Anda di halaman 1dari 8

TUGAS TERSTRUKTUR

PERTANIAN BERLANJUT ASPEK TANAH


SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Untuk Pengelolaan Bentang Lahan Berbasis Sumber Daya Alam

Oleh:
Nama

: Dwi Novia Sari

NIM

: 125040201111279

Kelas

: M (AA)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS


Untuk Pengelolaan Bentang Lahan Berbasis Sumber Daya Alam
Oleh:
Andree Ekadinata, Sonya Dewi, Danan Prasetyo Hadi,
Dudy Kurnia Nugroho and Feri Johana

1. Konsep dasar sistem informasi geografis


Sistem informasi geografis (SIG) adalah sebuah system atau teknologi berbasis
computer yang dibangun dengan tujuan untuk mengumpulkan, menyimpan, mengolah dan
menganalisa, serta menyajikan data dan informasi dari suatu obyek atau fenomena yang
berkaitan dengan letak atau keberadaannya dipermukaan bumi. Komponen yang
membangun SIG adalah perangkat lunak, perangkat keras, data, pengguna, dan aplikasi.
Data geografis yang digunakan tersusun oleh dua komponen yaitu data spasial dan data
atribut. Data atribut dapat berupa informasi numeric, foto, narasi, dan lain sebagainya.
Sedangkan data spasial mencakup data grafis peta analog, foto udara, citra satelit, survey
lapangan, pengukuran theodolite, pengukuran menggunakan GPS. Untuk dapat digunakan
dalam SIG, data spasial perlu dikonversi ke dalam format digital. Dan dalam format digital
terdapat dua model yaitu model vector dan model raster. Model vector menggunakan obyekobyek dan informasi dipermukaan bumi yang dilambangkan dengan titik, garis, dan
polygon. Sedangkan model raster, data spasial dalam sel atau piksel. Perbedaan keduanya
terletak pada cara penyimpanan serta representasi sebuah obyek geografis. Dari segi ukuran
data yang dihasilkan, penyimpanan dalam bentuk vector membutuhkan lebih banyak ruang
dalam computer. Konsep skala pada umunya menggunakan format vector dan untuk resolusi
tingkat kerincian informasi menggunakan format raster. Apabila suatu data raster resolusi
tinggi maka menggambarkan tingkat kerincian informasi yang tinggi, dimana setiap sel
mewakili luasan yang lebih kecil dipermukaan bumi.
Dalam aplikasi GIS peta menyajikan informasi mengenai permukaan bumi dalam
dua dimensi, walaupun yang direpresentasikan berbentuk lengkungan tiga dimensi. Proyeksi
dan system koordinat biasanya menggunakan planar karena keduanya membutuhkan
ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan sperikal. Satu komponen dalam pengelolaan basis
data dalam SIG adalah metadata. Dengan adanya metadata berbagai kesalahan seperti

duplikasi data dapat dihindarkan. Kesalahan data spasial timbul akibat yang ditimbulkan
oleh ketidakakuratan dan ketidaktepatan. Bagi orang yang melakukan analisa, mengetahui
tingkat dan jenis kesalahan berguna untuk dapat menentukan langkah-langkah dalam rangka
memperbaiki atau paling tidak memperkecil kesalahan. Hal ini penting dilakukan terutama
dalam menginterpretasikan dan menerapkan informasi SIG misalnya pengambilan keputusan
dan penentuan kebijakan.
GPS (Global Positioning System) merupakan jaringan satelit yang secara terus
menerus mentransimisikan sinyal yang dapat digunakan untuk menentukan lokasi
dipermukaan bumi secara tepat dengan cara mengukur jarak dan waktu tempuh sinyal dari
satelit ke bumi. Satelit yang dimaksud adalah NAVSTAR (Navigation Satelite Timing and
Ranging). Dalam system GPS terdapat elemen satelit, elemen pengendali dan elemen
pengguna. Elemen satelit digunakan untuk menangkap sinyal diluar angkasa dan dapat
mencakup areal yang luas. Elemen pengendali digunakan untuk mengendalikan pergerakan
satelit di luar angkasa. Dan elemen pengguna merupakan orang yang menggunakan fasilitas
dan alat penerima sinyal GPS. GPS receiver menerima dua informasi dari satelit GPS.
Informasi almanak dan ephemeris. Dari informasi tersebut dapat digunakan untuk
menghitung posisi di permukaan bumi.
Sumber-sumber kesalahan pada GPS: hambatan diatmosfer, adanya sinyal ganda,
kesalahan pengaturan jam, kesalahan orbit satelit, rendahnya kualitas dan kuantitas sinyal
satelit yang diterima, dan sinyal yang terdegradasi. Perangkat lunak pada SIG dibagi
menjadi dua yaitu komersial dan tak berbayar. Contoh dari yang komersial yaitu yang
diproduksi oleh ESRI, MapInfo dan AutoDesk. Dan yang tak berbayar yaitu open source,
beberapa diantaranya GRASS, MapWindow, QuantumGIS, ILWIS, dan lain-lain. Perangkat
keras pada SIG adalah berupa computer yang membutuhkan spesifikasi sumber daya yang
cukup tinggi utamanya dari komponen processor, kapasitas memori, dan ruang
penyimpanan. Pengguna SIG menetukan jenis analisa yang dilakukan, menjalankan analisa
tersebut, menginterpretasi hasil analisa, dan menyajikan hasil analisa dalam bentuk yang
komunikatif.

