326
326
'-
'---'
Oleh :
...__.
LAPORAN AKHIR
.._
Oleh:
Lembaga
Nama
Pengembangan
Penelitian
dan BADAN
PENELITIAN
DAN
PENGEMBANGAN
PROVINSI
JAWAT!MTJR
Pimpinan
Alamat
..__
Dr. H. ASYHAR, MM
Jl. Gayung Kebonsari 56 Surabaya,
Kode Pos 60235, Telp. (031) 82907388290719 Fax. (031) 8290719, Email:
litbangjatim@yahoo.com
ldentitas Kegiatan
[ Judul
Abstraksi
n::~P.r::~h
........, __...__...
nntnlc
-.. ..... -.....
...mP.mnP.rlo1::~t
..................t' .............. _..
PPnn::~n::~t::~n
..... ..........__1"' _ _...
A~li...
.............
Daerahnya.
Permasalahan dalam penelitian ini, meliputi: Perda pajak
dan retribusi apa saja yang sekarang berlaku di
kabupatenlkota tersebut? (2) Bagaimana kabupatenlkota
merencanakan penyesuaian perda pajak dan retribusi
tersebut dengan beriakunya lHJ Nomor 28 Tahun 2009?
(3) Bagaimana gambaran potensi daerah yang menjadi
dasar penetapan pajak dan retribusi daerah yang baru?
Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi
tambahan atau second opinion yang meliputi:aJenis-jenis
pajak dan retribusi daerah apa saja yang telah dipungut di
daerah penelitian berikut besaran hasil pemungutannya dati
tahun ke tahun; Evaluasi perencanaan dan pelaksanaan
nPtnnnn-nt<>n
P".A.J..lu.&..le;U.&.C.U.J.
n<>1<>1r
.1-'"'J~
il<>n
U.C.UJ.
1"Ptnhnc1
J."'U..I.U~J.
tl<>P1"<>h
U'"""J.UI.J.
"""n} u..t.J.C,
tPl<>h
"""J.(.I.I._
1\.'I;;~Ial<Ul
}J"'l<Ul'-<Ul~<UI,
---,...."_,....,....,... ...n_
p,.;;u~cu~~~cuau
An-
ucu1
---"'""'rt"',._"'_
p,.;;uy u;:,uucu1
?~
-v
Tl'lh11n ..,vv_,,
?OOQ h'-' TTnt11lr
nntiml'llic:!l'lc:!i
"'""..a. .....
'-'J-'"..LI..&..a.w..a..a.u"""".a.
w.a:~
..&to4..L.I."""-LA
Tim Peneliti :
1. Nama Koordinator/Peneliti HIMA WAN ESTU BAGIJO, SH, MH
Utama/Ketua tim:
2. Alamat coordinator/peneliti
Manukan Karya A1 No. 55, Surabaya
Utama /k:etua tim :
.J.
1\.Tn..-n ,.._,....,....,.,.,...,.
l'lcuua
au~~v~.a
-a-o.l~.....:
p,.;;u,.;;uu.
,..
a.
T"\......, lJ..,.,..
Ulo:>.
uua
~"'-''"'
Cno...,...n._n
C'U r'l\.T
vl'l.
,.....
-...T-~---
L-.
D.
1.
2.
3.
4.
0-------~----
l~aiiia r~n~muan
n ____
, T ___ TT--------!-1.
- . . .&.---.... ,
? Procink o::n~<:ifik::~<:i
"".t'_ .................-....., ci::~n
--... ... n~m::~nf::~::~t::~nnv::~
1"'_ .........-............__.-... .........J -
llK!+-~1~-j,~
T ~-li.T;gr-!
:Rp
--
'-
RINGKASAN
Reformasi keuangan negara yang bertujuan untuk adaptif terhadap kebutuhan daerah
berlanjut dengan ditetapkannnya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 130- Tambahan Lembaran Negara
Nomor 5049) selanjutnya disebut UU Pajak dan Retribusi Daerah , pada tanggal 15
September Tahun 2009. Dalam penjelasan umum UU Pajak dan Retribusi Daerah terdapat
pemikian dasar yang melatarbelakangi dibentuknya UU. Jenis pajak dan retribusi daerah yang
diatur dalam undang-undang pajak dan retribusi daerah yang lama sudah tidak memadai lagi
dengan kebutuhan daerah. Pelaksanaan pungutan atas pajak dan retribusi daerah berdasar
undang-undang yang lama tidak memadai dalam mendukung peningkatan pendapatan asli
daerah sehingga daerah selalu menunggu besaran Dana Alokasi Umum untuk membiayai
penyelenggaraan urusan otonomi. Selain itu, dalam kenyataan, daerah banyak merumuskan
pajak dan retribusi daerah yang bertentangan dengan prinsip efisiensi, kemudahan investasi,
mobilisasi penduduk dan barang antar daerah. Berdasar uraian tersebut di atas, maka
permasalahan kajian ini dirumuskan sebagai berikut: "Bagaimanakah pola penyesuaian
peraturan daerah tentang pajak dan retribusi terhadap ketentuan dalam Undang-undang
Nomor 28 Tahun 2009? Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan penelitian ini
merupakan penelitian hukum yang didukung data empirik. Sebagai penelitian hukum
normatif pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yuridis dengan didukung data
empirik. Penelitian hukum dilakukan untuk mencari pemecahan atas pennasalahan tentang
penyesuaian antar kaidah hukum dalam aturan hukum yang berbeda. Hasil yang dicapai
adalah memberikan preskripsi mengenai strategi hukum apa yang seharusnya disusun untuk
menjawab permasalahan yang diajukan.
Karakteristik daerah penelitian sangat berpengaruh terhadap perencanaan penyesuaian
pajak dan retribusi daerah yang dibentuk. Pola pemungutan dan kelengkapan sarana dan
prasarana juga berpengaruh pada perolehan pendapatan daerah dari sektor pajak dan retribusi.
Sementara itu, untuk pengelolaan potensi, semua daerah melakukan upaya yang dapat
dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) bentuk, restrukturisasi organisasi, perbaikan sistem kinerja
dan pemberian insentif kepada petugas pemungut.
Berdasarkan uraian dalam bab-bab pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut: Posisi pajak dan retribusi daerah sangat strategis bagi penyelenggaraan pemerintahan
daerah, khususnya sebagai indikator keberhasilan otonomi daerah; Strategi penyesuaian perda
pajak dan retibusi daerah oleh kabupaten!kota atau provinsi dipengaruhi oleh kesiapan daerah
dalam melakukan perencanaan kegiatan, baik dalam bentuk kegiatan perancangan,
penganggaran dan penyusunan program legislasi daerah oleh DPRD; Pola penataan potensi
pajak dan retribusi daerah ditentukan oleh kesiapan daerah untuk menyesuaikan
pengorganisasian kelembagaan baik dalam aspek struktur, fungsi, maupun kultur
birokrasinya.
Berdasarkan kesimpulan sebagaimana telah diuraikan, maka dapat disampaiakn saransaran sebagai berikut: Dalam upaya meningkatkan pendapat daerah dari sektor pajak dan
retribusi daerah, maka penyesuaian perda tentang pajak dan retribusi daerah harus
memperhatikan tenggat waktu yang telah ditetapkan dalam UU No . 28 Tahun 2009; Untuk
optimalisasi kegiatan penyesuaian, harus dilakukan sinergi perencanaan antar SKDP dan
menyusun Program Legislasi Daerah bersama DPRD; Agar potensi pajak dan retribusi daerah
dapat dikelola optimal, maka perangkat brokrasi harus selalu dilakukan penyesuaian baik
dalam bentuk struktur organisasi, peningkatan fungsi , dan perubahan kultur pelayanan.
PENOANTAR
Laporan ak:hir penelitian tentang,, ,Strategi Pembentukan Perda Pajak dan Retribusi
Daerah Dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Bagi Pemerintah Provinsi dan
Kabupaten I Kata Di Jawa Timur Tahun Anggaran 2010 (Praduk : PERDA DALAM
MENINGKATKAN PAD)~~, telah kami selesaikan dengan baik. Pada Kesempatan ini peneliti
mengucapkan terima kasih kepada ;
1. Kementerian Negara Riset dan Teknologi (KMNRT) yang telah memberi dana bagi
rItllm.
...
pene_
2. Kementerian Dalam Negeri melalui Pit. Kepala Badan Litbang Kementerian Dalam
Negeri yang telah memberikan fasilitas dan kepercayaan untuk melak:sanakan
kegiatan ini.
3. Bapak Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Timur yang telah
Kabupaten Lamongan, Kabupaten Pasuruan, Kota Mojokerto dan Kota Madiun yang
memberikan waktu dan kesempatan untuk melakukan penelitian di wilyah kerjanya.
6. Para Kepala Dinas Bagian Hukum Propinsi Jawa Timur, Kabupaten Lamongan,
Kabupaten Pasuruan, Kota Mojokerto dan Kota Madiun yang memberikan waktu dan
----
DAFTARISI
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN
RINGKASAN
t t t
r,
t,, t
t t t tt t t t t t t t t r t t t
t t
t t t t t t
t t tt t t
t t t tt t
t t t t t t
r r
t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t
t t t t t tt
PRAKATA .............................................................................................. .
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. .!
t , , , , , , ,
1 1, 1 1 1 ,
I . . . . . . . . . . I 1. 1 " . , , , , I I I I , , , . ,
15
4 I ,
19
Kabupaten Lam.ongan
I I I I
I., I. I I. I ...
20
c), Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. .. , ..... ,. .. , ~.,., ... ,. ,,,,,,, .................. ,.,,,,, .. , ... ~ ..... 27
5.1.2. Kabupaten Pasuru.an. ~
~~
~28
1
ttl "I
ta . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
I'. I.
I I '
I I I I
a.'''
I I'
.37
5.1.4.3. Kondisi Ekonomis Daerah,Pajak dan Retribusi Daerah .............. ... ................. 38
5.1.5. Propinsi Jawa Timur ............................................................................ 38
5.1.5.1. Kondisi Umum Geografis .................................................................... 38
5.2.1 .3. Pcmbuh.M Retribusi Daerah ... ,, . , .. ,,, . ,, .... , .... ,,, .... ,, . , .... ,, ..................... 46
5.2.1. Kabupaten Pasuruan ..............................................................................48
5.2.2.1. Pertumbuhan PAD terhadap APBD ........................................................ .48
5.2~2.2.
5.2~2.3~
,,~
,,, I
II , . , , ,
49
I I., I
I I I I
59
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gam bar 1 Proses Pembuatan Aturan Hukum (ROCCIPI) ........................................ 16
Gam bar 2. Kerangka Pikir Penelitian, ............................................................... 18
Gambar 3. Kontribusi Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
Persentase Realisasi Anggaran Terhadap Target (2004-2008), .................................. 36
Gambar 4. Kontribusi Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dan Persentase Realisasi Anggaran Terhadap Target (2004-2008), .............................. 37
Gambar.5 Peta Wilayah Jawa Timur, ............................................................... 39
Gambar 6. Skema Pembagian Urusan Pemerintahan
IV
DAFTARGRAFIK
Hal
Orafik 11. Perbandingan Penerimaan Pajak Daerah terhadap PAD dan Pendapatan Daerah
Kota Mojokerto Tahun Anggaran 2007,2008,2009 ................................................ 60
Grafik 12.Perbandingan Penerimaan Retribusi terhadap PAD dan Pendapatan Daerah
Grafik 14. Prosentase Penerimaan Pajak Daerah Terhadap PAD dan Pendapatan Daerah
Propinsi Jawa Timur, Tahun Anggaran 2007,2008,2009, ....................................... 66
Grafik 15. Prosentase Penerimaan Retribusi Daerah terhadap PAD dan Pendapatan Daerah
Propinsi Jawa Timur, Tahun Anggaran 2007,2008 dan 2009, .................................... 68
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel1. MATRIKS ROCCIPI .................................................................. 16
Tabel 2. Jadwal Penelitian ....................................................................... 19
4: ,
3S
Pendapatan Daerah Kab. Lamongan Tahun Anggaran 2007, 2008! 2009, ................. 45
Tabel 10. Prosentase Penerimaan Retribusi Daerah terhadap PAD dan
Pendapatan Daerah Kab. Lamongan Tahun Anggaran 2007,2008, 2009, .................. 47
"-
vi
viii
BABI
PENDABULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Reformasi keuangan negara yang bertujuan untuk: adaptif terhadap kebutuhan daerah
September Tahun 2009. Dalam penjelasan umum UU Pajak dan Retribusi Daerah terdapat
pemikian dasar yang melatarbelakangi dibentuknya UU. Jenis pajak dan retribusi daerah
yang diatur dalam undang-undang pajak dan retribusi daerah yang lama sudah tidak
memadai lagi dengan kebutuhan daerah. Pelaksanaan pungutan atas pajak dan retribusi
daerah berdttw undang-undang yang lama tidak memadai dalam mendukung pen.lngkatan
pendapatan asli daerah (selanjutnya disebut PAD) sehingga daerah selalu menunggu
besaran
Dana
Alokasi
Umum
(selanjunya
disebut
DAU)
untuk
membiayai
berbagai jenis pajak dan retri.busi yang dapat menjadi sumber pendapatan .bagi daerah
untuk: membiayai penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik.
Bagi pemerintah Provinsi Jawa Timur dan berbagai kabupatenlkota di Jawa Timur,
berlakunya UU ini diharapkan dapat mendorong
penin~tan
sepertl Kota Surabaya memperoleh capalan PAD tertinggl darl pajak reklame, hotel,
restoran dan tempat hiburan, sedangkan Kabupaten Gresik, Kabupaten Bangkalan,
Kabupaten Mojokerto sebagai kawasan penyangga Kota Surabaya memperoleh capaian
PAD tertinggi dari rctibusi HO dan PBB. Keunikan pencapaian PAD masing-masing
wilayah merupakan realitas yang penting untuk: dianalisis untuk melihat bagaimana
capaian PAD kaitannya dengan keberlakuan normatif UU Pajak dan Retribusi Daerah di
kawasan GERBANGKERTOSUSILO (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo
dan Lamongan). Utamanya, masing-masing wilayah yang telah menerapkan perda tentang
pajak dan retribusi daerah dan memerlukan penyesuaian dengan UU Pajak dan Retribusi
Daerah.
Kerangka teori hukum, menempatkan fungsi perda tentang pajak dan retribusi dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah pada fungsi anggaran, fungsi pengaturan, dan
fungsi distribusi. 1 Fungsi pertama perda pajak dan retribusi adalah fungsi anggaran yang
erat kaitannya dengan fungsi pcrencanaan. Dengan fungsinya yang demikian, maka ~ak
dan retribusi mempunyai posisi yang strategis bagi kegiatan pembangunan yang
diinginkan di daerah. Kegagalan memenuhi target penerimaan sesuai dengan anggaran,
Muara akhir semuanya ini adalah kegagalan bagi daerah dalam melaksanakan misinya
mengembangkan dan meningkatk:an pembangunan dalam rangka kesejahteraan rakyat di
daerah. Fungsi kedua perda pajak dan retribusi sehubungan dengan anggaran adalah
fungsi pengaturan. Dalam hal ini pemerintah daerah harus menetapkan pengaturan yang
jelas tentang jenis maupun besamya tarif pajak dan retribusi yang dibebankan kepada
rakyat. Pengaturan yang dituangkan dalam perda hams dapat menjamin kepastian hukum
bagi rakyat di daerah. Makna kepastian hukum dalam fungsi pengaturan adalah tidak
boteh ada tumpang tindih antara sebuah jenis pajak atau retribusi lainnya yang diikuti
dengan kejelasan wewenang pemerintah provinsi dan wewenang kabupatenlkota. Fungsi
ketiga perda pajak dan retribusi sebagai instrumen anggaran adalah fungsi distribusi.
Pemda memainkan peran sebagai fasilitator yang baik: dalam distribusi kenyamanan
kepada rakyat dengan prinsip "saling dukung" (subsidi silang). Peranan ini tidak dapat
lepas dari rasionalitas "prinsip keadilan" dalam proses distribusi penikmatan fasilitas yang
Dalam UU Pajak dan Retribusi Daerah 2009 telah ditetapkan beberapa jenis pajak
daerah yang dapat dipungut oleh daerah. Jenis pajak tersebut antara lain:
-.J
2. Pajak Hiburan;
3. Pajak Reklame;
4. Pajak Penerangan Jalan;
5.
Philipus M. Hadjon. 1995, et. Al., Pengantar Hokum Administrasi, Gajah Mada Univesity Press, Cetakan
IV, h. 28. Lihat Fungsi Normatif Hokum Administrasi dalam Mewujudkan Pemerintahan yang Bersih,
yang mempunyai asurnsi bahwa salah satu instrumen hukum dari pelaksanaan kekuasaan pemerintah adalah
perencanaan, ibid., h. 6.
- - -- - - - - - - - - - 2
Pasal 2 ayat (4). Posisi dilematis terdapati pada konteks ketentuan ini sangat membatasi
kreasi daerah yang dalam realitas sering dilakukan, dan disisi lain hal ini cukup
memberikan perlindungan hukum bagi rakyat untuk tidak dipungut berbagai jenis pajak
daerah yang tidak mempunyai validitas normatif dan legitimasi dari masyarakat.
Sementara itu, penetapan jenis Retribusi yang berlaku untuk suatu daerah dalam hal-hal
tertentu harus sama. Prinsip keadilan harus diberlakukan dalam menetapkan jenis retribusi.
Penetapan berlakunya jenis retribusi dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor
sumber daya alam (geografls) dan faktor sumber daya manusia yang akan mef\iadi objek
dan wajib retribusi. Meskipun UU Pajak dan Retribusi Oaerah telah menetapkan jenis
Retribusi, sebagaimana diatur dalam Pasal 108 ayat (1 ), penerapan di masing-masing
daerah akan berbeda-beda sesuai dengan kemampuan yang ada di daerah tersebut.
Pendapatan daerah dari sumber rctribusi ini bergantung pada seberapa cepat dan tepat
aparat pemerintah di daerah menyusun strategi penarikannya.
Objek retribusi adalah berbagai jenis jasa tertentu yang disediakan oleh pemerintah
daerah. Namu.n, tidak semua jenis jasa yang diberikan oleh pemerintah daerah dapat
dipungut retribusi. Hal tersebut tentunya berkaitan dengan pertimbangan sosisal ekonomi,
Iayak atau tidak dijadikan objek retribusi. Jasa tersebut menurut ketentuan Pasal 108 ayat
(1) UU Pajak dan Retribusi Daerah dibedakan kedalam:
1. Jasa Umum;
2. Jasa Usaha;
3. Perizinan Tertentu.
Objek retribusi jasa umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan
pemerintah daerah untuk tujuan kepetingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati
oleh orang pribadi atau badan. Jenis-jenis retribusi jasa umum adalah:
2. Retribusi persampahanlkebersihan
3. Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akta Catatan Sipil.
4. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat
pelayanan oleh
pemerintah daerah sepanjang disediakan secara memadai oleh pihak swasta. Adapun jenis-
tertentu adalah:
4. Retribusi Trayek
5. Retribusi Usaha Perikanan
Berlakunya undang-undang baru ini tentu menjadi angin segar bagi daerah untuk
bersemangat melakukan berbagai penataan kembali produk hukum daerah yang mengatur
tentang pajak dan retribusi. Untuk melakukan penataan tersebut tentu harus
memperhatikan berbagai hal yang telah diatur dalam berbagai pasal dalam UU Nomor 28
Tahun 2009. Untuk hal ini, maka harus diperhatikan ketentan Pasal 179 dan Pasal 180
dalam Pasal 2 ayat (2), dan Peraturan Daerah tcntang Retribusi mengenai jenis
Retribusi Jasa Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (1), jenis
retribusi Jasa Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 127, dan jenis retribusi
Perizinan Tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 141, sepanjang tidak
diatur dalam Peraturan Daerah yang bersangkutan masih dapat ditagih selama
Pasal180
(1) Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah mengenai jenis Pajak provmst
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan jenis Pi\iak kabupatcnlkota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal2 ayat (2) masih tetap bcrlaku untukjangka
waktu 2 (dua) tahun sebelum diberlakukannya Peraturan Daerah yang baru
berdasa.rkan Undang-undang ini;
(2) Peraturan Daerah tentang retribusi Daerah jenis Retribusi Jasa Umum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (1), jenis Retribusi Jasa Usaha
tersebut, maka tidak dapat ditawar lagi bahwa jangka waktu berlakunya perda pajak dan
retribusi adalah 2 (dua) tahun. Jadi siap atau tidak, pemerintah daerah harus menghentikan
semua jenis pemungutan pajak dan retribusi yang tidak sesuai dengan ketentuan diatas.
Permasalahannya, apakah penghentian pemungutan tersebut menunggu perda yang baru?
Berdasar uraian terscbut di atas, maka permasalahan kajian ini dirumuskan sebagai
berikut: "Bagaimanakah pola penyesuaian peraturan daerah tentang pajak dan retribusi
terhadap ketentuan dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009?
(1) Perda pajak dan retribusi apa saja yang sekarang berlaku di kabupatenlkota
tersebut?
------------------------ 6
BABll
TINJAUAN PUSTAKA
ini. Yang pcrlu dikedepankan olch pemerintah daerah adalah bagaimana pemerintah
daerah mampu membangun kelembagaan daerah yang kondusif, sehingga dapat
mendesain standar Pelayanan Publik yang mudah, murah dan cepat Untuk menciptakan
kelembagaan pemerintah daerah otonom yang mumpuni perlu diisi oleh SDM yang
kemampuannya tidak diragukan, schingga
kecenderungan Pemda untuk meningkatkan pendapatan asli daerah dengan cara membuat
Perda yang berisi pembebanan pajak-pajak daerah. Hal ini telah mengakibatkan timbulnya
ekonomi biaya tinggi (High Cost Economy) sehingga pengusaha merasa keberatan untuk
menanggung berbagai pajak terse but Kebijakan pemda untuk menaikkan PAD bisa
berakibat kontra produktif karena yang terjadi bukan PAD yang meningkat, akan tetapi
justru mendorong parn pengusaha memindahkan lokasi usahanya ke daerah lain yang lebih
----------------------- 1
tentang pajak:, sehingga pelarian modal ke daerah lain dapat dihindari, dan harus berusaha
memberikan berbagai kemudahan dan pelayanan untuk menarik investor menanamkan
modal di daerahnya. Organisasi publik memang berbeda dengan organisasi bisnis karena
5. Kualitas pelayanan masyarakat yang buruk akan memberi pengaruh politik yang
negatif atau merugikan. (Azhar Kasim, 1993:20)
Meskipun organisasi publik memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan organisasi
bisnis akan tetapi paradigma baru Administrasi Publik yang dipelopori oleh Ted Gabler
dan David Osborne dengan karyanya "Reinventing Government" telah memberikan
inspirasi bahwa administrasi publik harus dapat beroperasi layaknya organisasi bisnis,
efisien, efektif dan menempatkan masyarakat sebagai stakeholder yang harus dilayani
dengan sebaik-baiknya. Beberapa aspek yang perlu mendapat perhatian serius dalam
pelaksanaan otonomi daerah antara lain pelayanan publik, formasi jabatan, pengawasan
keuangan daerah dan pengawasan independent.
menginginkan pelayanan yang cepat, tepat, mudah dan murah serta tariff yang jelas dan
pasti. Pemerintah perlu menyusun standar pelayanan bagi setiap institusi (Dinas) di daerah
yang bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat, utamanya dinas yang
mengeluarkan perizinan bagi pelaku bisnis. Perizinan berbagai sector usaha harus didesain
sedemikian rupa agar pengusaha tidak membutuhkan waktu terlalu lama untuk mengurus
izin usaha, sehingga tidak mengorbankan waktu dan biaya besar hanya untuk mengurus
perizinan. Deregulasi dan debirokratisasi mutlak harus terus menerus dilakukan oleh
pemerintah daerab, serta perlu dilakukan evaluasi secara berkala agar pelayanan publik
Hasil penelitian tentang kualitas pelayanan yang perlu dijadikan pedoman oleh
aparat pemerintah daerah dalam melayani masyarakat di daerah menyatakan bahwa tiga 3-
6 dari 10 pelanggan akan bicara secara terbuka kepada urn urn mengenai perlakuan buruk
yang mereka terima. Pada akhirnya 6 dari 10 pelanggan akan mengkonsumsi barang atau
jasa alternatif (Pantius D, Soeling, 1997: 11). Hasil studi The Tehnical Assistance
Rata-rata pelanggan yang komplain akan memberitahukan kepada 9 atau 10, orang
lain mengenai pelayanan buruk yang mereka terima.
700,1, pelanggan yang komplain akan berbisnis kembali dengan perusahaan kalau
keluhannya ditangani dengan cepat. (Pantius D. Soeling, 1997:11).
Dengan demikian, pelayanan memegang peranan yang sangat penting dalam
menjaga loyalitas konsumen, demikian pula halnya pelayanan yang diberikan oleh pemda
kepada para pelaku bisnis. Bila merasa tidak mendapat pelayanan yang memuaskan maka
mereka akan dengan segera mencari daerah lain yang lebih kompetitif untuk
memindahkan usahanya. Penilaian Kualitas Pelayanan menurut Konsumen mempunyai
indikator kualitas pelayanan dengan S (lima) dimensi berikut (A.my Y.S. Rahayu,
1997:11):
I. Tangibles:
komputerisasi
terpercaya.
5. Emphaty; sikap tegas tetapi ramah dalam memberikan payanan kepada konsumen.
Untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan publik diatas, maka diperlukan
berbagai sumber pembiayaan yang memadai agar pemerintah daerah dapat memberikan
~
kepuasan kepada rakyat yang dilayani. Dalam upaya mncari sumber pembiayaan tersebut
diperlukan berbagai sumber pendapatan baik dari pendapatan asli daerah maupun sumber
pendapatan lainnya yang sah.
Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU Pemda),
b. dana perimbangan;
Dalam implementasi sumber pendapatan yang diperoleh dari pajak dan retribusi
daerah, maka harus dibentuk peraturan daerah sebagai dasar pemungutannya. UU Pemda
memberikan kesempatan besar terhadap berfungsinya lembaga DPRD. Pemberdayaan ini
didukung oleh sistem pemilihan umum dan kewenangan DPRD dalam tiga fungsi utama,
(1) legislatif/perundang-undangan (2) fungsi anggaran, (3) fungsi pengawasan/fungsi
kontrol.
kewajibannya adalah mengawasi setiap pembentukan peraturan daerah. Hal yang harus
dipertimbangkan adalah apakah peraturan darah tersebut memihak pada kepentingan
daerah, secara khusus DPRD diberi wewenang penyelidikan dengan cara melakukan
pemanggilan. Oleh sebab itu, DPRD harus secara proaktif untuk menggunakan ketentuan
ini sebagai upaya mengawasi pelaksanaan pemerintahan di daerah. Pertanyaan mendasar
yang diajukan, apakah telah ada aturan hukum di daerah yang mengatur pelaksanaan hak
ini secara rinci? Tanpa pengaturan dalam bentuk Tata Tertib, maka hak ini tidak dapat
dioperasionalkan oleh DPRD, dan dengan demikian maka hak ini hanya berhenti sebagai
hak tanpa implementasi prosedural yang tepat.
. 10
Peluang yang sangat besar yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah dalam
penyelenggaraan urusan pemerintahan di daerah adalah peraturan daerah. Hal ini
disebabkan oleh karena dua hal, pertama, sifat pengawasan terhadap pembentukan perda
hanya bersifat represif, kedua kctentuan yang mengatur pelaksanaan pengawasan represif
atas pembentukan peraturan daerah pelaksanaannya masih sangat problematis baik tentang
standar pengujian maupun prosedur untuk menilailmenguji peraturan daerah, khususnya
perda tentang pajak dan retribusi daerah yang secara prosedural harus memperoleh
ketentuan Pasal 136 ayat (4) UU Pemda "Peraturan Daerah tidak boleh bertentangan
dengan kepentlngan umum, Peraturan Daerah lain, dan peraturan perundangundangan yang lebih tinggi. Uraian singkat berikut akan menjelaskan standar umum
keabsahan suatu aturan hukum dalam prespektif teoretik. Standar ini akan menggunakan
pemikiran yang dikemukakan oleh Brul&ink (keberlakuao hukum) dan Max Weber
(studl hokum dalam Masyarakat).
Pemikiran Bruggink tentang Keberlakuan hukum dapat dirumuskan dalam tiga
strata yaitu Keberlakuan Empiris, Keberlakuan Normatif dan Keberlakuan Evaluatif.
tentu harus menjadi bagian yang difikirkan oleh pembuat peraturan daerah. Maka
pembentuk peraturan daerah harus mampu mempertimbangkan kepentingan masyarakat
apa saja yang terkait dalam aturan tersebut. Mengabaikan kepentingan hukum masyarakat
akan bermuara pada diabaikannya perturan daerah tersebut. Misalnya peraturan daerah
tentang Pedagang Kakl Llmtt, perumusan nonna hukumnya berisi larangan berjualan.
Seharusnya bukan norma larangan tetapi pengaturan berjualan. Dalam peraturan daerah
itu dapat dilakukan pembatasan-pembatasan tentang tempat jualan, daerah jualan,
tipe/bentuk gerobak, jamlwaktu jualan, ijin jualan, pengawasan dan penegakan hukum.
---'
Peraturan yang isinya hanya mengatur larangan tidak akan mampu menghentikan
kepentingan umum/masyarakat yang hendak mencari nafkah. Akibatnya, tidak satu pun
2
Keberlakuan faktual dapat ditetapkan dengan bersaranakan penelitian empiris tentang perilaku para warga
masyarakat. Jlka darl penclltlan yang demiklan itu tampak bahwa warp, dipandang secara umum, berperllaku
dengan mengacu pada keseturuhan kaidah hukum ....Orang juga secara empiris dapat meneliti apakah
keseluruhan perangkat kaidah hukum secara umum oleh pejabat hukum yang berwenang diterapkan dan
ditegakkan. (Bruggink, 1996, ReOeksi tentang Hukum, Alih bahasa oleh B. Arief Sidharta, Citra Aditya
Bhakti, Bandung, h. 149-150).
----------------------- 11
perda tentang Pedagang Kald Lima dipatuhi oleh masyarakat. Dalam hal ini, maka
pengertian kepentingan umum dapat diberi makna kepentingan perlindungan hak tertentu
bagi masyarakat secara umum. Sebagai bahan bandingan tentang pemikiran ini adalah
pemikiran Max Weber ("Approach to the Study of Law and Sociology") yang terkait
dengan persoalan validitas hukum atau keabsahan hukum (garis bawah penulis). Konstpsi
dasar dari pemikiran Weber terkait dengan konsekwensi hukum bagi masyarakatnytl.
Apakah suatu aturan hukum itu memberi manfaat kepada masyarakat atau tidak, dengan
ukuran ini, maka perancang perda harus mampu mengabstraksi tujuan dari dibentuknya
peraturan daerah itu. Jika dalam prakteknya nanti, perda tersebut tidak efektif maka tujuan
perancang dalam upaya memberlakukan aturan hukum dapat dinyatakan gagal.
Berdasar pada pemikiran tentang keberlakuan normatif atau keberlakuan
formal, terhadap substansi perda akan berada pada dua pertanyaan penting, pertama
apakah perda itu substansinya tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi atau
kedua apakah Perda itu substansinya tidak bertentangan dengan perda lainnya. Dengan
menggunakan pemikiran ini, maka pembentuk perda akan berhati-hati untuk secara cermat
meneliti setiap aturan hukum yang terkait dengan perda yang dibentuk. Paralelisasi
tipologi ini adalah pemikiran kedua dari Weber tentang validity of law dalam tataran
Jurisprudence yaitu "internal consistency of law with it's own rules and principles".
Menjelaskan tahap konsistensi ini, maka Kelsen dengan Ajaran Hukum Mumi (Reine
Rechtslehre)
mengasumsikan
bahwa
"suatu
kaidah
hukum
baru
memiliki
keberlakuannya jika kaidah itu berlandaskan pada suatu kaidah yang lebih tinggi''
(Brugglnk, 1996, h: 151). Berdasar kriteria ini, maka sifat berlakunya perda akan sangat
ditentukan dengan konsistensi vertikal dan horisontal pada substansi perda tersebut. Jika
......
dalam suatu perda terdapat ketentuan yang bertentangan dengan aturan yang lebih tinggi
maka perda tersebut dapat dinyatakan sebagai perda yang cacat (invalidity of law).
Aldbatnya, perda tidak dapat diterapkan secara baik dan dengan demikian perda tersebut
--
Berduw- pada pemlklran kontrak 110slal, maka hukum dapt dlartlkan aah Jlka memillkl aubltansl yana
dldasarlatn. pada kesepakatan bersama (contract soda/), hal ini dlsebabkan karena hukum merupakan produk
dari ratsionalitas manusia dalam alam kapitalis ("systematic elaboration of law and professionalised
administration ofjustice by persons who have received their legal training in a learned and formally logical
manner"), Lord Lloyd Of Hampstead and M.D.A. Freeman, Lloyd's Introduction to Jurisprudence, ELBS,
Graphies, Ltd, Great Britain,l985, h. 554)
4Keberlakuan.
normatlf akan berlandaskan pada pemiklran Kelsen, yaltu adanya prinsip konsistensi vertikal,
yaltu, bahwa aturan hukum yang rendah harus sesuai dengan atu.ran hukum yang leblh tlnsgl. Demlkian juga
adanya konsesitensi horisontal, yaitu keesesuaian antara aturan yang derajadnya setingkat. (Bruggink, 1996,
Refteksi tentang Hokum, Alih babasa oleh B. Arief Sidharta, Citra Aditya Bhakti, Bandung, h. 150).
12
bertumpu pada pemikiran "suatu aturan hukum berdasarkan isinya dipandang mempunyai
nilai dalam tataran empiris dan filosofis". Untuk menentukan sifat nilai tersebut dapat
dilihat dari aspek empiris maupun filosofis. Sebuah perda adalah ketentuan yang
substansinya diterima secara baik oleh masyarakat (tidak menimbulkan gejolak dalam
masyarakat). Oleh sebab itu, perda harus dapat dipastikan mengatur sebuah persoalan yang
benar (troth) bukan sebuah pembenaran (justify) semata. Jika digunakan pemikiran Max
Weber, maka bagian ini akan erat terkait dengan konsepsi tentang "consistency of law
with exttrnal tthical or moral valuun. Konsepsi ini akan memberikan pedoman yang
mudah bagi pembentuk perda, yaitu apakah perda itu bertentangan dengan nilai moral
masyarakatnya atau tidak. Oleh sebab itu, substansi suatu perda akan sangat bervariasi
._,
~Keberlakuan Evaluatlf akan bennuara pada dimensi emplrls apakah aturan hukum itu direaksi secara positip
(diterima) atau ditolak oleh masyarakatnya; pada dimensi filosofis apakah suatu aturan hukum itu secara
substantif dianggap benar. (Bruggink, 1996, Refleksi tentang Hukum, Alih bahasa oleh B. Arief Sidharta,
Citra Aditya Bhakti, Bandung, h. 152).
13
BABIII
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui jenis pajak dan retribusi daerah apa saja yang berlaku di berbagai
kabupatenlkota di Jawa Timur.
'---
retribusi berdasarkan UU No, 28 Tahun 2009. Hasil penelitian ini memberikan informasi
tambahan atau second opinion yang meliputi:
a. Jenis-jenis pajak dan retribusi daerah apa saja yang telah dipungut di daerah
c. Gambaran potensi pajak dan retribusi daerah yang telah dipungut dan rencana
strategsi penyesuaian jenis pajak dan retribusi daerah dengan mengacu pada
ketentuan dalam UU No. 28 Tahun 2009.
Selain itu asil penelitian ini dapt dijadikan bahan pembanding bagi kabupatenlkota dan
provinsi yang akan sedang melakukan penyesuaian perda pajak dan retrlbusi. Disisi lain,
perda-perda yang telah dibentuk di kabupaten!kota yang telah selesai bisa dijadikan
rujukan dan atau bahan evaluasi dalam rangka pembentukan pajak dan retribusi daerah di
kabupatenlkota lainnya.
14
BABIV
METODE PENELITIAN
dilakukan untuk mencari pemecahan atas pennasalahan tentang penyesuaian antar kaidah
hukum dalam aturan hukum yang berbeda. Hasil yang dicapai adalah memberikan
preskripsi mengenai strategi hukum apa yang seharusnya disusun untuk menjawab
permasalahan yang diajukan.
aturan~aturan
pem.erintah daerah dalam menyusun peraturan daerah tcntang pajak dan retribusi daerah.
Data empirik (lapangan) yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi berbagai
jenis perda pajak dan retribusi daerah yang telah dibentuk di beberapa wilayah Jawa Timur
yang dijadikan sample untuk penelitian. Pemerintah kabupatenlkota yang akan dijadikan
sample adalah Kabupaten Lamongan, Kabupaten Pasuruan, Kota Madiun dan Kota
Mojokerto. Alasan wilayah tersebut dijadikan sample penelitian adalah penetapan
berdasarkan pilihan secara ranwilayah kota besar dan daerah penyangga dari random
Pengumpulan bahan hukum dilakukan melalui metode bola salju (.mow ball
method), prosedur identifikasi dan inventarisasi bahan-bahan hukum primer dan sekunder.
Terhadap bahan-bahan hukum yang terkumpul dilakukan klasifikasi secara sistematis
sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Klasifikasi (coding) dimaksudkan
Sedangkan data empirik yang berkait dengan praktek penyusunan perda pajak dan
retribusi dilakukan dengan metode wawancara dengan instansi pemerintah yang terlibat
dalwn penyusunan perda pajak dan retribusi, baik melalui wawancara langsung maupun
dengan mengisi kuisioner (daftar pertanyaan).
dan Mark Van Boeke, Rechtswetenschappen, 1982). Dalam penelitian ini pengkajian
deskriptif analitik tidak bermaksud melakukan pengujian hipotesa maupun teori.
sudah memiliki standar sebagai peraturan yang baik berdasarkan metode ROCCIPI (Rule,
Oppurtunity, Capacity, Communication, Interest, Process, Ideology). Hal ini memerlukan
memerlukan telaah secara yuridis dan empiris untuk mengetahui keberlakuan hukum yang
memasukkan secara spesifik hambatan (constraints) dan sumberdaya (resources) masingm.asing lembaga pelaksana.
