Anda di halaman 1dari 14

BAB 16

PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Kemiskinan
di
Indonesia
merupakan
kemiskinan
multidimensi. Berbagai kebijakan pemerintah untuk menurunkan
angka kemiskinan diarahkan ke dalam bentuk peningkatan
kesejahteraan penduduk miskin. Upaya untuk mencapai sasaran
tersebut diarahkan pada 4 fokus kebijakan pembangunan untuk
menanggulangi kemiskinan, yaitu (1) perluasan akses masyarakat
miskin atas pendidikan, kesehatan dan infrastruktur dasar; (2)
perlindungan sosial; (3) penanganan masalah gizi kurang dan rawan
pangan; serta (4) perluasan kesempatan berusaha. Sehubungan
dengan itu, usaha untuk menanggulangi kemiskinan merupakan
tanggung jawab bersama bagi seluruh pihak, baik instansi
pemerintah, instansi swasta maupun masyarakat pada umumnya.
I.

Permasalahan yang Dihadapi

Kemiskinan merupakan permasalahan sosial yang hadir di


tengah-tengah kehidupan masyarakat Indonesia. Sampai saat ini
jumlah penduduk miskin di Indonesia masih sangat besar. Jumlah
penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2007 sebesar 37,17

juta atau 16,58 persen. Kondisi itu lebih baik jika dibandingkan
dengan kondisi pada bulan Maret 2006 yang berjumlah 39,3 juta atau
17,75 persen. Itu berarti jumlah penduduk miskin berkurang sebesar
2,13 juta. Batas garis kemiskinan pada bulan Maret 2007 adalah
Rp166.667 per kapita per bulan, meningkat dari Rp151.997 per
kapita per bulan pada bulan Maret 2006. Peranan komoditas yang
mempengaruhi garis kemiskinan paling besar adalah beras. Harga
beras cenderung mengalami fluktuasi sehingga mempengaruhi daya
beli masyarakat miskin. Kondisi itu disebabkan oleh kemampuan
produksi beras dalam negeri belum menjamin permintaan beras
cukup secara nasional. Untuk itu, kecukupan cadangan beras akan
terus dijaga untuk menjamin stabilitas harga beras.
Tingginya jumlah penduduk miskin juga disebabkan oleh (1)
penyebaran pembangunan yang belum merata terutama di perdesaan;
(2) terbatasnya akses terhadap layanan dasar (kesehatan, pendidikan,
perumahan, permukiman, infrastruktur, permodalan/kredit, dan
informasi) dan bantuan sosial bagi masyarakat miskin; (3) masih
terdapatnya kawasan kumuh yang luas dan kantong-kantong
kemiskinan di perkotaan; (4) tingginya harga bahan kebutuhan
pokok, terutama beras dengan kenaikan harga mencapai 33 persen
pada tahun 2007 akibat dampak larangan impor beras; (5) rendahnya
kapasitas dan produktivitas usaha serta keterbatasan akses terhadap
sumber-sumber pendanaan; serta (6) lemahnya kelembagaan
pengarusutamaan gender.
Pemerintah
terus
berupaya
melaksanakan
program
penanggulangan kemiskinan. Salah satunya adalah menyamakan
persepsi penanggulangan kemiskinan dan menyinergikan berbagai
kebijakan dan program yang terkait dengan upaya penanggulangan
kemiskinan, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat dan
daerah, lembaga-lembaga swadaya, maupun masyarakat luas.

II.

Langkah Kebijakan dan Hasil yang Dicapai

Langkah yang telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi


dan mengurangi jumlah penduduk miskin adalah melalui (1)
perluasan akses masyarakat miskin atas pendidikan, kesehatan, dan
infrastruktur dasar; (2) perlindungan sosial; (3) penanganan masalah
16 - 2

gizi kurang dan rawan pangan; dan (4) perluasan kesempatan


berusaha.
A.

Perluasan Akses Masyarakat Miskin Atas Pendidikan,


Kesehatan dan Infrastruktur Dasar

1.

