Anda di halaman 1dari 97

BAB I

PENDAHULUAN

Pada

zaman dahulu kala kebutuhan dibidang material


masih sangat terbatas belum begitu menyentuh pada apa yang
disebut dengan material teknik, hal ini dikarenakan keterbatasan
teknologi dan ilmu pengetahuan. Kita mengenal ada zaman batu
(stone age), zaman perunggu (bronze age). Pada waktu itu
penggunaan material masih sangat terbatas seperti batu, kayu,
clay, kulit dan sebagainya. Namun dengan pesatnya
perkembangan ilmu dan teknologi maka berkembanglah
material teknik seperti logam dan paduannya, plastik dan karet,
keramik, bahkan sekarang dikenal material maju seperti
komposit, superkonduktor dan sebagainya.
Ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai material
dibagi menjadi dua material sains dan material teknik. Material
sains mempelajari hubungan antara struktur dan sifat material,
sedangkan material teknik mempelajari keterkaitan antara
korelasi struktur dan sifat serta perencanaan.
Aplikasi material Teknik seperti logam, polimer, keramik
serta material maju/modern sangatlah luas menyentuh dibidang
struktur, mesin dan peralatan elektronik. Penggunaan pada
struktur seperti rangka mesin, jembatan, tower, reaktor dan
sebagainya. Dibidang mesin seperti pada mesin produksi, motor
bakar, turbin uap, turbin gas dan sebagainya. Dibidang elektronik
seperti transistor, strain gauge, fotoelektrik dan sebagainya.
Klasifikasi material teknik menurut definisinya adalah
sebagai berikut :
Logam (metals)

Logam dapat bersifat murni dan panduan. Logam merupakan


gabungan dari beberapa unsur/elemen. Logam paduan akan lebih
kuat dari logam murni. Sifat logam adalah berat, kuat dan keras,
mengkilap, penghatar panas dan listrik, serta dapat dibentuk.
Keramik (ceramics)
Keramik adalah senyawa antara logam dan non logam seperti
oksida logam, nitrida, dan karbida. Yang memiliki sifat tahan
temperatur tinggil/panas, sangat getas, sebagai isolator listrik dan
panas.
Polimer (polymers)
Polimer seperti halnya plastik dan karet merupakan senyawa
organik karbon, hidrogen dan logam lainnya. Sifatnya ringan,
fleksibel, sebagai isolator listrik, dan tidak tahan panas.
Komposit (composites)
Komposit adalah gabungan dari beberapa jenis material
teknik. Material logam dapat digabung dengan polimer seperti
polimer dengan matrik logam seperti penggunaan serat whiskers
pada polimer (metal matrix polymer), logam yang dipadu dengan
keramik seperti konkret, paduan yang diperkeras secara dispersi.
Bahkan polimer juga dapat dipadu dengan keramik seperti
polimer yang diperkuat dengan serat.gelas GFRP (gelas fiber
reinforced polymer), serat karbon CFRP (Carbon fiber
reinforced polymer), serat kevlar aramid, serat optik. Yang
kesemuanya itu merupakan kemajuan pesat dibidang material
teknik.
Jadi muncul dan berkembangnya material komposit
disebabkan oleh adanya pemikiran bahwa logam bersifat kuat
namun berat, dan juga polimer bersifat ringan. Sehingga
muncullah ide untuk mencoba untuk menggabungan kedua

material tersebut sehingga diperoleh material yang kuat tapi


ringan.
Disamping itu dikenal juga material-material semikonduktor
dan material superkonduktor yang pemakaiannya banyak
dibidang elektronika serta material maju lainnya seperti material
superplastisitas, material ingat bentuk (shape memory alloy) dan
lain-lain.
Jika kita perhatikan suatu konstruksi mesin seperti sebuah
kendaraan bermotor kita mengenal penggunaan logam paling
banyak digunakan mencapai lebih dari 80% untuk kegunaan
rangka, mesin, bodi dan sebagainya. Sisanya menggunakan
material non logam seperti roda, jok yang terbuat dari polimer,
kaca, bagian dari busi yang terbuat dari keramik. Sehingga suatu
kendaraan akan terpenuhi kebutuhan serta kenyamananya.
Para mahasiswa teknik, khususnya Teknik mesin dan para
praktisi/insinyur dibidang Teknik mesin harus dibekali ilmu
pengetahuan material teknik yang luas, hal ini dikarenakan
disiplin ilmu Teknik mesin tidak hanya mempelajari
karakterisitik material pada kondisi statis, tetapi juga dituntut
utuk mengetahui prilaku material pada kondisi yang dinamis.
Berbeda dengan disiplin ilmu Teknik sipil yang lebih dibatasi
pada kondisi pembebanan statis serta aplikasi material teknik
yang terbatas.
Jenis-jenis material serta hubungannya satu sama lain dapat
ditunjukkan pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1 Material Teknik dan hubungan satu sama lain

