Anda di halaman 1dari 33

BAB I

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

Sebagaimana diketahui keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang dapat
mencerminkan kualitas dari suatu negara. Keluarga yang sejahtera, sehat, harmonis, berkualitas,
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan idaman dari setiap keluarga, oleh karena
itu program-program Keluarga Berencana telah dirubah visinya dari mewujudkan NKKBS
menjadi Keluarga Berkualitas Tahun 2015. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang
sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan,
bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dari visi tersebut
terlihat bahwa program Keluarga Berencana memiliki andil yang penting dalam upaya
meningkatkan kualitas penduduk.
Indonesia merupakan negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada pada posisi
keempat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih relatif tinggi. Esensi tugas program
Keluarga Berencana (KB) dalam hal ini telah jelas yaitu menurunkan fertilitas agar dapat
mengurangi beban pembangunan demi terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan bagi rakyat
dan bangsa Indonesia. Seperti yang disebutkan dalam UU No.10 Tahun 1992 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, definisi KB yakni upaya
meningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,
pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan peningkatan kesejahteraan keluarga
guna mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
Keluarga berencana merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan preventif yang
paling dasar dan utama. Pencegahan kematian dan kesakitan ibu merupakan alasan utama
diperlukannya pelayanan keluarga berencana. Perwujudan nyata dalam partisipasi program
Keluarga

Berencana

adalah

dengan

menggunakan

kontrasepsi.

Kontrasepsi

adalah

menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang
matang dengan sel sperma tersebut.Tetapi dilain pihak terdapat kendala berupa banyaknya jenis
kontrasepsi yang beredar dipasaran dan masyarakat hanya mampu menyebut jenis alat atau obat
kontrasepsi tersebut sedangkan informasi-infomasi mengenai keuntungan, kekurangan,

kontraindikasi maupun efek samping dari kontrasepsi tersebut tidak mereka dapatkan, belum lagi
adanya pandangan-pandangan atau norma budaya lingkungan dan orang tua yang dapat membuat
pengguna (akseptor) menjadi ragu-ragu dalam menggunakan kontrasepsi tersebut. Untuk itu
diperlukan suatu layanan konseling agar dapat menjelaskan secara benar setiap kontrasepsi
dengan jelas mengenai keuntungan, kerugian, efek samping maupun kontraindikasinya.
Berdasarkan data dari SDKI 2002 2003, angka pemakaian kontrasepsi (contraceptive
prevalence rate/CPR) mengalami peningkatan dari 57,4% pada tahun 1997 menjadi 60,3% pada
tahun 2003. Pada 2015 jumlah penduduk Indonesia hanya mencapai 255,5 juta jiwa. Namun, jika
terjadi penurunan angka satu persen saja, jumlah penduduk mencapai 264,4 juta jiwa atau lebih.
Sedangkan jika pelayanan KB bisa ditingkatkan dengan kenaikan CPR 1%, penduduk negeri ini
sekitar 237,8 juta jiwa (Kusumaningrum, 2009). Menurut SDKI 2002-2003 Pada tahun 2003,
kontrasepsi yang banyak digunakan adalah metode suntikan (49,1 persen), pil (23,3 persen),
IUD/spiral (10,9 persen), implant (7,6 persen), MOW (6,5 persen), kondom (1,6 persen), dan
MOP (0,7 persen) (Kusumaningrum, 2009).

Penggunaan alat dan obat kontrasepsi memang tidak dapat lepas dari efek samping dan
risiko yang kadang-kadang dapat merugikan kesehatan, namun demikian yang harus dipikirkan
adalah benefit/ keuntungan dari penggunaan alat/ obat kontrasepsi tersebut yang lebih besar
dibanding tidak menggunakan kontrasepsi. Oleh karena alasan inilah penulis menitik beratkan
tentang pengetahuan mengenai penggunaan dan pemilihan jenis kontrasepsi agar tercapainya
tujuan dari program Keluarga Berencana.

BAB II
PERMASALAHAN
2.1 DEFINISI
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan dan konsepsi
yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan
kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma.

2.2 TUJUAN DAN SYARAT KONTRASEPSI


Tujuan Kontrasepsi
1.

Untuk menunda kehamilan

2.

Untuk menjarangkan kehamilan

3.

Untuk menghentikan kehamilan / mengakhiri kehamilan / kesuburan

Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Kontrasepsi ideal itu harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut: 1) dapat dipercaya, 2) tidak menimbukan efek yang mengganggu
kesehatan, 3) daya kerjanya diatur menurut kebutuhan, 4) tidak menimbulkan gangguan sewaktu
melakukan koitus, 5) tidak memerlukan motivasi terus-menerus, 6) mudah pelaksanaannya, 7)
murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, 8) dapat diterima
penggunaanya oleh pasangan yang bersangkutan.

2.3 JENIS JENIS KONTRASEPSI


2.3.1 KONTRASEPSI ALAMIAH
Profil dan mekanisme kerja
Belajar mengetahui kapan masa subur dan sanggama dihindari saat itu
Efektif jika tertib
3

Tidak ada efek samping


Yang dapat menggunakan:
Semua perempuan, paritas berapapun, kurus atau gemuk, merokok, alasan kesehatan
tertentu, alasan agama atau filosofi, tidak dapat menggunakan metode lain
Yang tidak menggunakan:
Kehamilan merupakan resiko tinggi, belum mendapat haid, pasangan tidak mau bekerja
sama, tidak suka menyentuh daerah genital

I.

Pantang berkala (sistem kalender)

Cara kerja: hindari senggama diwaktu subur.

II.