- - - - - - -- -- - 16
Gambar 1
Proses Pembuatan Aturan Hokum (ROCCIPI)
MODEL: THE I.AIPUMKfNG !Ji'ROCfU
COl---.. .
C .._,.-s,..ciflc
faiGIUI'm!S
~WG
~-
---~
.. I
I
'f ee41Jad(
~nMnntlJ
IIIU'LIIIINtiNG
INS1Jiru110HI
~4plllc:ililc:
. .
/
.
"
'
F~
'
'
_C>O~t-l'line. ~
Data lapangan adalah hasil wawancara terhadap lembaga yang berkaitan dengan
pajak dan retribusi daerah yaitu BPKD, Bagian Hukum dan DPRD. Masing-masin_g
peran lembaga dapat dilakukan klasifikasi yang dituangkan dalam matriks/tabel
ROCCIPI. Dari matriks/tabel ROCCIPI dapat dilakukan suatu analisis kualitatif yang
disandingkan dengan jumlah dan jenis pajak dan retribusi daerah yang telah dan akan
ROCCIPI
(IDpOtesls)
(R-)
Peraturan
(0-)
Kesempatan
(C-)
Kemampuan
(C-)
Komunikasi
(I-)
Kepentingan
(P-)
Proses
(1-)
__ _Ideolo_ai
_ _ ___
- - - - - - - - -- - - - -
_ _ _ 17
--
PenyHullln Ptrda
Pajak/Retrtbusl
Daerah
Menlngkatkan PAD
u-~
.
Y
C/
-----------------------------------------------
~
Anallsls produk (do-
_[Jh
~.,
~~~-
~-
'
'
Panl150
-13-
Anallsls
- - - - - - - - - - - 18
Penyesuaian perda pajak atau retribusi daerah terarah untuk meningkatkan PAD.
Konteks penyesuaian peraturan tersebut dilakukan dengan analisis dokumen yang melihat
isi perda dan kesesuaiannya dengan ketentuan UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan
Retribusi Daerah. Ketentuan normatif yang penting dalam rangka peningkatan PAD
adalah jenis pajak daerah yang sifatnya limitatif dan jenis retribusi daerah yang sifatnya
enumeratif. Analisis dokumen dilanjutkan dengan potret realitas produk hukum daerah
tentang pajak dan retribusi. Analisis dokumen peraturan perundangan di tingkat nasional
dan di tingkat daerah selanjutnya diarahkan pada output penelitian yaitu tata hukum positif
tentang perda pajak dan retribusi daerah, strategi perencanaan penyesuaian perda pajak
dan retribusi daerah, serta gambaran potensi daerah sebagai konsideran penyusunan
perencanaan perubahan pajak dan retribusi daerah ke depan nanti.
Tabell.
Jadwal PentUtfan
BULAN
No
KEGIATAN
4.
5.
dan
koordinasi
persiapan penelitian
Pengurusan perizinan
Pencarian data (data primer
dan data sekunder)
Analisis data
Penyusunan Laporan
6.
Seminar
1.
2.
3.
Maret
April
Rapat
Hasil
Laporan
---~~---~--- ~~ ----------------~-------~-----
19
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
BABY
HASIL DAN PEMBAHASAN
3. 78% dari luas wilayah Provinsi Jawa Timur. Dengan panjang garis pantai sepanjang
47 km, maka wilayah perairan laut Kabupaten Lamongan adalah seluas 902,4 km2 apabila
dihitung 12 mil dari permukaan laut. Daratan Kabupaten Lamongan dibelah oleh Sungai
Bengawan Solo dan secara garis besar daratannya dibedakan menjadi 3 (tiga) karakteristik
yaitu:
Bagian Tengah Selatan merupakan daratan rendab yang relatif agak subur yang
membentang dari Kecamatan Kedungpring, Babat, Sukodadi, Pucuk, Lamongan,
Deket, Tikung Sugio, Maduran, Sarirejo dan Kembangbahu.
Bagian Tengah Utara merupakan daerah Bonorowo yang merupakan daerah rawan
Data kondisi geografis dan demografis dikutip dari Situs (website) resmi Pemerintah Daerah Kabupaten
Lamongan,
hUp;//w\\W,IamQD@Ilio.jd/index.php?option'"'COm conteol&task ..vicw&id..44 1<emid'"'43.2.,
Pemutakhiran Terakhir (Friday, 13 June 2008).
-- 20
ketinggian 25-100 meter seluas 45,68%, selebihnya 4, 15% berketinggian di atas 100 meter
Lamongan berbentuk "cekung" artinya wilayah bagian utara dan selatan merupakan
dataran tinggi sedangkan wilayah bagian tengah merupakan dataran rendah serta di lewati
sungai terpanjang di Jawa yakni Sungai Bengawan Solo, sehingga rawan sekali terhadap
banjir. 7 Penggunaan laban masih di dominasi oleb laban pertanian sekitar 47% dari luas
wilayah Kabupaten Lamongan sebesar 1.812,8 Km 2
Jika dilihat dari tingkat kemiringan tanahnya, wilayah Kabupaten Lamongan
~
merupakan wilayah yang relatif datar, karena hampir 72,5% lahannya adalah datar atau
sedangkan hanya sebagian kecil dari wilayahnya adaJah sangat curam, atau kurang dari
1% (0,16%) yang mempunyai tingkat kemiringan laban 40% lebih.
~
Kondisi tata guna tanah di Kabupaten Lamongan adalah sebagai berikut: baku
sawah (PU) 44.08 ha, baku sawah tidak resmi (Non PU) 8.168,56 ha, sawah tadah hujan
terdiri dari 646.830 jiwa (Sl,26%) perempuan dan 615.142 jiwa (48,74%) laki-laki.
Dengan komposisi kelompok umur berdasarkan jenis kelamin laki-laki usia 0-14 tahun
sebanyak 170.087 jiwa (27,65%), usia 15-64 tahun sebanyak 407.040 (66,17%) dan usia di
atas 65 tahun sebanyak 38.015 jiwa (6,18%). Sedangkan kelompok umur perempuan usia
0-14 tahun sebanyak 151.617 jiwa (23,44%), usia 15-64 tahun sebanyak 436.092 (67,42%)
dan usia di atas 65 sebanyak 59.121 jiwa (9,14%), sehinggajumlah penduduk Kabupaten
Lamongan secara keseluruhan berdasarkan kelompok usia 0-14 tahun sebanyak 321.704
Jiwa, usia lS-64 tahun sebanyak 843.132jiwa, usia 6S ke atas sebanyak 97.136jiwa.
7
Mohammad
Anwar,
eta!.,
"Evaluasi
RPJMD
b1tp://psktnp.s1teJl.8_,ne!Lt!liJ!sfppncL.ninl_kLp_df
_ _ _ _ 21
2006-2010
Kabupaten
Lamongan-Jatim,"
orang, perdagangan 417 orang, angkutan 240 orang, bank dan keuangan 78 orang dan
jasa-jasa 2.351 orang.
5.1.1.3. Kondisi Ekonomi Daerah
diketahui sektor-sektor basis dan unggulan yang dapat dipacu atau diakselerasi dan
dioptimalkan guna memacu perkembangan kondisi perekonomian atau pembangunan
daerah pada wilayah tersebut. Hal ini tentunya akan digunakan sebagai pendorong
dalam mewujudkan pembangunan ekonomi berbasis potcnsi sumber daya yang ada di
Kabupaten Lamongan.
Hasil analisa komparatif dan sektor unggulan berdasarkan data produk
Domestik regional Bruto (PDRB) melalui indeks Dominasi antar daerah di Provinsi
Jawa Timur (38 kabupaten/ kota) dengan menggunakan 2(dua) indikator utama yaitu
Static Location Quotion (SLQ) dan Dynamic Location Quotion (DLQ), maka dapat
diketahui sektor-sektor unggulan daerah di Kabupataen Lamongan. Adapun sektor
Sektor industri pengolahan (khususnya sub sektor industri tanpa migas: industri
tekstil. barang kulit, barang kayu, kertas dan barang cetakan),
Sektor jasa (khususnya sub sektor sosial dan kemasyarakatan, hiburan dan
rekreasi, dan perorangan dan rumah tangga).
Potensi unggulan suatu daerah juga dapat dilihat dari kondisi sumberdaya
yang dimitiki. Berdasarkan kondisi sumber daya alam yang ada, potensi unggulan
------------------------ 22
daerah Kabupaten Lamongan di sektor pertanian khususnya nampak pada sub sektor
tanaman pangan dan sub sektor perikanan. Dengan total baku laban sawah scluas
83.213 hektar(sekitar 7,23% dari total Jawa Timur Kabupaten Lamongan pada tahun
2006 mampu memberikan kontribusi produksi gabah sebanyak 776.085 ton GKG
(7,14% dari total produksi gabah di Jawa Timur atau terbesar ke-2 di Jawa Timur).
Kabupaten Lamongan juga merupakan penghasil nomor S (lima) terbesar di Jawa
Timur untuk komoditi jagung, yaitu sebesar 5,61% dari total Jawa Timur.
Untuk sub sektor perikanan, Kabupaten Lamongan mampu memberikan
kontribusi sebesar 15,25% dari total produksi ikan di Jawa Timur atau merupakan
penghasil ikan terbesar di Jawa Timur, yaitu sekitar 65.874,984 ton senilai k:urang lebih
Rp.446 milyard. Kontribusi terbesar produksi ikan di Kabupaten Lamongan
disumbangakan oleh produksi ikan air tawar (sawah tambak) dan produksi perikanan
taut. Perikana sawah tambak yang didukung areal 22.422,49 hektar mampu
memberikan produksi ikan air tawar sebesar di Jawa Timur, sedangkan perikanan laut
yang didukung 19.994 nelayan dan 5.385 armada kapal penangkap ikan mampu
menghasilkan produksi ikan terbesar nomor 3 (tiga) di Jawa Timur setelah Kabupaten
Sumenep dan Probolinggo.
Pada sektor indusri pengolahan, keunggulan potensi sektor ini banyak
ditopang oleh besarnya keberadaan industri rumah tangga (IRT) dan Usaha Mikro kecil
Menengah (UMKM) yang ada. Berdasarkan data tahun 2006, di Kabupaten Lamongan
berkembang 13.676 unit industri non formal dan 445 unit industri formal yang
kesemuanya memberikan kontribusi yang tidak sedikit terhadap perekonomian daerah
dan penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Lamongan.
Sektor bangunan atau konstruksi merupakan salah satu sektor unggulan
daerah di Kabupaten Lamongan.Hal ini menunjukkan suatu indikasi cepatnya laju
gerak: pembangunan sarana prasarana di Kabupaten Lamongan, baik itu berupa
Surplus beras pada tahun 2006 yang kurang lebih mencapai 358.000 ton merupakan
..
----~
--
....... -" -
23
salah satu komodoti perdagangan unggulan daerah, demikian juga komoditi perikanan
air tawar (sawah tambak) dan perikanan laut yang memberikan kontribusi besar
terhadap perekonomian daerah. Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada tahun
2006 memberikan perumbuhan ekonomi tertinggi, yaitu sebesar 10,3 7%.
Untuk sektor jasa, khususnya sub sektor hiburan dan rekreasi menunjukkan
suatu perkembangan yang nyata atau signifikan untuk memberikan kontribusi yang
semakin
meningkat
terhadap
perokonomian
daerah
Kabupaten
Lamongan.
letak strategis
diantara pusat-pusat
pertumbuhan di Jawa Timur merupakan potensi yang cukup besar untuk dioptimalkan
dalam rangka pengembangan wilayah. Model pembangunan ekonomi daerah dengan
pendekatan kutub pertumbuhan (Growth Pole Approach), yaitu menciptakan pusatpusat pertumbuhan khususnya di wilayah pantura (pantai utara) dengan pihak investor
merupakan strategi yang telah dikembangkan selama beberapa tahun ini. Diharapkan
pusat-pusat pertumbuhan tersebut bisa menjadi engine of growth dari perekonomian
Kabupaten Lamongan secara keseluruhan tanpa mengesampingkan pengembangan
wilayah lainnya.
24
pada tahun 2006 (yang masih merupakan angka estimasi atau sangat sementara) adalah
sebesar Rp.4,082 triliun. Sedangkan berdasarkan atas dasar berlaku (ADHB), PDRB
Kabupaten Lamongan mencapai Rp.5,872 triliun atau meningkat sebesar 10,24%
dibandingkan tahun 2005 dimana sebesar Rp. 2,283 triliun disumbangkan oleh sektor
pertanian.
Perkembangan pencapaian kemajuan perekonomian suatu daerah dapat dilihat
dari nilai pertumbuhan perekonomian yang dicapai tiap tahunnya. Pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Lamongan pada tahun 2006 mencapai S, 11%. Pertumbuhan
ekonomi
selama 5
(Lima)
tahun
terakhir
(2002-2006)
menunjukkan
pola
ekonomi tersebut disadari masih dibawah rata-rata pertumbuhan ekonomi Jawa Timur
dan Nasional yang pada tahun 2006 mencapai 5,5%.
Struktur perekonomian Kabupataen Lamongan yang masih besar ditopang
oleh sektor pertanian mengakibatkan laju pertumbuhan ekonominya masih dibawah
rata-rata Jawa Timur dan Nasional. Persoalan struktural yang dialami oleh sektor
pertanian selama ini mengakibatkan rendahnya kontribusi sektor ini terhadap
pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Hal ini dapat dilihat dari nilai pertumbuhan
ekonomi yang disumbangkan oleh sektor pertanian selam kurun waktu 2002-2006
relatip stagnan, dimana pada tahun 2006 hanya tumbuh sebesar 1,72%, paling rendah
dibandingkan pertumbuhan sektor-sektor lainnya. Berkaitan dengan kondisi tersebut,
upaya peningkatan nilai tam bah produk-produk komoditi pertanian pada tahun-tahuin
mendatang melalui pengembangan kegiatan pengolaban basil komoditi pertanian
(industri pengolahan berbasis komoditi pertanian) menjadi salah satu pemecahannya.
Berdasarkan data perkembangan selama 5 (lima) tahun terakhir (2002-2006)
25
perdagangan, hotel dan restoran (29,58%) dan sektor jasa-jasa( 11,48%), dan sektor
industri pengolahan sebesar 5,51 %.
Mendekati dengan publikasi struktur perekonomian oleh Pemda Kabupaten
...._
sedangkan terendah pada tahun 2004 sebesar S%. Sumber pendapatan asli daerah yang
memiliki kontribusi terbesar berbeda setiap tahunnya selama tahun 2002-2003
kontribusi terbesar dipegang oleh sektor lain-lain pendapatan. Sedangkan penerimaan
daerah yang bisa dikembangkan adalah sektor pajak dan retribusi karena keduanya
memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap PAD Kabupaten Lamongan. Dalam
meningkatkan kontribusi dan potensi pendapatan asli daerah, hendaknya membuat
suatu kebijakan yang efektif dan efisien guna meningkatkan penerimaan daerah dari
potensi sektor pariwisata dalam menyerap tenaga kcrja di Kabupatcn Lamongan. Data
yang digunakan adalah data sekunder runtun waktu yang diperoleh dengan mencatat
dari Dinas Pendapatan Daerah, Badan Pusat Statistik Kabupaten Lamongan, Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lamongan yang telah disusun dengan baik dan
siap diolah selama periode tahun 2001 sampai dengan tahun 2006. HasH penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata elastisitas kesempatan kerja pada sektor pariwisata
sebesar 2,29. Sedangkan rata-rata pada sektor pendukung pariwisata sebesar 1,54. Pada
Fitri
Junitasari,
"Analisis
Potensi
Peodapatan
Asli
Daerab
Kabupaten
Lamonaan",
Mario Hally Hadiwijaya, "Peranan Sektor Pariwisata terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan
Pendapatan
Asli
Daerah
Kabupaten
Lamongan
Tahun
2001-2006,"
http://digilib.utlei.ac.id/p,dl42/gdl.php?mod..browse&op""tead&id.. gdlhub~p,dlmarlohally-23.68
- - - - - - - - - - - - - 26
pariwisata rata-rata per tahun sebesar 124,24% dan laju kenaikan tenaga kerja yang
terjadi sebesar 561,71%. Pada sektor pendukung pariwisata hotel, rumah makan,
transportasi, rekreasi dan hiburan, rata-rata laju pertumbuhan jumlah sektor pendukung
pariwisata adalah sebesar 16,74%, rata-rata laju kenaikkan tenaga kerja sektor
dapat diartikan dalam penelolaan kcpariwisataan yang dilakukan pada periode tabun
2001-2006 di Kabupaten Lamongan meningkatkan pendapatan sektor pariwisata dan
mengurangi pengangguran.
Rp. 71 Miliar. Pertumbuhan 68% PAD 2005-2010 memang cukup tinggi, apalagi
diukur dengan pertumbuhan dana perimbangan dari pemerintah pusat yang mencapai
20%. Ironisnya, derajat Desentralisasi Fiskal Lamongan malah menurun. Bila tahun
2005, porsi PAD dibanding keseluruhan Pendapatan Daerah mencapai 9,3%, sayangnya
retribusi pelayanan kesehatan dan retribusi parkir berlangganan. Bila pos "unggulan"
seperti WBL tahun 2009 diperoleh pembagian laba sebesar Rp. 10,1 Miliar, masih
kalah dengan pendapatan Lamongan dari retribusi pelayanan kesehatan warga yang
berobat, sebesar Rp 11,3 Miliar. Target PAD tahun 2009 sebesar 111 Millar sebagaimana telah diiklankan di media massa -- hanya tercapai 71 Miliar.
12
10
Madekhan Ali. "Catatan Pinggir Untuk LKPJ Bupati Lamongan," Budget Info, Daulat Atas Anggaran,
http://www.budget-info.com/index.php?option=com content&view=article&id=353%3Acatatan-pinggir-untuklkpj-bupati-lamongan&catid=48%3Alocal-budget-sektor-lain&Itemid=259&lang=in
11
Ibid.
12
Ibid.
27
adalah pendapatan di sektor retribusi pasar. Dana yang diperoleh di sektor retribusi
pasar merupakan pendapatan yang paling besar dibandingkan dengan penerimaan
daerah di sektor lainnya.
Data BPS Provinsi Jawa Timur tentang pajak daerah 14 dan retribusi daerah 1)
menunjukkan terdapat kecenderungan realisasi pajak daerah yang tidak memenuhi
target pada tahun 2007 dan melampaui target pada tahun 2008. Sedangkan retribusi
daerah Kabupaten Lamongan cenderung melampaui target yang dicanangkan sepanjang
tahun 2007-2008.
Tabel. 3. Target dan Realisasi Pajak Daerab dan Retribusi Daerab
Kabupaten Lamongan (2007-2008)
Tabun
Target dan Realisasi
Pajak Daerab
Retribusi Daerah
2007
Target
12.115.000.000,00 18.408.000.000,00
Realisasi
2008
Target
11.994.000.000,00 19.700.000.000,00
12.241.000.000,00 23.573.000.000,00
14.173.000.000,00 24.300.000.000,00
Realisasi
Sumber: BPS Provinsi Jatim (2008); diolah oleh peneliti.