Peningkatan Akses dan Kualitas Pendidikan

Sejalan dengan tujuan pembangunan milenium (Millenium


Development Goals/MDGs) termasuk pencapaian target-targetnya
sampai dengan 2015, pemerintah Indonesia sejak tahun 1994
menerapkan program wajib belajar sembilan tahun (wajar 9 tahun)
sehingga semua anak di mana pun, baik laki-laki maupun perempuan
dapat menyelesaikan pendidikan dasar. Untuk mendukung
terwujudnya program itu, mulai bulan Juli 2005 pemerintah
menyediakan dana bantuan operasional sekolah (BOS). Alokasi dana
BOS pada tahun 2006 sebesar Rp10,2 triliun dan pada tahun 2007
meningkat menjadi Rp11,6 triliun. Selain digunakan untuk
membiayai operasional sekolah, dana BOS juga digunakan untuk
membantu anak-anak yang berasal dari keluarga miskin untuk
memperoleh layanan pendidikan minimal sampai dengan tingkat
SLTP. Pada tahun anggaran 2006, pemerintah mengalokasikan dana
BOS untuk 39,8 juta peserta didik pada jenjang pendidikan dasar,
yang mencakup SD, MI, SDLB, SMP, MTs, SMPLB, dan Pesantren
Salafiyah,
serta
satuan
pendidikan
non-Islam
yang
menyelenggarakan pendidikan dasar sembilan tahun. Kemudian
meningkat pada tahun 2007 menjadi 41,3 juta peserta didik.
Pada jenjang pendidikan menengah disediakan beasiswa untuk
siswa miskin di SMA/SMK/MA bagi 692,6 ribu siswa. Dengan
beasiswa yang lebih banyak dan lebih besar jumlahnya, diharapkan
partisipasi penduduk miskin yang menempuh jenjang pendidikan
menengah dapat ditingkatkan. Di samping itu, untuk siswa SLB, juga
disediakan beasiswa tambahan bagi 5.575 siswa dari keluarga tidak
mampu.
Selain itu, pada tahun 2007 upaya penuntasan Wajib Belajar
Pendidikan dasar 9 tahun juga dilakukan melalui jalur pendidikan
non formal diantaranya dengan melakukan pemberian biaya
operasional penyelenggaraan (BOP) Paket A dan Paket B untuk
99.700 orang dan 511.000 orang, pemberian bantuan rintisan Paket A
16 - 3

untuk 600 orang, bantuan perluasan Paket A dan Paket B untuk


37.460 orang, rintisan pangkalan belajar pendidikan kesetaraan untuk
pulau terpencil, TKI perbatasan, perahu berjalan, dan bis berjalan
untuk 900 orang.
2.

Peningkatan Pelayanan Kesehatan

Pemerintah menyediakan anggaran kesehatan sebesar 2,55


persen dari total anggaran pendapatan belanjan negara (APBN)
Tahun 2006. Upaya peningkatan pelayanan kesehatan dilakukan
melalui (1) pelayanan kesehatan penduduk miskin di puskesmas dan
jaringannya, serta rawat inap kelas III di rumah sakit (RS); (2)
peningkatan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan dasar
terutama di daerah perbatasan, terpencil, tertinggal, dan kepulauan.
Puskesmas dan jaringan yang telah selesai dibangun, diperbaiki, dan
ditingkatkan sebesar 60 persen; (3) pelatihan teknis bidan dan tenaga
kesehatan untuk menunjang percepatan pencapaian MDGs.
Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan derajat
kesehatan penduduk miskin adalah dengan memberikan kartu
asuransi kesehatan bagi masyarakat miskin (Askeskin). Kartu
Askeskin digunakan penduduk miskin untuk memperoleh pelayanan
kesehatan dan mendapatkan pelayanan rawat inap kelas III di RS.
Jumlah RS yang telah melayani peserta Askeskin sebanyak 464 RS
pemerintah dan RS TNI-Polri, serta 130 RS swasta. Jumlah keluarga
miskin yang mendapatkan perlindungan pelayanan kesehatan dasar
sebanyak 60 juta. Namun, penduduk miskin yang memanfaatkan
puskesmas dan jaringannya hanya sebesar 15 persen. Dengan adanya
Askeskin, diharapkan dapat meningkatkan aksesibilitas masyarakat
miskin terhadap pelayanan kesehatan, dan menurunkan angka
kematian ibu dan bayi, serta meningkatkan produktivitas dan mutu
sumber daya manusia (SDM).
3.

Peningkatan Sarana dan Prasarana Dasar bagi Masyarakat


Miskin

Akses penduduk miskin terhadap air bersih juga masih rendah.


