Anda di halaman 1dari 40

Kelas : 4K

Kelompok : 2

Definisi

Kata epilepsi berasal dari bahasa Yunani


(Epilepsia) yang berarti serangan.
Epilepsi adalah gangguan saraf yang timbul secara
tiba-tiba dan berkala biasanya disertai perubahan
kesadaran.


Penyakit epilepsi merupakan penyakit yang dapat terjadi
pada siapa pun walaupun dari garis keturunan tidak ada
yang pernah mengalami epilepsi. Epilepsi tidak bisa
menular ke orang lain karena hanya merupakan gangguan
otak yang tidak dipicu oleh suatu kuman virus dan bakteri.
Dengan pengobatan secara medis baik dokter maupun
rumah sakit bisa membantu penderita epilepsi untuk
mengurangi serangan epilepsi maupun menyembuhkan
secara penuh epilepsi yang diderita seseorang.

Penyebab Epilepsi

Penyebab penyakit epilepsi cukup beragam, namun pada


umumnya gangguan pada aktivitas normal dalam neuron dapat
menyebabkan epilepsi. Penyebabnya bisa saja gangguan kecil
atau perkembangan otak yang tidak normal pada anak. Namun
dalam beberapa kasus, epilepsi terjadi karena mengalami
stroke, tumor, kista, dan pendarahan pada otak. Adapun
penyebab lainnya, diantaranya :
1. Perubahan kimia dalam otak.
2. Penyakit turunan, berasal dari genetika.
3. Gangguan fisik dan mental.
4. Cedera pada kepala ketika mengalami kecelakaan.
5. Luka pada masa kehamilan.
6. Pengaruh lingkungan.

Jenis jenis Epilepsi

1.

2.

Epilepsi umum
Epilepsi grand mal
Epilepsi petit mal
Spasme infantil
Epilepsi parsial
Bangkitan parsial sederhana
Bangkitan parsial kompleks
Bangkitan parsial yang berkembang menjadi bangkitan
parsial umum
3. Epilepsi lain
Kejang demam status epileptikus.

Epilepsi Umum :
1. Epilepsi Grand Mal

Adalah epilepsi yang terjadi secara mendadak, di


mana penderitanya hilang kesadaran lalu kejangkejang dengan napas berbunyi ngorok dan
mengeluarkan buih/busa dari mulut.
Merupakan bentuk paling banyak terjadi
Pasien tiba-tiba jatuh, kejang, nafas terengah-engah,
keluar air liur
Bisa terjadi sianosis, ngompol, atau menggigit lidah
Terjadi beberapa menit, kemudian diikuti lemah,
kebingungan, sakit kepala atau tidur

2. Epilepsi Petit Mal

Adalah epilepsi yang menyebabkan gangguan kesadaran


secara tiba-tiba, di mana seseorang menjadi seperti
bengong tidak sadar tanpa reaksi apa-apa, dan setelah
beberapa saat bisa kembali normal melakukan aktivitas
semula.
Jenis yang jarang
Umumnya hanya terjadi pada masa anak-anak atau awal
remaja
Penderita tiba-tiba melotot, atau matanya berkedip-kedip,
dengan kepala terkulai
Kejadiannya cuma beberapa detik, dan bahkan sering
tidak disadari

3. Spasme Infantil

Spasme infantil (SI) merupakan salah satu bentuk


sindrom epilepsi pada bayi yang bersifat katastropik,
terjadi antara usia 3 bulan sampai 1 tahun.
Secara klinis SI ditandai dengan kejang berupa
spasme simetris pada leher, batang tubuh dan
ekstremitas secara mendadak dan berlangsung
singkat .

Epilepsi Parsial :
1. Bangkitan Parsial Sederhana

Adalah epilepsi yang tidak disertai hilang kesadaran


dengan gejala kejang-kejang, rasa kesemutan atau rasa
kebal di suatu tempat yang berlangsung dalam hitungan
menit atau jam.
Dapat menyebabkan gejala-gejala motorik, sensorik,
otonom, dan psikis tergantung korteks serebri yang
aktivasi, namun kesadaran tidak terganggu, cetusan
listrik abnormal minimal pasien masih sadar.
Ciri ciri :
Pasien tidak kehilangan kesadaran
Terjadi sentakan-sentakan pada bagian tertentu dari
tubuh

