Sig Dwi Novia Sari
Sig Dwi Novia Sari
Oleh:
Nama
NIM
: 125040201111279
Kelas
: M (AA)
lebih
akurat
tentang
ketersediaan
sumber
daya
pertanian
dan
karakteristiknya seperti sebaran dan luas lahan sawah, informasi kondisi tanaman
padi dalam waktu yang singkat untuk lahan pertanian yang luas, potensi produksi,
kerawanannya terhadap pengaruh iklim atau bencana kekeringan, dan pendugaan
produksi yang akan dipanen.
B. Aplikasi GIS untuk penilaian resiko usaha pertanian
Dalam
proyek-proyek
pembangunan,
tujuan
utama
VCA
adalah
dan rumah tangga). VCA dapat menjalankan berbagai macam fungsi: pencakupan
(scoping) atau penyaringan (sreening), rancangan program dan proyek, riset,
penelitian acuan data, dan pemantauan serta evaluasi. Meskipun terdapat
pengakuan yang semakin besar akan nilainya, VCA masih belum secara
sistematis menjadi faktor dalam proses-proses perencanaan proyek pembangunan,
ataupun bahkan ke dalam pengkajian risiko.
Perangkat-perangkat
perencanaan
proyek
pembangunan
yang
lain,
misalnya, analisis sosial dan pengkajian dampak sosial, dan terutama pendekatanpendekatan penghidupan yang berkelanjutan, menjawab masalah-masalah yang
sama. Perangkat yang lain mungkin menggunakan metode pengumpulan dan
pengkajian data yang sama; hasil yang diperoleh dapat diumpanbalikkan ke
dalam VCA dan, pada gilirannya mereka juga bisa menggunakan temuan-temuan
VCA.
Banyak metode VCA yang telah dikembangkan. Para akademisi dan
praktisi dari berbagai disiplin ilmu menggunakan beragam konsep dan definisi
kerentanan, yang mengarah pada metode pengkajian yang berbeda dan juga fokus
pada aspek kerentanan dan risiko yang berbeda.
C. Aplikasi GIS untuk kegiatan pengendalian hama dan penyakit tanaman
Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi spasial, PT. Astra Agro
Lestari Tbk telah melakukan pengambilan data spasial dari foto udara dan satelit
Ikonos yang belum dimanfaatkan dan diintegrasikan dengan sistem informasi
yang ada. Sebagai perusahaan swasta nasional yang cukup besar, PT Astra Agro
Lestari Tbk membutuhkan pengembangan sistem informasi yang handal
danterintegrasi yang dapat menunjang kegiatan operasional untuk meningkatkan
kinerja pengelolaan perkebunannya. Untuk mewujudkan hal ini, maka
membutuhkan pengembangan sistem informasi yang berbasis data spasial atau
yang lebih dikenal dengan sistem informasi geografis. Ruang lingkup penelitian
dibatasi pada beberapa aspek informasi pengelolaan perkebunan yaitu informasi
panen tandan buah segar harian, infformasi kegiatan pemupukan, informasi hama
dan penyakit tanaman, serta informasi infrastruktur perkebunan seperti bangunan,
jalan angkutan, dan jembatan.
Dalam proses pengembangan sistem informasi geografis ini digunakan
pendekatan metoda System Development Life Cycle (SDLC) yang dimodifikasi
dan
dikombinasikan
dengan
Rapid
Application
Development
(RAD)
pada
sistem
pengelolaan
pertanian
untuk
mengidentifikasi,
diperolehnya hasil yang lebih besar dengan tingkat masukan yang sama (pupuk,
kapur, herbisida, insektisida, fungisida, bibit), hasil yang sama dengan
pengurangan input, atau hasil lebih besar dengan pengurangan masukan
dibanding sistem produksi pertanian yang lain. PF mempunyai banyak tantangan
sebagai sistem produksi tanaman sehingga memerlukan banyak teknologi yang
harus dikembangkan agar dapat diadopsi oleh petani. PF merupakan revolusi
dalam pengelolaan sumber daya alam berbasis teknologi informasi.
