspek
diatas, sehingga sampel yang digunakan dapat mewakili populasi yang diteliti dan lebih
efisien.
Contoh ukuran sampel melalui pertimbangan, antara lain:
Dalam penelitian korelasional jumlah sampel (n) sebanyak 30 individu telah
dipandang cukup besar,
Dalam penelitian kausal komperatif dan eksperimental, 15 individu untuk setiap
kelompok yang dibandingkan dipandang sudah cukup memadai
Dalam penelitian survei, sampel sebanyak 100 individu untuk seluruh sampel
baru cukup memadai
d. Menghindari penyusutan
Dalam proses penelitian sering terjadi penyusutan jumlah sampel. Makin
panjang masa penelitian berlangsung kemungkinan terjadinya penyusutan jumlah
sampel semakin besar. Untuk menghindari dampak penyusutan tersebut maka
diperlukan jumlah sampel yang besar. Upaya untuk mengurangi penyusutan antara
lain:
tekankan pada subjek sampel bahwa mereka jangan sampai mundur di tengah
jalan
tegaskan pentingnya penelitian
sebelum mulai berpartisipasi mintalah kesediaan mereka untuk ikut sampai
tuntas.
adakan kontak secara teratur untuk memelihara hubungan dan minat mereka
1. Penelitian Cross-sectional
Untuk penelitian survei, biasanya rumus yang bisa dipakai menggunakan proporsi
binomunal (binomunal proportions). Jika besar populasi (N) diketahui, maka dicari
dengan menggunakan rumus berikut:
Z
2 1- /2 p
(1-p) N
n =
-----------------------------------
d 1- /2 p (1-p)
(
N
-
1
)
Z
2
Dengan jumlah populasi (N) yang diketahui, maka peneliti bisa melakukan pengambilan
sampel secara acak).
Namun apabila besar populasi (N) tidak diketahui atau (N-n)/(N-1)=1 maka besar
sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut :
2 2
Z pq Z p (1-p)
n = ---------- = --------------
2 2
d d
Keterangan :
2 2
Jika ditetapkan =0,05 atau Z1- /2 = 1,96 atau Z 1- /2 = 1,96 atau
dibulatkan menjadi 4, maka rumus untuk besar N yang diketahui kadang-kadang diubah
menjadi:
4 pq
n = ----------
2
d
Misalnya, kita ingin mencari sampel minimal untuk suatu penelitian mencari faktor
determinan pemberian ASI secara eksklusif. Untuk mendapatkan nilai p, kita harus
melihat dari penelitian yang telah ada atau literatur. Dari hasil hasil penelitian
Suyatno (2001) di daerah Demak-Jawa Tengah, proporsi bayi (p) yang diberi
makanan ASI eksklusif sekitar 17,2 %. Ini berarti nilai p = 0,172 dan nilai q = 1 – p.
Dangan limit dari error (d) ditetapkan 0,05 dan nilai = 0,05, maka jumlah
sampel yang dibutuhkan sebesar:
2
1,96 . 0,172 .
0,828 n = ------------------
2
0,05
Jika tidak diketemukan nilai p dari penelitian atau literatur lain, maka dapat
dilakukan maximal estimation dengan p = 0,5. Jika ingin teliti teliti maka nilai d sekitar
2,5 % (0,025) atau lebih kecil lagi.
Rumus yang digunakan untuk mencari besar sampel baik case control maupun khohor
adalah sama, terutama jika menggunakan ukuran proporsi. Hanya saja untuk penelitian
khohor, ada juga yang menggunakan ukuran data kontinue (nilai mean).
Besar sampel untuk penelitian case control adalah bertujuan untuk mencari
sampel minimal untuk masing-masing kelompok kasus dan kelompok kontrol. Kadang-
kadang peneliti membuat perbandingan antara jumlah sampel kelompok kasus dan
kontrol tidak harus 1 : 1, tetapi juga bisa 1: 2 atau 1 : 3 dengan tujuan untuk memperoleh
hasil yang lebih baik. Adapun rumus yang banyak dipakai untuk mencari sampel
minimal penelitian case-control adalah sebagai berikut:
2
(p0.q0 + p1.q1)( Z 1 - / 2 + Z 1-ß )
n= -
2
(p1 - p0)
Keterangan :
Pada penelitian khohor yang dicari adalah jumlah minimal untuk kelompok
exposure dan non-exposure atau kelompok terpapar dan tidak terpapar. Jika yang
digunakan adalah data proporsi maka untuk penelitian khohor nilai p0 pada rumus di atas
sebagai proporsi yang sakit pada populasi yang tidak terpapar dan p1 adalah proporsi yang
sakit pada populasi yang terpapar atau nilai p1 = p0 x RR (Relative Risk).