Metode suhu basal/suhu tubuh basal(STB)


Suhu tubuh basal

adalah

suhu

terendah yang dicapai oleh tubuh


selama istirahat atau dalam keadaan
istirahat (tidur). Pengukuran suhu
basal dilakukan pada pagi hari segera
setelah bangun tidur dan sebelum
melakukan aktivitas lainnya.
Tujuan pencatatan

suhu

basal

untuk mengetahui kapan terjadinya masa subuur / ovulasi. Suhu basal tubuh diukur
dengan alat yang berupa termometer basal. Suhu normal tubuh sekitar 35,5-360C. Pada
waktu ovulasi, suhu akan turun terlebih dahulu (hormone turun mendadak) dan naik

menjadi 37 - 380C. Pada saat itulah terjadi masa subur / ovulasi. (progesterone tinggi
membuat suhu tubuh lebih tinggi).

III.

Metode ovulasi billings (MOB)


Efektivitas 9-20 hamil/100 perempuan/tahun
Cara kerja: mengenali masa subur dari siklus menstruasi dengan mengamati lendir
serviks dan perubahan rasa pada vulva menjelang hari-hari ovulasi.
Pemeriksaan lendir:
1) lendir jernih, licin, mulus menunjukkan masa subur
2) Lendir kental, keruh, kekuningan dan lengket atau kering menunjukkan masa
tidak subur sehigga aman untuk berhubungan.

IV.

Senggama terputus - pra-ejakulasi atau pancaran ekstravaginal

Pengeluaran penis dari vagina sesaat sebelum terjadinya ejakulasi. Efektifitas 4-18
kehamilan/100 perempuan/tahun.

Prinsipnya adalah menghindari deposit sperma di dalam fornix atau vagina untuk
menghindarkan terjadinya pertemuan ovum dan sperma dalam periode subur.

V.

Metode amenore laktasi (MAL)


MAL merupakan metode kontrasepsi alamiah yang mengandalkan (rely on)
pemberian ASI pada bayinya. Mekanisme kerjanya, dengan penghisapan ASI yang
intensif secara berulang kali akan menekan sekresi hormone GnRH sehingga sekresi
5

FHS&LH rendah dan menekan perkembangan folikel di ovarium dan menekan ovulasi.
Efektivitas 2 hamil/100/6bulan.
Hanya dianjurkan pada perempuan: Menyusui eksklusif (8-10x per hari dengan
interval <4jam) sejak bayi lahir sampai bayi berusia 6 bulan, tidak haid 4-6 bulan sejak
melahirkan bayinya.

2.3.2 METODE BARIER


I.

Kondom
Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah penyakit menular
seksual termasuk HIV/AIDS. Kondom akan efektif apabila pemakaiannya baik dan
benar. Selain itu, kondom juga dapat dipakai bersamaan dengan kontrasepsi lain untuk
mencegah PMS. Efektifitas 12-14 hamil/100/tahun.1,2,3
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan
diantaranya lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang
dipasang pada penis saat berhubungan.

Cara pakai yang benar:


1.

Kondom lelaki

Tahap 1
Kondom dipasang saat penis ereksi, dan sebelum melakukan hubungan badan.

Tahap 2
Buka kemasan kondom secara hati-hati dari tepi, dan arah robekan ke arah tengah.
Jangan menggunakan gigi, benda tajam saat membuka kemasan.

Tahap 3

Tekan ujung kondom dengan jari dan jempol untuk menghindari udara masuk ke
dalam kondom. Pastikan gulungan kondom berada di sisi luar.

Tahap 4
Buka gulungan kondom secara perlahan ke arah pangkal penis, sambil
menekan

ujung kondom.

Pastikan

posisi kondom tidak

berubah

selama coitus, jika kondom menggulung, tarik kembali gulungan ke


pangkal penis.

Tahap 5

Setelah ejakulasi, lepas kondom saat penis masih ereksi. Hindari kontak penis dan
kondom dari pasangan anda.

Tahap 6
Buang dan bungkus kondom bekas pakai ke tempat yang aman.

2.

Kondom perempuan

Buka kemasan kondom secara hati-hati dari tepi, dan arah robekan ke arah
tengah. Jangan menggunakan gigi, benda tajam saat membuka kemasan.

Tahap 2
Sebelum hubungan seksual, perhatikan kondom wanita mempunyai ring yang
lebar (outer ring) untuk bagian luar dan ring yang kecil (inner ring) untuk
bagian dalam.

Tahap 3

Pegang inner ring kondom, lalu tekan dengan ibu


jari pada sisi ring, dan dengan jari lain pada sisi

yang berseberangan, kemudian tekan sehingga sisi ring yang berseberangan akan bersentuhan
dan bentuk inner ring menjadi lonjong.

Tahap 4

Atur posisi yang nyaman. Posisi dapat dilakukan secara berdiri satu kaki di atas kursi, jongkok
maupun berbaring.

Tahap 5
Masukkan inner ring ke dalam vagina dengan hati-hati.
Sewaktu kondom masuk ke dalam vagina, gunakan jari
telujuk

untuk

menekan inner

ring lebih

jauh

ke

dalam vagina. Pastikan kondom jangan sampai berputar,


dan outer ring (ring yang besar) tetap berada di luar.

Tahap 6
Berikan sedikit minyak pelicin pada penis atau bagian dalam kondom.
Bantu penis masuk ke dalam kondom.

Tahap 7

Pasca coitus, keluarkan kondom secara hati-hati dengan memutar bagian outer ring untuk
menjaga air mani yang tertampung di dalam kondom tidak tumpah. Keluarkan kondom secara
hati-hati. Buang kondom bekas pakai ke tempat yang aman (tempat sampah). Jangan buang di
toilet.