PF sebagai teknologi baru yang sudah demikian berkembang di luar
Indonesia perlu segera dimulai penelitiannya di Indonesia untuk memungkinkan
perlakuan yang lebih teliti terhadap setiap bagian lahan sehingga dapat
meningkatkan produktivitas dengan meningkatkan hasil, menekan biaya produksi
dan mengurangi dampak lingkungan. Maksud tersebut dapat dicapai dengan PF
melalui kegiatan pembuatan peta hasil (yield map), peta tanah (soil map), peta
pertumbuhan (growth map), peta informasi lahan (field information map),
penentuan laju aplikasi (variable rate application), pembuatan yield sensor,
pembuatan variable rate applicator, dan lain-lain. Penggabungan peta hasil, peta
tanah, peta pertumbuhan tanaman menghasilkan peta informasi lahan (field
information map) sebagai dasar perlakuan yang sesuai dengan kebutuhan spesifik
lokasi yaitu dengan diperolehnya variable rate application. Pelaksanaan kegiatan
ini akan lebih cepat dan akurat apabila sudah tersedia variable rate applicator.
Sebagai awal dari pengkajian PF di Indonesia, penelitian ini belum sampai
pada pembuatan perangkat keras seperti yield sensor, remote sensor, variable
rate applicator, dan lain-lain. Di samping itu penelitian tidak dilakukan pada
semua bagian kegiatan budidaya dan jenis tanaman. Penelitian ini dilakukan pada
kegiatan pemupukan dan jenis tanaman tebu.
F. Aplikasi GIS untuk pengelolaan sumberdaya air
Perencanaan dan pengelolaan sumberdaya air yang baik mutlak diperlukan
untuk menjaga kelestariannya. Untuk itu dipelukan informasi yang memadai yang
bisa digunakan oleh pengambil keputusan, termasuk diantaranya informasi
spasial. Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan teknologi spasial yang
sedang berkembang saat ini. Sebagaian besar aplikasi SIG untuk pengelolaan
sumberdaya
air
masih
sangat
kurang di
negara
Indonesia
meskipun
Salah satu kelebihan piranti lunak ini adalah pengguna dapat menentukan kelas
lereng secara fleksibel sesuai peruntukannya. Hal ini dikarenakan format data
yang digunakan sebagai bahan analisa adalah format grid. Selanjutnya data ini
harus dikonversi kembali ke format vektor agar dapat dianalisa bersamaan dengan
data-data atau pemodelan spasial.
2. Penjelasan aplikasi GIS, pada sistem pertanian yang bagaimana penerapkan
GIS tersebut dilakukan, macam data spatial apa saja yang dibutuhkan dalam
menyusun contoh tersebut, bagaimana manfaat penerapan GIS tersebut dalam
menjalankan sistem pertanian.
A.
B.
data
dengan
menggunakan
serangkaian
metode
mencakup 9 lapisan data grafis (layer). Layer-layer tersebut telah dianalisis sesuai
dengan kebutuhan data untuk mengembangkan prioritas aplikasi SIG.
Basis data atribut (non spasial) dirancang untuk menata dan menyimpan
data sistem informasi yang berkaitan dengan kebutuhan informasi pengguna yang
terdiri dari berbagai devisi di PT Astra Agro Lestari yaitu : Divisi tanaman, Divisi
tanah dan pemupukan, Divisi Hama dan Penyakit Tanaman, dan Divisi Teknik.
Basis data atribut dirancang sesuai dengan kebutuhan masing-masing divisi yang
terkait, dengan memperhatikan identifier yang unik sebagai kunci untuk
hubungan relasi dengan tabel-tabel atribut yang lain maupun dengan Feature
Atribute Table (FAT) data spasial yang bersangkutan.