Jika nilai p adalah data kontinue (misalnya rata-rata berat badan, tinggi badan, IMT
dan sebagainya) atau tidak dalam bentuk proporsi, maka penentuan besar sampel untuk
kelompok dilakukan berdasarkan rumus berikut.
22
2( Z 1 - / 2 + Z 1-ß )
n = ---------------------------------
2
(U1 - U2)
Keterangan :
Contoh kasus, misalnya kita ingin mencari sampel minimal pada penelitian
tentang pengaruh pemberian ASI eksklusif dengan terhadap berat badan bayi. Dengan
menggunakan tingkat kemaknaan 95 % atau = 0,05, dan tingkat kuasa/power 90 % atau
ß=0,10, serta kesudahan (outcome) yang diamati adalah berat badan bayi yang ditetapkan
memiliki nilai asumsi SD=0,94 kg (mengacu data dari penelitian LPKGM di Purworejo, Jawa
Tengah), dan estimasi selisih antara nilai mean kesudahan (outcome) berat badan
kelompok tidak terpapar dan kelompok terpapar selama 4 bulan pertama kehidupan bayi (U0 –
U1) sebesar 0,6 kg (mengacu hasil penelitian Piwoz, et al. 1994), maka perkiraan jumlah
minimal sampel yang dibutuhkan tiap kelompok pengamatan, baik terpapar atau tidak terpapar
adalah:
2 2
n= 2( 1,96 + 1,28 ) (0,94)
2
(0,6)
Pada penelitian khohor harus ditambah dengan jumlah lost to follow atau akan lepas
selama pengamatan, biasanya diasumsikan 15 %. Pada contoh diatas, maka sampel minimal
yang diperlukan menjadi n= 52 (1+0,15) = 59,8 bayi atau dibulatkan menjadi sebanyak 60
bayi untuk masing-masing kelompok baik kelompok terpapar ataupun tidak terpapar atau total
120 bayi untuk kedua kelompok tersebut.
3. Penelitian Eksperimental
Menurut Supranto J (2000) untuk penelitian eksperimen dengan rancangan acak
lengkap, acak kelompok atau faktorial, secara sederhana dapat dirumuskan:
Untuk mengantisipasi hilangnya unit ekskperimen maka dilakukan koreksi dengan 1/(1-f)
di mana f adalah proporsi unit eksperimen yang hilang atau mengundur diri atau drop out.
2. Bagaimana cara menentukan uji statistik? Dan apa saja jenis uji statistik?
3. Penggolongan Statistik
Penggolongan statistik dalam penelitian terdiri dari 2 sub yaitu
deskriptif dan inferensial.
a. Statistika deskriptif, adalah statistik yang digunakan untuk
menggambarkan atau menganalisa hasil penelitian, tetapi tidak digunakan untuk
membuat kesimpulan yang lebih luas.
b.Statistik Inferensial, statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel
dan hasilnya akan digeneralisasikan untuk pupolasi dimana sampel itu diambil.
Statistik inferensial ini terdiri dari 2 yaitu :
1) Statistik parametris, statistik yang digunakan untuk menganalisis data interval
atau rasio.yang diambil dari populasi yang berdistribusi normal.
2) Statistik non parametris, statistik yang digunakan untuk menganalisis
data nominal atau ordinal yang diambil dari populasi yang
berdistribusi bebas.
5. Skala Pengukuran
Berkaitan dengan proses kuantifikasi , data dan variabel biasanya
diklasifikasikan dalam empat jenis skala pengukuran. Klasifikasi ini selain untuk
keperluan penentuan alat pengambil data, juga sangat penting untuk penentuan
metode analisis mana yang sesuai diterapkan.