BAB II
STRUKTUR ATOM DAN IKATAN ANTAR ATOM

II.l Struktur Atom


Material Teknik adalah bagian dari material solid yang
bukan merupakan material kontinyu melainkan tersusun dari
geometri atom dan saling berikatan antar atom atau molekulnya.
Pernyataan ini pertama kali dinyatakan dan merupakan hipotesa
ahli fisika Dalton (1803 ). Dalton menganggap atom sebagai bola
kaku yang tidak dapat diuraikan lagi. Kemudian pada tahun 1904
Thomson menemukan bahwa atom bermuatan listrik. Baik
elektron maupun proton memiliki muatan listrik sebesar 1.60x10
C. Pada tahun 1911 Rutherford menemukan adanya elektron,
proton dan netron, dimana proton dan netron berada dalam inti
atom yang berdiameter 1/10000 dari diameter atom dimana
elektron mengitari inti atom. Dan juga di temukannya sinar alfa,
sinar beta, sinar gamma. Barulah pada tahun 1913 muncul model
atom yang didasarkan pada teori kuantum yang dikembangkan
oleh Niels Bohr.
Logam seperti halnya yang lain, terdiri dari sususan atomatom. Semua atom memiliki struktur dasar yang sama seperti
pada Gambar 2 yaitu terdiri dari inti yang tersusun dari netron
dan sejumlah proton yang bermuatan positif, dan elektron yang
bermuatan negatif yang mengelilingi inti. Jumlah proton sama
dengan jumlah elektron.
Jumlah proton suatu unsur didefinisikan sebagai nomor
atom dari unsur yang bersangkutan. Inti suatu atom merupakan
bagian yang terbesar dari massa atom tersebut. Hal ini karena
massa suatu elektron jauh lebih kecil dibanding dengan massa
proton atau netron. Dengan demikian, massa atom didefinisikan
berbanding lurus dengan jumlah proton dan netron.

Gambar 2.
Struktur atom

Dari tabel 1 berikut ini dapat dilihat kaitan antara berat


atom (yang dinyatakan dalam sma = satuan massa atom) dengan
jumlah proton dan netron.
Tabel 1. Berat atom beberapa unsur
Unsur
Nomor atom
Jumlah proton dan netron Berat atom (sms)
H
1
11.008
C
6
12 12.01115
O
8
16 15.9994
Fe

26

56 55.847

Elektron yang mengitari inti mengikuti lintasan tertentu dan


berhubungan dengan tingkat energi tertentu pula yang sesuai
dengan jarak antara elektron tersebut sampai ke inti atom.
11.2 Ikatan Antar Atom

Ada beberapa teori yang menjelaskan bagaimana ikatan


atom terbentuk. Ikatan atom yang memungkinkan terbentuknya
fasa cair dan padat disebabkan oleh adanya gaya tarik antar atom.
Ikatan kimia terjadi karena atom mencoba mencapai struktur
yang stabil. Hal ini menirukan unsur stabil seperti gas mulia
seperti : He, Ne, Kr, Xe, dan Rn.
Ada dua jenis ikatan atom yaitu ikatan primer dan ikatan
skunder (Van der Waals/Dipol). Ikatan primer yang terdiri dari
ikatan ion (elektrovalen), ikatan kovalen (homopolar) dan ikatan
logam. Sedangkan ikatan skunder lebih dikenal dengan nama
ikatan Van der Waals yang merupakan ikatan lemah.
Ikatan ion (ikatan elektrovalen)
Ikatan ini terjadi sebagai akibat adanya gaya elektrostatik
di antara ion-ionnya. Gaya ini timbul karena adanya elektron
pada kulit terluar ditarik oleh unsur yang kulit terluarnya
kekurangan elektron. Ikatan ion terdapat antara lain pada : NaCl,
Mg0 dan WC.
Contoh : NaCI
Na : Na+ ( 3s1 terlepas), seperti
konfigurasi Ne
Na

(1s)2

(2s)2

(2p)6

Ne : (1s)2(2S)2 (2p)6
Cl : (1s)2 (2s)2 (2p)6 (3s)2 (3p) -1
(2p)6 (3s)2(3p)6

(3s)-1

Ar : (1s)2 (2s)2

Cl akan mencoba mencapai konfigurasi elektron Argon


dengan menarik satu elektron dari Na.