Pengembangan prototipe sistem informasi geografis mengintegrasikan
data spasial dengan data kegiatan operasional perkebunan yang sebelumnya
ditangani oleh sistem informasi yang ada. Prototipe sistem informasi geografis
dibangun dengan perangkat lunak Arc/Info, ArcView dan bahasa pemrograman
Avenue. Pada prototipe sistem informasi geografis terdapat menu-menu serta
button untuk memproses data menjadi produk informasi dasar, panen,
pemumpukan, hama dan penyakit, serta infrastruktur perkebunan. Sistem
informasi geografis dilengkapi dengan tools untuk berinteraksi dengan peta
digital yang ditampilkan pada area peta.
Areal perkebunan kelapa sawit ditata menjadi beberapa afdeling dan blok
tanam untuk mempermudah pengelolaan dan pengawasan kegiatan operasional
perkebunan. Selanjutnya terdapat menu yang berfungsi untuk memantau hasil
infeksi hama dan penyakit tanaman kelapa sawit pada seluruh areal perkebunan.
Informasi serangan hama dan penyakit untuk jenis tertentu pada satu bulan
inspeksi terdiri dari : nama blok tanam, tanggal inffeksi pada bulan yang dipilih,
jumlah sampel pohon kelapa sawit, jumlah pohon yang terserang, intensitas
serangan, kategori serangan, dan luas areal blok yang terserang hama atau
penyakit. Blok-blok yang telah terserang hama atau penyakit tanaman tertentu
dapat diperlihatkan pada area peta dengan warna berlainan untuk setiap kategori
serangan (berat, sedang, atau ringan). Informasi serangan hama/penyakit ini
digunakan oleh divisi Hama & Penyakit Tanaman (HPT) sebagai dasar untuk
pengendalian hama/penyakit yang berkategori sedang dan berat dengan perlakuan
khusus sesuai dengan kondisi serangan.
(OT), (2) Fase Vegetative (V), (3) Fase Generative (G), dan Fase Panen (P).
Survai dilakukan oleh para Mantri Tani dan PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan)
yang telah dilatih untuk menjadi surveyor pemetaan. Hasil-hasil survai pemetaan
lapangan terhadap segmen terpilih, kemudian dikonversi menjadi peta digital
melalui penyekenan dan digitasi. Ekstraksi data luasan setiap fase pertumbuhan
padi di masing-masing sampel segmen diperoleh dari peta digital tersebut.
GIS merupakan alat untuk mengembangkan pengelolaan berbagai layer
informasi yang berbeda. Saat menganalisis antar layer, perlu diperhatikan untuk
menghindari jumlah terlalu besar bagi poligon-poligon kecil berisi informasi yang
salah. Visual interpretation photo satelit beresolusi tinggi dengan dibantu peta
topografi atau peta penggunaan lahan adalah sistem yang paling banyak
digunakan untuk stratifikasi. Pendekatan ini sudah digunakan oleh beberapa
negara dalam kaitannya dengan MARS (Monitoring Agriculture by Remote
Sensing) Project5). Informasi yang diperoleh dari hasil klasifikasi citra beresolusi
tinggi atau dari citra beresolusi rendah (AVHRR, Resurs, dll) dapat digunakan
untuk stratifikasi, namun belum digunakan dalam MERA 92.
Tahap awal untuk seleksi sampel adalah menentukan kerangkanya agar
dapat digunakan untuk menentukan elemen-elemen suatu populasi, dimana suatu
sampel dapat dideskripsikan untuk mengestimasi karakter tertentu dari populasi
secara keseluruhan. Metoda Systematic Aligned Radom Sampling dengan
menggunakan ambang jarak (threshold) akan diaplikasikan untuk mengekstraksi
sample segmen. Daerah studi area yang sudah dibagi kedalam blokblok
berukuran 10 km x 10 km kemudian dibagi lagi menjadi 400 sub-blok berukuran
500 m x 500 m yang menjadi spatial unit dalam penentuan sample segmen.