Tingkat pengukuran yang luas digunkakan dibagi dalam empat katagori
yaitu ukuran nominal, ordinal, interval dan rasio.
a. Ukuran Nominal
Ukuran nominal adalah ukuran yang hanya diperoleh atau yang
ditetapkan atas dasar proses penggolongan Diperoleh dari hasil
menghitung dan membilang (bukan mengukur), jadi yang kita lakukan hanyalah
menghitung semata-mata banyaknya subyek misalnya wanita sekian orang,
pegawai sekian orang yang sifatnya hanya membedakan. Ukuran nominal ini
adalah ukuran yang paling sederhana, dimana angka yang diberikan kepada
objek hanya mempunyai arti sebagai objek saja, dan tidak menunjukkan jarak
maupun ukuran antara katagori dalam ukuran itu. Objek dikelompokkan
kedalam himpunan-himpunan yang tidak boleh tumpang tindih dan bersisa.
Beberapa data nominal antara lain : jenis kelamin, kehadiran (hadir dan
tak hadir, tempat kelahiran (disurabaya), kebangsaan (Indones ai ),
11 5
r aan
bahasa (Inggris), Jabatan (ketua, bendahara, sekretaris), peke j
(pegawai, pedagang, petani, dsb).
b. Ukuran Ordinal
Data berjenjang atau berbentuk peringkat, artinya jarak satu data dengan
yang lain mungkin tidak sama. Juara I, II, III ; golongan I, II, III; tingkat
pendidikan; derajad keasaman dan sebagainya yang menunjukkan peringkat
antara data satu dengan lainnya.
c. Ukuran Interval
Pengukuran bersifat kontinyu, yang didalam pengukuran itu
diasumsikan terdapat satuan pengukuran yang sama, selain
mengurutkan obyek berdasarkan suatu atribut juga memberikan
informasi tentang interval antara satu obyek dengan obyek lainnya. Ciri khas data
interval adalah data yang jaraknya sama tetapi tidak memiliki nilai nol absolut.
Pada data ini, walaupun datanya nol, tetapi masih memiliki nilai. Misalnya nol
derajad celcius, ternyata masih ada nilainya.
d. Ukuran Rasio
Data yang jaraknya sama tetapi memiliki nilai nol absolut, artinya kalau data nol
berarti tidak ada apa-apanya.
Misalnya :
Hasil pengukuran panjang (M), berat (kg). Bila nol meter maka tidak ada
panjangnya. Ukuran rasio diperoleh apabila selain informasi tentang urutan
dan interval antar responden juga bila dipunya informasi tambahan tentang
jumlah absolut antribut yang dimiliki oleh salah satu obyek. Jadi ukuran rasio
adalah suatu bentuk interval jaraknya tidak dinyatakan sebagai perbedaan
nilai antar obyek tetapi antara obyek dengan nilai nol absolut. Karena
terdapat titik nol maka perbandingan rasio dapat ditentukan.
3) Processing
Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar, serta sudah melewati
pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data aqar data
yang sudah di-entry dapat dianailisis. Pemrosesan data dilakukan dengan cara
meng-entry data dari kuesioner ke paket program komputer. Ada
bermacam-macam paket program yang dapat digunakan untuk pemrosesan
data dengan masing-rnasing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Salah
satu paket program yang sudah umum digunakan untuk entry data adalah
paket program SPSS for Window.
4) Cleaning
Pembersihan data, lihat variabel apakah data sudah benar atau belum. Cleaning
(pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah
di-enty apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan
terjadi pada saat kita meng-entry data ke computer. Misalnya untuk variabel
pendidikan ada data yang bernilai 7, mestinya berdasarkan coding yang ada
pendidikan kodenya hanya antara 1 s.d. 4 (1=SD, 2 = SMP, 3 = SMU dan 4 = PT).
5) Mengeluarkan informasi
Disesuaikan dengan tujuan penelitian yang dilakukan.
b) Bagan
- Box Head (judul kolom)
Adalah judul kolom yang ditulis singkat dan jelas, biasanya dalam
beberapa baris dan diusahakan jangan terjadi pemutusan kata.
- Stub (judul baris)
Berisikan item-item yang diteliti, yang terdiri dari beberapa sel table.
- Foot note (catatan kaki)
Merupakan keterangan kutipan mengenai perolehan sumber data
3) Grafik atau diagram
Pedoman pembuatan grafik
Agar dapat membuat grafik yang baik hendaknya dibuat berdasarkan pedoman
sebagai berikut :
- Grafik terdiri dari 2 sumbu, yaitu horizontal yang disebut absis
(sumbu x) dan vertical yang disebut ordinat (sumbu y). Variabel bebas
diletakkan disumbu X dan variable terikat diletakkan disumbu y.
- Sebaiknya tidak menampilkan angka dalam grafik.