Ikatan Kovalen
Ikatan ini terjadi antar atom sejenis karena pemakaian
bersama dari elektron-elektron valensi oleh dua buah inti.
Pemilikan elektron bersama ini ditujukan agar jumlah elektron
pada lintasan terluar dapat terpenuhi. Yang menjadi dasar dari
ikatan ini adalah model gas mulia. Seperti diketahui gas mulia
tidak mau bereaksi dengan unsur lain. Sifat ini menunjukkan
adanya kestabilan di dalam struktur atomnya. Gas-gas ini kecuali
gas He mempunyai 8 elektron pada lintasan terluarnya. Dari sini
dapat dilihat bahwa atom-atom yang jumlah elektron pada
lintasan terluarnya yang juga disebut elektron valensi kurang dari
8, akan berusaha menarik elektron yang dimiliki oleh atom
tetangganya yang juga memerlukan tambahan elektron. Ikatan ini
biasanya terjadi pada unsur dengan elektron valensi dari 4
sampai 7. Juga pada beberapa senyawa seperti CH4 dan NH3.
Contoh :

- Molekul H2, masing-masing atom H mempunyai


satu elektron Is, Maka masing-masing atom H
mempunyai konfigurasi He
- Atom karbon 2 elektron 2p supaya mencapai
konfigurasi Ne (6 elektron 2p), maka terjadi
peminjaman 4 elektron dari atom c lainnya. Dan
terbentuklah bidang empat (kubus intan).
- Ikatan kovalen bisa terjadi antara atom yang
berbeda seperti CH4,dimana tiap atom karbon
memakai bersama 4 elektron dari 4 atom H. Ikatan
kovalen bisa terjadi antara atom yang berbeda
seperti CH4 dimana tiap atom karbon memakai
bersama 4 elektron dari 4 atom H.

Ikatan Logam
Terjadi pada unsur-unsur Gol IIB, IVB, VB dan seterusnya.
Adalah unsur-unsur susunan transisi yang berupa logam.
Mempunyai 3d yang belum terisi penuh, sedangkan 4s sudah

terisi oleh elektron. Dengan adanya atomatom di sekeliling atom


pusat memungkinkan terdapat cukup elektron jenuh pada kulit
terluar, namun tidak cukup untuk lapisan/kulit bagian dalam.
Akibatnya ada tarikan dari lautan elektron sehingga terjadi antar
aksi tarik menarik antara ion positif dan elektron dan tolak
menolak antara ion-ion positif. Ikatan logam menjelaskan secara
umum tentang bagaimana atomatom logam terikat. Ikatan logam
diperkirakan awan elektron yang bermuatan negatif mengelilingi
ion-ion logam atau inti logam yang bermuatan positif. Awan
elektron ini tersusun oleh elektron valensi dari unsur-unsur
logam. Dengan demikian, ion-ion logam diikat satu sama lain
oleh elektron-elektron valensi yang selalu bergerak.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka ikatan logam
dapat dianggap sebagai ikatan ion. Tetapi bila dilihat bahwa ionion tersebut memiliki bersama elektron-elektron yang bergerak,
maka ikatan logam dapat dianggap sebagai ikatan kovalen:
Karena itu maka ikatan logam kadang-kadang disebut sebagai
ikatan campuran antara ikatan ion dan ikatan kovalen.

Gambar 3 Gaya
pengikat atom

Ikatan Van der Waals


Ikatan ini merupakan ikatan yang lemah. Disebabkan
oleh tidak ratanya distribusi elektron. Distribusi elektron yang
tidak merata menyebabkan gaya tarik menjadi lemah. Seperti
yang telah diuraikan, yang menyebabkan terjadinya ikatan atom
adalah adanya gaya tarik antar atom. Tetapi meskipun atom-atom
tersebut diikat dengan gaya tarik, atom-atom tersebut tidak
pernah bertemu satu sama lain. Ini berarti disamping gaya-gaya
tarik ada gaya tolak yang menyebabkan atom mempunyai jarak
tertentu antara satu sama lain. Karena adanya gaya tarik dan juga
gaya tolak, maka atom-atom akan terletak pada suatu tempat
dimana resultan antara gaya tarik dan gaya tolak besarnya sama
dengan nol. Tempat tersebut akan ada pada suatu jarak tertentu
dari atom yang lain, yang biasanya disebut jarak atom. Hubungan
antara gaya tarik, gaya tolak dan jarak atom dapat dilihat pada
Gambar 3 Gaya-gaya pengikat atom di atas.