Tahap berikutnya adalah mengidentifikasi segmen untuk dapat dilakukan survai
di lapangan terhadap segmen-segmen tersebut. Dalam sistem survei ini, segmensegmen tidak dibatasi oleh kenampakan fisik, melainkan dibatasi oleh garis
berdasarkan koordinat geografi. Target utama dalam estimasi dan peramalan
produksi padi dengan kerangka sample areal adalah angka statistik untuk luasan
tanaman padi beserta produktivitasnya. Untuk mendapatkan angka statistik
tersebut, harus dikumpulkan data dari lapangan. Data tersebut diperoleh melalui
pengamatan di lapangan yang dilakukan hanya pada area sample segmen. Peta
lapangan yang berisi fase pertumbuhan tanaman di setiap sample segmen
dikonversi menjadi peta digital penyekenan dan digitasi. Dengan soft-ware GIS,
tanah, jumlah tebu roboh, bobot biomassa tebu, persentase penutupan gulma,
bobot tebu, bobot nira, nilai Brix, nilai Pol, nilai Purity, rendemen, dan taksasi
tebu. Peta dari lahan yang menjadi cakupan penelitian ini didigitasi dengan
ArcView 3.3 dan parameter-parameter pengamatan dimasukkan sebagai atribut
peta tersebut.
kekurangan dan kelebihan pupuk serta dosis aplikasi pupuk yang dibutuhkan.
Pada menu utama dapat diakses Model Spasial untuk membuat peta
spasial dengan menggunakan piranti lunak ArcView 3.3. Pada penelitian ini, data
dosis pupuk, populasi tebu, taksasi, dan kelebihan/kekurangan pupuk pada peta
spasial tidak berdasarkan perhitungan dengan ArcView 3.3, tetapi data tersebut
berdasarkan perhitungan yang sudah dilakukan sebelumnya dan kemudian baru
dimasukkan sebagai atribut.
efektivitas sistem maka perlu perbaikan model spasial. Selain itu pada penelitian
ini pemetaan dilakukan secara konvensional, maka untuk efisiensi dan efektivitas
sistem perlu penggunaan GPS pada pemetaan objek.
F.
G.
penutupan lahan dan kondisi fisik lahan yang sedang terjadi di tiap-tiap daerah
pengamatan, khususnya di kawasan-kawasan koridor satwa liar, yaitu Lobu
Pining dan Hutaimbaru serta target kawasan harangan desa.
Kegiatan utama penelitian ini adalah menganalisis dan memetakan kondisi
tutupan hutan alam dan fisik lahan untuk mengetahui sebaran lokasi dan luasan
lahan kritis, tingkat kekritisan dan prioritas lokasi rehabilitasi lahan di Kawasan
Hutan Batang Toru, khususnya di kawasan koridor satwa liar di Hutaimbaru dan
Lobu Pining.
1. Prosedur penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Peta digital vegetasi permanen/ tutupan lahan skala 1:50.000 yaitu hasil
interpretasi Citra Satelit SPOT Tahun 2009/2010 resolusi spasial 2,5 meter
Peta digital administrasi dari Bappeda Tapanuli Utara dan Tapanuli Selatan
dari hasil analisis terhadap beberapa data spasial yang merupakan parameter
penentu tingkat kekritisan lahan.
Selain data mengenai kondisi penutupan lahan ini, dalam kegiatan
survei lapangan juga didapatkan informasi lain mengenai bagaimana jenis
tutupan lahan, kemiringan lereng, dan tingkat bahaya erosi yang ditemukan di
lapangan. Disamping itu juga untuk mengetahui tingkat manajemen/ usaha
pengolahan lahan dan teknologi konservasi tanahnya.