Untuk kuintil paling rendah, hanya 48 persen yang memiliki akses
air bersih di daerah perdesaan, sedangkan untuk perkotaan 78 persen.
Pembangunan prasarana dan sarana air minum juga telah dilakukan.
Selama tahun 20052006 telah dibangun prasarana dan sarana air
16 - 4

minum bagi 1,2 juta penduduk perdesaan dan 1,1 juta penduduk
ibukota kecamatan. Hal itu akan ditingkatkan lagi bagi 1,5 juta
penduduk perdesaan dan 1,4 juta penduduk ibukota kecamatan di
tahun 2007. Proses penentuan jenis prasarana disesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat melalui musyawarah desa. Hal itu sekaligus
untuk memberdayakan masyarakat dan meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan.
Pada tahun 2006, pemerintah telah membangun perumahan
rakyat atau rumah sederhana sebanyak 90.144 unit. Jumlah ini
meningkat dari tahun 2004 yang berjumlah 70.957 unit perumahan
rakyat atau rumah sederhana.

B.

Perlindungan Sosial

1.

Peningkatan Perlindungan kepada Keluarga Miskin, termasuk


Perempuan dan Anak

Pada tahun 2006 pemerintah masih melanjutkan pemberian


subsidi langsung tunai (SLT) dengan sasaran rumah tangga miskin
(RTM) sebanyak 19,1 juta RTM. Pemberian SLT itu dilakukan
dengan tujuan menjaga daya beli RTM akibat kenaikan harga bahan
bakar minyak (BBM).
Dalam rangka memberikan perlindungan kepada keluarga
miskin termasuk perempuan dan anak, pemerintah melakukan uji
coba PKH yang dipersiapkan sebagai cikal bakal sistem penjaminan
sosial pada masa depan. PKH adalah program yang memberikan
bantuan tunai kepada RTSM. RTSM mempunyai kewajiban untuk
memenuhi persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan
kualitas sumber daya manusia (SDM), yaitu pendidikan dan
kesehatan.
Penerima bantuan PKH adalah RTSM yang memiliki anggota
keluarga yang terdiri atas anak usia 015 tahun dan/atau ibu
hamil/nifas. Peserta PKH akan menerima bantuan maksimal selama
6 tahun. Pada tahun 2007, pemerintah melaksanakan PKH di 7
provinsi pada 348 kecamatan (49 kabupaten) dengan target 500.000
RTSM. Total dana yang dikeluarkan pemerintah untuk pelaksanaan
PKH pada tahun 2007 sebesar Rp1 triliun. Pada tahun 2008, uji coba
16 - 5

PKH akan berlanjut untuk mengetahui dampaknya terhadap


peningkatan kualitas hidup RTSM. Dengan rencana anggaran sebesar
Rp1,1 triliun, perluasan uji coba PKH akan dilakukan secara terbatas.
Peningkatan peran dan kualitas hidup perempuan dilakukan
melalui penyusunan kebijakan, program, dan kegiatan afirmasi
(affirmative actions) di bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi,
yang merupakan komponen gender-related development index
(GDI). Hasil yang telah dicapai antara lain: (1) tercapainya peserta
keluarga berencana baru (PB) miskin hingga April 2007 sekitar 3,2
juta; dan (2) terlaksananya pemberdayaan ekonomi keluarga melalui
kelompok usaha peningkatan pendapatan keluarga sejahtera
(UPPKS) yang sampai triwulan pertama tahun 2007 beranggotakan
3,1 juta keluarga miskin dan 1,4 juta diantaranya mempunyai usaha.
Anak-anak telantar dan anak jalanan pun tidak luput mendapat
perhatian dari pemerintah melalui pelaksanaan pelayanan
kesejahteraan sosial bagi 64.894 anak telantar di 31 provinsi, dan
45.300 anak jalanan di 24 provinsi.
2.

