Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
Pencemaran industri di beberapa daerah telah dirasakan
dapat membahayakan lingkungan hidup dan kesehatan
masyarakat. Pencemaran air adalah adanya kontaminasi air
oleh materi asing seperti mikroorganisme, zat kimia, dan
bahan buangan atau limbah. Untuk dapat melaksanakan
pembangunan selanjutnya, masalah tersebut diatas perlu
diwaspadai sejak sekarang, yang antara lain dengan
meningkatkan kesadaran masyarakat dan juga sumber daya
manusia untuk dapat mengolah limbah industri yang telah
dihasilkan dalam proses penanganan sisa-sisa industri dan
pengelolahan limbah, diketahui beberapa cara antara lain
sebagai berikut :
1. Penanganan secara fisik
2. Penanganan secara kimia
3. Penanganan secara biologis
4.
1. Penanganan Fisik
Digunakan untuk menangani sisa-sisa industri pada
umumnya serupa dengan yang digunakan untuk menangani
air buangan sehingga cocok disalurkan kedalam air-air
penerima. Dapat berfungsi sebagai metode untuk
mengubah limbah sehingga sesuai untuk disalurkan ke
dalam saluran- saluran air kotor warga kota. Dilakukan
dengan caracara sebagai berikut :
Sedimentasi
Filtrasi
Pengapungan
Sentrifugasi
Flokulasi ( mekanis dan kimiawi )
Adsorbsi

II - 1

II-2
Bab II Tinjauan Pustaka
2. Penanganan Kimiawi
Chemical oxygen demand (COD) atau kebutuhan
oksigen kimia (KOK) adalah jumlah oksigen ( mg O2 ) yang
dibutuhkan untuk mendegradasi zat-zat organic yang ada
dalam sample air, dimana pengoksidasi yang bisa digunakan
yaitu K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen. Dilakukan
bila sisa- sisa industri tersebut sedemikian hingga
menghalangi kegiatan-kegiatan mikrobiologis, mengganggu
proses biologis dan membuatnya kurang efisien dari
biasanya.
3. Penanganan Biologis
Penanganan limbah limbah industri bersama sama
dengan kotoran warga kota adalah cara yang paling
memuaskan dan seringkali merupakan cara penanganan
limbah yang paling murah. Walaupun penanganan
penanganan biologis telah di standarisasikan untuk
penanganan buangan domestic, hal itu tidak dapat
diberlakukan untuk sampah yang bercampur dengan
sejumlah besar limbah industri. Banyaknya ragam limbah
industri dan variasi kadar serta karakteristik limbah dari
sebuah industri, membuat standarisasi semacam itu hampir
mustahil dan limbah yang berbeda- beda harus ditangani
secara terpisah.
Meskipun pada umumnya proses-proses penanganan
limbah secara biologis untuk industri serupa dengan untuk
kotoran domestic, perincian operasi operasi serta reaksi
dari berbagai prosesnya tidak perlu harus serupa dengan
yang untuk kotoran. Limbah industri yang mengandung zat
zat pencemar yang dapat dibusukkan dengan kegiatan
mikroba cepat menanggapi penanganan biologis. Dalam hal
ini yang berguna adalah perbandingan nilai BOD selama 4
jam. Bila perbandingan ini kuran dari tiga,limbah dapat lebih
mudah menerima penanganan biologis. Penanganan
penanganan tersebut termasuk anaerobik dan aerob.
Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah
D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya

II-3
Bab II Tinjauan Pustaka
(Mahida, Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri
Kimia).