10

BAB III
STRUKTUR KRISTAL

Material padat seperti halnya logam terdiri dari susunan


kristal. Ada material dengan kristal tunggal dan adapula material
dengan kristal banyak (polycrystal) serta adapula yang non
kristal (amorph) . Kristal merupakan susunan yang berulang dari
set, satuan (cell unit). Sedangkan set satuan adalah bagian

11

tunggal dari Kristal yang memiliki geometri yang tersusun oleh


atom-atom. Selain dari jenis kristal di atas ada juga logam yang
bersifat polymorph atau sering disebut dengan istilah allotropi
seperti contoh pada besi murni yang dapat berubah bentuk set
satuannya terhadap perubahan temperatur. Material kristal
tunggal adalah material yang kuat bila dibandingkan dengan
material kristal banyak. Kristal banyak akan membentuk
orientasi butir ke segala arah, sehingga terbentuk batas
butir(grain boundary). Batas butir akan melemahkan logam, oleh
karena itu kristal banyak kekuatannya kurang dari kristal tunggal.
Material kristal banyak disebut juga material isotropi yaitu
memiliki sifat sama kesegala arah, sedangkan material
unisotropy sifatnya tidak sama kesegala arah Sifat unisotropy
inilah dasar dari perkembangan material komposit.
111.1 Sel Satuan
Kelompok atom
terkecil
yang merupakan bagian
dari kristal logam yang tersusun dalam satu geometri tiga
dimensi disebut set satuan (unit set). Seperti yang diterangkan
pada Gambar 4 di bawah ini.

12

Gambar 4 Set
satuan dengan
koordinat x,y,z

Jenis jenis sel satuan untuk material padat ada 7 jenis


seperti yang ditunjukkan pada Table 2 berikut. Namun dari
ketujuh jenis tersebut tidak semua termasuk untuk logam.
Sel satuan kubus
Sel satuan kubus untuk logam dibagi dua yaitu BCC
(body-centred cubic) dan FCC (face-centred cubic).
Sel satuan BCC
Jumlah atomnya
= 2 atom
Jumlah atom terdekat yang menyentuhnya (bilangan koordinasi) =
8 APF(atomic packing factor)
= volume atom sel satuan/
vol sel satuan
= 0,68
Panjang kisinya (a)
. = 4R3
Sel satuan BCC seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5 (a) dan
(b) di bawah ini terdiri dari 2 atom dimana satu atom terletak pada
pusat kubus dan satu atom lagi terletak pada sudut kubus yang
masing-masing sudut terdapat 1/8 bagian.
Pada susunan atom BCC ini terdapat rongga atom primer
dan sekunder dimana atom-atom yang sifatnya interstisi seperti
atom-atom karbon dimana diameternya lebih kecil dari diameter
unsur logam biasanya menempati rongga-rongga tersebut.

13

(a)

(b)
Gambar 5. (a) Sel satuan BCC,(b) tumpukan BCC

14

Tabel 2. Jenis-jenis sel satuan

15

Sel satuan FCC


Jumlah atomnya
= 4 atom.
Jumlah atom terdekat yang menyentuhnya (bilangan koordinasi) =
12 APF (atomic packing factor)
= 0,74
Panjang kisinya (a)
= 2R2
Sel satuan FCC seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6 di bawah
ini. Satu sel satuan FCC memiliki 4 atom yang tersebar menjadi 2
atom pada permukaan dan dua atom pada sudut sel satuan. Sel
satuan FCC memiliki jumlah atom yang lebih banyak dari pada sel
satuan BCC. Logam dengan sel satuan ini seperti Tembaga, emas
dan lain-lain yang sifatnya lebih ulet dari pada logam yang bersel
satuan BCC.

Gambar 6. Sel satuan FCC


Sel Satuan HCP (Hexagonal Closed Pack)
Jumlah atomnya
Jumlah atom terdekat yang
koordinasi) = 12
APF (atomic packing factor)

16

= 6 atom
menyentuhnya
= 0,74

(bilangan

Panjang kisinya (c/a)


= 1,633
Sel satuan HCP seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7 di
bawah ini

Gambar 7. Sel satuan HCP


Densitas suatu unit sel dapat dihitung dengan suatu formula
sebagai berikut :

dimana ;

n = jumlah atom dalam unit sel


A = berat atom
Vc = Volume unit sel
NA = Bilangan Avogadro (6.023x 1623 atom/mol)

111.2 Arah dan bidang kristal

17

Penentuan arah dan bidang kristal adalah sangat penting di


dalam sel satuan, hal ini dikarenakan suatu kristal logam
memiliki arah dan bidang yang banyak sekali. Untuk
mempermudah menyatakan arah dan bidang kristal, maka
dinyatakan dalam suatu indeks yang disebut dengan indeks
Miller.
Arah dan bidang kristal
Arah bidang kristal ditunjukkan pada Gambar 8 berikut :