Peningkatan Perlindungan kepada Komunitas


Penyandang Masalah Sosial, dan Korban Bencana

Miskin,

Berbagai upaya perlindungan sosial terhadap komunitas


miskin terus dilakukan pemerintah melalui pemberdayaan dan
peningkatan kapasitas fakir miskin. Pemberdayaan fakir miskin telah
dilaksanakan melalui kegiatan sosialisasi program bantuan Usaha
Ekonomi Produktif (UEP) kepada 156.671 KK menyebar di 33
provinsi. Pemberdayaan melalui bantuan UEP dimaksudkan untuk
meningkatkan penghasilan ekonomi keluarga miskin sehingga dapat
membantu mempercepat keluar dari kemiskinannya. Penerima
bantuan UEP juga menerima santunan hidup yang ditujukan bagi
156.671 KK, bantuan bahan bangunan rumah (BRR), dan bantuan
perbaikan sarana lingkungan bagi 65 desa di daerah penerima
program.
Pemberdayaan dan perlindungan sosial bagi kelompok adat
terpencil (KAT) dilaksanakan secara bertahap, yaitu tahap I
sebanyak 3.837 KK; tahap II sebanyak 4.126 KK; dan tahap III
sebanyak 3.800 KK. Pemberdayaan KAT tahun 2006 diharapkan
16 - 6

dapat memberdayakan warga KAT sebanyak 64.365 KK dengan


kenaikan 5,19 persen dari tahun 2005 sebesar 61.188 KK dari jumlah
195.185 KK warga KAT yang belum diberdayakan di 28 provinsi.
Bagi penyandang cacat, pemerintah memberikan layanan dan
rehabilitasi sosial kepada 30.960 orang melalui kegiatan rehabilitasi
berbasis masyarakat, sedangkan bantuan dalam bentuk jaminan
kesejahteraan sosial diberikan kepada 3.750 orang di 5 provinsi
dengan nilai sebesar Rp300.000,00 per bulan.
C.

Penanganan Masalah Gizi Kurang dan Rawan Pangan

1.

Perbaikan Gizi Masyarakat

Penanggulangan GAKY telah dilaksanakan di 272 kecamatan


endemik berat (20 kabupaten) dan 197 kecamatan endemik sedang
(36 kabupaten/kota). Penanggulangan GAKY diintegrasikan ke
dalam penanggulangan kemiskinan secara nasional yang diarahkan
kepada peningkatan perbaikan wilayah untuk membuka isolasi
daerah disertai dengan peningkatan pendapatan, sehingga masyarakat
tersebut mampu mengonsumsi bahan pangan dari luar daerah
endemik GAKY.
Asupan gizi masyarakat perdesaan mengalami peningkatan
secara konsisten sejak tahun 2004. Selama periode 2004 hingga
2005, asupan energi meningkat dari 2.018 kkal menjadi 2.060 kkal
atau sekitar 103,2 persen di atas normal angka kecukupan gizi
(AKG). Begitu juga dengan asupan protein meningkat dari 53,7
gram menjadi 55,3 gram, atau sekitar 106,3 persen di atas AKG.
Sementara itu, selama periode 2004 sampai 2005, skor pola pangan
harapan (PPH) masyarakat perdesaan meningkat dari 74 menjadi
77,6.
2.

Peningkatan Ketahanan Pangan

Pangan merupakan salah satu kebutuhan mendasar manusia.


Namun, masih banyak penduduk yang belum dapat memenuhi
kebutuhan pokoknya. Dalam rangka pemenuhan hak dan kebutuhan
pangan bagi masyarakat miskin, pemerintah melaksanakan program
beras untuk keluarga miskin (Raskin). Tujuan program Raskin

16 - 7

adalah mengurangi beban pengeluaran keluarga miskin melalui


pemberian bantuan sebagian kebutuhan pangan dalam bentuk beras.
Anggaran subsidi untuk Raskin tahun 2006 dialokasikan
sebesar Rp5,32 triliun dengan jumlah sasaran penerima manfaat
mencapai 10,83 juta KK. Jumlah itu lebih besar jika dibandingkan
dengan tahun 2005 yang dialokasikan sebesar Rp4,68 triliun dengan
jumlah sasaran penerima sebanyak 8,3 juta KK, sedangkan sasaran
program Raskin untuk tahun 2007 sebanyak 15,8 juta RTM. Tiaptiap RTM mendapatkan beras sejumlah 10 kg per RTM per bulan
selama 12 bulan dengan harga Rp1.000,00 per kg.

D.

Perluasan Kesempatan Berusaha

1.