II.

Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat, cembung, terbuat dari lateks (karet) yang

dimasukkan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutupi serviks. Diafragma ini
mencegah masuknya sperma melalui kanalis servikalis ke uterus dan saluran telur (tuba falopi)
dan alat untuk menempatkan spermisida. Beberapa jenis diafragma; Flat spring , Coil spring ,
Arching spring.

Pemasangan Diafragma
Dipasang 6 jam sebelum dan pasca sanggama, dan dilepas <24 jam pasca sanggama.

Tahap 1

Kosongkan kandung kemih dan cuci tangan dengan sabun dan air
mengalir. Pastikan diafragma tidak berlubang. Oleskan spemisida
pada kap diafragma secara merata.

Tahap 2
Cari posisi yang nyaman pada saat pemasangan diafragma.
Posisi dapat dengan mengangkat satu kaki ke atas
kursi, duduk di

tepi

kursi, berbaring ataupun

sambil

jongkok. Pisahkan bibir vulva. Tepi diafragma melipat


menjadi dua dengan sisi yang lain. Letakkan jari telunjuk di
tengah kap untuk pegangan yang kuat. Spermisida harus
berada di dalam kap.

Tahap 3
Masukkan diafragma ke dalam vagina jauh ke belakang, dorong
bagian depan pinggiran ke atas di balik tulang pubis. Masukkan
jari ke dalam vagina sampai menyentuh serviks. Sarungkan
karetnya dan pastikan serviks telah terlindungi.
Pelepasan Diafragma

Tahap 1

Sebelum melepas diafragma, cuci tangan dengan sabun dan air


mengalir. Kait bagian ujungdiafragma dengan jari telunjuk dan
tengah untuk memecah penampung.

Tahap 2
Tarik diafragma turun dan tarik keluar. Cuci dengan sabun dan
air, kemudian keringkan sebelum disimpan kembali di
tempatnya

III. Spermisida
Spermisida adalah alat kontrasepsi yang mengandung bahan kimia (non oksinol-9) yang
digunakan untuk membunuh sperma. Spermisida dapat menyebabkan sel selaput
sel sperma pecah, memperlambat motilitas sperma, Menurunkan kemampuan pembuahan sel
telur.

Cara pemakaian

Bentuk spermisida bermacam-macam, antara lain: aerosol (busa), krim dan jeli, vaginal
contraceptive film/tissue, maupun suppositoria.
Cara memasukkan spermisida :

Bentuk busa, krim atau jeli dengan inserter

Bentuk suppositoria.

10

IV.

AKDR/IUD

Jenis- jenis AKDR


Jenis alat kontrasepsi dalam rahim / IUD yang sering digunakan di Indonesia antara lain:
a.Lippes-Loop
b.Saf-T-Coil
c.Dana-Super
d.Copper-T (Gyne-T)
e.Copper-7 (Gravigard)
f.Multiload
g. Progesterone IUD

Keuntungan

Sangat efektif. 0,6 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1


kegagalan dalam 125 170 kehamilan). Pencegah kehamilan jangka panjang yang
ampuh, paling tidak 10 tahun

IUD dapat efektif segera setelah pemasangan

Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti)

Tidak mempengaruhi hubungan seksual. Hubungan intim jadi lebih nyaman


karena rasa aman terhadap risiko kehamilan

Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A

Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Aman untuk ibu menyusui tidak
mengganggu kualitas dan kuantitas ASI

Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi
infeksi)

Dapat digunakan sampai menopause

Tidak ada interaksi dengan obat-obat

11

Membantu mencegah kehamilan ektopik

Setelah IUD dikeluarkan, bisa langsung subur

Efek samping dan kerugian


a. Efek samping yang umum terjadi:

Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan


berkurang setelah 3 bulan)

Haid lebih lama dan banyak

Perdarahan (spotting) antarmenstruasi

Saat haid lebih sakit

b. Komplikasi lain:

Merasakan sakit selama 3 5 hari setelah pemasangan

Perdarahan berta pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan


penyebab anemia

Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar)

c. Tidak mencegah IMS termasuk HIV / AIDS


d. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering
berganti pasangan
e. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai
AKDR. Penyakit radang panggul memicu infertilitas
f. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan plevik diperlukan dalam pemasangan
AKDR. Seringkali perempuan takut selama pemasangan
g. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR.
Biasanya menghilang dalam 1 2 hari
h. Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri
i. Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR
dipasang segera setelah melahirkan)
j. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk
mencegah kehamilan normal
k. Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk
melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian
perempuan tidak mau melakukan ini.
l.
12

Kontraindikasi
Relatif
1) Mioma uteri dengan adanya perubahan bentuk rongga uterus
2) Insufisiensi serviks uteri
3) Uterus dengan parut pada dindingnya seperti pada bekas seksio sesarea, enukleasi
mioma dan sebagainya
4) Kelainan yang jinak serviks uteri seperti erosio porsiones uteri

Mutlak
1) Kehamilan
2) Adanya infeksi yang aktif pada traktus genitalis
3) Adanya tumor ganas pada traktus genitalis
4) Adanya metroragia yag belum disembuhkan
5) Pasangan yang tidak lestari

Pemasangan AKDR
a. Sewaktu haid sedang berlangsung. Dilakukan pada hari- hari pertama atau pada hari
terakhir haid.

a. Sewaktu postpartum, Pemasangan IUD pasca persalinan bisa dibagi menjadi:


Pemasangan post plasenta
Pemasangan IUD dalam 10 menit setelah lahirnya plasenta pada persalinan
pervaginam.
Pemasangan segera pasca persalinan
Pemasangan IUD pada masa ini dilakukan setelah periode post plasenta sampai 48
jam pasca persalinan.
Pemasangan IUD transcesarian
Pemasangan pada transcesarian dilakukan sebelum penjahitan insisi uterus. Bisa
dilakukan dengan meletakkan IUD pada fundus uteri secara manual atau dengan
menggunakan alat.