Letak geografis wilayah Daerah Tingkat II Kabupaten Pasuruan berada pada posisi
sangat strategis yaitu jalur regional juga jalus utama perekonomian Surabaya - Malang
dan Surabaya- Banyuwangi. Hal tersebut menguntungkan dalam pengembangan ekonomi
13
Eny Rahmawatl, "Pelakunaan Retrlbusl Pasar Dalam Peniqkatan Pendapatan Asll Daerab (Studl
Pada
Kantor
Dlspenda
Kabupaten
Lamongan),"
content/uploads/images/PAD l.pdf
15 Rekapitulasi Target dan Realisasl Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota Seluruh Jawa Tlmur
Sektor HasH Retrlbusl Daerah, http:// jati m.bps. go .i d/wp-contentlupl oads/images!P AD2.pdf
"'-
"~~.o~~.o-
.. '''""''" ---
""------.-''"'
28
luas wilayah 147.401,50 Ha (3,13% luas Provinsi Jawa Timur) terdiri dari 24 Kecamatan,
24 Kelurahan, 341 Desa dan 1.694 Pedukuhan.
16
ini membentang dibagian Selatan dan Barat meliputi: Kec. Lumbang, Kec. Puspo,
Kec. Tosari, Kec. Tutur, Kec. Purwodadi, Kec. Prigen dan Kec. Genpol.
Daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 6m sampai 91 m, dataran rendah ini
Kondisi wilayah Kabupaten Pasuruan terdiri dari daerah pegunungan berbuldt dan
daerah dataran rendah, yang secara rinci dibagi menjadi 3 bagian:
Bagian selatan terdiri dari pegunungan dan perbukitan dengan ketinggian permukaan
tanah antara 186 meter sampai 2. 700 meter yang membentang mulai dart wilayah
kecamatan Tutur, Purwodadi dan Prigen.
Bagian Tengah terdiri dari dataran rendah yang berbukit dengan ketinggian
permukaan antara 6 meter sampai 91 meter dan pada umumnya relatif subur.
Bagian Utara terdiri dari dataran rendah pantai yang tanahnya kurang subur dengan
ketinggian permukaan tanah 2 meter sampai 8 meter. Daerah ini membentang dari
timur yakni wilayah kecamatan Nguling Kearah Barat yakni Kecamatan Lekok,
16
Data kondisi geografis dan demografis dikutip dari Situs (website) resmi Pemerintah Daerah Kabupaten
.. 20% luas
ini merupakan
Keaneka ragaman penduduk sebagian besar suku Jawa, suku Madura, Suku Tengger dan
keturunan asing antara lain Cina, Arab, India. Agama yang dianut Islam, Kristen
Protestan, Katholik, Budha dan Hindu.
Kondisi penduduk menurut mata pencaharian terdiri dari Pertanian (33,98%)
Industri Pengolahan (24,69%), Listrik, gas dan air (0,41%) perdagangan, hotel dan
restoran (17,790/o) pertambangan dan galian (0,38%). Bangunan (5.21%), Keuangan,
Persewaan dan jasa perusahaan (0,33%), pengangkutan dan komunikasi (6,66%) serta
jasa (10,55%) Data akhir tahun 2005 bcrdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional. 17
5.1.2.3. Kondisi Ekonomi Daerab, Pajak Daerab dan Retribusi Daerah
Menurut hasil pemantauan Tim Jawa Pos (JPIP), Kabupaten Pasuruan
mengalokasikan belanja publik lebih kecil daripada belanja aparatur. 18 Suatu hal yang
positif adalah belanja bantuan keuangan yang cukup besar pada pos dinas pendidikan
(Rp 43,9 miliar). Kabupaten Pasuruan mengalokasikan anggaran 10,06 persen atau setara
Rp 65,72 miliar dan dari jumlah tersebut, Rp 43,9 miliar (6,7 pcrscn dari total APBD)
disumbang kelompok belanja bantuan keuangan pada pos dinas pendidikan. Kabupaten
Pasuruan juga menunjukkan kecenderungan kenaikan alokasi anggaran pendidikan yaitu
17
11
Ibid.
"Paparan HasU Monitoring Otonoml Daerah
2007,
http://webcache.googleusercontent.com/search?g=cache:KOXibFhy5hgJ:www.adkasi.org/upload/File/Paparan
%2520Monitoring%2520Pelaksanaan%25200tonomi%2520Daerah,%2520Jawa%2520Pos.doc+analisis+data+
~+daerah+kabupaten+pasuruan&cd .. 35&hl"'id&crclnk&il""id
30
alokasi lebih dari 20 persen anggaran pendidikan dalam APBD 2007-2009 atau berada
pada kisaran 39-41 persen.
19
Pajak Daerab
Retrlbusl Daerab
2007
Target
Realisasi
38.914.000.000,00
40.138.000.000,00
14.633.000.000,00
16.608.000.000,00
2008
Target
Realisasi
40.439.000.000,00
44.099.000.000,00
17.011.000.000,00
16.672.000.000,00
Dalam Rancangan APBD Kabupaten Pasuruan Tahun 2010, khususnya Pengantar Nota
Keuangan R-APBD 2010, terdapat perencanaan capaian untuk P~ak Daerah adalah Rp.
44.324.922.000,- dan Retribusi Daerah sebesar Rp. 23.588.727.000,-.21
5.1.3. Kota Madiun
transportasi darat utama antar Provinsi di pulau Jawa diantaranya dilewati jalur antara
Surabaya - Madiun - Solo - Jakarta, Sl1rabaya - Madiun - Solo - Bandung. Kota
Madiun juga merupak:an kota transit yang cukup strategis karena topografi tanahnya
1
~iada~i dari uraian Nur Hidiyat pada "Hasil Studi Aoganm ftndidikao
di Datrab.''
"Pandangan Umum Nota Keoangan Pemda Pasuruan"1 Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa,
http://www.bungjack.co.cc/2009/ 12/pandangan-umum-nota-keuangan-pemda.html
~-~-----
. -~-"~~- 31
yang datar menjadi pilihan jalur yang mudah dilalui oleh alat transportasi bus maupun
kereta api serta mendukung daerah hinterland yang mempunyai potensi budaya dan
pariwisata yang cukup terkenal. 22
Secara geografis Kota Madiun terletak pada 1110 BT-1120 BT dan 70LS- SOLS
dan berbatasan langsung dengan Kecamatan Nglames Kabupaten Madiun di sebelah
utara, sebelah selatan dengan Kecamatan Geger Kabupaten Madiun, sebelah timur
dengan Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun, dan sebelah barat dengan Kecamatan
Jiwan Kabupaten Madiun. Wilayah Kota Madiun mempunyai luas 33,23 Km2 terbagi
menjadi 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan Manguharjo, Kecamatan Taman, dan
Kecamatan Kartoharjo. Dengan luas masing-masing Kecamatan Manguharjo 10,04 Km2,
Kecamatan Taman 12,46 Km2, dan Kecamatan Kartoharjo 10,73 Km2. Masing-masing
kecamatan tersebut terdiri atas 9 kelurahan sehingga terdapat 27 kelurahan di Kota
Madiun.
Kota Madiun terletak pada daratan dengan ketinggian 63 meter hingga 67 meter
dari permukaan air taut. Daratan dengan ketinggian 63 meter dari permukaan air taut
terletak di tengah, sedangkan daratan dengan ketinggian 67 meter dari permukaan air laut
terletak di sebelah di selatan. Rentang temperatur udara antara 200C hingga 350C. Ratarata curah hujan Kota Madiun turon dari 210 mm pada tahun 2006 menjadi 162 mm pada
tahun 2007. Rata-rata curah hujan tinggi teljadi pada bulan-bulan di awal tahun dan akhir
tahun, sedangkan rata-rata curah hujan rendah teljadi pada pertengahan tahun.
22
Dikutip dari dokumen RPJMD Kota Madiun yang telah disahkan menjadi Perda No. 19 Tahun 2009,
http://bappeda.madi unkota.in fo/wp-content/uploads/20 I 0/01 /mi m.pdf
23
RPJPD Kota Madiun 2005-2025, http://bappeda.madiunkota.info/wp-content/uploads/20 10/06/perda-rpjp.pdf
32
Dalarn Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Madiun Tahun 2002 - 2012 telah
termuat konsep untuk rencana distribusi penduduk antara lain melalui upaya
mengembangkan daya tarik Bagian Wilayah Kota (BWK) diluar pusat kota untuk
dikembangkan kawasan-kawasan pemukiman sehingga dimungkinkan pengurangan
konsentrasi penduduk yang padat di pusat kota.
Tingkat kepadatan penduduk menunjukkan bahwa pada tahun 2002 BWK Pusat
kota dan sekitarnya seluas 449.631 ha didiami sekitar 58.708 jiwa yang berarti tingkat
kepadatan penduduknya 131 jiwa per ha, sementara di BWK Barat (kota bagian barat)
seluas sekitar 787.948 ha angka kepadatan penduduk hanya mencapai sekitar 32 jiwa per
ha. Demikian juga di BWK Selatan (yang mencakup wilayah kota bagian selatan dan
timur) pada angka kepadatan sekitar 70 jiwa per ha, serta BWK Utara (yang mencakup
kota bagian utara dan timur) tingkat kepadatan penduduk sekitar 48 jiwa per ha. Dengan
tingkat kepadatan penduduk dan sebaran penduduk yang tidak seimbang dan merata itu
diperlukan kebijakan pengembangan daya tarik pada setiap BWK agar distribusi
penduduk bisa lebih seimbang dan merata. Pengembangan daya tarik itu antara lain
mencakup pengembangan kawasan perkantoran, pertokoan, permukiman, pendidikan
dan sebagainya.
5.1.3.3. Kondisi Ekonomi Daerah1 Pajak dan Retribusi Daerah.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku menunjukkan
peranan atau keadaan riil sektor-sektor yang mempengaruhi besar kecilnya Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB). Sedangkan untuk mengetahui kontribusi sektoral dan
pertumbuhan ekonomi daerah, didasarkan pada data Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) atas dasar harga konstan. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa dengan
menggunakan harga konstan perkembangan dari tahun ke tahun tidak dipengaruhi
inflansi, sehingga pebandingan pertumbuhannya lebih obyektif . Peranan sektoral
terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan tahun
2007 menempati urutan pertama adalah sektor lndustri Pengolahan sebesar 23,99%
walaupun secara trend mengalarni penurunan dari tahun 2003 sampai dengan tahun
2007. Peringkat kedua adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yang berada pada
kisaran angka yang relatif stabil dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 berkisar 19%
- 20%. Urutan ketiga adalah sektor jasa-jasa dengan kontribusi di tahun 2007 sebesar
14,94% meningkat 0,8% dari tahun 2006, Dilihat dari peranan kelompok sektor maka
yang memberikan konstribusi terbesar adalah kelompok tersier sebesar 57,95%
kemudian kelompok sekunder 39,65% dan yang terkecil kelompok sektor primer sebesar
- - - 33
- - - - - - - - - - 34
;,_..
Target
(Rupiah)
Realisasi
(Rupiah)
2004
18,656,598,000.00
16,647,374,553.72
89.23%
2005
17,075,298,000.00
22,096,187,441.55
129.40%
2006
18,485,922,000.00
19,362,751,778.28
104.74%
2007
19,593,760,000.00
22,444,56.5,604.67
114.55%
2008
22,980,184,000.00
27,014,134,401.86
117,55%
Tahun
Persentase Realisasi
Terbadap Target ( 0..4)
.......
Pertumbuhan target anggaran tahun 2005 dibanding tahun 2004 menurun 8,48%,
kemudian tahun 2006 meningkat menjadi 8,26%. Tahun 2007 terjadi penurunan menjadi
sebesar 5,99% dan naik kembali menjadi 19,06%. Sedangkan realisasi mengalami
pertumbuhan yang fluktuatit: Pada tahun 2005 terjadi peningkatan sebesar 32,73%
'-
dibanding tahun 2004. Namun tahun 2006 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Madiun
........,
._,
Target dan
Realilasi
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Laba Perusahaan
Milik Daerah
Lain-lain
Pendapataa Alii
Daerab Yaa1
Sah
'-'
Target
4,602,949,000.00
Realisasi
2005
2006
2004
2007
2008
5,618,949,575.50
4,515,501,000.00
5,002,981,195.60
711,015,000.00
683,122,341.09
8,827,133,000.00
5,342,321,441.53
Tqet
5,345,270,000.00
5,269,835,000.00
1,222,767,000.00
5,237.42~000.00
Reallsasl
5,981,331,637.00
6,107,718,839.00
1,163,428,048.87
8,843,708,916.68
Target
5,801,233,000.00
6,223,489,000.00
1,254,967,000.00
5,206,233,000.00
Realisasi
6,367,531,950.25
6,594,055,756.00
1,217,924,743.97
5,183,239,328.31
Target
Reallsasl
6,363,948,000.00
8,109,514,000.00
9,389,439, 796.00
1,423,165,000.00
3,697,133,000.00
1,368,981,078.04
3,821,527,881.18
Target
7,809,346,000.00
10,116,102,000.00
8,597,497,646.00
11,626,157,682.50
1,967,947,000.00
2,145,892,656.78
3,086,789,000.00
4,644,586,415.42
Realisasi
7,864,616,849.45
----------------------- 35
Pajak daerah terhadap PAD Kota Madiun yang merupakan pos paling besar
peningkatannya dibandingkan tiga pos lainnya (retribusi daerah, laba perusahaan milik
daerah, dan lain-lain PAD yang sah). Memiliki Kontribusi realisasi di tahun 2004-2008
berkisar antara 27%-35%. Sedangkan untuk realisasi anggaran terhadap target bergerak
pada tingkat 109%-123%. Kontribusi pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah
tertinggi Pada tahun 2007 yaitu sebesar 35,04% dan terendah pada tahun 2005 yaitu
sebesar 27,07%. Sedangkan realisasi anggaran terhadap target tertinggi pada tahun 2007
yaitu sebesar 123,58% dan terendah terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 109,76%.
Pertumbuhan reaisasi pajak daerah Kota Madiun rata-rata 7,41% sedangkan kenaikan
tertinggi pada tahun 2007 terhadap tahun 2006 sebesar 23,51%.
Gambar3.
Kontribusi Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dan Persentase Realisasi Anggaran Terhadap Target (2004-2008)
I'O.OOr.
1%0.0GY.
122.01'X
123.58X
100.00X
80.00X
GO.OOX
1-0.00:1(
~o.oo;.-~
o.oox
201M
2000
2005
2007
2Ho
K:mtr busi tert adap P.00 :11 Per~entase ealisasi ter abdap tar,et
Retribusi daerah berkontribusi terhadap PAD pada tahun 2004 sampai tahun
2008 berkisar antara 27%- 43%, sedangkan realisasi anggaran terhadap target berkisar
antara 105% - 115%. Retribusi daerah diperoleh dari obyek-obyek retribusi adalah
retribusi pelayanan kesehatan pada RSUD, retribusi pelayanan persampahanlkebersihan,
retribusi penggantian biaya cetak Kartu Tanda Penduduk (KTP), retribusi penggantian
biaya cetak akte catatan sipil, retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum, retribusi
pelayanan pasar, retribusi pengujian kendaraan bermotor, retribusi pemakaian kekayaan
daerah, retribusi jasa usaha terminal, retribusi jasa usaha rumah potong hewan, retribusi
36
Kontribusi retribusi daerah dalam mendukung PAD Kota Madiun tertinggi terjadi
Pada tahun 2008 yaitu 43,04% sedangkan kontribusi terendah terjadi pada tahun 2005
sebesar 27,64%. Dari sisi realisasi retribusi daerah terhadap target tertinggi terjadi pada
tahun 2005 dengan realisasi sebesar 115,90% dan realisasi terendah terjadi pada tahun
2006 yaitu 105,95%. Pertumbuhan realisasi retribusi daerah tahun 2005 terhadap tahun
2004 sebesar 22,08%, kemudian pada tahun 2006 pertumbuhan menurun menjadi 7,96%.
Tahun 2007 pertumbuhan retribusi daerah meningkat menjadi 42,39% namun pada tahun
2008 menurun menjadi 23,82%.
Gambar4.
Kontribusi Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dan Persentase Realisasi Anggaran Terhadap Target (2004-2008)
140.0~
t""
.--
llt.IIX
120.00ll.
__.,
.--
43.041'
41.13
34.11
27.84p;
31.15
....13"
..........
100.00"/.
80.00X
60.00X
40.00"/.
W..71X
185.95X
20.0~
0.00~1
11
2014
2005
2008
2117
2108
IxTerhadapPAO a xRealisasi I
'
Oi<:nPnrl,;,
Knt,;,
M,;,rlinn
f?OOQ)
Knt,;,
M,;,rlinn
..... .._.__ ......
"_ ....
. .___ .__..._._ ,_
.... ....,_, ,, rl,;,hm
_...................... RPTMn
. ._ __ .,..._ .. .........,. .....
...,.._ .......
- _ _.._..._._.
~nmh
r
_____ ..
.,.
penggunaan
dan
kondisi
lahan
yang
ada,
Mojokerto
mengembangkan wilayahnya dalam tiga bagian, yaitu: barat, timur, dan tengah. Bagian
barat merupakan wilayah yang berkarakteristik pertanian serta masih bersifat relatif
rural. Pengembangan daerah ini berpusat di Kelurahan Prajurit Kulon. Di sebelah Timur
yang berkarakteristik urban, pengembangannya terpusat di Kelurahan Kedundung. Dan
24
37
(Kabupaten Mojokerto).
5.1.4.2. Kondisi Demografls
Jumlah penduduk di kota Mojokerto yaitu sejumlah 112.547 jiwa dengan luas
wilayah 1.646,5 Ha sehingga kepadatan penduduknya 69 jiwa-Ha. Dari data
kependudukan di atas maka Kota Mojokerto dapat digolongkan kepada Kelas Kota
Sedang, dimana berdasar kriteria BPS mengenai kelas kota, Kota Sedang adalah Kota
Karena letaknya yang cukup strategis, 50 km arab barat Kota Surabaya, daerah
penyangga, roda perekonomian wilayah ini sangat dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi di
Surabaya.
Oleh karena itu mata pencaharian penduduk sebagian besar cenderung ke arah
perdagangan sendiri, tanpa hotel dan restoran, menghasilkan Rp 157,6 milyar. Adapun
komoditas yang diperdagangkan pada umumnya merupakan barang-barang hasil
produksi industri pengolahan, terutama industri pengolahan tekstil, barang kulit, dan alas
kaki.
Dalam tabel berikut ini terdapat kecenderungan realisasi pajak daerah yang
melampaui target sepanjang tahun 2007-2008. Sedangkan realisasi retribusi daerah Kota
Mojokerto pada tahun 2008 sempat tidak mencapai target dibandingkan dengan tahun
L-
2007.
---------------------- 38
Pajak Daerah
Retribusi Daerab
2007
'I'ariCt
Realisasi
4.318.000.000,00
4.990.000.000,00
7. 779.000.000.,00
8.992.000.000.,00
2008
Target
5.132.000.000,00
9.270.000.000.,00
Realisasi
5.835.000.000,00
8.591.000.000.,00
Laut Jawa, Sclatan dengan Samudra Indonesia, Timur dengan Selat Bali!Provinsi Bali
dan Barat dengan Provinsi Jawa Tengah.
Gambar.5
Peta Wilayah Jawa Tim~ 5
.._._
"'
o
~ .:c:a:::,.;
~~
~~-----..