Peningkatan Dukungan
Masyarakat Miskin

Pengembangan

Usaha

bagi

Pengembangan usaha bagi masyarakat miskin dilakukan untuk


meningkatkan pendapatan mereka. Berbagai usaha telah dilakukan
dan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat. Upaya
penanggulangan kemiskinan untuk rumah tangga petani telah
dilakukan, antara lain, melalui pemberian kemudahan dalam akses
modal yang diwujudkan dalam proyek Peningkatan Pendapatan
Petani/Nelayan Kecil (P4K) yang telah dilaksanakan dari tahun 1998
sampai dengan 2006, serta pemberian kredit dengan bunga subsidi
pemerintah untuk usaha tani, seperti kredit ketahanan pangan (KKP)
yang masih berlangsung hingga saat ini.
Pemerintah telah menyalurkan dana penjaminan sebesar
Rp345,6 miliar, dengan rasio jaminan terhadap pinjaman 1
berbanding 2,5 melalui skema Program Pembiayaan Produktif
Koperasi dan Usaha Mikro (P3KUM).
2.

Peningkatan Sinergi dan Optimalisasi Upaya Pemberdayaan


Masyarakat

Pemerintah telah mengonsolidasikan program penanggulangan


kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat yang dijalankan
oleh kementerian dan lembaga ke dalam Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Penyelesaian

16 - 8

permasalahan kemiskinan yang ada diharapkan dapat mempercepat


upaya pengurangan jumlah penduduk miskin dan peningkatan
kualitas hidup manusia Indonesia yang berada dalam kategori
miskin.
1.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)


Mandiri

PNPM merupakan payung kebijakan program


penanggulangan
kemiskinan
berbasis
pemberdayaan
masyarakat. PNPM juga merupakan instrumen program untuk
percepatan pencapaian MDGs sampai tahun 2015. Tujuan
umum PNPM adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat
miskin dan meningkatkan kesempatan kerja. Pemanfaat
langsung PNPM adalah (1) kelompok masyarakat miskin di
perdesaan dan perkotaan; (2) kelompok penganggur dan
pencari kerja di perdesaan dan perkotaan; (3) kelembagaan
masyarakat di perdesaan dan perkotaan; dan (4) kelembagaan
pemerintahan lokal.
Pada tahun 2007 pelaksanaan PNPM menggunakan
mekanisme Program Pengembangan Kecamatan (PPK) untuk
daerah perdesaan dan mekanisme Program Penanggulangan
Kemiskinan Perkotaan (P2KP) untuk daerah perkotaan dengan
jumlah lokasi sebanyak 1993 kecamatan di perdesaan dan 838
kecamatan di perkotaan. Total bantuan yang akan disalurkan
untuk kegiatan PNPM tahun 2007 sebesar Rp3,8 triliun.
Pada tahun 2008, PNPM Mandiri diprioritaskan untuk
menyelesaikan masalah kemiskinan di daerah tertinggal.
Untuk itu, PNPM akan diperluas melibatkan Program
Pengembangan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK), dan
Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), serta
diperkuat oleh berbagai program pemberdayaan masyarakat
lainnya yang dilaksanakan oleh departemen sektor.
Pengintegrasian berbagai program pemberdayaan masyarakat
ke dalam kebijakan PNPM Mandiri tersebut akan memperluas
cakupan pembangunan hingga ke daerah-daerah tertinggal dan
terpencil. Dengan anggaran yang direncanakan sebesar Rp7,01
triliun, PNPM ditargetkan akan mencakup 15.670 desa
16 - 9

tertinggal dan 7.285 kelurahan di 3.361 kecamatan pada tahun


2008.
2.

Program Pengembangan Kecamatan (PPK)