Secara garis besar, pengolahan limbah dikelompokkan


menjadi 6 bagian, yaitu :
1. Pengolahan pendahuluan (Pre Treatment)
Pengolahan pendahuluan limbah meliputi pengambilan
benda terapung dan pengambilan benda mengendap. Pada
umumnya, pengambilan benda terapung dilakukan dengan
cara melewatkan air limbah melalui para para atau
saringan kasar untuk menghilangkan benda yang besar.
Pengambilan juga dapat dilakukan dengan alat pencacah
(cumminutor) untuk memotong zat padat dalam air,
kemudian mengambilnya. Sedangkan pengambilan benda
benda terendap dilakukan dengan cara mengalirkan secara
horizontal limbah kedalam bak penangkap pasir. Dengan
adanya bak ini, kecepatan air diatur antara 0,3 m/dt dan
partikel halus dapat mengendap disekitar saluran keluar
bak penangkap ini. Untuk menagkap pasir yang telah
mengendap biasa digunakan penyedot pasir (grit dragger)
atau penggaruk pasir (macerator).
2. Pengolahan pertama (Primary Treatment)
Pengolahan pertama bertujuan untuk menghilangkan
zat padat tercampur dengan pengendapan atau
pengapungan. Pengendapan adalah kegiatan utama dalam
proses ini, dan pengendapan yang dihasilkan terjadii
dengan kondisi yang sangat tenang. Bahan kimia juga dapat
ditambahkan
untuk
menetralkan
keadaan
atau
meningkatkan pengurangan dari partikel kecil yang
tercampur. Dengan adanya pengendapan, maka akan
mengurangi kebutuhan oksigen pada pengolahan
berikutnya dan pengendapan yang terjadi adalah
pengendapan grafitasi. Sedangkan pengapungan yang juga
bertujuan untuk mengambil zat-zat yang tercampur,
penggunaanya dilakukan dengan cara menggunakan
gelembung gas guna meningkatkan daya apung campuran.
Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah
D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya

II-4
Bab II Tinjauan Pustaka
Dengan adanya gelembung gas ini, larutan menjadi kecil
sehingga cairan akan mengapung. Pembentukan
gelembung udara dapat dicapai dengan menyemprotkan
udara ke dalam larutan, atau dengan memasukkan limbah
ke dalam tabung tertutup, kemudian mengeluarkan udara
dalam tabung tersebut. Proses pengapungan dipergunakan
untuk mengentalkan endapan hasil pengendapan,
kemudian hasil pengentalan dialirkan ke pengolahan
lumpur (tangki digester), sebagian dipergunakan sebagai
lumpur aktif (activated sludge).
3. Pengolahan kedua (Secondary Treatment)
Pengolahan kedua umumnya mencangkup proses
biologis untuk mengurangi bahan bahan organik melalui
mikroorganisme yang ada didalamnya. Proses ini sangat
dipengaruhi oleh jumlah air limbah, tingkat kekotoran, jenis
kekotoran dan sebagainya.
4. Pengolahan ketiga (Tertiery Treatment)
Pengolahan ini dilakukan apabila setelah pengolahan
tahap kedua masih terdapat zat tertentu yang
membahayakan. Pengolahan ini biasanya dilakukan oleh
pabrik yang menghasilkan limbah khusus pula. Beberapa
jenis pengolahan yang sering digunakan antara lain :
a. Saringan pasir
b. Saringan multi media
c. Precoal filter
d. Mikrostaining
e. Vacum Filter
f. Penyerapan/adsorption
g. Pengurangan besi dan mangan
h. Perubahan CNi. Osmosis bolak balik
5. Pembunuhan Bakteri (Desinfektion)
Pembunuhan bakteri bertujuan untuk mengurangi atau
membunuh mikroorganisme pathogen yang ada di dalam
air limbah. Mekanisme pembunuhan sangat dipengaruhi
Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah
D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya

II-5
Bab II Tinjauan Pustaka
oleh kondisi zat pembunuhnya dan mikroorganisme itu
sendiri.
6. Pengolahan lanjut (Ultimate Disposal)
Proses ini penting digunakan mengingat pada setiap
proses pengolahan pendahuluan hingga tahap ketiga, selalu
menghasilkan lumpur, oleh karena itu perlu diadakan
pengolahan lagi agar Lumpur tersebut dapat digunakan
lagi. Pengolahan lanjut ini meliputi:
a. Proses pemekatan
b. Proses penstabilan
c. Proses Pengaturan
d. Proses pengurangan air
e. Proses pengeringan
f. Proses pembuangan
Pengolahan Limbah Secara Aerobik
Proses pengolahan limbah secara aerobik merupakan
salah satu proses pengolahan air kedua (Secondary
Treatment) yang pada umumnya memanfaatkan
perubahanperubahan bentuk akibat proses biologis untuk
megurangi bahanbahan organik melalui mikroorganisme
yang ada didalamnya. Ciriciri dari metode pengolahan
secara aerobik adalah pemanfaatan oksigen atmosfer oleh
peredaran udara alamiah atau buatan dan pemeliharaan
aktivitas aerobik jasadjasad renik.
Proses penggunaan Lumpur Aktif (Activated Sludge)
Lumpur aktif tersebut dikenal sebagai MLSS (Mixed
Liquor Suspended Solid). Dalam proses biologis/aerobic
terdapat dua hal penting, yaitu :
1. Proses penambahan oksigen (Aerasi). Penambahan
oksigen adalah salah satu usaha dari pengambilan zat
pencemar yang terkandung didalam air limbah. Zat yang
diambil dapat berupa gas, cairan ion, koloid atau bahan
Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah
D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya

II-6
Bab II Tinjauan Pustaka
tercampur. Proses penambahan oksigen dalam limbah
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
a. Memasukkan udara ke dalam air limbah adalah
proses memasukkan udara atau oksigen murni
kedalam air limbah melalui benda porous atau nozzle.
Bila nozzle diletakkan ditengah didasar bak maka
akan dapat meningkatkan kecepatan berkontaknya
gelembung udara tersebut dengan air limbah,
sehingga proses pemberian oksigen tersebut berjalan
lebih cepat.
b. Memaksa air ke atas untuk kontak dengan oksigen.
Adalah cara mengontakkan air limbah dengan
oksigen melalui pemutaran baling baling yang
diletakkan pada permukaan air limbah. Akibat dari
pemutaran ini, air limbah akan terangkat ke atas dan
terjadi kontak langsung dengan udara sekitar.
2. Pertumbuhan bakteri dalam bak reaktor. Bakteri akan
berkembang biak bila jumlah makanan yang terkandung
di dalamnya cukup tersedia, sehingga pertumbuhan
bakteri dapat dipertahankan secara kostan. Pada
permulaannya terjadi lag phase, yaitu perkembangbiakan
secara konstan dan agak lambat akibat adanya suasana
baru dalam limbah. Setelah beberapa jam, bakteri
berlipat ganda yang dikenal dengan fase akselerasi
(acceleration phase). Setelah itu terjadi tahap log phase,
yaitu ada bakteri yang tetap dan yang terus meningkat
jumlahnya. Fase ini memerlukan banyak persediaan
makanan, sehingga suatu saat terdapat pertemuan
antara pertumbuhan bakteri yang meningkat dengan
penurunan jumlah makanan. Apabila tahap ini berjalan
terus, maka terjadi keadaan dimana jumlah bakteri dan
makanan tidak seimbang, keadaan ini disebut dengan
declining growth phase. Setelah jumlah makanan habis,
maka terjadi jumlah kematian yang lebih besar dari
pertumbuhan, keadaan ini disebut endogeneus phase
Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah
D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya

II-7
Bab II Tinjauan Pustaka
dan pada saat ini bakteri menggunakan energi simpanan
ATP untuk pernafasannya sampai ATP habis kemudian
mati. Dengan demikian penambahan kembali lumpur
yang mengandung banyak makanan sangat diperlukan.
Lumpur yang biasanya banyak digunakan adalah lumpur
aktif (activated sludge), dimana pemberiannya dilakukan
melalui bak aerasi dengan mengambil lumpur dari bak
pengendapan kedua atau dari bak pengendapan terakhir
(Final Sedimentation Tank).
Karakteristik Air Limbah
Bahan buangan baik dari industri pada umumnya diolah
terlebih dahulu dengan cara memasukkan oksigen ke
dalamnya (aerasi), sehingga bakteri dapat mempergunakan
bahan buangan (limbah) tersebut sebagai bahan makanan.
Persamaan pada umumnya adalah sebagai berikut :
Bahan buangan + oksigen Bakteri
Bahan buangan olahan +
bakteri baru
( John Wiley & Sons Chichester.1975 ).