b. Pengumpulan Data Sekunder
Proses pengumpulan data sekunder parameter lahan kritis ini
dilakukan dengan cara studi pustaka yaitu mencari informasi dari literatur dan
dari instansi-instansi terkait seperti BPDAS Asahan Barumun, Balai
Pemantapan Kawasan Hutan Departemen Kehutanan. Kajian literatur ini
perlu dilakukan karena kenyataannya keberadaan lahan kritis tidak hanya
terkait dengan aspek biofisik. Namun juga berkaitan dengan aspek legal,
seperti status kawasan hutan. Studi pustaka ini juga penting dilakukan agar
kegiatan penyusunan lahan kritis ini tetap mengikuti kaidah-kaidah ilmiah
dari disiplin.Ilmu yang relevan dengan kajian lahan kritis ini seperti ilmu
tanah, geomorfologi, geologi dan lain-lain. Dalam pengumpulan data
sekunder ini, juga dikumpulkan peta topografi dan peta-peta tematik yang
dapat memberi masukan dalam analisis keruangan lahan kritis.
c. Input Data Spasial
Penyusunan data spasial ini dapat dilakukan bila unsur-unsur diatas
telah lengkap dan disusun terlebih dahulu. Data spasial untuk masing-masing
parameter harus dibuat dengan standar tertentu guna mempermudah dalam
proses analisis spasial untuk menentukan tingkat kekritisan lahan. Standar
data spasial untuk masing-masing parameter meliputi kesamaan dalam sistem
proyeksi dan sistem koordinat yang digunakan serta kesamaan atributnya.
d. Data Spasial Vegetasi Permanen
Informasi
mengenai
vegetasi
permanen
diperoleh
dari
hasil
interpretasi citra satelit yang meliputi daerah aliran sungai. Dalam penentuan
tingkat kekritisan lahan, parameter liputan lahan mempunyai bobot sebesar
50% sehingga nilai skor untuk parameter ini merupakan perkalian dengan
bobot (skor x 50).
e. Data Spasial Kemiringan Lereng
kemiskinan,
pemerintah
memprioritaskan
pengurangan
risiko
dan
bencana
masyarakat
sebagai
sipil
suatu
harus
tantangan
Information System, dan jika diterjemahkan secara bebas ke bahasa Indonesia, kita
bisa menyebutnya SIG atau Sistem Informasi Geografi.
Walaupun saat ini penggunaan GIS dalam bidang pertanian belum umum
dipakai, karena seringnya GIS diapakai untuk melihat kerusakan lahan akibat bencana
alam, tapi bukanya tidak mungkin penerapan GIS dalam dunia pertanian akan makin
sering dipakai. Sistem GIS ini bukan semata-mata software atau aplikasi komputer,
namun merupakan keseluruhan dari pekerjaan managemen pengelolaan lahan
pertanian, pemetaan lahan, pencatatan kegiatan harian di kebun menjadi database,
perencanaan system dan lain-lain. Sehingga bisa dikatakan merupakan perencanaan
ulang pengelolaan pertanian menjadi sistem yang terintegrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anjar S, STP., 2002, Pemanfaatan GIS Untuk Penyusunan Sistem Informasi Irigasi.
Diterbitkan Dalam Prosiding Seminar Tahunan Jurusan Teknik Pertanian 2003.
ISBN : 979-95896-5-7, Yogyakarta
Arif Imam Suroso., Kudang B. Seminar., Pramadia Satriawan. 2004. Pengembangan Sistem
Informasi Geografis Untuk Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit. Jurnal
Manajemen & Agribisnis Vol. 1. Hal 33-41
Atie Puntodewo, Sonya Dewi dan Jusupta Tarigan, 2003, Sistem Informasi Geografis Untuk
Pengelolaan Sumberdaya Alam, CIFOR, Jakarta.
Eddy Prahasta, Ir, MT, 2004, Sistem Informasi Geografis Tools dan Plug-Ins, Penerbit
Informatika, Bandung
Mubekti. 2008. Spasial Statistik Untuk Estimasi dan Peramalan Produksi Pertanian. J. Tek.
Ling Vol. 9 . Hal 242-254
Niccolas Chrisman, 2002, Exploring Geographic Information Systems : Second Edition, John
Wiley & Sons, New York
Sukirno, Ir. MS, 1999, Handout Ilmu Ukur Wilayah, Fakultas Teknologi Pertanian UGM,
Yogyakarta.