PPK merupakan salah satu upaya pemerintah Indonesia


yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
perdesaan, memperkuat institusi lokal, dan memperbaiki
kinerja pemerintah daerah. PPK memusatkan kegiatannya
kepada masyarakat perdesaan Indonesia yang paling miskin,
melalui penyediaan pendanaan (dana hibah) dan bantuan
teknis kepada masyarakat desa agar dapat terlibat dalam
proses perencanaan dan pengambilan keputusan yang
partisipatif.
Pada tahun 2006, PPK mendanai sebanyak 21.906
kegiatan di 1.144 kecamatan, dengan total BLM senilai
Rp1,52 triliun (setara 168,9 juta dolar AS, dengan kurs
Rp9.000,00). Jumlah tersebut lebih tinggi jika dibandingkan
dengan tahun 2005, dan PPK telah mendanai lebih dari 22.400
kegiatan, melalui pelaksanaan PPK II dan PPK III yang
berlangsung pada tahun tersebut. Pelaksanaan kegiatan di
lokasi pascabencana, seperti di NAD, dengan dukungan dana
hibah dari sejumlah lembaga donor yang tergabung dalam
multi donor trust fund (MDTF) memberi kontribusi yang
besar dalam jumlah kegiatan yang dilaksanakan pada tahun
2006. Untuk tahun 2007 telah dialokasikan sebesar Rp1.994
miliar untuk mencapai sasaran sebanyak 1993 kecamatan.
Dari tahun 1998 sampai 2006 PPK telah menjangkau
34.103 desa termiskin di Indonesia, yang mencakup lebih dari
separuh desa di seluruh Indonesia atau 54 persen total desa di
Indonesia. Secara akumulatif program itu telah mendanai
sebanyak 175.585 kegiatan masyarakat di perdesaan. Jumlah
tersebut di luar kegiatan pemberian paket beasiswa atau
kegiatan dalam bidang pendidikan.
PPK telah mendanai lebih dari 152.800 kegiatan
prasarana, ekonomi, dan sosial di seluruh Indonesia, yaitu
dibangun atau ditingkatkan 31.282 jalan, dibangun atau
direkonstruksi 8.431 jembatan, dibangun 9.751 sistem irigasi,
16 - 10

9.241 unit air bersih, dan 4.288 unit MCK. Untuk pendidikan,
telah dibangun dan direnovasi 5.128 sekolah; disediakan alat
dan materi penunjang belajar-mengajar; dan diberikan lebih
dari 101.491 beasiswa pendidikan untuk perseorangan. Untuk
kesehatan, telah dibangun dan direnovasi 3.001 unit sarana
dan pos kesehatan.
3.

Program
(P2KP)

Penanggulangan

Kemiskinan

Perkotaan

P2KP merupakan program pemerintah yang secara


substansi berupaya dalam penanggulangan kemiskinan melalui
konsep pemberdayaan masyarakat dan pelaku pembangunan
lokal lainnya, termasuk pemerintah daerah dan kelompok
peduli setempat sehingga dapat terbangun "gerakan
kemandirian penanggulangan kemiskinan dan pembangunan
berkelanjutan" yang bertumpu pada nilai-nilai luhur dan
prinsip-prinsip universal.
P2KP dimulai sejak tahun 1999 yang pada awalnya
dilaksanakan dalam rangka menanggulangi kemiskinan
sebagai akibat krisis ekonomi tahun 19971998 kemudian
berkembang menjadi krisis multidimensi. P2KP dilaksanakan
dalam beberapa tahapan. P2KP-1 dilaksanakan dari tahun
19992004 di 6 provinsi, yang tersebar di wilayah pantura
Jawa, Kabupaten Bandung dan Kota Bandung, Daerah
Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Malang dan Kota Malang,
dengan lokasi sasaran 2.621 kelurahan. P2KP-2 dilaksanakan
dari tahun 20042008 di 13 provinsi yang tersebar di Pulau
Kalimantan (kecuali Kalimantan Timur), Pulau Sulawesi,
Nusa Tenggara Barat, dan Pulau Jawa bagian selatan dengan
lokasi sasaran 2.059 kelurahan. P2KP-3 dilaksanakan dari
tahun 20052011 di 15 provinsi yang tersebar di Pulau
Sumatera, Kalimantan Timur, NTT, Maluku, Maluku Utara,
Irian Jaya Barat, dan Papua dengan lokasi sasaran 1.726
kelurahan.
Dalam kurun waktu 19992006, jumlah BLM yang
telah disalurkan melalui skema P2KP senilai Rp1,7 triliun
dengan sasaran 240 kabupaten/kota, 1.129 kecamatan, 6.406
16 - 11

kelurahan, dan 46 juta penduduk. Untuk tahun 2007, telah


dialokasikan sebesar Rp1.841 miliar untuk mencapai sasaran
sebanyak 838 kecamatan.
4.