- Grafik harus diawali dari titik nol agar tidak terjadi kesalahan
interpretasi.
- Judul grafik ditulis dengan jelas, singkat dan sederhana (dapat
diletakkan dibagian atas atau bawah).
- Pembuatan grafik harus menarik dan bila perlu diberi warna.
Macam Grafik
Berdasarkan bentuknya maka grafik dapat dibagi sebagai berikut :
a) Grafik batang (bar diagram)
Bertujuan melihat kecenderungan data menurut waktu, dimana sumbu x
berisi data waktu dan sumbu y menunjukkan frekuensi nilai dari variabel data
dan membandingkan beberapa pengamatan data menurut tempat dan jenis
atau kategori tertentu.
Interpretasi mempunyai dua bentuk, yaitu arti sempit dan arti luas.
Interpretasi dalam arti sempit (deskriptif), yaitu interpretasi data dilakukan hanya
sebatas pada masalah penelitian yang diteliti berdasarkan data yang dikumpulkan.
Interpretasi dalam arti luas (analitik) yaitu interpretasi guna mencari makna data
hasil penetitian dengan jalan tidak hanya menjelaskan/menganalisis data hasil
penelitian tersebut, tetapi juga melakukan inferensi (generalisasi) dari data yang
diperoleh dengan teori- teori yang relevan dengan hasil-hasil penelitian tersebut.
Dari hasil analisa ini dapat diketahui pengaruh secara kuantitatif dari suatu
perubahan, kemudian dilanjutkan dengan memperkirakan atau meramalkan
kemungkinan-kemungkinannya.
4. Penarikan kesimpulan
Bagian akhir daripada pekerjaan statistik adalah pengambilan kesimpulan.
Kesimpulan ini diambil berdasarkan analisa / interprestasi data yang dilakukan.
Berdasarkan hasil analisa ini seorang perencana dalam bidang pelayanan
kesehatan dapat menyimpulkan hasil dalam menentukan alternatif pemecahan
masalah yang dilakukan, sehingga bermanfaat terhadap program yang akan
dilakukan didasarkan pada penerimaan dan penolakan hipotesis nol (Ho). Dari
hasil uji statistik biasanya didapatkan nilai statistik uji dan tingkat kemaknaan (p).
Secara umum, keputusan menolak hipotesis nol (Ho) diambil apabila:
Nilai statistik uji > nilai tabel atau
Nilai tingkat kemaknaan yang diperoleh (p) < alfa
Tabel Penggunaan statistik parametris dan non parametris untuk menguji hiphotesis
BENTUK HIPHOTESIS
Komparatif Komparatif
Deskriptif (dua sampel)
independ (lebih dari dua Asosiasif
independ
Macam
(satu related Fisher
en related en (hubungan
data
Binomial Exact X² for k Contingen
Mc Probability sample X² for k c y
Nominal X ² One Nemar sample Coefficient
Ordinal Median
test
Sign test Median Spearman
Mann Friedma Extension Rank
Wilcoxo Whitney n Correlatio
n U test Two Kruskal n
Run Test matched Way Wallis One
Interval pairs Way Pearson
Rasio Product
One One Way Moment
T test of T test Way Anova
T test related Independe Anova Partial
nt Two Way Corelation
46
a. Jenis penelitian
Jika ingin mengetahui bagaimana pada umumnya (secara rata-rata)
pendapat masyarakat akan suatu hal tertentu, maka pengumpulan
data dilakukan dengan survei. Dari kasus ini maka dapat dilakukan
analisis data dengan pendekatan kuantitatif, Namun bila kita
menginginkrn untuk mendapatkan pendapat/gambaran yang
mendalam tentang suatu fenomena, maka data dapat dikumpulkan
dengan fokus grup diskusi atau observasi, maka analisisnya
menggunakan pendekatan analisis kualitatif.
b. Jenis Sampel
Analisis sangat terganturg pada jenis sampel yang dibandingkan,
apakah kedua sampel independen atau dependen.. Misanya survei
untuk mengetahui apakah ada perbedaan berat badan bayi antara
bayi-bayi yang dilahirkan dari ibu perokok dengan bayi-bayi dari ibu
yang tidak merokok. Disini berarti kelompok ibu perokok dan
kelompok ibu bukan perokok bersifat independen.