Gambar 8 Arah kristal [100],


[1101],[111]
dalam
sel
satuan
Pada arah bidang kristal [100] menyatakan bahwa arah
dimulai dari titik pusat sumbu yang tegak lurus pada bidang
kristal tersebut. Demikian juga untuk arah bidang kristal [I 10]
dan [I 11 ] serta arah-arah yang lainnya. Kumpulan arah bidang
[100] dinyatakan
dengan
symbol <100>. Artinya terdiri dari [100], [O10], [001], [-100],[010], [00-1].
Bidang kristal

18

Bidang kristal dapat diterangkan pada Gambar 9


berikut ini.

Gambar 9. bidang kristal (100) ,


(110) ,(111)
dalam
sel
satuan

111.3 Indeks Miller


Indeks Miller untuk bidang kristal dinyatakan dengan
titik potong pada ketiga sumbunya. Sebagai contoh untuk indeks
Miller pada bidang kristal (100) artinya bidang tersebut
memotong sumbu x pada satu satuan dan sejajar pada bidang y
dan z. Demikian juga bidang (110) artinya memotong sumbu x
dan y pada satu sumbu z pada satu satuan dan sejajar sumbu z.
Sedangkan untuk bidang (111) artinya bidang tersebut memotong
ketiga sumbu pada satu satuan jarak. Sepertinya halnya arah
bidang kristal, bidang kristal memiliki kumpulan atau keluarga
bidang kristal. Dan dinyatakan dengan symbol { 1001} , { 110 },
dan { 111 } .

19

111.4 Material Kristal dan Non kristal


Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa logam
merupakan sususan kristal dengan suatu orientasi . Pertemuan
orientasi kristal disebut batas butir (grain boundary). Logam
yang memiliki batas butir disebut logam polikristal sedangkan
yang tanpa batas butir disebut logam single kristal. Logam single
kristal kekuatannya lebih baik dari logam polikristal. Hal ini
dikarenakan batas butir merupakan salah satu cacat kristal berupa
cacat bidang. Sifat polymorph ada pada besi murni/ baja sangat
lunak yang terkenal dengan sifat allotropi. Bentuk sel satuannya
berubah sesuai temperatur. Bisa (BCC) ------ (FCC) ------(BCC) kembali.
Logam polikristal dikatakan sebagai material isotropi karena sifat
dan kekuatannya sama kesegala arah. Sedangkan logam single
kristal merupakan material unisotropi dimana sifat dan
kekuatannya tidak sama. Isotropi dan unisotropi inilah
merupakan dasar dart material komposit.
III.5 Analisa sinar X
Analisa sinar X merupakan satu metode eksperimen yang
akurat didalam menganalisa dimensi kisi pada suatu struktur
kristal logam.
Bila seberkas sinar X di tembakan pada suatu kristal logam
melalui sebuah target/electron gun, maka akan dipantulkan oleh
bidang atom atau ion-ion di dalam kristal. Sudut pantul
tergantung pada panjang gelombang sinar X dan jarak antara
bidang kristal. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 10 (a) di
bawah ini.

20

Gambar 10(a) Pantulan sinar X, (b) Pola difraksi untuk Cu


(FCC),
W(BCC),dan Zn(HCP)
Tinjau dua bidang sejajar A-A' dan B-B' dengan
indeks Miller h,k dan 1 dan dengan jarak antar
bidang dinyatakan d(hkl). Panjang gelombang
monochromatic dan koheren k ditembakan dengan

21

sudut . Dua berkas sinar 1 dan 2 diterima oleh atom


P dan Q. Kemudian dipantulkan menjadi sinar 1' dan
2' juga dengan sudut . Jika perbedaan laluan antara
1-P-1' dan 2-Q-2' yaitu SQ+QT sama dengan jumlah
seluruh dari panjang gelombang, maka kondisi
pantulan dapat diungkapkan sebagai berikut ;
n = SQ+QT
nk = d(hkl) sin + d(hkl) sin = 2d(hkl) sin
Persamaan di atas dikenal dengan hukum Bragg. N
adalah orde pantulan (1,2,3,...), d(hkl) adalah jarak
antar bidang dan adalah sudut pantul.
Besaran dari jarak antar bidang atom d(hkl) adalah
fungsi dari indeks Miller (h,k,
dan 1) dan juga
parameter kisi.

d(h,k,l) =

a
h 2 k 2 l 2

Analisa sinar X dilakukan dengan alat difraktometer.