Pemberdayaan Masyarakat untuk Pembangunan Desa


(PMPD)

Proyek Pemberdayaan Masyarakat untuk Pembangunan


Desa (PMPD) bertujuan untuk mengentaskan masyarakat
miskin perdesaan, khususnya masyarakat miskin yang tinggal
di dekat pusat pertumbuhan, melalui upaya berikut ini: (1)
memberdayakan masyarakat desa dengan meningkatkan
kapasitas masyarakat dalam merencanakan, mengelola
kegiatan pembangunan desanya, dan meningkatkan kapasitas
aparat pemerintah dalam memfasilitasi pembangunan
perdesaan; dan (2) mendukung kegiatan investasi lokal serta
meningkatkan keterkaitan perdesaan-perkotaan dengan
membangun sarana dan prasarana perdesaan yang dibutuhkan
untuk mengembangkan produktivitas usaha skala kecil dan
mikro.
Sampai dengan tahun 2007, program itu telah mencapai
sasaran 6 provinsi, 12 kabupaten/kota, 76 kecamatan, dan 543
desa. PMPD akan berakhir pada tahun 2007. Diharapkan
sasaran yang telah ditetapkan akan dapat dicapai pada akhir
program.
5.

Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir


(PEMP)

PEMP merupakan salah satu upaya mereduksi penyebab


internal problematik ketidakberdayaan masyarakat pesisir.
PEMP dilaksanakan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan
yang bertujuan (1) mereduksi pengaruh kenaikan BBM
terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir melalui
peningkatan dan penciptaan usaha produktif secara
berkesinambungan; (2) meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam
perencanaan,
pelaksanaan,
pengawasan
dan
pengembangan kegiatan ekonomi masyarakat; (3) memperkuat
kelembagaan ekonomi masyarakat, baik makro maupun mikro,
dalam mendukung pembangunan daerah; dan (4) mendorong
16 - 12

bergeraknya
mekanisme
manajemen
masyarakat yang partisipatif dan transparan.

pembangunan

Sampai dengan tahun 2006, PEMP telah menjangkau 297


kabupaten/kota pesisir dengan terbentuknya 277 unit lembaga
keuangan mikro (LKM) dan 278 unit koperasi dengan alokasi dana
untuk kurun waktu 20052006 sejumlah Rp311,8 milyar. BLM
kepada nelayan dan masyarakat pesisir yang ditujukan untuk
menekan biaya produksi dilakukan dengan beberapa upaya yaitu (1)
melalui pembangunan Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN) di 148
titik lokasi yang telah beroperasi di 112 kabupaten/kota dan (2)
pembangunan kedai pesisir sebanyak 196 unit di 168 kabupaten/kota
sampai Juni 2007.
III.

Tidak Lanjut yang Diperlukan

Berdasarkan permasalahan yang ada dan tantangan yang akan


dihadapi, maka tindak lanjut yang diperlukan untuk mencapai tujuan
penanggulangan kemiskinan secara umum adalah sebagai berikut:
a)

mendesain program penanggulangan kemiskinan lebih bersifat


pro-poor (berpihak pada rakyat miskin) dengan mengacu pada
empat fokus, yaitu (1) memperluas akses masyarakat miskin
atas pelayanan pendidikan, kesehatan dan infrastruktur; (2)
membangun dan menyempurnakan sistem perlindungan sosial
bagi masyarakat miskin; (3) mengatasi masalah gizi kurang
dan rawan pangan; dan (4) mengharmonisasikan program
pemberdayaan masyarakat sebagai upaya memperluas
kesempatan berusaha. Terkait dengan upaya tersebut diatas,
masih diperlukan perbaikan dalam penentuan target penerima
manfaat program penanggulangan kemiskinan. Selain itu, di
dalam setiap program perlu dilengkapi oleh strategi untuk
keberlanjutan dari kemandirian masyarakat;

b)

menurunnya angka kemiskinan merupakan prioritas utama


dalam rencana kerja pemerintah tahun 2007 sehingga banyak
pihak memfokuskan pada kegiatan-kegiatan yang terkait
dengan kemiskinan; sebagai akibatnya, banyak program dan
kegiatan penanggulangan kemiskinan tersebar di berbagai
16 - 13

kementerian dan lembaga pemerintah; untuk itu, diperlukan


adanya koordinasi dan sinkronisasi program penanggulangan
kemiskinan. Dengan demikian, penurunan angka kemiskinan
dapat terwujud sesuai dengan target pemerintah;
c)

Untuk mendukung kedua upaya di atas, monitoring dan


evaluasi program-program penanggulangan kemiskinan perlu
diperkuat. Tujuan monitoring dan evaluasi diarahkan untuk
menilai ketepatan target penerima manfaat program dan
efektivitas program dalam menyelesaikan masalah-masalah
kemiskinan.

16 - 14

Anda mungkin juga menyukai