2. Konsep dasar penginderaan jarak jauh (PJJ)

Beberapa elemen penting dalam PJJ yaitu: sumber energy, radiasi dan atmosfer,
interaksi dengan obyek, perekaman oleh sensor, transmisi dan proses, interpretasi dan
analisa, serta aplikasi.
Cahaya matahari merupakan sumber energy bagi aplikasi penginderaan jauh optikal.
System penginderaan jauh yang menggunakan sumber informasi dari pantulan cahaya
matahari disebut sensor pasif, sedangkan system penginderaan jarak jauh yang
memancarkan energy sebagai bagian dari system disebut sensor aktif. Kelebihan sensor pasif
tampilan yang dihasilkan mirip dengan foto hasil biasa, obyek dipermukaan bumi mudah
dikenali secara visual tanpa bantuan alat apapun. Sensor pasif tergantung pada tersedianya
sinar matahari yang mencukupi pada saat perekaman. Sedangkan sensor aktif mempunyai
tampilan yang seringkali sulit dikenali secara visual karena gelombang panjang. Citra digital
mengandung informasi dalam format digital, misalnya citra satelit. Citra digital terbentuk
oleh dua dimensi dari elemen gambar yang disebut piksel. Dan ukuran terkecil sebuah obyek
dipermukaan bumi yang diwakili oleh sebuah piksel disebut resolusi spasial. Resolusi
spasial menentukan tingkat kedetailan obyek yang dapat diamati dari sebuah citra.
Secara singkat, jenis sensor dalam penginderaan jauh dibagi menjadi 3 jenis
berdasarkan penggunaannya: sensor pengamatan lahan, pengamatan cuaca, dan pengamatan
maritime. Sensor pengamatan lahan yang sering digunakan saat ini adalah landsat. Sensor
pengamatan cuaca digunakan untuk aktivitas peramalan cuaca dan atmosfer, contohnya
NOAA AVHRR. Sedangkan sensor untuk pengamatan maritime digunakan untuk mengamati
kondisi laut dan perairan, contohnya sensor Nimbus-CZCS.
Beberapa contoh aplikasi yang dimungkinkan oleh data PJJ adalah:
a. Pemetaan tutupan lahan
b. Analisa perubahan tutupan lahan
c. Analisa dampak bencana
d. Perhitungan cadangan karbon
e. Perhitungan biofisik vegetasi
f. Identifikasi dan analisa infrastruktur
Hampir setiap satelit menghasilkan data PJJ memiliki lebih dari satu sensor. Dan
masing-masing sensor memiliki kemampuan perekaman yang berbeda. Dan perekaman
inilah yang berhubungan dengan panjang gelombang sinar matahari yang ditangkap oleh
sensor. Pada pembuatan peta tutupan lahan sering menggunakan citra satelit landsat yang
dikembangkan oleh NASA dan Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat. Kelemahan

citra satelit landsat terletak pada sensor yang bersifat pasif dan tergantung pada kondisi
atmosfer pada saat perekaman. Langkah-langkah interpretasi citra satelit:
a. pra pengolahan citra satelit
langkah ini dilakukan untuk memperbaiki kesalahan yang selalu ada yaitu kesalahan
radiometric (perekaman nilai pantulan sinar matahari) dan kesalahan geometric
( penempatan piksel).
b. pengolahan citra satelit
pengolahan ini ditujukan

untuk

menghasilkan

data

awal

yang

dapat

menyederhanakan informasi satelit.