Kristal logam yang akan dianalisa sudut difraksinya dibuat dalam
bentuk serbuk. Spesimen S dalam bentuk pelat diletakan pada
suatu dudukan yang dapat berotasi O. ditunjukkan pada Gambar
11 di bawah. Sinar X ditembakan pada sebuah target T dan
intensitas pantulannya dideteksi pada konter C. Sudut datang

22

dipantulkan ke detector dengan sudut pantul 2 seperti yang


ditunjukkan pada Gambar 11 untuk pola pantulan serbuk timah
(lead). Puncak dari intensitas sinar untuk setiap bidang kristal
terlihat berbeda-beda dengan sudut pantulnya. Cara lain sinar
difraksi dapat ditangkap dengan film fotografi sebagai pengganti
konter C.
Kegunaan utama dalam sinar X adalah untuk penentuan
struktur kristal. Selain itu juga untuk menentukan orientasi kristal
dari kristal tunggal Laue fotograf dan juga dapat digunakan
untuk identifikasi kimia logam sehingga dapat mengetahui
komposisi logam. Dan tak kalah pentingnya dapat digunakan
untuk penentuan tegangan sisa dan ukuran kristal.

23

Gambar 11.
Pola pantulan sinar x

BAB IV KETIDAK
SEMPURNAAN
KRISTAL

Pada prinsipnya bahwa kristal logam tidak ada yang


sempurna. Ketidak sempurnaan kristal tersebut dalam bentuk
cacat/defect. Cacat pada logam tidak dapat dihindari atau
dihilangkan, namun hanya dapat dikurangi dengan suatu proses
annealing, stress relief, rekristalisasi, homogenisasi. Cacat-cacat
dapat berupa cacat bawaan ketika dalam proses pembuatannya
atau bahkan cacat akibat proses lanjutan seperti proses mesin,
pembentukan dan lain-lain. Cacat/defect tersebut dapat
melemahkan atau menurunkan kekuatan logam tersebut.
Logam yang memiliki cacat yang sedikit akan memiliki
kekuatan yang sangat baik. Namun untuk membuat logam
dengan cacat yang sangat sedikit adalah tidak mudah sebagai
contoh serat whiskers adalah logam yang memiliki cacat yang
sedikit dan kekuatannya sangat baik. Namun masih dalam ukuran
yang kecil berupa serat logam. Serat whiskers sering digunakan
untuk bahan komposit sebagai penguat.
Cacat pada kristal tersebut dapat berupa cacat titik, cacat
garis, cacat bidang dan cacat volume.

24

IV.1 Cacat titik (point imperfection)


Cacat titik dapat berupa vacansi, interstisi dan substitusi.
Vakansi adalah hilangnya atom pada kedudukannya selama
proses pembekuan dan juga akibat getaran atom sehingga terjadi
perpindahan atom dari posisinya. Getaran ini dapat disebabkan
adanya kenaikan temperatur. Cacat interstisi disebabkan karena
adanya suatu atom yang menyusup diantara atom lain. Biasanya
terjadi pada larutan padat antara logam dan non logam seperti
besi dan karbon dimana atom karbon ukuran lebih kecil dan
menyusup diantara atom besi sehingga terjadi medan tegangan.
Sedangkan cacat titik substitusi terjadi pada larutan padat antara
logam dan logam dimana suatu atom logam menggantikan
kedudukan atom yang lain sehingga terjadi substitusi. Cacat titik
ditunjukkan pada Gambar 12 di bawah ini.

Gambar 12 cacat titik


Cacat titik substitusi ditunjukkan pada Gambar
13 di bawah ini. Cacat titik jenis ini terjadi substitusi
atom antara dua atau lebih unsur yang bercampur. Hal
ini sering terjadi pada proses pengecoran logam. Cacat
titik substitusi terjadi antara unsur logam dan logam
yang diameter atomnya relatif sama besar. Sedangkan
pada Gambar 12 di atas cacat titik interstisi serin
terjadi antara logam dan non logam dimana diameter

25

atom interstisi relatif kecil dibanding diameter atom


dimana dia berada.

Gambar 13. Cacat substitusi dan interstisi

IV.2 Cacat garis (line imperfection)


Cacat garis dalam hal ini berupa
dislokasi.
Dislokasi terdiri dari :
l. Dislokasi sisi (edge dislocation)
2. Dislokasi ulir (screw dislocation)
3. Dislokasi campuran (mixed dislocation)
Dislokasi sisi adalah cacat kristal yang
berbentuk garis/ satu dimensi dimana terjadi
pemutusan beberapa atom pada rantainya. Seperti
ditunjukkan pada Gambar 14 di bawah. Cacat garis

26

dislokasi memiliki fenomena tersendiri selain sebagai


suatu cacat garis maka dislokasi akan memperlemah
logam.
Namun
disisi
lain
dislokasi
dapat
meningkatkan kekuatan logam dengan cara terjadinya
perbanyakan dislokasi, sehingga dislkasi akan berlipat
ganda terjadi reaksi dislokasi.
Jika dislokasi terus bergerak dan pada akhirnya
mencapai permukaan maka dapat dikatakan terjadinya
deformasi
plastis
yang
disebabkan
terjadiya
sliding/pergeseran mencapai permukaan.