2. Bangkitan Parsial Kompleks

Adalah epilepsi yang disertai gangguan kesadaran yang


dimulai dengan gejala parsialis sederhana namun
ditambah dengan halusinasi, terganggunya daya ingat,
seperti bermimpi, kosong pikiran, dan lain sebagainya.
Biasanya terjadi pada lobus temporal karena lobus ini
rentan terhadap hipoksia/infeksi.
Keadaan klinis: perubahan kesadaran, automatisme,
kemudian pasien akan sadar kembali lalu menjadi lelah.
pasien melakukan gerakan-gerakan tak terkendali:
gerakan mengunyah, meringis, dll tanpa kesadaran

Bangkitan Lain :

Kejang demam neonatus, merupakan kejang demam

pada anak usia 6 bulan 5 tahun tanpa disertai kelainan


neurologis, bersifat umum dan singkat (< 15 menit),
terjadi bersamaan dengan demam, hanya terjadi 1 kali

dalam 24 jam. Anak anak dengan infeksi susunan saraf


pusat atau kejang tanpa demam sebelumnya tidak dapat
disebut kejang demam.

Lanjutan

Status epileptikus, merupakan bangkitan yang terjadi

berulang ulang. Ada beberapa jenis status epileptikus,


tapi yang paling sering adalah jenis status epileptikus
umum, tomik klonik (grand mal). Dapat disebabkan

oleh penghentian terapi secara mendadak, terapi yang


tidak memadai, penyakit penyakit dalam otak (
ensefalitis, tumor dalam otak, kelainan serebrovaskular),

keracunan alcohol, kehamilan.

Mekanisme Dasar Bangkitan


Parsial

1. Fase inisiasi
Terdiri atas letupan potensial aksi
frekuensi tinggi yang melibatkan peranan
kanal ion Ca++ dan Na+ serata
hiperpolarisasi / hipersinkronisasi yang
dimediasi oleh reseptor GABA atau kanal
ion K+.

Lanjutan

2. Fase Propagasi
Fase propagasi dalam keadaan normal, penyebaran
depolarisasi akan dihambat oleh neuron neuron inhibisi
di sekitarnya yang mengadakan hiperpolarisasi. Namun
pada fase propagasi terjadi peningkatan K+ intrasel (yang
mendepolarisasi neuron di sekitarnya), akumulasi Ca++
pada ujung akhir pre sinaps (meningkatkan pelepasan
neurotransmitter), serta menginduksi reseptor eksitasi
NMDA dan meningkatkan ion Ca++ sehingga tidak terjadi
inhibisi oleh neuron neuron di sekitarnya. Kemudian akan
dilanjutkan dengan penyebaran dari korteks hingga spinal,
sehingga dapat menyebabkan epilepsi umum / epilepsi
sekunder.

Mekanisme terjadinya bangkitan


epilepsi

Epilepsi primer
Adanya cetusan listrik di fokal korteks
Cetusan listrik tersebut akan melampaui ambang inhibisi neuron
disekitarnya
Kemudian menyebar melalui hubungan sinaps kortiko-kortikal.
Lalu cetusan korteks tersebut menyebar ke korteks kontralateral
melalui jalur hemisfer, dan jalur nukleus subkorteks.
Aktivasi subkorteks akan diteruskan kembali ke fokus korteks
asalnya sehingga akan meningkatkan aktivitas eksitasi dan
terjadi penyebaran cetusan listrik ke neuron-neuron spinal
melalui jalur kortikospinal sehingga menyebabkan kejang.
Terjadi kelelahan setelah epilepsi.

Mekanisme Kerja Obat Anti


Epilepsi

obat antiepilepsi

Pada prinsipnya
bekerja untuk
menghambat proses inisiasi dan penyebaran kejang.
Namun, obat antiepilepsi lebih cenderung bersifat
membatasi proses penyebaran kejang daripada mencegah
proses inisiasi.
Dengan demikian, ada dua mekanisme kerja, yakni :
1. Peningkatan inhibisi
2. Penurunan eksitasi yang kemudian memodifikasi konduksi
ion Na, Ca, K, dan Cl

Aktivitas Neurotransmitter
1.

2.

3.

4.