Sehingga terdapat 3 dasar cara untuk menyatakan


kebutuhan oksigen untuk suatu bahan buangan (limbah)
yaitu:
1. Kebutuhan Oksigen Teoritis.
Kebutuhan Oksigen Teoritis adalah jumlah teoritis dari
oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi fraksi organik
bahan buangan ( limbah ) secara tuntas menjadi karbon
dioksida dan air, sehingga dari persamaan untuk oksidasi
total adalah sebagai berikut :
C6H12O6 + 6 O2
6 CO2 + 6 H2O
180
192
Dapat ditentukan bahwa ThOD larutan glukosa sebanyak
300 mg/L adalah (192/180 ) x 300 = 321 mg/L karena sifat dari
air limbah sangat kompleks, maka ThOD tidak dapat
dihitung, tetapi dapat diperkirakan dengan kebutuhan
oksigen kimiawinya.
Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah
D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya

II-8
Bab II Tinjauan Pustaka
2. Kebutuhan Oksigen Kimiawi (Chemical Oxygen Demand)
Kebutuhan oksigen kimiawi diperoleh dengan cara
mengoksidasikan bahan buangan (limbah) dengan larutan
asam dikromat yang mendidih. Proses ini dapat
mengoksidasi hampir semua senyawa organik menjadi
karbon dioksida dan air, dan biasanya reaksi dapat
berlangsung sampai lebih dari 95%. Keuntungan
pengukuran C.O.D adalah karena hasilnya dapat diperoleh
dengan sangat cepat (dalam waktu 3 jam), tetapi kerugian
dari proses ini adalah hasil yang didapatkan tidak dapat
memberikan informasi mengenai proporsi bahan buangan
(limbah) yang dapat dioksidasi oleh bakteri ataupun pada
tingkatan dimana biooksidasi mungkin terjadi.
3. Kebutuhan Oksigen Biokimiawi (Biochemical Oxygen
Demand)
Kebutuhan oksigen biokimiawi adalah jumlah oksigen
yang dibutuhkan untuk mengoksidasi sesuatu bahan
buangan (limbah) dengan bakteri, jadi B.O.D merupakan
ukuran konsentrasi bahan organik dalam limbah yang dapat
dioksidasi oleh bakteri (Biodegradasikan). B.O.D pada
umumnya dinyatakan berdasarkan ketentuan 5 hari, 20 0C,
yaitu sebagai oksigen yang dipakai selama oksidasi limbah
selama 5 hari pada suhu 20 0C. hal ini dikarenakan B.O.D 5
hari (B.O.D5) lebih mudah pengukuran, jika dibandingna
dengan B.O.D batas (B.O.Dw), yaitu oksigen yang
dibutuhkan untuk biooksidasi limbah.
Dari keterangan diatas jelas bahwa :
ThOD > COD > BOD0 > BOD5
Tidak ada hubungan umum diantara berbagai kebutuhan
oksigen ini, tetapi untuk air limbah rumah tangga yang tidak
diolah, sejumlah besar pengukuran yang telah dilakukan
menunjukkan perbandingan perkiraan sebagai berikut :
B.O.D5 / C.O.D = 0,5
B.O.Dw / B.O.D5 = 1,5
Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah
D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya

II-9
Bab II Tinjauan Pustaka
Adanya limbah yang ebrasal dari industri dan pertanian
sangat mungkin merubah perbandingan tersebut ( John
Wiley & Sons Chichester.1975).

Kandungan Air Limbah


Makin tinggi konsentrasi limbah, disebut makin kuat
kekuatan air limbah tersebut, sehingga seringkali
ditentukan oleh BOD5 atau COD (Tabel I.2.1), kekuatan air
limbah dari lingkungan masyarakat sangat dipengaruhi oleh
kandungan air tersebut, sehingga sebagai permisalan di
Amerika Serikat dimana konsumsi airnya sangat tinggi (350
400 L/orang dalam satu hari), sehingga air limbahnya lemah
(BOD5 = 200250 ppm), sedangkan di negara tropis air
limbahnya kuat (BOD5 = 400 700 ppm), karena konsumsi
airnya sangat rendah (40100 L/orang hr), analisa typical
dari beberapa macam air limbah didaerah beriklim tropis
diberikan sebagai perbandingan dalam tabel dibawah ini :
Tabel II.2.1. Tabel tipe dari beberapa macam air limbah di
daerah beriklim tropis
B.O.D5
C.O.D
Kekuatan
( mgr/L )
( mgr/L )
Lemah
< 200
< 400
Sedang
350
700
Kuat
500
1000
Sangat kuat
< 750
> 1500
( John Wiley & Sons Chichester.1975. hal 5-6 ).