Gambar. 14 Dislokasi sisi

Pada Gambar di atas ditunjukkan bahwa dislokasi sisi tegak


lurus bidang halaman. Besaran dan arah suatu pemutusan kisi
kristal dinyatakan dengan vector Burgers (b). Jadi pada dislokasi
sisi dicirikan dengan garis dislokasi tegak lurus vector burger.

27

Dislokasi ulir adalah cacat garis dimana


pergerakannya seperti arah ulir, seperti pada Gambar 15
di bawah. Dimana garis dislokasi sejajar dengan vector
Burgers. Kebanyakan dislokasi yang ditemukan dalam
kristal dapat juga berbentuk dislokasi campuran.

Gambar 15 (a) dislokasi ulir, (b) Tampak atas


Dislokasi sisi, ulir, dan campuran.

IV.3 Cacat bidang (surface imperfection)


Cacat bidang merupakan cacat dua dimensi dapat
berupa batas butir bersudut rendah (low angle grain

28

boundary), kembaran (twinning), batas butir (polikristal)


dan salah tumpuk (stacking fault).
Batas butir seperti pada polikristal merupakan
merupakan suatu kelemahan dari logam, jadi batas butir
merupakan suatu cacat bidang Demikian juga batas butir
yang bersudut rendah kekuatannya lebih rendah dari batas
butir biasa pada polikristal.

Gambar 16. Cacat-cacat bidang

29

IV.4 Cacat volume (volume imperfection)


Cacat volume adalah merupakan cacat kristal yang
berbentuk tiga dimensi. Cacat ini sangat menurunkan kekuatan
logam dan lebih bersifat makro secara visual seperti adanya poripori, rongga udara, lubang, notch, goresan dan lain-lain. Cacat
volume cacat makro yang sangat berbahaya adalah berupa retak
(crack). Hal ini dikarenakan konsentrasi tegangan yang terjadi di
sekitar retak jauh lebih tinggi dari cacat volume yang lainnya.

Cacat volume seperti yang ditunjukkan pada Gambar 17


di bawah ini adanya lubang dan notch yang dapat menciptakan
konsentrasi tegangan pabagian ujungnya. Konsentrasi tegangan
ini dapat menjadi awal dari perambatan retak dan pada akhirnya
dapat menyebabkan patah.

30

Gambar 17. cacat-cacat


volume

31

BAB V
SIFAT MEKANIK LOGAM
Pada bab V ini akan dibahas mengenai sifat mekanik
logam. Seperti yang diketahu selain dari sifat mekanik,
logam memiliki beberapa jenis sifat lain seperti sifat fisik,
sifat kimia, dan sifat teknologi. Namun dalam bab ini lebih
banyak dibahas mengenai sifat mekanik. Sifat mekanik loam
dapat berupa kekuatan, kekerasan, ketangguhan, keuletan,

32

kekakuan, modulus elastisitas. Sifat mekanik sangat


dipengaruhi oleh beban luar baik secara elastis maupun
secara plastis.
V.1 Deformasi Elastis dan Plastis
Deformasi adalah suatu perubahan bentuk dari
logam akibat ada beban luar. Deformasi dapat berupa elastis
(sementara) atau plastis (tetap). Deformasi elastis secara
mikro terjadi pergeseran atom pada suatu sudut geser namun
rantai atomnya belum terputus. Hal ini terjadi secara linier.
Secara makro deformasi elastis terjadi perubahan bentuk
sementara selama beban bekerja. Jika beban ditiadakan
kembali kebentuk semula. Sedangkan deformasi plastis
terjadi pergeseran atom hingga terputusnya rantai atom. Dan
secara makro terjadi perubahan bentuk tetap meskipun
beban yang bekerja ditiadakan. Deformasi elastis dan plastis
yang secara mikro ditunjukkan pada Gambar 18 di bawah
ini.