13

Pemasangan IUD interval


Merupakan pemasangan IUD yang dilakukan lebih dari 4 minggu pasca persalinan.
Pemasangan. IUD dilakukan dengan menggunakan inserter IUD

b.

Pemasangan Pasca abortus


Trimester 1 : bisa dilakukan dengan teknik pemasangan IUD interval karena serviks
berdilatasi minimal dan hanya inserter IUD yang bisa masuk kedalam kavum uteri.
Selain itu ukuran uterus relatif tidak mengalami perbesaran dan lebih kaku sehingga
mempunyai angka resiko perforasi yang kecil . 1
Trimester 2 : bisa dilakukan dengan menggunakan teknik interval atau dengan
menggunakan teknik forsep . forsep digunakan jika serviks cukup berdilatasi.

c.

Beberapa hari setelah haid terakhir

d.

Masa interval ( antara dua haid)

e.

After morning (dalam waktu 72 jam setelah berhubungan)

Mekanisme kerja

Menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan sebukan


leukosit yang dapat menghancurkan blastokista atau sperma.

Pada pemeriksaan cairan uterus pada pemakai AKDR sering kali dijumpai pula
sel- sel makrofag (fagosit) yang mengandung spermatozoa.

Pemadatan endometriosis oleh lekosit.

Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.

IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, dengan membuat
sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi
kemampuan sperma untuk fertilisasi

14

Persyaratan Pemakaian
A. Yang Dapat Menggunakan
Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum seseorang akan memilih AKDR (IUD)
adalah:
1) Usia reproduktif
2) Keadaan nulipara
3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
4) Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
6) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
7) Resiko rendah dari IMS
8) Tidak menghendaki metode hormonal
9) Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari
10) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 5 hari senggama

AKDR juga dapat digunakan pada ibu dalam segala kemungkinan keadaan,
misalnya:
1. Perokok
2. Pasca keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat adanya
infeksi
3. Sedang memakai antibiotika atau antikejang
4. Gemuk ataupun kurus
5. Sedang menyusi
Begitu juga ibu dalam keadaan seperti di bawah ini:
1) Penderita tumor jinak payudara
2) Penderita kanker payudara
3) Pusing-pusing, sakit kepala
4) Tekanan darah tinggi
5) Varises di tungkai atau di vulva
6) Penderita penyakit jantung (termasuk penyakit jantung katup dapat diberi
antibiotika sebelum pemasangan AKDR)
15

7) Pernah menderita stroke


8) Penderita diabetes
9) Penderita penyakit hati atau empedu
10) Malaria
11) Skistosomiasis (tanpa anemia)
12) Penyakit tiroid
13) Epilepsi
14) Nonpelvik TBC
15) Setelah kehamilan ektopik
16) Setelah pembedahan pelvic.
B. Yang Tidak Diperkenankan Menggunakan
2) Kehamilan
3) Penyakit kelamin (gonorrhoe, sipilis, AIDS, dsb)
4) Perdarahan dari kemaluan yang tidak diketahui penyebabnya
5) Tumor jinak atau ganas dalam rahim
6) Kelainan bawaan rahim
7) Penyakit gula (diabetes militus)
8) Penyakit kurang darah
9) Belum pernah melahirkan
10) Adanya perkiraan hamil
11) Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti: perdarahan yang tidak normal dari
alat kemaluan, perdarahan di leher rahim, dan kanker rahim
12) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.

2.3.3 KONTRASEPSI HORMONAL


I.

PIL
Pil KB atau oral contraceptives pill berisi hormon estrogen dan/atau progesteron

yang

bertujuan

untuk

mengendalikan kelahiran atau

mencegah kehamilan dengan

menghambat pelepasan sel telur dari ovarium setiap bulannya. Pil KB akan efektif

16

dan aman apabila digunakan secara benar dan konsisten tetapi secara umum tidak sepenuhnya
melindungi wanita dari infeksi penyakit menular seksual.
Jenis Pil KB
1. Pil kombinasi atau combination oral contraceptive pill
Mengandung hormon estrogen dan progesteron dalam bentuk hormon aktif dan tidak aktif,
berupa;
1. Conventional Pack.
Paket konvensional biasanya berisi 21 pil dengan hormon aktif dan 7 pil
dengan hormon tidak aktif atau 24 pil aktif dan 4 pil tidak aktif. Haid terjadi setiap
bulan selama seminggu ketika minum pil pada hari ke 4-7 dari pil terakhir yang
tidak aktif.
2. Continuous Dosing Or Extended Cycle.
Merupakan pil kombinasi yang berisi 84 pil dengan hormon aktif dan 7 pil
dengan hormon tidak aktif. Haid terjadi setiap empat kali setahun selama
seminggu ketika minum pil pada hari ke 4-7 dari pil terakhir yang tidak aktif.
Tersedia juga pil KB yang mengandung 28 pil dengan hormon aktif yang dapat
mencegah haid.