Limbah harus diolah terlebih dahulu sebelum pembuangan


terakhirnya dalam suatu penerima air karena :
Mengurangi penyebaran penyakit menular yang dapat
disebabkan oleh mikrobiologi yang ada di dalam air
limbah (khususnya 9athogen).
Mencegah polusi pada air permukaan dan air tanah.
Meningkatkan
kenyamanan
dan
kesejahteraan
lingkungan ( John Wiley & Sons Chichester.1975. hal 5-6 ).
Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah
D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya

II-10
Bab II Tinjauan Pustaka
Beberapa Baku Mutu Lingkungan.
Sehubungan dengan fungsi baku mutu lungkungan,
maka dalam hal menentukan apakah telah terjadi
pencemaran dari kegiatan industri atau pabruik
diperghunakan dua buah system baku mutu lingkungan
yaitu :
1. Effluen Standart, yang merupakan kadar maksimum dari
limbahan yang diperbolehkan untuk dibuang ke
lingkungan sekitarnya.
2. Stream Standart, yang merupakan batas kadar untuk
sumber daya tertentu, seperti sungai, waduk, dan juga
danau.
Kadar yang diterapkan ini didasarkan pada sifat
penggunaannya. Misalnya batas kadar baku mutu air untuk
diminum akan berlainan dengan batas kadar bagi badan air
untuk pertanian.
Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan
Hidup dalam keputusannya No. KEP-03/MENLKH/II/1991
telah menetapkan baku mutu pada air sumber, baku mutu
limbah cair dan baku mutu air laut :
Baku mutu air pada sumber air, disingkat sebagai baku
mutu air, adalah batas kadar yang diperioleh bagi zat
atau bahan pencemar terdapat dalam air, namun air
tetap berfungsi sesuai peruntukannya.
Baku mutu limbah cair adalah batas kadar yang
diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar untuk
dibuang dari sumber pencemaran jika didalam air pada
air sumber, sehingga tidak menyebabkan dilampauinya
baku mutu air (Judjono Suwarno. 2003. hal 3).
Proses pengolahan limbah dengan cara biologis pada
prinsipnya dibedakan atas dua cara : aerobik dan anaerobik.
Perbedaan kedua cara tersebut adalah di dalam proses
aerobik sangat tergantung pada konsentrasi oksigen,
sedangkan pada proses anaerobik sebaliknya. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :
Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah
D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya

II-11
Bab II Tinjauan Pustaka
Proses aerobik
Bahan organik + O2
Proses anaerobik
Bahan organik tanpa O2

CO2 + H2O

CO2 + CH4

(Judjono Suwarno. 2003. hal 4).

Proses pengolahan limbah secara anaerob adalah


metode yang efektif untuk pengolahan limbah dari
berbagai jenis limbah organik. Proses anaerobik pada
prinsipnya sama dengan proses aerobik, hanya saja dalam
proses ini yang digunakan sebagai sarana pembantu
mikroorganisme yang bersifat anaerobik. Yang paling
mendasar dalam proses anaerobik adalah terjadinya dua
tahapan proses yang saling kontradiksi, yaitu :
Pada tahap I berlangsung proses asidifikasi, dimana pada
proses ini terjadi pembentukan asam seperti : asam
asetat, asam format, dan lain-lain. Kondisi ini jelas
berlangsung dalam suasana asam.
Pada tahap II berlangsung proses methanasi, dimana
pada fase ini terjadi degradasi dari asam-asam asetat,
format dan lain-lain, menjadi senyawa gas methan.
Kondisi ini berlangsung dalam suasana basa sehingga pH
akan naik kembali.
(John Wiley & Sons Chichester.1975. hal 10).

Oksidasi Aerobik
Bakteri
mengoksidasi
bahan
buangan
untuk
mendapatkan energi yang cukup bagi dirinya agar mampu
mensintesakan molekul yang kompleks, misalnya protein
dan polisakarida yang dibutuhkannya untuk membentuk
sel baru. Jadi, metabolisme bakteri mempunya dua
komponen : katabolisme (berarti menguraikan) untuk
mendapatkan
energi
dan
anabolisme
(berarti
Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah
D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya

II-12
Bab II Tinjauan Pustaka
membangun) untuk mensintesis sel baru. Oksidasi bahan
buangan disebut aerobik bila mempergunakan oksigen
molekuler sebagai agen pengoksidasi terminal, Adalah
cukup jelas tetapi terlalu sederhana karena reaksi anabolic
dan katabolic tidak dapat dibedakan, juga tidak
menyebutkan otolisis yang merupakan bentuk katabolisme
yang penting.
Tiga persamaan berikut ini menjelaskan proses ini secara
terpisah :
1. Katabolisme
bakteri
CxHyOz N + O2
CO2 + H2O + NH3 +
energi
Bahan organic

2. Anabolisme
CxHyOz N + energi

3. Otolisis
C5H7NO2 + 5 O2
energi

bakteri

bakteri

C5H7NO2
Sel bakteri

5 CO2 + NH3 + 2H2O+

Sebagai pedoman umum, sepertiga dari BOD yang


tersedia dipergunakan untuk reaksi katabolic dan dua
pertiganya untuk reaksi anabolik. Persamaan otolisis tidak
berlanjut sampai tuntas karena kira-kira 20-25% dari massa
sel resisten terhadap degradasi aerobic (John Wiley & Sons
Chichester.1975. hal 11-12).

Nutrient
Air limbah rumah tangga mengandung nutrient yang
kira-kira seimbang bagi pertumbuhan bakteri , tetapi
beberapa macam buangan industri mengandung nitrogen
dan fosfor yang tidak mencukupi kebutuhan. Perbandingan
Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah
D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya

II-13
Bab II Tinjauan Pustaka
BOD S : N : P harus kira-kira 100:5: 1 ( John Wiley & Sons
Chichester.1975. hal 12 ).

Zat pengoksidasi kimia telah lama digunakan untuk


pengukuran oksigen yang dibutuhkan untuk proses oksidasi
pada air yang terpolusi. Larutan Dermangan Dermanganate
sudah lama digunakan dan hasilnya menunjukkan oksigen
yang dikonsumsi dari Dermanganate. Oksidasi disebabkan
oleh 13ermanganate merupakan Dermanga besar yang
berperan pada berbagai macam senyawa, dan derajat
oksidasi sebanding dengan jumlah reagen yang digunakan.
Nilai oksigen dibutuhkan kurang dari 5 hari dari nilai B.O.D.
Fakta ini menunjukkan ketidak mampuan dari permanganat
untuk mengoksidasi partikel sampai titik terakhir
(Soemarwoto, Otto.1981. hal 477).

Ceric sulfat, potassium iodat dan potassium dikromat


adalah zat pengoksidasi yang lain telah lama dipelajari,
untuk penentuan C.O.D. Potasium dikromat telah
ditemukan paling praktis dari semua zat pengoksidasi. Sejak
potasium dikromat mampu mengoksidasi dengan hampir
sempurna semua jenis senyawa organik menjadi
karbondioksida dan air. Hal ini relatif mudah untuk
mengukur potasium dikromat berlebih. Potassium Dikromat
untuk mengoksidasi senyawa organik, larutannya harus
dalam keadaan asam kuat. Potassium Dikromat relatif lebih
murah dimana dapat diperoleh dengan kemurnian yang
tinggi, secara analitik, reagent grade setelah pengeringan
pada suhu 103oC dapat dipergunakan untuk mempersiapkan
larutan axact normality dengan cara, secara langsung
menimbang dan melarutkan pada volume tertentu.
Proses-proses penanganan secara fisik yang digunakan
untuk menangani sisa-sisa industri pada umumnya serupa
dengan yang digunakan untuk menangani air buangan
sehingga cocok disalurkan kedalam air-air penerima. Prosesproses semacam itu juga dapat berfungsi sebagai metode
untuk mengubah limbah sehingga sesuai untuk disalurkan
kedalam saluran-saluran air kotor warga kota. Pilihan
Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah
D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya

II-14
Bab II Tinjauan Pustaka
penanganan fisik karenanya akan tergantung pada karakter
buangan, sifat dan jumlah zat padat serta tujuan
diperlukannya penanganan. Pengetahuan mengenai ciri-ciri
khusus limbah industri pada umumnya sudah cukup untuk
memungkinkan perencana memutuskan tipe penanganan
fisik yang cocok (Soemarwoto, Otto.1981. hal 478).

Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah


D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya

II-15
Bab II Tinjauan Pustaka
II.2 Aplikasi Industri

Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah


D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya

Anda mungkin juga menyukai