Provinsi Jawa Timur dibagi atas daerah Kabupaten dan Kota, mcliputi:
29 Kabupaten : Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Kediri, Malang,
Lumajang, Jember, Banyuwangi, Bondowoso, Situbondo, Probolinggo, Pasuruan,
25
http://www.jatimprov.go.id/
- - - - - - - - - - - - 39
9 Kota : Surabaya, Madiun, Kediri, Blitar, Malang, Batu, Pasuruan, Probolinggo dan
Mojokerto. Ouna memantapkan dan meningkatkan koordinasi pelaksanaan Pemerintahan
dan Pembangunan di seluruh wilayah Jawa timur serta dalam rangka meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat, dibentuk Badan Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan
Pembangunan Jawa Timur yang selanjutnya disingkat BAKORWIL.
Pulau Jawa, dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa
Barat. Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Selat Bali di timur, Samudra
Hindia di selatan, serta Provinsi Jawa Tengah di barat. Wilayah Jawa Timur juga
meliputi Pulau Magura, Pulau Bawean, Pulau Kang.,ean serta sejumlah pulau-pulau kecil
di Laut Jawa dan Samudera Hindia(Pulau Sempu dan Nusa Barung)26 ,
sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 10, 14 persen, sektor pertambangan dan
penggalian 9,89 persen. sektor perdangan, hotel dan restoran 9,62 persen dan sektor
konstruksi sebesar 6,12 persen. sementara sektor lainnya tumbuh kurang dari 5 persen.
Somber pertumbuhan tertinggi berasal dari sektor perdagangan. hotel dan restoran 2,84
persen, diikuti sektor industri pengolahan 0,93 persen, sektor pengangkutan dan
komunikasi 0,63 persen. sektor Jasa-Jasa 0,30 persen dan sektor pertanian 0,20 persen.
26
http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Timur
- - - - - - - - - - - - 40
dasar harga konstan 2000 sebesar Rp 83,10 triliun. Jawa Timur dikenal sebagai pusat
Kawasan Timur Indonesia, dan memiliki signiftkansi perekonomian yang cukup tinggi, yakni
berkontribusi 14,85% terhadap Produk Domestik Bruto nasionat27
5.2. Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Somber Pendapatan Asli Daerah
Pajak dan Retribusi daerah merupakan bagian pendapat yang strategis bagi Daerah
untuk biaya penyelenggaraan pemerintahan. Dalam upaya mengelola urusan pemerintahan
daerah yang lahir sebagai konsekwensi otonomi, daerah harus mampu mengumpulkan
uang sebagai instrumen pembiayaan. Berdasarkan UU Pemda, diatur pembagian urusan
yang sifatnya wajib dan urusan yang sifatnya pilihan yang harus diselenggarakan oleh
pemerintah daerah. Secara skematis pola pembagian urusan tersebut adalah sebagai
berikut:
27
Berita Resmi Statistik, Biro Pusat Statistik Jawa Timur. No. 28/05/35fTh. VIII, 10 Mei 2010
41
Gambar6.
Skema Pembagian Urusan Pemerintahan berdasar UU 32 Tahun 2004
Monetar
Yuetlel
28
Perhatikan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah
42
Berdasar ketentuan Pasal 157 UU 32 Tahun 2004 ini, selanjutnya pemerintah daerah
~ak
Pendapatan Daerah) ..
daerahnya pun berbanding lurus dengan peningkatan besaran APBDnya. Hal ini
menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupatem Lamongan bekerja keras untuk dari tahun ke
tahun meningkatkan jumlah penerimaan dari sektor pajak dan retrbusi. Dalam Tabel 1.
Berikut dapat dilihat perkembangan pendapatan dari sektor PAD tahun 2007, 2008, dan
2009 dibandingkan dengan pendapatan daerah pada tahun yang sama. Peningkatan
pendapatan daerah pasti selalu terjadi di daerah, tetapi tidak selalu hal itu dibarengi
~
dengan kenaikan pendapatan asli daerah. Oleh sebab itu, layak jika Lamongan
dikategorikan sebagm Kabupaten yang bertumbuh pesat dan berhasil dalam pelaksanaan
otonomi daerah.
~ Nomor. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
368S) sebagaimana telah diubab deniM Undan~-Undan& Nomor 34 Tahun 2000 tentani Perubaban atas
UndangUndanJ Nomor 18 Tahun 1997 tentana Pl\)ak Daerah dan Retrlbusl Daerah (L-embclnm Negara
~
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048)
- - - - - - - - - - - - - 43
Tabel8.
Prosentase Penerimaan PAD terhadap Pendapatan Daerah30
Kab. Lamongan Tahun Anggaran 2007, 2008, 2009.
- -- -
------- -
-failuil2oo_s_l
869,777,965,3651
43,058,501 '192.83
55,639,143,645.00
66,608,873,942.51
6.5%
7.4%
7.7%
Prosentase
Graflk 1.
Perbandingan Penerimaan PAD terhadap Pendapatan Daerah
Kab. Lamongan Tahun Anggaran 2007, 2008, 200931
1,000,000,000,000
900,000,000,000
aoo,ooo,ooo,ooo
PAD
700,000,000,000
600,000,000,000
500,000,000,000
400,000,000,000
300,000,000,000
200,000,000,000
100,000,000,000
APBD
0
Tahun2007
Tahun2008
Tahun 2009
.........
~ .l.I.:l.
'W'-
-------
P~jak
31
Diolah dari dari Buku Laporan Realisasi APBD Kab. Lamongan Tahun Anggaran 2007,2008 dan
2009
31
Ibid.
44
Sementara itu, Lamongan juga memperoleh tambahan penghasilan dari tugas memungut
Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan dan Pedesaan. Sementara, jenis pajak daerah yang
kurang potensiil adalah: Pajak Parkir dan Pajak Sarang Burung Walet.
Tabel9.
Prosentase Penerimaan Pajak Daerah terhadap PAD dan
Pendapatan Daerah Kab. Lamongan Tahun Anggaran 2007, 2008, 200~2
------ ------ --------- --- ----- - _______ 2007. . ------ --- -- _2008 ____ -i------ 2009_______
PAD
Pajak Daerah
Prosenrase terhadap
Penda atan Daerah
Prosentase terhadap
1,6%
1,6%
1,6%
PAD
28.3%
21.8%
21.4%
32
lbid.
45
Grafik2
Perbandingan Penerimanaan Pajak Daerah terhadap Pendapatan Daerah
Kab. Lamongan Tahun Anggaran 2007, 2008, 2009
777
900,000.000.000
=6&l,759,337,1?a""-.....
7::- ........
APBD
600,000,000 000
Pajak
Daerah
soo,ooo,ooo'ooo
400.ooo.ooo:ooo
300,000,000 000
2010,000,000.000
lOO,ooo,ooo:ooo
0
2.
3.
Retribusi Bea Cetak KTP dan Akte Capil, Perda Nomor 44 Taun 1993.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
12. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga, Perda Nomor 05 Tahun 2004.
Terhadap jenis, jenis retribusi yang dipungut di Lamongan, terdapat tiga jenis yang
i~
retribusi yang
kurang potensiil adalah: Retribusi Ijin Bidang Pariwisata, Retribusi ljin Pengambilan
46
Jika dilihat pada tabel 3, maim nampak jelas pertumbuhan penerimaan retribusi di
Kabupaten Lamongan betumbuh pesat pada tahun 2009. Dibandingkan dengan
penerimaan pada tahun 2008, maka terdapat kenaikan hamipir 20% dari perolehan tahun
2008 di tahun 2009. Hal ini berbeda dengan penerimaan di tahun 2008 dibandingkan
dengan tahun 2007, kenaikin sekitar 10-14%.
Secara keseluruhan penerimaan Retribusi di Kabupaten Lamongan di Tahun
2007.2008 dan 2009 mengalami kenaikan. Namun demikian, perolehan dari retribusi ini
prosentasenya menurun jika dibandingkan dengan pertumbuhan APBD
Lamongan di
tahun 2007, 2008 dan 2009, Namun demikian secara keseluruhan pengelolaan retribusi
masih tetap meningkat dengan baik (lihat tabel3.).
TabellO.
Prosentase Penerim.aan Retribusi Daerah terhadap PAD dan
Pendapatan Daerah Kab. Lamongan Tahun Anggaran 2007,2008, 2009
-----~---
PAD
43.058 501.192.83
55.639143.645.00
66 608,873,942.51
Retribusl Oaerah
Prosentase
Terhadap
Pendapatan Daerah
18,080,077,425.00
19,618,544,117.00
24,300,382,597.00
2,7%
2,6%
2,8%
42.0%
35.3%
38.5%
Proaentaae
terhadap PAD
Grafik3.
Perbandingan Penerimaan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Daerah
Kabupaten Lamongan Tahun Anggaran 2007, 2008, 2009
869, n7,96S,36s
100,000,000,000
800,000,000,000
700,000,000,000
600,000,000,000
500,000,000,000
400,000,000,000
300,000,000,000
200,000,000,000
. APBD
100,000,000,000
0
"-tffllull
Tahun2007
Tahun2008
Tahun2009
------------------
47
Daerah
Tabelll.
Perbandingan Penerimaan PAD terhadap Pendapatan Daerah
Kabupaten Pasuruan Tahun Anggaran 2007, 2008,2~
2007
Pendapatan Daerah
BesaranPAD
2008
2009
65,647,336,588
71,181,739,381
8.0"/o
7.5%
8.0"/o
Prosentase
33
Diolah dari dari Buku Laporan Realisasi APBD Kab. Pasuruan Tahun Anggaran 2007, 2008 dan 2009
'-'
- - ----
-------
48
sengaja membuat pertumbuhan yang konstan sekitar 8-9 persen dalam satu tahun
anggaran.
Graf"lk4
Pertumbuhan PAD terhadap Pendapatan Daerah
Kabutan Pasuruan Tahun Anggaran 2007,2008,2009
Perbandinpn
APBDdan PAD
71,181,739,381
I
>5,647,336,588
60,010,543,432
PAD
TahunZ009
1J Perbandingan
APBDdan PAD
TehunZOOI
APBD
Perbandingan
APBDdan PAD
500,000,000,000
1,000,000,000,000
TahunZ007
Pajak Restoran dan Pajak HoteL Sementara iru,. jenis pajak yang kurang potensial
adalah: Pajak Parkir, Pajak Sarang Burung Walet, dan Pajak Pengambilan Bahan
Galian Golongan C.
Pada Tabel 5. dapat dibaca perkembangan penerimaan dari sektor pajak yang sangat
besar.Hal ini menandakan pertumbuhan ekonomi dari sektor investasi berjalan baik dan
lancar. Meskipun secara berurutan terdapat penurunan prosentase penerimaan dari tahun
2007 hingga 2009. Hal ini sangat beralasan karena subyek pajak dapat berpindah-pindah
domisi dan kegiatannya. Dalam kaitannya dengan kemampuan daerah membiayai diri
49
sendiri, kemampuan Kabupaten Pasuruan dapat dinyatakan sangat potensiil. Hal ini
danpak dari prosentase penerimaan pajak daerah terhadap PAD yang mencapai besaran
lebih dari 50%. Disisi lain. Tingginya penerimaan pajak daerah ini mengindikasikan
besarnya pertumbuhan investasi yang didalamnya disertai dengan penyerapan tenaga
kerja.
,...,
.........
taoeti-"
Prosentase Penerimaan Pajak Daerah terhadap PAD dan
Pendapatan Daerah Kabupaten Pasuruan Tahun 2007,2008,2009
2008
2007
Besaran Pajak
Dat!rah
2009
Prosentase thd
Pendapatan
Daerah
Prosentase
terhadap PAD
5.2%
4.6%
4.6%
64.8/o
61.6%
57.6%
Pada grafik 5 berikut, dapat dibaca perbandingan pertumbuhan pajak daerah yang
semakin menurun dari tahun ke tahun terhadap APBD. Kenaikan nominal pada tahun 2008
justru turun dalam prosentase perbandingan dengan APBD dan PAD.
Hal ini
l
40,989,000,000
500,000,000,000
40,439,000,000
ll,t14,oo1RRD
.-;>
_" ."
""&:
ID
II.
""
II. 0"
Tahun2008
Perbandlngan APBD dan Pajak
Tahun2009
50
Keluarga
Restribusi Pasar
Pemotongan Pohon
Laboratrium Jalan
Sewa Tenda
Sewa Tanah
51
23. Restribusi Setifikasi dan Laik Hygiene tempat Pengolaan Makanan (TPM)
dan Tempat-Tempat Umum.
24. Restribusi Perijinan Bidang Kesehatan
Retribusi ljin Mendirikan Bangunan. Sementara, itu yang masuk kategori retribusi
kurang potensiil adalah: Retribusi Tempat Pelelangan Ikan, Retribusi Pemeriksaan
2007
Besaran Retribusi
14,633,089,860
2008
2009
17,011,664,450 21,998,949,950 .
Prosentase terhadap
Pendapatan Daerah
Prosentase terhadap
2.0%
2.0%
2.5%
PAD
24.4%
25.9%
30.9%
Grafik pertumbuhan perolehan retribusi daerah dari tahun 2007 hingga 2009
menunjukkan pertumbuhan yang konstan berkisar 15-18%. Analisis terhadap data ini
52
adalah antara perencanaan dan capaian sudah sesuai atau capaian yang direncanakan sudah
diprediksi dapat dicapai. Dengan demikian keberhasilan penyelenggara pemerintahan
belum menunjukkan kinerjanya yang maksimal. Hal ini memang sering terjadi dalam
perumusan APBD dan capaian anggaran. Dalam perencanaan pendapatan, target capaian
sering dibuat lebih rendah (markdown) dari potensi sebenarnya. Hal ini akan
mempermudah bagi pemerintah untuk memenuhi target. Lebih dari itu, capaian bisa
melampaui terget yang dan bisa dinyatakan berprestasi .
.\JOUIKO.
,. . ___,e._
r.
P1J1k Dltrlh
Retribusi Daerah
u:~g989f'iooo
;ft : :888
Perb1ndlnpn
APBD,PAD, Pajak Daerah
, dan Restrlbusi Tahun
2009
121,998,949,950
g l7,011,664,450
114,633,089,860
t 71,181,739,381
PAD
.:it
65,647,336,588
60,010,54il,4iZ
I'I
APBD
2008
889,
,630,830
t:
Perbandlngan
APBD,PAD, Pajak Daerah
500,000,000,000
1,000,000,000,000
Perbandlngan
APBD,PAD, Pajak Daerah
, dan Restrlbusi Tahun
2007
53
Tabel14.
Prosentase penerimaan PAD terhadap Pendapatan Daerah
Kota Madiun Tahun Anggaran 2007,2008,200934
2007
2008
2009
l
Penerimaan
336,668,475,000 372,780,514,506 378.537,220,000
Daerah
PAD
22,444,565,605
27,014,134,401
43,871,880,253
6.8%
7.2%
10.5%
Prosentase
Secara keseluruhan pertumbuhan PAD terhadap APBD terjaga dalam deret kenaikan yang
sangat baik. Terlebih dalam kurun waktu tahun 2008-2009, prosentase kenaikan PAD
mencapai angka 10,5%. Ini menandakan, bahwa pertumbuhan ekonomi kota Madiun
sangat baik dalam upaya membangun kemandirian daerah. Oleh sebab itu, Kota Madiun
masih layak menyandang predikat sebagai kota yang bertunguh dah berkembang dalam
aspek perekonomian.
Graftk 7
Perbandingan penerimaan PAD terhadap Pendapatan Daerah
Kota Madiun Tahun Anggaran 2007,2008,2009
r- - - (T--
1
Perbandlngan APBD dan
PADZ009
i,I71,1110,Z5J
' 27,014,134,401
PAD2008
Perbandlngan APBD dan
PAD2007
' 22,444,565,605
.,
ell
,
0
' 3~780,514,506
--' -
/
200,000,000,000
400,000,000,000
34
1.
2.
3.
4.
Diolah dari dari Buku Laporan Realisasi APBD Kota Madiun Taboo Anggaran 2007,2008 dan 2009
54
5.
6.
Pajak Hiburan dan Pajak Rek/ame. Sedangkan yang masuk kategori kurang potensiil
adalah: Pajak Miner/ Bukan Logam dan Batuan, Pajak Air Tanah, dan Pajak Sarang
Burung Walet.
Pada tabel 8 terpapar penerimaan Kota Madiun dari sektor pajak daerah terus menurun
sejak Tahun 2007 hingga 2009. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pengelolaan aset daerah
untuk menarik investor lebih banyak ke Kota Madiun. Untuk itu, dibutuhkan proses
pembaharuan pelayanan publik yang mempermudah proses perijinan investasi guna
menumbuhkan pungutan di sektor pajak daerah.
Tabel15.
Prosentase Penerimaan Pajak Daerah terhadap PAD dan Pendapatan Daerah
Kota Madiun Tahun Anggaran 2007, 2008, 2009
PAD
2007
22,444,565,605
2008
27,014,134,401
2009
43,871,880,253
Pajak
7,864,616,849
8,597,497,646
9,427,601,807
2,30/o
35.0%
2,3/o
31.8%
2,2%
21.5o/o
Prosentase atas
Penerimaan Daerah
Prosentase atas PAD
Dalam konteks pertumbuhan daerah, maka Kota Madiun termasuk pada kota
yang sangat kecil, hal ini mengingat juga jumlah kecamatan dan penduduknya sedikit.
Oleh sebab itu, pertumbuhan Kota Madiun perlu menambah wilayah kerja dan jumlah
penduduk. Dengan demikian akan menambah jumlah penghasilan dari unsur Pajak daerah.
55
Grafik. 8
Perbandingan Penerimaan Pajak Daerah terhadap Pendapatan Daerah
Kota Madiun Tahun An22aran 2007,2008,2009.
.
.
Perbandlngan APBD
dan Pajak Z009
Perbandlnpn APBD
d1n 'Jk 2001
Perbandlngan APBD
dan Pajak Z007
.,537,ZZO,OOO
780,514,506
.,1111JDo
"
75,000
/
0
400,000,000,000
200,000,000,000
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
56
Retribusi Izin Mendirikan Bangunan. Sedang yang masuk kategori kurang potensiil
adalah: Retribusi Pelayanan Pelllbuhan, Retribusi Penyeberangan d Air. Dan
57
Tabel16.
Prosentase Penerimaan Retribusi terhadap PAD dan Pendapatan Daerah
Kota Madiun Tahun Anggaran 2007, 2008, 2009
2007
2008
PAD
22,444,565,605
27,014,134,401
43,871,880,253
Retribusi
Prosentase Retribusi
9,389,439, 796
11,626,157,683
13,653,458,797
2,9%
3,1%
3,2%
43.0%
31.1%
terhadap Penerimaan
Daerah
Prosentase Retribusi
terhadapfAJ:) ______
41.8%
'----------
2009
- - - - --- --- - - -- -
Grallk9
Perbandingan Penerimaan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Daerah
Kota Madiun Tahun Anggaran 2007,2008,2009.
Perbindlnpn
APIDdan
13,653,458,797
9,389,439,796
.a
Restrlbusl daerah
2009
11,626,157,683
Perbandlnpn
APBDdan
Rntribu1i durlh
2001
Q
al
A.