Jenis pil kombinasi atau combination oral contraceptive pill antara lain:
1. Monofasik.
Monofasik adalah pil

kombinasi yang tersedia

dalam kemasan 21 tablet

mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron dalam dosis yang sama,
dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
2. Bifasik.
Bifasik adalah pil

kombinasi yang

tersedia

dalam

kemasan

21

tablet

mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron dengan dua dosis yang
berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
3. Trifasik.
Trifasik adalah pil

kombinasi yang

tersedia

dalam

kemasan

21

tablet

mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron dengan tiga dosis yang
berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

17

Efektifitas
Efektifitas pil kombinasi lebih dari 99 persen, apabila digunakan dengan benar dan
konsisten.

Ini

berarti,

kurang

dari

dari

100 wanita yang

menggunakan pil

kombinasi akan hamil setiap tahunnya.


Kriteria Yang Dapat Menggunakan Pil Kombinasi
Pada prinsipnya hampir semua wanita yang ingin menggunakan pil kombinasi diperbolehkan,
seperti:
1. Wanita dalam usia reproduksi.
2. Wanita yang telah atau belum memiki anak.
3. Wanita yang gemuk atau kurus.
4. Wanita setelah melahirkan dan tidak menyusui.
5. Wanita yang menginginkan metode kontrasepsi dengan efektifitas tinggi.
6. Wanita pasca keguguran/abortus.
7. Wanita dengan perdarahan haid berlebihan sehingga menyebabkan anemia.
8. Wanita dengan siklus haid tidak teratur.
9. Wanita dengan nyeri

haid hebat,

riwayat kehamilan

ektopik, kelainan payudara jinak.


10. Wanita dengan diabetus melitus tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah,
mata dan saraf.
11. Wanita dengan penyakit tiroid, penyakit radang panggul, endometriosis atau
tumor jinak ovarium.
12. Wanita yang menderita tuberkulosis pasif.
13. Wanita dengan varises vena.
Kriteria Yang Tidak Dapat Menggunakan Pil Kombinasi
1. Kontra

indikasi

absolute;

tromboplebitis

atau

tromboemboli,

riwayat

tromboplebitis atau tromboemboli, kelainan serebrovaskuler atau penyakit jantung


koroner, diketahui atau diduga karsinoma mammae, diketahui atau diduga
karsinoma endometrium, diketahui atau diduga neoplasma yang tergantung
estrogen, perdarahan abnormal genetalia yang tidak diketahui penyebabnya,
adenoma hepar, karsinoma atau tumor-tumor jinak hepar, diketahui atau
diduga hamil, gangguan fungsi hati, tumor hati yang ada sebelum pemakaian
pil kontrasepsi atau produk lain yang mengandung estrogen.
2. Kontra indikasi relative; sakit kepala (migrain), disfungsi jantung atau ginjal,
diabetes gestational atau pre diabetes, hipertensi, depresi, varises, umur lebih 35
18

tahun, perokok berat, fase akut mononukleosis, penyakit sickle cell, asma,
kolestasis

selamakehamilan, hepatitis atau

mononukleosis

tahun

lalu,

riwayat keluarga (orang tua, saudara) yang terkena penyakit reumatik yang fatal
atau tidak fatal atau menderita DM sebelum usia 50 tahun, kolitis ulseratif.
3. Selain itu, kriteria lain yang tidak dapat menggunakan pil kombinasi adalah:
1. Wanita yang tidak dapat disiplin minum pil setiap hari.
2. Wanita yang dicurigai hamil atau benar hamil.
3. Wanita yang menyusui secara eksklusif.

Waktu Mulai Menggunakan Pil Kombinasi


1.

Hari pertama sampai hari ke tujuh siklus haid.

2.

Sewaktu mendapat haid.

3.

Setelah melahirkan (pasca keguguran, setelah 3 bulan tidak menyusui, setelah 6


bulan pemberian ASI).

4.

Saat ingin berhenti kontrasepsi hormonal jenis suntikan dan ingin ganti pil
kombinasi

2. Minipill.
Mini pil adalah pil KB yang hanya mengandung hormon progesteron dalam dosis rendah.
Pil mini atau pil progestin disebut juga pil menyusui. Dosis progestin yang digunakan 0,030,05 mg per tablet.
Jenis Mini Pil
1) Mini pil dalam kemasan dengan isi 28 pil,mengandung 75 mikro gram desogestrel.
2) Mini pil dalam kemasan dengan isi 35 pil, mengandung 300 mikro gram levonogestrel
atau 350 mikro gram noretindron.
Efektifitas
Pil progestin atau mini pil sangat efektif (98,5 persen).

3. Pil sekuenseal.
Pil ini dibuat seperti urutan hormon yang dikeluarkan ovariun pada tiap siklus. Maka
berdasarkan urutan hormon tersebut, estrogen hanya diberikan selama 1416 hari pertama
diikuti oleh kombinasi progestron dan estrogen selama 57 hari terakhir.
4. Once a month pill.
19

Pil hormon yang mengandung estrogen yang long acting yaitu biasanya pil ini
terutama diberikan untuk wanita yang mempunyai Biological Half Life panjang.
5. Morning after pill.
Morning after pill merupakan pil yang mengandung hormon estrogen dosis tinggi yang
hanya

diberikan

untuk

keadaan

darurat

saja,

seperti

kasus

pemerkosaan

dan kondom bocor.