c. Klasifikasi
Proses ini menentukan tingkat akurasi dan kedetailan informasi yang dihasilkan.
Elemen obyek yang digunakan dalam proses ini yaitu: warna, bentuk, ukuran,
tekstur, pola, bayangan, situs, dan asosiasi.
d. analisa data pasca klasifikasi
tujuan dari analisa data pasca klasifikasi adalah menghitung tingkat kesalahan dari
informasi yang dihasilkan dan melakukan analisa maupun pemodelan sesuai dengan
tujuan dan permasalahan yang ingin dipecahkan dengan menggunakan hasil
klasifikasi sebagai salah satu input datanya.
3. Pengenalan perangkat lunak ilwis
ILWIS merupakan perangkat lunak pengolahan data GIS dan penginderaan jauh yang
dikembangkan oleh ITC (International Institute for Geo-Information Science and Earth
Observation). ILWIS merupakan paket pengolahan citra satelit, analisa spasial dan pemetaan
digital yang lengkap, terintegrasi, dan mudah dipelajari. Dan ILWIS mengalami alih status
menjadi perangkat lunak open source dan non komersial.
Dalam ILWIS terdapat dua macam struktur data yaitu data vector dan data raster.
Model vector adalah sekelompok koordinat geografis x dan y. Sedangkan data raster
diorganisasi berdasarkan grid dan piksel. Domain adalah istilah dalam ILWIS yang mengacu
pada tipe atau jenis informasi yang disajikan oleh suatu data spasial. Semua tipe data/ objek
dalam ILWIS harus memiliki sebuah domain. Tipe domain yang paling penting adalah
domain kelas, domain identitas, domain nilai, dan domain citra.
4. Membuat dan memasukkan data spasial kedalam ilwis
Dalam ILWIS, proses pemasukan data dapat dilakukan dengan berbagai cara:
a. Digitasi, jika sumber data original adalah dalam bentuk peta analog

b. Scanning, jika ingin menggunakan cetakan kertas dari suatu produk citra satelit, foto
udara, peta, maupun gambar
c. Importing, jika ingin mengimport peta SIG yang dihasilkan oleh software lain.

Contoh Penggunaan GIS pada Pertanian Berlanjut


Konsep sistem pertanian yang berkelanjutan muncul setelah terbukti pertanian sebagai
suatu sistem produksi ternyata juga merupakan sebagai penghasil polusi. Pertanian bukan hanya
penyebab degradasi lahan tetapi juga penyebab degradasi lingkungan diluar daerah pertanian.
Meluasnya lahan-lahan kritis dan pendangkalan perairan di daerah hilir merupakan bukti nyata
bahwa pertanian yang tidak dikelola dan direncanakan secara berkelanjutan telah menurunkan
kualitas sumber daya alam. Implementasi Sistem Informasi geografi (SIG) sebagai salah satu
teknologi yang mampu merancang suatu perencanaan pengelolan lingkungan dengan cepat
diharapkan mampu menaggulangi kendala tersebut.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan pertanian berkelanjutan
diantaranya adalah (1) perlu upaya mengurangi ketergantungan pada sumber energi yang tidak
terbaharui dan sumber daya kimia, (2) perlu mengurangi kontaminasi bahan pencemar akibat
efek samping dari kegiatan pertanian pada udara, air dan lahan, (3) mempertahankan habitat
untuk kehidupan fauna yang memadai, dan (4) dapat mempertahankan sumber daya genetik
untuk tanaman dan hewan yang diperlukan dalam pertanian. Selain itu pertanian harus mampu
mempertahankan produksinya sepanjang waktu dalam menghadapai tekanan sosial ekonomi
tanpa merusak lingkungan yang berarti (Sinclair, 1987 dalam Suwardji, 2004).
Sutanto (2001) mengatakan bahwa hasil panen secara fisik merupakan ukuran keberhasilan
kelestarian produksi pertanian. Dengan alasan pertumbuhan dan hasil tanaman sangat tergantung
dari banyak faktor termasuk tanah, iklim, hama dan penyakit. Tetapi pengukuran kelestarian
semacam ini memerlukan ketersediaan data yang baik dalam kurun waktu yang lama, sehingga
kecenderungan hasil yang terukur dalam jangka panjang harus dipisahkan dari data akibat variasi
iklim dan pengolahan yang kurang baik. Dengan demikian, akan lebih baik apabila kita
mempunyai indikator tanah dan peramalan yang dapat digunakan lebih awal dalam memberikan