Sedangkan untuk penelitian eksperimen yang sifatnya pre dan post
(sebelum dan sesudah adanya perlakuan tertentu dilakukan
pengukuran) maka uji yang digunakan adalah uji statistic untuk data
yang dependen. Misalnya, suatu penelitian ingin mengetahui
pengaruh pelatian manajemen terhadap kinerja petugas kesehatan.
Pertanyaan penelitiannya adalah ? apakah ada perbedaan kinerja
petugas kesehatan antara sebelum dan sesudah mendapat
pelatihan manajemen.Dalam penelitian ini sampel kelompok
petugas kesehatan bersifat dependen, karena pada kelompok
(orang) yang sama diukur 2 (dua) kali yaitu pada saat sebelum
pelatihan (pre test) dan sesudah dilakaukan pelatihan (post test)
46
47
d. Asumsi Kenormalan
Jenis analisis yang akan dilakukan sangat tergantung dari bentuk
distribusi datannya. Bila distribusi datanya tidak normal, maka
sebaiknya digunakan prosedur uji statitik nonparametrik.
Sedangkan bila asumsi kenormalan dapat dipenuhi maka dapat
digunakan uji statistik parametric.
47
48
UJI STATISTIK
UJI HIPOTESIS DESKRIPTIF
Pengujian hipotesis deskriptif: proses generasilasi penelitian berdasarkan pada satu
sampel
Jika datanya interval rasio digunakan statistik parametris (distribusi data normal)
Jika datanya nominal, ordinal digunakan statistik non parametris (distribusi data bebas)
STATISTIK PARAMETRIS
Data: interval atau rasio
Uji: t-test 1 sampel
Rumus yang digunakan t atau z
Rumus z digunakan jika simpangan baku populasi diketahui (karena umumnya tidak
diketahui), sering dipakai rumus z
Macam uji: uji dua fihak (two tail test) dan uji satu fihak (one tail test)
RUMUS t
t = (x – μo) / (s/√n)
t = nilai t yang dihitung = t hitung
x = rata-rata x
μo = nilai yang dihipotesiskan
s = simpangan baku
n = jumlah sampel
48
49
TEST BINOMIAL
• Syarat:
– Populasi terdiri 2 klas (misal: pria dan wanita)
– Data Nominal
– Jumlah sampel kecil (<25)
• Distribusi data Binomial (terdiri 2 kelas): kelas dengan kategori (x) dan kelas dengan
ketegori (N-x)
• Ketentuan: Bila harga P > α , Ho diterima
– P = proporsi kasus (lihat tabel)
– Α = taraf kesalahan ( 1% = 0,01)
49
50
• Ho = p1 = p2 = 0,5
• Sampel (n) = 24
• Frekuensi kelas terkecil (x) = 10
• Tabel (n=24, x=10) didapat koefisien binomial (p) = 0,271
• Bila taraf kesalahan (α) ditetapkan 1% = 0,01
• p = 0,271 > 0,01 maka Ho diterima
• Kesimpulan: kemungkinan Bumil memilih tempat bersalin di Polindes atau di
Puskesmas adalah sama yaitu 50 %
• Penelitian peluang Bumil memilih periksa ANC di Bidan P2B dan Bidan D3. Jumlah
sampel 300 Bumil, memilih Bidan P2B 200 orang, memilih Bidan D3 100 orang
• Ho = “Peluang Bumil memilih periksa ANC di Bidan P2B dan Bidan D3 adalah sama
(50%)”
• Jika dk = 1, α = 5% à χ2 tabel = 3,841, dan χ2 hitung = 33,33
• Kesimpulan: Ho ditolak
• Penelitian tentang warna sepatu dipilih Bidan. Jumlah sampel 3000 Bidan, 1000 warna
hitam, 900 warna putih, 600 coklat, 500 warna lain
• Ho =“Peluang Bidan memilih empat warna sepatu adalah sama”
• Jika dk = 3, α = 5% à χ2 tabel = 7,815, dan χ2 hitung = 226,67
• Kesimpulan: Ho ditolak
50
51
RUN TEST
• Untuk mengukur urutan suatu kejadian random atau tidak (pada data ordinal)
• Caranya dengan memperhatikan jumlah “run”
• Run adalah kejadian yang berurutan
• Contoh: @@@ ## @ ### @@ # @@ = 7 run
• Ho = “Urutan dalam memilih … adalah random”
• Ketentuan: Ho diterima jika r observasi berada diantara r kecil (tabel) dan r besar
(tabel)
51