II. Suntikan
Kontrasepsi suntikan kombinasi mengandung 25mg DMPA dan 5mg Estradiol
sipionat, diberikan IM sebulan sekali (cyclofem), 50 mg Noretindron enantat dan 5 mg
Estradiol valerat, diberikan IM sebulan sekali.
Sedangkan kontrasepsi suntikan progestin mengandung 150 mg DMPA diberikan
setiap 3 bulan secara IM, depo noretisteron enantat (depo noristerat) mengandung 200 mg
noretindrone enatat, diberikan setiap 2 bulan secara IM
Cara kerja
A. Menekan ovulasi
B. Mengkentalkan lendir
C. Perubahan pada endometrium
Yang tidak boleh menggunakan
A. Hamil atau diduga hamil
B. Menyusui postpartum < 6minggu
C. Perdarahan pervaginam yang belum jelas
D. Penyakit hepatitis
E. Usia > 35 tahun yang merokok
F. Riwayat stroke dgn tekanan darah tinggi
G. Riwayat kelainan tromboemboli dgn DM > 20 tahun
H. Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migraine
I. Keganasan payudara

Waktu mulai
A. Dalam waktu 7 hari siklus haid
B. Jika > hari ke 7, tidak boleh koitus atau menggunakan pelindung selama 7 hari
20

C. Bila haid (-), pastikan tidak hamil, diberikan setiap saat, tidak boleh koitus atau
menggunakan pelindung selama 7hari
D. Pascapersalinan 3minggu, tidak menyusui
E. Beralih dari kontrasepsi hormonal, diberikan sesuai dengan jadwal
F. Beralih dari kontrasepsi non hormonal, dapat diberikan segera atau menunggu saat
haid
III.

Sub-kutis/bawah kulit : Implant


Norplant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonorgestrel yang

dibungkus dalam kapsul silastic-silicone dan disusukkan dibawah kulit sebanyak 6 kapsul
dan masing-masing kapsul panjangnya 34 mm dan berisi 36 mg levonorgestrel.
Mekanisme kerja
-

Mengentalkan lendir serviks uteri sehingga menyulitkan penetrasi sperma.

Menimbulkan perubahan-perubahan pada endometrium sehingga tidak cocok untuk


implantasi zygote.

Pada sebagian kasus dapat pula menghalangi terjadinya ovulasi.

Efek kontrasepsi norplabt merupakan gabungan dari ketiga mekanisme kerja tersebut
di atas. Daya guna norplant cukup tingi. Efektivitas antara 0,3 0,5 /100wanita/tahun.

Keuntungan
1. Cara ini cocok untuk wanita yang tidak boleh menggunakan obat yang
mengandung estrogen
2. Perdarahan yang terjadi lebih ringan
3. Tidak menaikkan tekanan darah,
4. Resiko terjadinya kehamilan ektopik lebih kecil jika dibandingkan dengan
pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
5.

Selain itu cara Norplant ini dapat digunakan untuk jangka panjang ( 5 tahun
dan bersifat reversibel. Menurut data-data klinis yang ada dalam waktu satu
tahun setelah pengangkatan Norplant, 80 % sampai 90 % wanita daat menjadi
hamil kembali.

Efek samping
1. Gangguan pola haid, seperti terjadinya spotting, perdarahan memanjang atau
lebih sering berdarah ( metrorrhagia ),
2. Amenore,
3. Mual-mual, anoreksia, pening, sakit kepala,
21

4. Kadang-kadang terjadi perubahan pada libido dan berat badan.


5. Timbulnya jerawat.
6.

Oleh karena jumlah progestin yang dikeluarkan ke dalam darah sangat kecil,
maka efek samping yang terjadi tidak sesering pada penggunaaan KB.

Indikasi
a. Wanita-wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk jangka waktu yang
lama tetapi tidak bersedia menjalani kontap atau menggunakan AKDR
b. Wanita-wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB yang mengandung
estrogen
Kontraindikasi
1. Kehamilan atau disangka hamil
2. Penderita penyakit hati
3. Kanker payudara
4. Kelainan jiwa ( psikosis, neurosis ),
5. varikosis
6. Riwayat kehamilan ektopik
7. Diabetes mellitus
8. Kelainan kardiovaskuler.

Waktu Pemasangan
Sewaktu haid berlangsung atau masa pra-ovulasi dari siklus haid, sehingga adanya
kehamilan dapat disingkirkan.

2.3.4 KONTRASEPSI MANTAP


I.

Sterilisasi perempuan / Tubektomi


Dengan mengoklusi tuba falopii (mengikat dan memotong atau memasang cincin),
sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.
Manfaat
Kontrasepsi

Sangat efektif (0,2-4 kehamilan per 100 perempan selama tahun pertama
penggunaan)

Permanen
22

Tidak mempengaruhi proses menyusui (breast feeding)

Tidak bergantung pada faktor senggama

Pembedahan sederhana dapat dilakukan dengan anastesi lokal

Tidak ada efek samping dalam jangka panjang

Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi
hormon ovarium.

Nonkontrasepsi

Berkurangnya resiko kanker ovarium.

Sebaiknya tubektomi sukarela dilakukan pada wanita yang memenuhi syarat :


1. Umur termuda 25 tahun dengan 4 anak hidup
2. Umur sekitar 30 tahun dengan 3 anak hidup
3. Umur sekitar 35 tahun dengan 2 anak hidup
Yang sebaiknya tidak menjalani tubektomi

II.

Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai)

Perdarahan vaginal yang belum jelas penyebabnya

Infeksi sistemik atau pelvik yang akut

Belum memberikan persetujuan tertulis

Vasektomi
Pengikatan / pemotongan vas deferens kiri dan kanan pad pria untuk
mencegah transport spermatozoa dari testis melalui vasa ke arah uretra. Dilakukan
dengan cara operasi, dapat dengan operasi kecil atau (minor Surgery)

Gambar 6. Vasektomi
23

2.4

Kelebihan dan Kekurangan Alat Kontrasepsi

No Jenis
Kontrasepsi
1.