- .. .. . . . . - . . . . :-::r
=-=
=-;;;;;;;;;;:::;;: . -:'-'==;z::Ji
-
100,000,000,000
200,000,000,000
- -
300,000,000,000
3~,537,220,000
37 780,514 506
336,668,4 5,000
400,000,000,000
58
bahwa kenaikan DAK tersebut juga karena Kota Mojokerto melakukan alokasi dana
partisipasi dalam berbagai kegiatan Pusat di Daerah.
Tabel17.
Prosentase Penerimaan PAD terhadap Pendapatan Daerah
Kota Mojokerto Tahun Anggaran 2007,2008,200935
2007
2008
2009
Pendapatan
Daerah
312.177.418,056,82 333.374.591.014.18
358.964.796.758.45
26,061,952,699.82
26,276,475,864.33
28,154,863,948.45
8.3%
7.9%
7.8%
PAD
Prosentase
Grafik 10.
Perbandingan Penerimaan PAD terhadap Pendapatan Daerah
Kota Mojokerto Tahun Anggaran 2007,2008,2009
2009
2008
Pendapatan Asli... 2007
0.00
200.00
400.00
Billions
2007
2008
2009
26,061,952,699.82
26,276,475,864.33
28,154,863,948.45
1.
Pajak Hotel
2.
Pajak Restoran
3.
Pajak Hiburan
35
Diolab dari dari Buku Laporan Realisasi APBD Kota Mojokerto, Tabun Anggaran 2007,2008 dan
2009
59
4.
Pajak Reklame
5.
6.
Pajak Parkir
Berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan, diperoleh keterangan, bahwa tiga besar
perolehan pajak diambil dari: Pajak Penerangan Jalan, Pajak Reklame, dan Pajak
Hiburan. Dari tabel II berikut, dapat dibaca terjadinya penerimaan yang tidak terlalu
besar dibandingkan dengan PAD dan APBD.
membuktikan bahwa Kota Mojokerto tidak bisa mengandalkan pendapatannya dari sektor
pajak. Oleh sebab itu sudah tepat jika terobosan meningkatkan APBD dilakukan dengan
mencari tambahan DAK. dan DAU.
Tabel18.
Prosentase Penerimaan Pajak Daerah terhadap PAD dan Pendapatan Daerah
Kota Mojokerto Tahun Anggaran 2007,2008! 2009
PAD
Penerimaan PAJAK.
Daerah
Prosentaseterhadap
Pendapatan Daerah
Prosentase terhadap
PAD
2007
2008
2009
26,061,952,699.82 26,276,475,864.33 28,154,863,948.45
4,989,660,287.75
5,835,399,446.31
6,419,093,230.30
1,7/o
1,7%
1,8%
19.1%
22.2%
22.8%
-- - ------ ----L-
Gratlk 11.
Perbandingan Penerimaan Pajak Daerah terhadap PAD dan Pendapatan Daerah
Kota Mojokerto Tahun An~aran 2007,2008,2009
~
0
Pajak Daerah
30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
' ~.
-
2007
2008
2009
26,276,475,864.33
28,154,863,948.45
Pajak Daerah
14,505,431,850.15
16,016,381,509.00
14,862,195,247.00
60
--- -
--
-~
--
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Retribusi Terminal
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
yaitu: retribusi Pelayanan Kesehatan, retrlbusi Parkir di Tepl Jallln Umum, dan
Rteribusi Pelayanan Pasar. Sementara itu, sumber pendapatan sektor retribusi yang
kurang potensiil adalah: retribusi Izin Trayek, Retribusi Jasa Penjualan Produk Usaha
61
Tabel19.
Prosentase Retribusi terhadap PAD dan Pendapatan Daerah
Kota Mojokerto Tahun 2007,2008,2009
2007
2008
2009
Penerimaan PAD
Pendapamn Daerah
L1 '70/...
,.,,,u
""T'V/U
Prosentase Retibusi
terhadap PAD
57.0%
55.2%
L1 kO/...
------
L1 1 0/...
-r, J.
I U
56.9%
Grafik 12.
Perbandingan Penerimaan Retribusi terhadap PAD dan Pendapatan Daerah
Kota Mojokerto Tahun Anggaran 2007,2008,2009
Ill
:!
30.00
25.00
ii 20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
2007
2008
2009
26,061,952,699.82
26,276,475,864.33
28,154,863,948.45
Retrlbusl Oaerah
14,862,195,247.00
14,505,431,850.15
16,016,381,509.00
62
untuk mencapai hal tersebut, khususnya perbaikan pelayanan publik dengan pembentukan
unit Pelayanan Perizinan Terpadu (P2T). Hal itu dimaksudkan untuk memberi kemudahan
bagi investor masuk ke Jawa Timur, dan pada akhimya mampu menggerakan roda
perekonamian secara makro.
Pertumbuhan perolehan PAD di Jawa Timur sangat memuaskan jika hal itu
dibandingkan dengan APBD. Jawa Timur sudah sangat mampu membiayai kegiatan
~
pemerintahan dan kebutuhan pembangunannya rata-rata 70%. Hal ini berarti, tatakelola
pemerlntahan di Jawa Timur menawarkan kemandirian yang besar dalam hal membiayai
diri sendiri. Penurunan pada tahun 2009 bukan karena potensinya yang hilang tetapi lebih
disebabkan karena penurunan target di RAPBD 2009 yang ditetapkan pada tahun 2008
oleh DPRD Transisisi berikut Gubemumya yang transisi .. Meskipun demikian tetap hal itu
harus dipandanag sebagai penurunan dan tetap harus ditingkatkan.
Dalam kegiatan pembangunan di tahun 2009-2010 sudah mulai nampak arah dan
sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan Jawa Timur. Seperti terurai dalam
keuangan global yang terjadi pada tahun 2008 yang berdampak pada pemutusan
hubungan kerja (PHK). Adapun upaya-upaya yang perlu dilakukan adalah
misalnya penanganan perluasan lapangan kerja dengan memfungsikan balai latihan
kerja (BLK).
3) Program meningkatkan pertumbuhan ekonomi, upaya yang perlu dilakukan
sektor pertanian.
_ _ _ _ _ 63
Penerimaan PAD
4,164,250,659,987 1 5,212,319,315,953 1 5,708,040,337,082
Prosentase PAD
terhadao APBD
70.1%
73.7%
72.9%
Graflk 13
Perbandingan Penerimaan PAD terhadap Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timor
Tahon Anggaran 2007,2008, 200~7
2009
2008
2007
Pendapatan Asli...
0.00
5,000.00
2007
2008
10,000.00
!!!!len
2009
36
Diolah dari dari Buku La!Wran Realisasi APBD Propinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2007! 2008 dan
2009
37
Diolah dari dari Buku Laporan Realisasi APBD Propinsi Jawa Timor Tahun Anggaran 2007,2008 dan
2009
--
64
Besaran pungutan atas Pajak daerah tersebut terdiskripsi pada tabel 15., perkembanagn
jumlah penerimaannya yang semakin meningkat, meskipun secara prosentase mengalami
fluktuasi jika dibandingkan dengan APBD atau PAD. Dalam Tabel tersebut nampak kekuatan
Pajak Daerah yang siap mendukung kemampuan daerah dalam memenuhi APBD. Jadi, Jawa
Timur dapat dikatakan mempunyai kemandirian dalam melakukan pembiayaan urusan daerah
(rumah tangga sendiri).
Tabel22.
Prosentase Penerimaan Pajak Daerab Terbadap PAD dan Pendapatan Daerab
Propinsi Jawa Timor, Taboo Anggaran 2007,2008,2009
PAD
Pajak Daerah
Prosentase Pajak
Daerah terhadap
PendaEatan Daerah
Prosentase Pajak
Daerah terhadao PAD I
69,7%1
63,4%1
65,5%
85.8% I
86.0% I
85.7%
Grafik 14
Prosentase Penerimaan Pajak Daerab Terbadap PAD dan Pendapatan Daerab
Propinsi Jawa Timor, Taboo Anggaran 2007,2008,2009
8,000,000,000,000.00
7,000,000,000,000.00
6,000,000,000,000.00
5,000,000,000,000.00
4,000,000,000,000.00
3,000,000,000,000.00
2,000,000,000,000.00
1,000,000,000,000.00
0.00
2007
Pendapatan Asli Daerah
2008
Pajak Daerah
2009
Pendapatan Daerah
Tabel22.
Prosentase Penerimaan Pajak Daerah Terhadap PAD dan Pendapatan Daerah
Provinsi Jawa Timor, Tahun Anggaran 2007,2008,2009
PAD
3,574,886,241,780 I 4,481,791,543,639 I 4,891,816,302,939
Paiak Daerah
Prosentase Pajak
Daerah terhadap
PPnrl~n~t~n n~Pr~h
h0
v_,,,70/n
/V
h':t .d01n I
h~ ~Ofn
Prosentase Pajak
Daerah terhadap
PAD
85.8%
86.0%
85.7%
V.J , -r /U
V J ' J /U
....... .....,
r ' ..nf":lr 1 A
~
8,000,000,000,000.00
7,000,000,000,000.00
6,000,000,000,000.00
5,000,000,000,000.00
4,000,000,000,000.00
3,000,000,000,000.00
2,000,000,000,000.00
1,000,000,000,000.00
0.00
~
2007
Pendapatan Asli Daerah
2008
Pajak Daerah
66
2009
Pendapatan Daerah
Daerah, Retribusi lzin Perpanjangan Kerja, dan Retribusi Rumah Potong Hewan.
Sementara retribusi yang kurang potensill adalah: Retribusl lr.ln Trayek, Retrlbusi
67
Tabel. 23.
Prosentase Penerimaan Retribusi Daerah terhadap PAD dan Pendapatan Daerah
Provinsi Jawa Timur! Tahun Anggaran 2007~008 dan 2009
2007
2008
2009
APBD
5,940,048,022,274
7,075,105,412,658
7,827,694,815,533
Penerlmaan PAD
4,164,250,659,987
5,212,323,367'729 5,708,040,337,082
Penerimaan Retribusi
261,100,680,458
309,323,367,729
75,609,005,674
Prosentase Retribusi
Daerah terhadap
0,15%
0,44%
0,09%
Pendapatan Daerah
6,3%
Prosentase Retribusi
Daerah terhadap PAD
5,9%
1,3%
c'-Ja....A.I.A.ft.
r.lr 1 c
.A.V
8,000,000,000,000.00
7,000,000,000,000.00
6,000,000,000,000.00
5,000,000,000,000.00
4,000,000,000,000.00
3,000,000,000,000.00
2,000,000,000,000.00
1,000,000,000,000.00
0.00
Retribusi Daerah
Pendapatan Daerah
Pendapatan ...
8~
N
(2)
68
(3)
(4)
Peraturan Daerah tidak boleh mengatur sesuatu hal yang telah diatur oleh
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi;
(6)
(7)
Peraturan Daerah dapat memuat ancaman pidana kurungan paling lama 6 (enam)
bulan dan denda sebanyak-banyaknya Rp 50 juta dengan atau tidak merampas
barang tertentu untuk Dae~ kecuali jika ditentukan lain dalam pemturan
perundang-undangan.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, diharapkan akan dihasilkan Peraturan Daerah
yang benar-benar efektif, jelas, pasti, dan konsisten dalam rangka penyelenggaraan
pembangunan yang substansinya antara lain:
a. menyelenggarakan roda pemerintahan yang efektif dan responsif;
penelitian yang mendalam terhadap subjek dan objek hukum yang hendak diaturnya serta
diawali dengan pembentukan Naskah Akademik terlebih dahulu.
----~--~-----
69
Gambar7.
Skema teotang Pentingnya Naskah Akademis
~nAkldemlk
Naskah~mik
Penting
seperti digambarkan di atas, kedudukan Naskah Akademik bisa dianggap hanya sebagai
"pendukung" penyusunan peraturan perundang-undangan. Akan tetapi, dengan semakin
berkembang dan berubahnya pola kehidupan masyarakat Indonesia serta beberapa
'----
Peraturan Daerah
yang baik
Naskah Akademik
yang berkualitas
yang baik
Keberadaan
- - 10
undangan yang dihasilk:an nanti akan sesuai dengan sistem hukum nasional dan
Gambar8.
Sekma tentang Mekanisme Penyusunan Naskah Akdemis
IJ
M..-n~ngun ~ng
plhak. yang
te~t
II
clengan plhk(kon'lunlka..t
..
=;r~:~
-.:=r:~
IMiftY\I~fta" NA:
dalam pembentukan Peraturan Daerah adalah sering tidak dipergunakannya atau tidak
disusunnya Naskah Akademik terlebih dahulu dalam proses pembentukan sebuah
Peraturan Daerah. Akibat yang ditimbulkan dengan tidak adanya Naskah Akademik
dalam proses pembentukan Peraturan Daerah antara lain Peraturan Daerah tersebut
menjadi tidak tepat guna atau tingkat keberhasilannya tidak seperti yang diharapkan. Hal
ini bisa diminimalisir, mengingat dengan adanya Naskah Akademik yang paling sedikit
memuat dasar filosofis, sosiologis, yuridis, pokok dan lingkup materi yang diatur dapat
membuat Peraturan Daerah yang dibuat menjadi lebih tepat guna dengan tingkat
keberhasilan seperti yang diharapkan.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 16 Tahun 2006 tentang Prosedur Penyusunan
Produk Hukum Daerah. Pasal 26 UU 10/2004 menentukan bahwa rancangan Peraturan
L..,.
Daerah (Raperda) dapat berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) atau
kepala daerah. Dalam Pasal 28 UU 10/2004 ditentukan bahwa Rancangan Peraturan
Daerah dapat disampaikan oleh angggota, komisi, gabungan komisi, atau alat
-- - - 71
pemrakarsa atau pejabat yang ditunjuk oleh kepala daerah dan Kepala Biro Hukum atau
Kepala Bagian Hukum berkedudukan sebagai sekretaris.
Ketua Tim Antar Satuan Kerja Perangkat Daerah melaporkan perkembangan
rancangan produk hukum daerah dan/atau permasalahan kepada Sekretaris Daerah untuk
memperoleh arahan. Rancangan Peraturan Daerah yang telah dibahas hams mendapatkan
paraf koordinasi Kepala Biro Hukum dan Kepala Bagian Hukum dan pimpinan satuan
kerja perangkat daerah terkait, yang kemudian diajukan kepada kepala daerah melalui
Sekretaris Daerah
Sekretaris Daerah dapat melakukan perubahan dan/atau penyempurnaan terhadap
rancangan produk hukum daerah yang telah diparaf koordinasi Kepala Biro Hukum dan
Kepala Bagian Hukum dan pimpinan satuan kerja perangkat daerah terkait. Yang
kemudin dikembalikan kepada pimpinan satuan kerja perangkat daerah pemrakarsa.
Hasil penyempurnaan rancangan produk hukum disampaikan kepada Sekretaris Daerah
setelah dilakukan paraf koordinasi oleh Kepala Biro Hukum dan pimpinan satuan
perangkat daerah terkait.
Rancangan Peraturan Daerah yang telah disiapkan oleh kepala daerah disampaikan
dengan surat pengantar kepala daerah kepada DPRD. Sedangkan Raperda yang telah
disiapkan oleh DPRD disa.mpaikan oleh pimpinan DPRD kepada kepala daerah.
Penyebarluasan Raperda yang berasal dari kepala daerah dilakukan oleh Sekretaris
daerah sedangkan penyebarluasan Raperda yang berasal dari inisiatif DPRD dilakukan
oleh Sekretariat DPRD.
Apabila dala.m satu masa sidang kepala daerah dan DPRD menya.mpaikan rancangan
...___,
peraturan daerah mengenai materi yang sama, maka yang dibahas adalah rancangan
peraturan daerah yang disa.mpaikan oleh DPRD, sedangkan rancangan peraturan daerah
yang disampaikan kepala daerah digunakan sebagai bahan untuk dipersandingkan.
'--'
'-J
72
Pembahasan rancangan peraturan daerah di DPRD dilakukan oleh DPRD bersama kepala
daerah melalui tingkat-tingkat pembicaraan yang meliputi:
a. Tingkat pertama:
c) pengambila keputusan.
2. penyampaian sambutan kepala daerah.
~~~---~--~~~
73
Tabel24.
Alur Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah
RAPERDA dart
DPRD
RAPERDA dart
Keterangan/penjelasan
komisi!gabungan
Keteranganlpenjelasan
Pemda tentang Raperda
dari Pemda
TAHAP
PEMBAHASAN
Tahap I
Rapat Paripurna
komisi/pansus DPRD
tentang Raperda dari
PEMDA
DPRD
Rapat Fraksi
Tahap II
Rapat Paripurna
Tanggapan Pemda
Pemandangan umum
terhadap Ranperda
dari DPRD
Jawaban Komisi!
gabungan komisi!
pansus terhadap
tanggapan Pemda
RapatKomis
Rapat Gabungan
~
I
Tahap Ill
Komisi
Rpat
Jawaban Pemda
terhadap
pemandangan umum
f,.: iggom
DPRD.
Rapat Pansus
~
Rapat Paripurna
PEMDA
'-'
Rancangan peraturan daerah dapat ditarik kembali sebelum dibahas bersama oleh
DPRD dan kepala daerah. Rancangan peraturan daerah yang sedang dibahas hanya dapat
'-
ditarik kembali berdasarkan persetujuan bersama DPRD dan kepala daerah. Rancangan
peraturan daerah yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan kepala daerah
~
74
disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada kepala daerah untuk ditetapkan menjadi
Peraturan Daerah yang dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari
lambat 30 (tiga puluh) hari sejak rancangan peraturan daerah tersebut disetujui bersama
oleh DPRD dan kepala daerah. Dalam hal rancangan peraturan daerah yang telah
memperoleh persetujuan bersama tidak ditandatangani oleh kepala daerah dalam waktu
paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak rancangan peraturan daerah tersebut disetujui
bersama, maka rancangan peraturan daerah tersebut sah menjadi Peraturan Daerah dan
wajib diundangkan. Dalam hal sahnya rancangan peraturan daerah, maka kalimat
pengesahannya berbunyi: Peraturan Daerah ini dinyatakan sah, yang dibubuhkan pada
c. Legal certainty, bahwa hukum harus memiliki tingkat dan kadar kepastian hukum
yang tinggi;
d. Clearly, bahwa hukum harus benar-benar memuat kaidah-kaidah dengan jelas dan
'-"
secara obyektif;
------------------------ '5
h. Enforceability (per se), bahwa hukum pada hakikatnya harus memiliki daya paksa
agar ditaati dan dihormati;
i. Provability, bahwa hukum hams dibuat sedemikian rupa agar mudah dalam proses
pembuktian.
Dalam pembentuk:an aturanlperda diperlukan kepatuhan pembentuk: terhadap asas-asas
kejelasan tujuan;
a. pengayoman;
b. kemanusiaan;
c. kebangsaan;
d. kekeluargaan;
e. kenusantaraan
f. bhineka tunggal ika;
g. keadilan;
h. kesamaam kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;
1.