peringatan kemungkinan terjadinya penurunan hasil, karena banyak faktor yang mempengaruhi
kesuburan tanah yang terjadi secara sangat lambat.
SIG dengan kemampunnya sebagai penyimpan data yang baik serta mampu memanejemen
data walaupun jumlah data itu begitu besar, akan sangup menerima tantangan tersebut. Selain
dapat memajemen data dari berbagai bentuk, pengintergrasian antara data spasial dan data atribut
dalam suatu analisis akan dapat memberikan gambaran nyata tentang kondisi suatu daerah
(spasialnya) serta informasi (data atribut) dari daerah tersebut dalam waktu bersamaan.
Pemisahan data dari keadan normal dengan akibat variasi iklim atau akibat pengolahan
yang kurang baik dapat dilakukan dengan cepat dan mudah dengan bantuan fungsi klasifikasi
dan generalisasi dalam SIG. Proses peramalan dapat juga dilakukan dengan memanfaatkan datadata yang telah ada. Pendugan dengan beberapa asumsi tersebut akan langsung memperlihatkan
hasil dalam bentuk suatu peta sehingga dapat menghasilkan kemungkinan-kemungkinan terbaik
dalam pengambilan keputusan suatu perncanaan serta dengan didukung oleh alternatif-alternatif
lain. Penggunaan data dari citra satelit akan sangat mempengaruhi kecepatan perencanaan
dimana dari data ini kita akan secara cepat mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada
suatu lahan.
Ada banyak faktor yang mengaruhi implementasi SIG dalam suatu perkerjaan sehingga
sebelum kita mengimplemantasikan SIG untuk menunjang pertanian berkelanjutan, sebaiknya
kita memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Dukungan manajemen
Proyek GIS biasanya dilakukan oleh sebuah instansi atau organisasi. Dukungan dari
pimpinan organisasi akan mempengaruhi kalancaran implemntasi SIG dimana tanpa
dukungan penuh dari pimpinan akan menyebabkan kecendrungan kegagalan dari
implementasi SIG.

2. Keadaan data
Pada awalnya bagian pekerjaan terbesar dari SIG adalah mengkonversi data dari analog ke
data digital. Pekerjaan ini membutuhkan biya yang tidak sedikit sehingga pertimbangan
tentang data-data apa saja yang perlu dikonversikan merupakan hal sangat penting.
3. Tenaga kerja (user)

Masalah yang sering dihadapi dalam pengimplementasian SIG adalah kurangnya tenaga
kerja yang menjalankan SIG tersebut. Kurangnya tenaga kerja tersebut disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan dari tenaga kerja tentang SIG. Oleh karena itu pendidikan
terhadap tenaga kerja sangat diperlukan dalam hal ini.
4. Biaya
Biaya merupakan faktor penentu dalam pengimplentasian SIG. implementasi SIG
membutukan biaya yang sangat besar, khususnya pada pada awal pembentukkannya seperti
biaya yang dibutuhkan untuk menyediakan perangkat keras dan perangkat lunak, biaya
pengkonversian data dan lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA
Hastono, sutanto Priyo. 2001. Modul Analisa Data. FKM-UI Depok.
Suwardji. 2004. Menuju kedaulatan pangan untuk petani miskin di lahan kering melalui
LEISA (Low External Input Sustainable Agriculture): Posistion Paper yang di
sampaikan pada pertemuan VECO-Indonesia dan Partner se Indonesia di Sindu
Beach, Sanur Bali.

Anda mungkin juga menyukai