Kondom

Kelebihan

Bila digunakan secara


tepat maka kondom
dapat digunakan untuk
mencegah kehamilan
dan penularan penyakit
menular seksual (PMS)
Kondom tidak
mempengaruhi
kesuburan jika
digunakan dalam
jangka panjang
Kondom mudah
didapat dan tersedia
dengan harga yang
terjangkau

Kekurangan

2.

Suntik
Kontrasepsi

3.

Implan/Susuk
Kontrasepsi

Dapat digunakan oleh


ibu yang menyusui.
Tidak perlu dikonsumsi
setiap hari atau dipakai
sebelum melakukan
hubungan seksual.
Darah menstruasi
menjadi lebih sedikit
dan membantu
mengatasi kram saat
menstruasi.

Dapat mencegah
terjadinya kehamilan
dalam jangka waktu 3
tahun.
Sama seperti suntik,
dapat digunakan oleh
wanita yang menyusui.
Tidak perlu dikonsumsi

Kekurarngan penggunaan
kondom memerlukan
latihan dan tidak efisien
Karena sangat tipis maka
kondom mudah robek bila
tidak digunakan atau
disimpan sesuai aturan
Beberapa pria tidak dapat
mempertahankan ereksinya
saat menggunakan kondom.
Setelah terjadi ejakulasi,
pria harus menarik
penisnya dari vagina, bila
tidak, dapat terjadi resiko
kehamilan atau penularan
penyakit menular seksual.
Kondom yang terbuat dari
latex dapat menimbulkan
alergi bagi beberapa orang.
Dapat mempengaruhi
siklus mentruasi.
Kekurangan suntik
kontrasepsi /kb suntik dapat
menyebabkan kenaikan
berat badan pada beberapa
wanita.
Tidak melindungi terhadap
penyakit menular seksual.
Harus mengunjungi
dokter/klinik setiap 3 bulan
sekali untuk mendapatkan
suntikan berikutnya.
Sama seperti kekurangan
kontrasepsi suntik,
Implan/Susuk dapat
mempengaruhi siklus
mentruasi.
Tidak melindungi terhadap
penyakit menular seksual.
Dapat menyebabkan
24

setiap hari atau dipakai


sebelum melakukan
hubungan seksual.
4.

IUD/IUS

5.l Pil Kontrasepsi/kb

kenaikan berat badan pada


beberapa wanita.

Merupakan metode
kontrasepsi yang sangat
efektif.
Bagi wanita yang tidak
tahan terhadap hormon
dapat menggunakan
IUD dengan lilitan
tembaga.
IUS dapat membuat
menstruasi menjadi
lebih sedikit (sesuai
untuk yang sering
mengalami menstruasi
hebat).

Mengurangi resiko
terkena kanker rahim
dan kanker
endometrium.
Mengurangi darah
menstruasi dan kram
saat menstruasi.
Dapat mengontrol
waktu untuk terjadinya
menstruasi.
Untuk pil tertentu dapat
mengurangi timbulnya
jerawat ataupun
hirsutism (rambut
tumbuh menyerupai
pria).

Pada 4 bulan pertama


pemakaian dapat terjadi
resiko infeksi.
Kekurangan IUD/IUS
alatnya dapat keluar tanpa
disadari.
Tembaga pada IUD dapat
meningkatkan darah
menstruasi dan kram
menstruasi.
Walaupun jarang terjadi,
IUD/IUS dapat menancap
ke dalam rahim.

Tidak melindungi terhadap


penyakit menular seksual.
Harus rutin diminum setiap
hari.
Saat pertama pemakaian
dapat timbul pusing dan
spotting.
Efek samping yang
mungkin dirasakan adalah
sakit kepala, depresi, letih,
perubahan mood dan
menurunnya nafsu seksual.
Kekurangan Untuk pil kb
tertentu harganya bisa
mahal dan memerlukan
resep dokter untuk
pembeliannya.

2.5 Status Pasien


2.5.1 Data Administrasi Pasien
a. Nama / Umur

: Ny. N / 35 tahun

b. No. register

: PKM Gn. Alam

c. Status kepegawaian : d. Status sosial

: Ibu dari 4 orang anak


25

2.5.2 Data Demografis


a. Alamat

: Sido Urip

b. Agama

: Islam

c. Suku

: Jawa

d. Pekerjaan

: IRT

e. Bahasa Ibu

: Jawa

f. Jenis Kelamin

: Perempuan

2.5.3 Data Biologik


a. Tinggi Badan

: 157 cm

b. Berat Badan

: 64 kg

c. Habitus

: Overweight

2.5.4 Data Klinis


a. Anamnesis
Keluhan Utama :
Tubektomi yang pemakaian per 3 bulan

Riwayat Penyakit Sekarang :


-

Pasien ingin suntik kb per 3 bulan, terakhir suntik pada awal bulan Juni.

Pasien tidak pernah berhenti menggunakan kb suntik sejak 7 tahun yang lalu.

Pasien telah mempunyai 4 orang anak, dengan anak yang terkecil berusia 7
tahun.

Menstruasi pasien datang sangat tidak lancar dan sangat sedikit. Terakhir
menstruasi bulan juli dan hanya 1 hari.

Pasien merasakan berat badan semakin bertambah dari sebelumnya.

Pasien mengatakan sejauh ini tidak ada keinginan untuk hamil lagi

Riwayat Penyakit Dahulu


-

Tidak menderita penyakit menular seksual, keputihan, kelainan pembekuan


darah, hipertensi, diabetes melitus, hipertiroid dan metabolik lainnya

26

Tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makanan, benda, maupun obatobatan.