Selain, kedua asas pokok di atas, juga perlu dipertimbangkan prinsip-prinsip pokok
'-'
'--'
76
f.
menurut per-perUUan;
kepastian;
f. Prosesnya tidak dilakukan melalui pelibatan secara aktif stakeholders, sehingga
tidak aspiratif
penyusunan
rancangan
peraturan
daerah,
pada
dasarnya
perlu
'---"
Peraturan
Perundang-undangan. 38
Pokok-pokok
pikiran
pada
(ideal norms) oleh suatu masyarakat ke arah mana cita-cita luhur kehidupan
'--
38
39
------------------------ 77
kehidupan
sehari-hari
melalui
pelaksanaan
Peraturan
Daerah yang
2) Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis yaitu bahwa setiap norma hukum yang dituangkan dalam
sendiri akan norma hukum yang sesuai dengan realitas kesadaran hukum
masyarakat. Karena itu, dalam konsideran, harus dirumuskan dengan baik
pertimbangan-pertimbangan yang bersifat empiris sehingga sesuatu gagasan
normatif yang dituangkan dalam undang-undang benar-benar didasarkan atas
kenyataan yang hidup dalam kesadaran hukum masyarakat. Dengan demikian,
norma hukum yang tertuang dalam undang-undang itu kelak dapat
dilaksanakan dengan
sebaik~baiknya
yang diatumya.
3) Landasan Yuridis
Landasan yuridis atau normatif suatu peraturan atau kaidah jika kaidah itu
merupakan bagian dari suatu kaidah hukum tertentu yang di dalam kaidahkaidah hukum saling menunjuk yang satu terhadap yang lain. Sistem kaidah
hukum yang demikian itu terdiri atas suatu keseluruhan hirarki kaidah hukum
khusus yang bertumpu pada kaidah hukum umum. Di dalamnya kaidah hukum
khusus yang lebih rendah diderivasi dari kaidah hukum yang lebih tinggi.
b. Dasar Hokum
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan, dasar hukum memuat dasar kewenangan
pembuatan Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan Perundang-undangan
yang memerintahkan pembuatan Peraturan Perundang-undangan. 40peraturan
'--
140
~~=~~.~~~--~-~~.-~-~~-
78
c. Ketentuan Umum
Dalam praktek di Indonesia, "definition clause" atau "interpretation clause"
biasanya disebut dengan Ketentuan Umum.
Materi pokok yang diatur ditempatkan langsung setelah bah ketentuan umum, dan
jika tidak ada pengelompokkan bah, materi pokok yang diatur diletakkan setelah
pasal (-pasal) ketentuan umum.
Pembagian materi pokok ke dalam kelompok yang lebih kecil dilakukan menurut
.......,
e. Ketentuan Peralihan
'-'
Ketentuan peralihan diperlukan apabila materi hukum dalam peraturan perundangundangan sudah pemah diatur. Ketentuan peralihan harus memuat pemikiran
tentang penyelesaian masalah/keadaan atau peristiwa yang sudah ada pada saat
terhadap keadaan yang terdapat pada waktu peraturan daerah itu mulai
"---'
berlaku.
'--
41
- - - - - - - - - - - - - 79
f. Ketentuan Penutup
Ketentuan Penutup berbeda dari Kalimat Penutup. Dalam undang-undang, yang
biasanya dirumuskan sebagai Ketentuan Penutup adalah ketentuan yang
berkenaan dengan pernyataan mulai berlakunya undang-undang atau mulai
pelaksanaan suatu ketentuan undang-undang.
Ketentuan penutup dalam peraturan perundang-undangan, biasanya memuat
,__
ketentuan mengenai:
1. penunjukan organ atau lembaga tertentu yang akan melaksanakan peraturan
-...J
bersangkutan.
g. Penutup
Penutup merupakan bagian akhir peraturan perundang-undangan. Di dalam
.._.
.......
----------------------- 80
h. Peojelasan
Penjelasan peraturan perundang-undangan merupakan kebiasaan negara-negara
yang meilganut civil law gaya Eropa Kontinental.
Penjelasan (explanation) berfungsi sebagai pemberi keterangan mengenai katakata tertentu, frasa atau beberapa aspek atau konsep yang terdapat dalam suatu
ketentuan ayat atau pasal yang dinilai belum terang atau belum jelas atau yang
karena itu dikhawatirkan oleh perumusnya akan dapat
menimbulkan salah
'--
'-
'-'
~ B.R. Atre, 2001, L~gfslatlv~ Drafting: Principles and T~chnlqu~s, Universal Law Publishing Co., hal.68-69.
- - - - -- - - -
81
berguna (to provide an additional support to the dominant object in the main
statute in order to make it meaningfUl and purposeful);
statutory right with which any person under a statute has been clothed, or set
at nought the working ofan Act by becoming a hindrance in the interpretation
ofthe same).
demiki~
itu, penjelasan juga tidak boleh berisi nonna hukum baru ataupun yang berisi
ketentuan lebih lanjut dari apa yang sudah diatur dalam batang tubuh. Apalagi,
jika penjelasan itu memuat ketentuan-ketentuan barn yang bersifat terselubung
yang bermaksud mengubah atau mengurangi substansi norma yang terdapat di
dalam batang tubuh. Untuk rilenghindari jangan sampai penjelasan itu berisi
norma-norma hukum barn yang berbeda dari batang tubuh ketentuan yang
'---'
dijelaskanny~
'---
Pasal.
i.
Lampiran
Peraturan Perundang-undangan dapat dilengkapi dengan lampiran. Lampiran-
lampiran itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari naskah peraturan
perundang-undangan yang bersangkutan. Dalam hal peraturan perundang'--'
undangan memerlukan
lampir~
------------------------- 82
tersebut merupakan bagian yang tak terpisahkan dati peraturan perundangundangan yang bersangkutan. Pada akhimya lampiran, harus dicantumkan nama
dan tanda tangan pejabat yang mengesahkan/menetapkan peraturan perundangundangan yang bersangkutan.
Contoh peraturan perundang-undangan yang biasanya memiliki lampiran adalah
Peraturan Daerah yang mengatur tentang
bentuknya sangat tebal dan rinci. lsi APBD atau RPJPD itu justru terletak di
dalam lampiran naskah APBD dan RPJPD itu sendiri, sedangkan Undang-Undang
tentang APBD atau RPJPD hanya berfungsi sebagai baju atau mantel hukum.
Dalam melakukan penyesuaian perda tentang pajak dan reribusi daerah ini harus jelas
pemahaman kita tentang kedudukan rerda dalam tata uruta.n perundang-undangan
sebagaimana dimaksud dalam UUNo. 10 Tahun 2004. Secara skematis kedudukan perda
sebagai berikut:
- - - - - - - - - - - 83
Gambar9
Skema tentang Kedudukan Perda
KEDUDUKAN PERDA
(PASAL 7 (1) UU NO.l0/2004 Ttg P3)
DPR + PRESIDEN
UU 32/2004
Uecislasi nasional)
I
Regulasi Pem.
PP79/2005
PER PRES
PERMENDAGRI 53/2007
Pengawasan Perda/Perkepda
Pasa17 (4}:
-+ Perat Per UUan
atau
l
Kepada + DPRD
Perat Kebljakan
(legislasi daerah:
Delegated legislation)
Dalam skema di atas, jelas bahwa perda adalah instumen pemerintahan daerah
yang diperguanakan untuk menyelenggarakan pemerintahan di daerah. Dengan demikian
maka materi muatan peraturan daerah ini tidak boleh bertentangan dengan pertaturan
yang lebih tinggi.
Terhadap keadaan tersebut Pemerintah telah menetapkan kebijakan berupa
pengawasan terhadap peraturan daerah yang akan mengatur penetapan penetapaa pajak
dan retribusi daerah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2007
tentang pengawasan peraturan daerah dan eeraturan kepala daerah, pengawasan tersebut
L....
84
daerah, retribusi daerah dan rencana tata ruang dan rancangan peraturan kepala daerah
tentang penjabaran APBD/penjabaran perubahan APBD,
Klariflkasi adalah pengkajian dan penilaian terhadap peraturan daerah dan peraturan
kepala daerah untuk mengetahui bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi. Klarifikasi merupakan pengawasan represif yang
dilakukan oleh pemerintah atau pemerintah provinsi terhadap peraturan daerah yang
daerah~
Pengawasan terhadap rancangan peraturan daerah dan peraturan kepala daerah yang
diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
dapat digambarkan dalam hagan berikut ini.
Gambar 10
Mekanisme Pengawasan Raperda Provinsi
IIIKANIIIIE P!NGAWAIAN PRIVINTif TERHADAP PEftDA PROVMI TINTANO APID,
PAJAK DAIRAH, ~ETRIIUII DAERAH, DAN TATA ~UANG DAERAH (Pall111 jo.111 UU No. S2 Tlhun 2004)
RAPERDA
yang telah dlsetujul bersama
Hasil Evaklasi
Bertentlnpn denpn
kepentillpn umum &:
Setllli denpn
peratunn pc:rUDdang-
tinggi
K!tennr.u
* UD!Uk Rapenla APBD : Mcmcri Dalam Negeri
UI!Nk Rapda Pljik Olol1h k RGtribilai DIICflh : Mentori Keuan&'
Ulllllk llperda Tat& Ruin& Dlerab : Mentcn >'1111 memb!danal tata,
tt
~--~-~~=~~-- 85
,
l
Penjelasan bagan:
1. Gubemur menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang APBD/Perubahan
APBD, Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Tata Ruang Daerah paling lama 3 (tiga)
hari setelah mendapat persetujuan bersama dengan DPRD termasuk rancangan
peraturan gubemur tentang penjabaran APBD/penjabaran perubahan APBD kepada
4. Menteri Dalam Negeri menyampaikan hasil evaluasi kepada Gubemur paling lambat
15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak diterimanya rancangan dimaksud;
5. Gubemur menindaklanjuti hasil evaluasi paling lambar 7 (tujuh) hari kerja sejak
ditetapkan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri. Anggota tim pemantauan terdiri
atas komponen lingkup Departemen Dalam Negeri sesuai kebutuhan.
'----
86
~-- --~--~-----------~~--
Gambar 11
Mekanisme Pengawasan Raperda Kabupaten/Kota
IW'!RDA
Bertentangan dengan
Sesuai dengan
.................,_. -- ...
k-~nnAn~m~m.t
k-ANiontinnAn llmtU'T\ a.
peraturan perundang.
undangan yang lebih tinggi
;:;~;:;;:-~~;
tinggi
Klttn!nqan :
Penjelasan bagan:
1. Bupati/Walikota menyampaikan rancangan peraturan daerah kabupatenlkota
tentang APBD/perubahan APBD, pajak daerah, retribusi daerah dan rancangan
tata ruang daerah paling lama 3 (tiga) hari setelah mendapat persetujuan bersama
...
- -
evaluasi
melaporkan
hasil
evaluasi
rancangan
peraturan
daerah
kahunatenlkota
kenada
Guhemur untuk diiadikan hahan kenutusan Guhemur:
---- r --- -- --- -- --c ------ - -- - ----- --------- - -;, ---------- - -------- -- - c -- ------- - --- -------"
........
87
4. Khusus untuk rancangan peraturan daerah tentang pajak daerah, retribusi daerah
dan rencana tata ruang, Gubemur dalam melakukan evaluasi terlebih dahulu
berkoordinasi dengan Menteri Keuangan dan/Menteri yang membidangi urusan
menyampaikan
hasil
evaluasi
rancangan
peraturan
daerah
.,.
Mendagri
Pemda
........
:1- ----.......
----Perda PDRD
Tim Klariflkasl
Plhak Lain
--,---------------------r;-----------~-----...
--i-
- -+- - - --
_ _ 88
-,-
_,_ .
-,-
Penjelasan hagan:
1. Gubemur,
Bupati/Walikota
menyampaikan
peraturan
daerah
provmst,
kabupatenlkota kepada Menteri Dalam Negeri paling lama 7 (tujuh) hari setelah
ditetapkan untuk mendapatkan klarifikasi;
kepala daerah kepada Menteri Dalam Negeri dalam bentuk berita acara;
_ _ _ 89
Tabel25.
Jadwal Masa Berlaku Perda Pajak Daerah Lama dan Baru
Berdasar UU Nomor 28 Tahun 2009
Masa Berlaku Perda Pajak Lama dan Baru
-- Nu" -
I.
uu
01-o1-2012
BPHTB (baru)
01-o1-2011
01-o1-2014
01-o1-2014
r ---.-
l<clci..III!>Llll - - --
01-o1-2010
28/2009
Tergantung kesiapan
daerah.
90
Tabel26
Jadwal Masa Berlaku Perda Retribusi Daerah
Berdasar UU Nomor 28 Tahun 2009
01-01-2010
uu
28/2009
01.()1-2012
Perda baru
01...()1-2011
~.3.~.1.
Kabupaten Lamongan
terjadi.
Peningkatan ekonomi
91
Raperda yang dibahas tersebut terdiri dari 18 rancangan peraturan daerah tentang
pajak daerah dan retribusi daerah serta 1 Raperda tentang pengelolaan sampah dan 1
Raperda tentang Perusahaan Daerah. Dengan rincian, Raperda tentang Pajak Daerah,
Retribusi Pelayanan Kesehatan, Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akta
Catatan Sipil, Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum dan Retribusi Pengujian
Kendaraan Bermotor. Perumusan perda pajak daerah di Kabupaten Lamongan
ditempatkan dalam satu peraturan daerah dengan nama Perda Pajak Daerah Kabupaten
Lamongan. Di dalam. peraturan daerah tersebut, secara keseluruhan dimaksukkan jenisjenis pajak daerah yang dipungut di Kabupten Lamongan dengan tarif yang sesuai
dengan UU No. 28 Tahun 2009.
Sementara i~ untuk perda retibusi, dituangkan satu perda satu retribusi. Hal ini
disebabkan karena, besaran retribusi yang bisa dipungut bervariasi sesaui dengan
kenyataan obyek retribsi yang ada. Raperda tentang Retribusi terdiri atas : Retribusi
Rekreasi dan Olahraga, Izin Mendirikan Bangunan dan Retribusi Izin Tempat
Penjualan Minuman Beralkohol.
tentang Izin Gangguang, Izin Trayek, Izin Usaha Perikanan, Raperda Pengelolaan
Lamongan.
Berdasarkan fakta yang terurai di atas, maka Kabupaten Lamongan menjadi daerah
yang pertama43 kali menyelesaikan seluruh kebutuhan pengaturan yang menjadi dasar
pemungutan Pajak dan Retruibusi Daerah. Hal ini tidak lepas dari kemampuan
Kabupaten Lamongan membuat perencanaan yang baik di tahun 2009 untuk
dilaksanakan pada tahun 2010. Dalam perencanaan penyesuaian, terjadi sinergi yang
baik antara eksekutif dengan legislatif. Hal ini nampak dari perencanaan pembentukan
yang sudah masuk dalam program legislasi daerah 2009. Oleh sebab itu proses
Boaerah perwna sebagai obyek penelltian. ini. Diperoleh keterangan dati Biro Hukwn Ptopinsi Jatim, bahwa
Kabupaten Bangkallm adalah Kabupaten yang pada tahun 2010 telah menyelesaikan semua raperda dan telah
dievaluasi oleh Propinisi. Selanjutnya penilaian dilakukan oleh Dirjen Keuangan Daerah Kementerian
Keuangan.
92
pembahasan di eksekutif dan DPRD berjalan dengan lancer. Tahap selanjutnya adalah
Pada Tabel 27 tentang analisa ROCCIPI berikut dapat dibaca, bahwa Kabupaten
Lamongan memang sudah sejak awal melakukan persiapan sebaik mungkin. Dalam
penganggaran sudah dilakukan perencanaan pembiayaan yang memadai. Dalam aspek
institusi dan perangkat kelambagaan sudah dilakukan proses sosialisasi atas materi
muatan UU No. 28 Tahun 2009. Berbagai solusi kedepan memang masih terus
diharapkan dapat dengan lancar terjadi. Sehingga keinginan untuk melakukan proses
pemungutan pajak dan retribusi daerah berdasarkan perda baru dapat dilaksanakan.
Tabel27.
MATRIKS ROCCIPI
Kebijakan Penyeauaian Perda Kab. Lamonaan
Pemegang Peranan: BPKD/Bagian Hokum
(R-)
Peraturan
(0-)
Kesempatan
telah menyelesaikan
pembahasan raperda di tahun
Kategori
ROCCIPI
untukPAD
J'C111bangunan umum
2010
(C-)
Kemampuan
. (C-)
Komunikasi
(1-)
Kepentin11;an
(P)
Proses
(1-)
kloologi
Solusi
-~--~---- - -----
- - - - --
pada tahun 2010. Saat ini, draft perda pajak sedang dalam proses evaluasi Pemerintah
Provinsi Jawa Timur. Sementara itu, untuk perda retribusi, baru terselesaikan 2 (dua)
raperda, yaitu, Reperda Retribusi Pelayanan Rumah Sakit dan Retribusi Biaya Cetak
'--
------~~~~~~~----
93
KTP, KSK dan Akta Ke1ahiran. 01eh sebab itu, pada anggaran tahun 2011, Pemerintah
Tabel28.
MATRIKS ROCCIPI
Kebijakan Penyesuaian Perda Kab. Pasuruan
Pemegang Peranan: BPKD!Bagian Hokum
Kateaorl
ROCCIPI
(R-)
Peraturan
(0)
Kesempatan
(C-)
Kemampuan
(C-)
Komunikasi
(1-)
Kepentingan
(P-)
Proses
(1-)
Ideologi
Solual
(Bipotesis)
Diperoleh penje1asan dari bagian hukum sebagai organ teknis penyelaras produk:
hukum daerah, bahwa untuk perda retribusi, prakarsa pembentukannya harus datang
.__
dari Perangkat Teknis. Selama perangk:at teknis belum melakukan pembenfukan, maka
bagian hukum hanya bertugas mengingatkan sesuai dengan jadwal waktu yang
seharusnya.
Mengapa untuk raperda pajak daerah dapat diselesaikan pada tahun 2010 ? Hal ini
disebabkan karena untuk raperda pajak daerah pemrakarsanya adalah Dinas Pengelola
Pendapatan dati Keuangan Daerah. Anggaran pembentukannya pun telah dialokasikan
..__
'---'
- - - - - - - - 94
Madiun, masing-masing pajak daerah ditetapkan dalam satu draft raperda. Oleh sebab
itu, Kota Madiun, sampai dengan penelitian ini dilakukan belum menyelesaikan
Tabel29.
MATRIKS ROCCIPI
Kebijakan Penyesuaian Perda Kota Madiun
Peraturan
(0-)
Kesempatan
(C-)
Kemampuan
(C-)
Komunikasi
(1-)
Kepentingan
(P-)
Proses
(1-)
Ideologi
Solusi
I
belum menyelesaikan
pembahasan raperda pajak
dan retribusi daerah 2010
Sebagian besar baru
d'
p~ak
dan rertibusi
Informasi belum
tersampaikan secara baik
pada stakeholder
target penyelesaian draft
raperda
SK.PD
Desiminasi draft raperda
'
Berdasarkan diskripsi ROCCIPI dan hasil diskusi dengan DPRD Kota Madiun,
disampaikan, bahwa dalam Program Legislasi Daerah Kota Madiun, semua rencana
penyesuaian perda pajak dan retribusi sudah diagendakan di tahun 2011 dan akan
~ota Madiutl; baru menyelesatkan 2 perda retribusi. yaitu, retribusi Pelayanan Kesohatan dan Retribusi
Pemakaian Kekayaan Daerah dan telah dievaluasi oleh Pemerintah Propinsi.