Inhibisi kanal Na+ pada membran sel akson


Mis : fenitoin dan karbamazepin (dosis terapi)
fenobarbital dan asam valproat (dosis tinggi)
lamotrigin, topiramat, zonisamid.
Inhibisi kanal Ca2+ tipe T pada neuron talamus
Mis : etosuksimid, asam valproat, dan clonazepam.
Peningkatan inhibisi GABA
Langsung pada kompleks GABA dan kompleks Cl-, mis :
benzodiazopin, barbiturat.
Menghambat degradasi GABA, mis : tiagabin, vigabatrin,
gabapentin, dan asam valproat.
Penurunan eksitasi glutamat, yakni melalui :
Blok reseptor NMDA, mis : lamotrigin
Blok reseptor AMPA, mis : fenobarbital, topiramat

Cara Kerja
Memperkuat efek GABA : Valproat dan vigabatrin bersifat
menghambat perombakan GABA oleh transaminase, sehingga
kadarnya meningkat dan neurotransmisi lebih diperlammbat. Juga
topiramat bekerja menurut prinsip memperkuat GABA, sedangkan
lamotiigrin meningkatkan kadar GABA. Fenobarbital juga menstimulir
pelepasannya.
Menghambat kerja aspartat dan glutamat : Kedua asam amino ini
adalah neurotransmiter yang merangsang neuron dan menimbulkan
serangan epilepsi. Pembebasannya ini menghambat oleh lamotigrin,
juga oleh valproat, karbamazepin, dan fenitoin.
Memblokir saluran-ssaluran (channel) Na, K, dan Ca yang berperan
penting pada timbul dan perbanyakannya muatan listrik. Contohnya
adalah etosuksimida, valproat, karbamazepin, okskarbazepin, fenitoin,
lamotigrin, preglabarin dan topiramat.
Meningkatkan ambang serangan dengan jalan menstabilkan membran
sel, antara lain felbamat.
Mencegah timbulnya pelepasan muatan listrik abnormal di pangkalnya
(focus) dalam SSP, yaitu fenobarbital dan klonazepam.
Menghindari menjalarnya hiperaktivitas (muatan listrik) tersebut pada
neuron otak lainnya, seperti klonazepam dan fenitoin.

Golongan Hindatoin

Adalah obat utama yang digunakan pada hampir


semua jenis epilepsi, contoh fenitoin.
FENITOIN
Mekanisme kerja fenitoin : menghambat kanal
sodium(Na+)
yang
mengakibatkan
influk
(pemasukan) ion Na+ kedalam membransel
berkurang, dan menghambat terjadinya potensial
aksi oleh depolarisasiterus-menerus pada neuron

Lanjutan

Dosis : awal penggunaan fenitoin : 5 mg/kg/hari ;


dosis pemeliharaan : 20 mg/kg/hari tiap 6jam
Efek Samping : depresi pada SSP, sehingga
mengakibatkanlemah,
kelelahan
gangguan
penglihatan
(penglihatan
berganda),disfungsi
korteks dan mengantuk. Pemberian fenitoin dosis
tinggidapat menyebabkan gangguan keseimbangan
tubuh dan nystagmus. Salah satu efek samping
kronis yang mungkin terjadiadalah gingival
hyperplasia (pembesaran pada gusi).

Golongan Barbiturat

sangat efektif sebagai anti konvulsi, paling sering digunakan


karena paling murah terutama digunakan pada serangan
grand mal. Biasanya untuk pemakaian lama dikombinasi
dengan kofein atau efedrin guna melawan efek hipnotiknya.
Tetapi tidak dapat digunakan pada jenis petit mal karena
dapat memperburuk kondisi penderita. Contoh fenobarbital.
FENOBARBITAL
MK : menurunkan konduktan Na dan K sertamenurunkan
influks kalsium,maka memiliki efek langsung terhadap
reseptor GABA. Aktivasi reseptor barbiturat akan
meningkatkan durasi pembukaanreseptor GABA serta
meningkatkan konduktan post-sinap klorida

Lanjutan

Dosis : dosis awal penggunaan fenobarbital 1-3


mg/kg/hari dandosis pemeliharaan 10-20 mg/kg
1kali sehari.
Efek samping : gangguan SSP, kelelahan,
mengantuk, sedasi,kemerahan kulit dan Stevenjohnson syndrome serta depresi.Penggunaan
fenobarbital
pada
anak-anak
dapat
menyebabkanhiperaktivitas.

Golongan Dioksibarbiturat

PRIMIDON
MK : Primidon mempunyai efek penurunan pada
neuron eksitatori. Efek anti kejang primidon hampir
sama dengan fenobarbital, namun kurang poten.
Didalam tubuh primidon dirubah menjadi
metabolit
aktif
yaitu
fenobarbital
dan
feniletilmalonamid (PEMA)
Dosis : Dosis primidon 100-125 mg 3 kali sehari.
Efek samping : pusing, mengantuk, kehilangan
keseimbangan, perubahan perilaku, kemerahan
dikulit, dan impotensi.