Riwayat Penyakit Keluarga


-

Tidak ada riwayat keluarga menderita kelainan pembekuan darah, hipertensi,


diabetes melitus, hipertiroid dan metabolik lainnya.

b. Pemeriksaan Jasmani
Tanda Vital :
- Kesadaran

: compos mentis

- TD

: 120/70 mmHg

- Nadi

: 76 x/menit

- Nafas

: 20 x/menit

- Suhu

: 36,8 0C

Status Generalisata :
Kulit

: Sawo matang, turgor baik, eritema maupun jaringan parut tidak


ada

Kepala

: Bentuk simetris, rambut hitam tidak mudah dicabut

Mata

: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor,


diameter pupil 2 mm, refleks cahaya +/+, mata cekung

THT

: Status lokalis

Leher

: Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Dada
Paru

:
I : normochest, simetris kiri kanan, retraksi dinding dada tidak ada
Pa : fremitus kiri=kanan
Pe : sonor
A : napas vesikuler, Rh -/-, Wh -/-

Jantung I : Iktus tidak terlihat


Pa : Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Pe : batas jantung dalam batas normal

27

A : Bunyi jantung murni, irama teratur, bising tidak ada


Abdomen I : sedikit membuncit
Pa : supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan epigastrium tidak
ada, uterus tidak teraba.
Pe : timpani
A : Bising Usus (+) normal
Ekstremitas : akral hangat, refilling kapiler baik, reflek fisiologis +/+, reflek
patologis -/-

2.5.5 Pemeriksaan Penunjang


Anjuran Pemeriksaan Penunjang : -

2.5.6 Diagnosis
Akseptor hormonal injeksi 3 bulan + multipara + overweight

2.5.7 Diagnosa Banding: -

28

BAB III
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

3.1 METODE PENYULUHAN


Metode penyuluhan yang dilakukan adalah metode penyuluhan kelompok, sasaran
utama yakni pasien sebagai akseptor dan suami pasien.

3.2 INTERVENSI
Penatalaksanaan pada pasien ini yakni dengan pemberian kontrasepsi suntik per 3 bulan.
Dan menganjurkan kepada pasien dan suami untuk berpindah dari KB suntikan ke tubektomi.
Memberikan penjelasan kepada pasien dan suami hal- hal mengenai efek pemakaian
jangka lama dari kontrasepsi hormonal, dan kelebihan dari tubektomi. Menjelaskan mengenai
tubektomi.

29

BAB IV
PELAKSANAAN

30

BAB V
MONITORING DAN EVALUASI

5.1 Strategi Penanganan Masalah

Telah dilaporkan seorang pasien perempuan berusia 35 tahun datang berobat ke


puskesmas Gunung Alam dengan diagnosis Akseptor hormonal injeksi per 3 bulan +
Multipara + overweight. Diagnosis ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Dari anamnesis didapatkan pasien telah mendapatkan KB suntik hormonal sejak 7
tahun yang lalu setelah lahir anak terkecil. Pasien selalu kontrol untuk suntikan ke puskesmas
dan bidan. Pasien telah mempunyai 4 orang anak. Haid tidak lancar, sedikit dan hanya
sebentar. Pasien tidak mempunyai riwayat alergi, penyakit menular seksual,kelainan darah
dan metabolik.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien tidak anemia, tidak ada kelainan pada
jantung, paru dan genitalia. Pasien tidak dalam keadaan hamil , berat tubuh paaien tergolong
overweight.
Pengobatan yang diberikan di Puskesmas Gunung Alam adalah penyuntikan kb
hormonal 3 bulan sesuai tanggal pemberian yang terakhir. Menilai lagi KB yang cocok dan
dibutuhkan oleh akseptor. Menganjurkan aseptor untuk berpindah dari KB hormonal menjadi
tubektomi. Memberi penjelasan mengenai tubektomi kepada akseptor dan suami.
Manajemen
Preventif

Kontrol secara teratur ke tenaga kesehatan sehubungan dengan pemakaian


kontrasepsi

Melakukan hubungan pasutri secara aman dan sehat

Promotif

Menjelaskan kepada pasien dan suami mengenai KB dan alat kontrasepsi

Menjelaskan mengenai efek pemakian KB hormonal jangka panjang

31

Membicarakan kontrasepsi yang cocok untuk pasien

Menjelaskan mengenai tubektomi terutama kelebihan dan kekurangannya

Kuratif (resep) :
Pemberian injeksi KB hormonal 3 bulan secara IM

Rehabilitatif

Kontrol teratur ke puskesmas per 3 bulan selama masih menggunakan KB suntik


3 bulan.

5.2 Evauasi
Datang kembali ke puskesmas 3 bulan mendatang dan mengganti cara kontrasepsi
menjadi tubektomi

32

DAFTAR PUSTAKA

1.

Saifuddin A B. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi kedua. Jakarta;


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2006.

2.

Wiknjosastro H. Ilmu Kandungan. Edisi kedua cetakan ketiga. Jakarta; Yayasan


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2002

3.

Cunningham F G, Gant NF. Williams Obstetri. Edisi ke-21.Volume 2. Jakarta;


Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006

4.

Saifuddin A B. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Edisi pertama.cetakan


kedua. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2001

5.

Sarwono. Kontrasepsi; Dalam Ilmu Kandungan. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka


sarwono; 2002.

6.

Lesnewski R, Prine L Initiating Hormonal Contraception


www.aafp.org/afp

accessed from

7.

L. Lawiener. 2008. Postpartum Contraception accessed from. United of Children.


http://www.reproline.jhu.edu/english/6read/6multi/pg/ppc1.htm#Introduction

33

Anda mungkin juga menyukai