'--
- - - - - - - - - --
9$
ldnerja memenuhi target yang telah ditetapkan. Jika tidak, maka proses memberikan
dasar hukum pungutan tersebut akan bennasalah pada akhir tahun 2011.
Capaian kinerja pada pertengahan tahun harus dipastikan terlampaui, hal ini
disebabkan karena draft perda itu akan melalui proses evaluasi Pemerintah Provinsi
Jawa Timur dan Kementrian Keuangan. Evaluasi di Provinsi bisa menghasilkan
tambahan waktu perbaikan bagi Pemerintah Kota Madiun demikian juga besaran tarif
yang dievaluasi oleh Menteri Keuangan juga akan membutuhkan waktu tertentu. Jadi
ketepatan untuk menuntaskan pembahasan draft raperda sangat bennakna dikaitkan
dengan batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Tabel29.
keempat sudah masuk ke PDRD untuk dilakukan pembahasan. Pada bulan Juni
persetujuan DPRD sudah harus diselesaikan dan selanjutnya diajukan ke Provinsi untuk
memperoleh evaluasi. Diharapkan pada bulan 10 semua raperda sudah bisa ditetapkan
menjadi perda dan di awal tahun 2012, sehingga dasar hukum pemungutan baik Pajak
dan Retibusi sudah mengacu pada ketentuan dalam UU Nomor 28 Tahun 2009.
Gambaran analisis ROCCIPI untuk Kota Mojokerto sebagai berikut:
96
Tabel30.
MATRIKS ROCCIPI
Kebljakan Penyesualan Perda Kota Mojokerto
Pemegang Peninan: BPKD/Bagian Hukum
(R-)
Peraturan
(0-)
Kesempatan
belum menyelesaikan
pembahasan reperda retribusi
daerah2010
waktu 1 tahun
Kategori
ROCCIPI
(C-)
Kemarnpuan
(C-)
Komunikasi
(1-)
Kepentingan
(P-)
Proses
(I-)
Ideologi
anggaran 2011
Informasi belum
Solusi
Pajak Daerah Provinsi sudah sampai di Kementerian Dalam Negeri dan selanjutnya
akan masuk persetujuan dari Kementerian Keuangan untuk besaran tarif.
Jenis pajak daerah yang sudah selesai draft raperdanya adalah:
1. Pajak Kendaraan Bermotor
S. Pajak Rokok
Secara khusus, besaran tarif akan menjadi kendala yang berarti, karena dalam draft
Pajak Kendaan Bermotor (PKB) yang diajukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur
97
besaran tarifnya sangat fariatif. Pola fariatif pengenaan tarif tersebut ada yang bersifat
progresif dan ada yang bersifat tetap. Jika hal ini disetujui oleh Menteri Keuangan,
bukan tidak mungkin model yang ada di Jawa Timur ini akan diikuti oleh pemerintah
provinsi lainnya.
Berikut matriks ROCCIPI atas penyesuaian perda pajak dan retribusi di Pemerintah
Provinsi Jawa Timur:
Tabel31.
MATRIKS ROCCIPI Kebijakan Penyesuaian Penla
Kategori
ROCCIPI
(R)
Peraturan
(0-)
Kesempatan
(C-)
Kemampuan
(C-)
Komunikasi
(I-)
Kepentingan
(P-)
(llipotesis)
belum disahkannya perda
pajak dan belum disusun
perdaretiibusidaer.ah
Proses
Iancar
(I-)
Ideologi
Solusi
Penyelesaian persetujuan
menteri dan melakukan
perencanaan penyusunan perda
retribusi
Penugasan SKPD untuk
menyusun draft perda retribusi
Segera dianggarkan melalui
APBD tahun 2011
Sosialisasi yang intenfsif
tentang materi muatan UU 28
Tahun2009
Visi untuk kepentingan
bersama pemerintah Provinsi
Jatim
Koordinasi dalam proses
penyusunan perda pajak dan
retribusi
Pajak dan retribusi
dikembalikan untuk
pemban~nan
dae~
penyusunan. Di peroleh informasi dari biro hukum Pemprop Jatim, keterlambatan ini
disebabkan karena:
1.
2.
3.
L..
- - - - - - - - 98
Berdasarkan kenyataan di atas, maka ketja keras untuk penyesuaian peraturan daerah
tentang retribusi harus dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jatim. Secara khusus kinerja
biro hukum Pemerintah Provinsi Jawa Timur akan sangat dipertaruhkan untuk
mengkoordinir penyelesaian perda retribusi daerah tahun 2011.
yang diberi tugas memungut berbeda. Secara keseluruhan perbedaan itu ada pada tata
kelola atau management pemungutan. Perubahan yang terjadi pada manajemen
pemerintah daerah, dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang bersifat internal maupun
bersifat ekstemal. Namun demikian ada tiga /aktor dominan yang perlu
mewarnai gaya manajemen anta.ra lain yaitu bahwa para anggota organisasi akan
cenderung terdiri dari berbagai etnis dan kebangsaan. Oleh karena itu menurut
Elashwi dan Harris (1996) perlu dikembangkan manajemen multibudaya sebagai
Sadu Wasistiono, 2002, KAPftA SELEKTA Manajemen Pemerintahan baerah, Cetakan Pertama, Penerbit
CV. Fokusmedia. Bandung, h. 22
------------------------- 99
pemerintah daerah. Daerah akan diberi kebebasan dan kewenangan yang lebih luas.
Hal tersebut dengan sendirinya menuntut kesiapan daerah untuk mengatur dan
mengelola urusan rumah tangganya sendiri secara lebih leluasa. Kemampuan
service neutrality) sehingga nantinya lebih banyak diputuskan oleh partai politik yang
memenangkan pemilihan umum.
Dalam aspek struktural, maka semua daerah penelitian (Kabnpaten
2008. Perubahan struktur kelembagaan ini, khususnya terhadap organ yang mengelola
keuangan daerah atau pendapatan. Nomenklatur kelembagaan baru tersebut adalah
Dinas Pengelola Pendapatan dan Keuangan Daerah.
Untuk Kabupaten Lamongan, semula berasal dari 2 institusi, yaitu Dinas
Pendapatan dana Bagian Keuangan kemudian berubah menjadi Badan Pendapatan
dan Pengelola Keuangan Daerah. Selanjutnya dari bentuk Badan berubah menjadi
Dinas Pengelola Pendapatan dan Keuangan Daerah.
Keuangan Daerah.
-------------------------- 100
daerah ini telah memotong mata rantai perjalanan pemasukan dan pengeluaran. Secara
khusus, pola management keuangan darah menjadi efektif karena tidak melibatkan
banyak lembaga. Pengawasan dan pemantauan terhadap aliran pendapatan dan
pada bentuk dan iklim organisasi. Mengenai hal ini, Bennis dan Townsend (1995)46
dewasa ini kita sedang bergerak dari masyarakat pekerja kearah masyarakat jaringan.
Organisasi yang dijalankan berdasarkan pengendalian dan pengawasan akan
digantikan beberapa bentuk hubungan seperti aliansi, kerjasama, kesepakatan dasar
46
47
tbid.
tbid. 27
101
dan lain sebagainya. Hubungan ketja lebih didasarkan pada sating pengertian pada
tujuan, kebijakan dan strategi melalui tim ketja dan melalui persuasi.
Perubahan yang terjdi pada manajemen secara umum terjadi pula pada
manajemen pemerintahan. Ada beberapa konsepsi pemikiraii yang secara nyata
mampu mempengaruhi kebijakan pemerintahan pada berbagai negara. Savas (1987)
misalnya menawarkan konsep privatisasi agar penyelenggaraan pemerintahan dapat
berjalan baik. Dari sudut lain, Barzelay (1992) menawarkan paradigma pasca
birokrasi yang intinya mengurangi sebanyak mungkin keterlibatan birokrasi dalam
kehidupan bermasyarakat. Masyarakat yang maju sebagai suatu kesatuan diyakini
mampu mengurus sebagian besar kepentingannya oleh anggota masyarakat itu sendiri
Perubahan besar pada manajemen pemerintahan tetjadi dengan adanya konsep
pemikiran dari Osborne dan Gaebler (1992) yang menwarkan perlunya transformasi
semangat kewirausahaan pada sektor publik. Osborne dan Gaebler ( 1992)
mengemukakan spuluh pokok pemikirannya yang intinya adalah mengurangi peranan
pemerintah dengan cara memberdayakan masyarakat serta menjadikan sektor
pemerintahan lebih efisien. Inti pemikiran Osborne dan Gaebler sebenamya sejalan
dengan pandanga Savas maupun Barzelay48
Mengenai perlunya keadilan dimasukkan ke dalam kebijakan pemerintahan
telah dikemukakan oleh Frederickson (1980) melalui konsep Administarsi Negara
Baru (The New Public Administration). Alsannya adalah didalam mengejar
efektivitas dan efesiensi, para penyelenggara negara seringkali melupakan faktor
keadilan. Pada akhiinya sebagian besar rakyat sebenamnya merupakan pemilik
kedaulatan menjadi korban tanpa dapat berbuat banyak.
49
1bid. 28
tbld. 29
102
Strategi
pelanggan
akuntabilitas
dengan
(1984).
Seiring
dengan
semakin
majunya
masyarakat,
para
penyelenggara
pemerintahan harus, semakin pandai memilih urusan yang masih perh1 dikelolanya
secara langsung. Urusan yang sangat penting, yang menyangkut eksistensi sebuah
bangsa harus tetap dikelola oleh pemerintah. Urusan selebihnya dapat diserahkan
pada masyarakat melalui program prativisasi dengan pengawasan dan pengendalian
yang ketat oleh pemerintah, dengan demikian manajemen pemerintahan yang
diperkuat bukanlah manajemen operasional melainkan manajemen pengawasan dan
...____
pengendalian.
Pritavisasi itu sendirinya pada dasarnya adalah desentralisasi. Seperti
dikatakan oleh Cheema dan Rondinelli (1983:24) bahwa salah satu bentuk
desentralisasi adalah "transfer of function from government to nongovernmental
institution". liistitusi non pemerintah dapat berupa yayasan, perusahaan swasta atau
lembaga swadaya masyarakat. Dengan demikian, desentralisasi bukan hanya dari
'--
-~--~-- 103
pemerintah dituntut untuk kembali pada kegiatan pokoknya (core business) . Seiring
dengan perubahan tersebut, maka pengawasan sosial masyarakat sebagai pemilik
kedaulatanjuga akan semakin meningkat. Pemerintah yang bersih (clean government)
akan menjadi salah satu syarat bergaul percaturan intemasional secara terhorma,
selain syarat demokrasi dan penegakkan hak asasi manusia.
Perubahan penting lainnya dalam manajemen pemerintahan di daerah adalah
perlunya memperhatikan prinsip-prinsip dasar manajemen, yang selama ini sudah
biasa dijalankan sehingga terabaikan. Seperti dikatakan oleh Culligan (1996) bahwa
setiap manajer perlu melihat dan melihat kembali prinsip-prinsip manajemen yang
dijalankannya (management back to basic).
digunakan. Baik menyangkut mengenai pembagian peran antar unsur lini dan unsur
staf maupun dalam pendelegasian wewenang.
Selama ini tidak disadari meningkatkan pelayanan kepada masyarakat,
peranan dinas daerah sebagai unsur lini dan berhadapan langsung dengan masyarakat
semaldn diperkuat. Fasilitas dan wibawa kepala dinas untuk dinas perlu ditingkatkan
agar para penyelenggara pemerintahan daerah yang berkualitas tertarik untuk bekerja
pada dinas daerah. Kurangnya perhatian pemerintah daerah kabupaten/kota kepada
b. kuraiig dekatnya akses hubungan antara kepala dinas dengan kepala daerah,
karena faktor pimpinannya atau pun karena letak kantomya yang berjauhan;
akan hak
dan
_ _ _ _ _ 104
------
strategi pemberian pelayanan kepada masyarakat. Salah satu strategi yang terpenting
masyarakat akan membawa konsekuensi logis berupa pengurangan fungsi dan peran
staf. Masalah yang paling berat adalah mengubah pandangan dan kelegawaan dari
pejabat staf yang ada di unit pemerintahan yang selama ini telah menjalankan fungsi
layaknya pegawai swasta yang siap member layanan kepada pelanggan dengan baik.
format yang sama dengan di Lamongan juga terjadi di Kabupaten Pasuruan.
Kebijakan untuk melayani wajib pajak juga dipenuhi dengan memberikan layanan
yang optimal.
Kota Madiun juga membuka layanan jemput bola dengan menempatk:an petugas
di kecamatan. Tujuannya adalah mempermudah wajib pajak khususnya untuk
~
- --- - - - - - - - - lOS
petugas juga dilakukan di Kota Mojokerto. Hal ini tentu dimaksudkan agar para
petugas bekerja seoptimal mungkin guna memenuhi target yang sudah ditetapkan.
Bagi pemerintah Provinsi Jawa Timur, melakukan inovasi yang sifatnya fungsional
atas penyelenggaraan pajak daerah sangat penting. Penghasilan utama Pemerintah
Provinsi Jawa Timur berasal darai pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PK.B).
Oleh sebab itu, pola layanan yang mekin mendekatkan wajib pajak mudah membayar
harus diupayakan. Program layanan cepat dan dekat dengan sistem yang mudah
ditempuh di berbagai wilayah pemungutan. Pemerintah Provinsi Jawa Timur
membuka layanan cepat dengan mobil pelayanan Pajak Kendaraan Bermotor keliling.
Selain itu, untuk di kota, kota besar seperti di Surabaya, Malang, Kediri, Jember dan
Madiun, dibuka layanan di komplek-komplek pertokaan.
Kebijakan membebaskan denda pajak terhadap keterlambatan pembayaran Pajak
lainny~
kebi~
secara bertahap
diperbarui menjadi cultural hubungan kerja yang berorientasi keahlian dengan arah
...__
- - - 106
tidak sesuai lagi denganjaman (breaking habits). Kedua, upayakan meraih lubuk hati
yang terdalam agar bersedia menerima perubahan yang ditawarkan (touching hearts).
Ketiga, bagaimana dapat memasukkan pola pildr bam yang sesuai dengan arab.
perubahan yang diinginkan (winning minds) .
Sadar akan kesulitan merubah cara pandang birokrasi terhadap fungsi layanan
yang sering berubah menjadi dilayani, pemerintah daerah memberikan pembekalan
menghasilkan penerimaan daerah dari sektor pajak dan retribusi sangat diperhatikan.
........
'---
1.07
BABVI
Penutup
~
6.1.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian dalam bab-bab pembahasan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
a. Posisi Pajak dan Retribusi Daerah sangat strategis bagi penyelenggaraan
pemerintahan daerah, khususnya sebagai indikator keberhasilan otonomi
daerah
.......-
c. Pola penataan potensi Pajak dan Retribusi Daerah ditentukan oleh kesiapan
Daerah untuk menyesuaikan pengorganisasian kelembagaan baik dalam aspek
struktur, fungsi, maupun kultur birokrasinya.
6.2.
Saran
Berdasarkan kesimpulan sebagaimana telah diuraikan, maka dapat disampaiakn
saran-saran sebagai berikut:
a. Dalam upaya meningkatkan pendapat daerah dari sektor Pajak dan Retribusi
Daerah. maka penyesuaian Perda tentang Pajak dan Retribusi Darrah harus
memperhatikan tenggat waktu yang telah ditetapkan dalam UU No. 28 Tahun
2009
.......
c. Agar potensi Pajak dan Retribusi daerah dapat dikelola optimal, maka
perangkat brokrasi harus selalu dilakukan penyesuaian baik dalam bentuk
struktur organisasi, peningkatan fungsi, dan perubahan kultur pelayanan.
.........
'-"
"--"'
- - - - - - - 108
DAFTARBACAAN
Buku/Makalah
Atre, B.R., 2001, Legislative Drafting: Principles and Techniques, Universal Law
Publishing Co.
Bandung Institute of Government Studies (BIGS), 2002, Merancang Kebijakan
Perizinan yang Pro Pasar dan Sensitif Kepentingan Publik, in Cooperation
Berge ten B.J.B.M. dan Spelt, N.M., 1993, Pengantar Hukum Peritinan, Cetakan I,
Yuridika, Surabaya.
Budiman Arief, 1996, Teori Pembangunan Dunia Ketiga,
Utama.
J~
Gramedia Pustaka
David Ray, 2003, Desentralisasi, Reformasl Peraturan dan lklim Usaha, Patnership for
Economic Growth (PEG), Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Jakarta.
ELIPS,
Eny
2001,
Penyusunan Rancangan Undang-undang Dalam Perubahan
Masyarakat Yang Demokratis, Business Advisory Indonesia University of San
Francisco Scholl of Law Indonesia Program.
Rahmawati~
retribusi
2009-fitrijunit-157l3&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985
Forum
Kom~i
Jakarta.
Hadjon, P. M.1990, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Bina llmu,
Surabaya.
------~~~~-~--
Indra J. Pillang, dkk. (Editor), Faisal H. Basri Cetakan I Nopember 2005, Otonomi
Daerah Evaluasi & Proyeksi., Divisi Kajian Demokrasi Lokal, Yayasan Harkat
Bangsa Jakarta
- - - - - - - - - - - - 109
I
I
I
I
I
view=article&idg353%3Acatatan-ainggir-untuk-lkQL-bupati-lrunongan&catid
=48%3Alocal-budget-sektor-lain<emid=259&lang=in
Sadu Wasisto, 2003, Edisi Revisi, Kapita Selekta Manajemen Pemerintahan Daerah,
CV. Fokus Media, Bandung
PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
I
I
DATA KEBIJAKAN
Data Rekapitulasi APBD Kabupaten Lamongan Tahun Anggaran 2007, 2008 dan 2009
Data Rekapitulasi APBD Kabupaten Pasuruan Tahun Anggaran 2007, 2008 dan 2009
Data Rekapitulasi APBD Kota Madiun Tahun Anggaran, 2007, 2008 dan 2009
Data Rekapitulasi APBD Kota Mojokerto Tahun Anggaran 2007.2008, dan 2009
Data Rekapitulasi APBD Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2007, 2008 dan 2009.
Data kondisi geografis dan demografis dilrutip dari Situs (website) resmi Pemerintah
Daerah Kabupa:ten Lamongan, Pemutakhiran Terakhir (Friday, 13 June 2008),
melalui
diakses
I
I
I
I
Data kondisi geografis dan demografis dikutip dari Situs (website) resmi Pemerintah
Daerah
Kabupaten
Pasuruan,
http;//www.pasuruankab.go.id/perda.php?ciD~J&action:::;list
I
I
dkasi.org!upload/File/Paparan%2520Monitoring%2520Pelaksanaan%25200ton
omi%2520Daerah,%25201 awa%2520Pos.doc+analisis+data+paj ak+daerah+kab
upaten+pasuruan&cd=3 5&hl=id&ct=clnk&gl=id
RPJMD Kota Madiun yang telah disahkan menjadi Perda No. 19 Tahun 2009,
http://bapgeda.madiunkota.info/wp-cont~ntlugloads/2010/0 1/rpjm.gdf
RPJPD Kota Madiun 2005-2025, http://bappeda.madiunkota.info/wp-content/uploads
201 0/06/perda-rpjp.pdf
I
I
I
I