Golongan Iminostilben

KARBAMAZEPIN
MK : karbamazepin menghambat kanal Na+,yang
mengakibatkan influk (pemasukan) ion Na+ kedalam
membran selberkurang dan menghambat terjadinya
potensial aksi oleh depolarisasiterus-menerus pada neuron.
Dosis : pada anak dengan usia kurang dari 6 tahun 10-20
mg/kg 3 kali sehari, anak usia 6-12 tahun dosis awal 200 mg
2 kalisehari dan dosis pemeliharaan 400-800 mg. Anak usia
lebih dari12 tahun dan dewasa 400 mg 2 kali sehari
Efek samping : gangguan penglihatan (penglihatan
berganda),pusing, lemah, mengantuk, mual, goyah (tidak
dapat berdiritegak) dan Hyponatremia

Lanjutan

OKSKARBAZEPIN
MK : Okskarbazepin digunakan untuk pengobatan
kejang parsial.Mekanisme aksi okskarbazepin mirip
dengan mekanisme kerjakarbamazepin
Dosis : anak usia 4-16 tahun 8-10mg/kg 2 kali sehari
sedangkan pada dewasa, 300 mg 2 kali sehari
Efek samping : pusing, mual, muntah, sakit kepala,
diare, konstipasi, dispepsia, ketidak seimbangan
tubuh, dan kecemasan.

Golongan Suksimid

ETOSUKSIMID
MK : menghambat pada kanal Ca2+ tipe T. Talamus
berperan dalam pembentukan ritme sentakan yang
diperantarai oleh ion Ca2+ tipe T pada kejang absens,
sehingga penghambatan padakanal tersebut akan
mengurangi sentakan pada kejang absens.
Dosis : anak usia 3-6 tahun 250 mg/hari untuk dosis awal
dan 20mg/kg/hari untuk dosis pemeliharaan. Pada anak
dengan usialebih dari 6 tahun dan dewasa 500 mg/hari
Efek samping : mual, muntah, ketidakseimbangan
tubuh,mengantuk, gangguan pencernaan, goyah (tidak
dapat berdiritegak), pusing dan cegukan.

Asam Valproat

Asam valproat merupakan pilihan pertama untuk terapi


kejang parsial,kejang absens, kejang mioklonik, dan kejang
tonik-klonik.
MK : meningkatkan GABA dengan menghambatdegradasi
nya atau mengaktivasi sintesis GABA. Asam valproat
jugaberpotensi terhadap respon GABA post sinaptik yang
langsung menstabilkanmembran serta mempengaruhi kanal
kalium.
Dosis : penggunaan asam valproat 10-15 mg/kg/hari.
Efek samping : gangguan pencernaan (>20%), termasuk
mual,muntah, anorexia, peningkatan berat badan, pusing,
gangguankeseimbangan tubuh, tremor, dan kebotakan.

Golongan Benzodiazepin

Benzodiazepin digunakan dalam terapi kejang.


Benzodiazepinmerupakan
agonis
GABA,
sehingga
aktivasi
reseptor
benzodiazepin
akanmeningkatkan
frekuensi
pembukaan
reseptor GABA

Lanjutan

MK : Efek farmakologi benzodiazepine merupakan akibat aksi


gamma-aminobutyric acid (GABA) sebagai neurotransmitter
penghambat di otak. Benzodiazepine tidak mengaktifkan
reseptor GABA A melainkan meningkatkan kepekaan reseptor
GABA A terhadap neurotransmitter penghambat sehingga kanal
klorida terbuka dan terjadi hiperpolarisasi sinaptik membran sel
dan mendorong post sinaptik membran sel tidak dapat
dieksitasi. BDZs tidak menggantikan GABA, yang mengikat
pada alpha sub-unit, tetapi meningkatkan frekuensi pembukaan
saluran yang mengarah ke peningkatan konduktansi ion
klorida dan penghambatan potensial aksi. Hal ini menghasilkan
efek anxiolisis, sedasi, amnesia retrograde, potensiasi alkohol,
antikonvulsi dan relaksasi otot skeletal.

Lanjutan

Dosis : anak usia 2-5 tahun 0,5 mg/kg, anak usia 611 tahun 0,3mg/kg, anak usia 12 tahun atau lebih 0,2
mg/kg, dan dewasa 4-40 mg/hari.
Efek samping : cemas, kehilangan kesadaran,
pusing, depresi,mengantuk, kemerahan dikulit,
konstipasi, dan mual

Obat Anti Epilepsi lain

GABAPENTIN
MK : Gabapentin merupakan obat pilihan kedua untuk
penanganan
parsialepilepsi
walaupun
kegunaan
utamanya adalah untuk pengobatan nyerineuropati.
Gabapentin dapat meningkatkan pelepasan GABA
nonvesikelmelalui mekanisme yang belum diketahui.
Gabapentin mengikat proteinpada membran korteks
saluran
Ca2+
tipe
L.
Namun
gabapentin
tidakmempengaruhi arus Ca2+ pada saluran Ca2+ tipe T,
N, atau L. Gabapentintidak selalu mengurangi
perangsangan potensial aksi berulang terus-menerus.

Lanjutan

Dosis : anak usia 3-4 tahun 40 mg/kg 3 kali sehari,


anak usia 5-12 tahun 25-35 mg/kg 3 kali sehari, anak
usia 12 tahun ataulebih dan dewasa 300 mg 3 kali
sehari.
Efek samping : pusing, kelelahan, mengantuk,
danketidakseimbangan tubuh serta mengalami
peningkatan beratbadan

Lanjutan

LAMOTRIGIN
MK : blokade kanal Na,menghambat aktivasi arus Ca2+
serta memblok pelepasan eksitasineurotransmiter asam
amino seperti glutamat dan aspartat
Dosis : 25-50 mg/hari.
Efek samping : gangguan penglihatan (penglihatan
berganda),sakit kepala, pusing, goyah (tidak dapat
berdiri
tegak),kemerahan
kulit
terutama
pada
penggunaan awal terapi 3-4minggu dan Stevens-Johnson
syndrome

Lanjutan

LEVETIRASETAM
MK : Levetirasetam digunakan dalam terapi kejang parsial,
kejang absens,kejang mioklonik, kejang tonik-klonik.
Mekanisme levetirasetam dalammengobati epilepsi belum
diketahui. Namun pada suatu studi penelitiandisimpulkan
levetirasetam dapat menghambat kanal Ca2+ tipe N
danmengikat protein sinaptik yang menyebabkan
penurunan eksitatori (ataumeningkatkan inhibitori)
Dosis : 500-1000 mg 2 kali sehari.
Efek samping : sedasi, gangguan perilaku, dan efek pada
SSP

Lanjutan

TOPIRAMAT
MK : Topiramat mengobatikejang dengan menghambat
kanal sodium (Na+), meningkatkan aktivitasGABAA,
antagonis reseptor glutamat AMPA/kainate, dan
menghambatkarbonat anhidrase yang lemah .
Dosis : 25-50 mg 2 kali sehari.
Efek samping : keseimbangan tubuh, sulit berkonsentrasi,
sulitmengingat, pusing, kelelahan, paresthesias (rasa tidak
enak atauabnormal), anorexia dan penurunan berat badan.

Lanjutan

TIAGABIN
MK : Tiagabin digunakan untuk terapi kejang
parsial pada dewasa dan anak16 tahun. Tiagabin
meningkatkan aktivitas GABA, antagonis neuron
ataumenghambat reuptake GABA.
Dosis : 4 mg 1-2 kali sehari.
Efek samping : pusing, asthenia (kekurangan atau
kehilanganenergi), kecemasan, tremor, diare dan
depresi

Lanjutan

FELBAMAT
Felbamat bukan merupakan pilihan pertama untuk terapi
kejang,felbamat hanya digunakan bila terapi sebelumnya
tidak efektif dan pasienepilepsi berat yang mempunyai
resiko anemia aplastik.
MK : felbamat menghambat kerja NMDA dan
meningkatkan respon GABA.
Dosis : anak usia lebih dari 14 tahun dan dewasa 1200 mg
3-4kali sehari.
Efek samping : anorexia, mual, muntah, gangguan tidur,
sakitkepala dan penurunan berat badan.

Lanjutan

ZONISAMID
Zonisamid sebagai terapi tambahan kejang parsial
pada anak lebihdari 16 tahun dan dewasa.
MK : zonisamid adalah denganmenghambat kanal
kalsium (Ca2+) tipe T.
Dosis : 100 mg 2 kali sehari.
Efek samping : mengantuk, pusing, anorexia, sakit
kepala, mual,dan agitasi

Anda mungkin juga menyukai