33

Gambar 18 Deformasi elastis dan plastis

V.2 Pengujian Tarik (tension test)


Pengujian tarik dilakukan pada sebuah mesin tarik.
Mesin tarik akan mencatat
l. Beban yang dialami logam
2. Perpanjangan yang dialami logam
Hubungan antara beban dan perpanjangan

34

Gambar 19 Diagram tarik


Keterangan :
OA merupakan garis lurus dimana pertambahan panjang
sebanding lurus dengan beban. Sifat bahan disini mengikuti
hukiim Hooke yaitu :
L= C
Dimana :

Lo. P
Ao

L = perpanjangan
C = konstanta
Lo = Panjang awal
P = beban
Ao = Penampang awal

35

Dimana :

c = l/E, dan E disebut modulus elastis

Dari mulai titik A logam mulai mulur (yielding), mencapai titik B


sebagai beban maksimum dan akhirnya patah pada titik C.
Biasanya besaran yang dipakai adalah tegangan dan regangan.

Tegangan(stress) :
adalah beban persatuan luas penampang
= P/Ao [ N/mm2] atau kgf/mm2
sering disebut engineering stress atau
tegangan teknik
Ao adalah luas penampang awal yang merupakan
konstanta
e = regangan (strain) adalah perpanjangan persatuan
panjang dan sering disebut engineering strain atau regangan
teknik e = A L/Lo (%) atau mm/mm
Lo = panjang ukur awal yang merupakan konstanta
Maka diagram tarik di atas dalam besaran dan e yang
bentuknya tetap sedangkan absis dan ordinatnya adalah dan e.
Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 20 di bawah ini.

(MPa)

36

Gamb
ar 20
Kurva
-e
p =

Batas proporsional yaitu tegangan


tertinggi dimana hubungan -e
masih mengikuti hukum Hooke
E = Batas elatis, yaitu tegangan
tertinggi yang belum memberikan
regangan plastis
y = batas mulur (yielding), yaitu tegangan terendah
yang telah memberikan regangan plastis atau
tegangan yang mulai memberikan tegangan
plastis

37

Secara teoritis E berimpit dengan y. Sering dinyatakan dengan


0.01 atau 0.2 yaitu y tegangan yang memberikan regangan
0.01 % atau 0.2 %
u = Tegangan maksimum/ultimate atau kekuatan
tarik bahan adalah tegangan tertinggi yang bisa dialami oleh
bahan tersebut dan merupakan ukuran kekuatan hagam.
f = Tegangan patah / fracture stress.
Luas bidang di bawah kurva P - L merupakan ukuran energi
yang diserab/absorb oleh bahan P[N] x 0 L[m]. Sedangkan luas
bidang di bawah kurva - e merupakan energi yang diabsorb
persatuan volume bahan. [N/m2] x e [m/m] = . e[Nm/m3].
Sebagian energi tersebut dikembalikan oleh bahan karena sifat
elastisnya yang ditunjukkan oleh EDF. Energi yang
dikembalikan ini disebut energi resilience elastis.
Energi yang diserab oleh logam tersebut merupakan ukuran
ketangguhan (toughness) logam tersebut.
Regangan ep merupakan ukuran liatnya suatu logam .
u adalah kekuatan tarik atau ultimate strength yang
merupakan ukuran kekuatan suatu logam.
Diatas E selalu terjadi regangan plastis, regangan terdiri dari :
regangan plastis ep dan regangan elastis eE.
Regangan elastis eE akan hilang apabila beban ditiadakan.
Apabila beban sedemikian sehingga mencapai di D, kemudian
beban ditiadakan maka
jarum penunjuk rnnengikuti garis
lurus //OA yaitu garis DE. Apabila beban dinaikkan lagi maka
jarum akan mengikuti garis ED. Pada peristiwa turun naik
tersebut di atas terjadi gejala Histerisis.

38

Gambar 21 kurva tegangan-regangan dan hubunganya

Gambar 21 Spesimen uji

Pada waktu penarikan terjadi :


l. Deformasi uniform (seragam) sebelum u

39

2. Deformasi setempat (necking) terjadi setelah mencapai u


3. Patah teradi pada tempat dimana penampangnya terkecil.
Tegangan dan Regangan sebenarnya (s - )
(true stress - true strain)
s = tegangan sebenarnya
s = Pi/Ai = Pi/Ao x Ao/Ai = .Ao/Ai
Penarikan terjadi pada volume konstan Ao.Lo =
Ai.Li
Ao/Ai = Li/Lo = ( Lo + L)/ Lo = 1 + e
s = (l+e)
Sedangkan :
adalah regangan sebenarnya atau true srain
=
=

L1 Lo
Lo

L 2 L1
L1

L 3 L 2
L2

....

Li
Li

dLi/Li = ln Li/Lo Ln (1+e)

= ln Li/lo = ln Ao/Ai = 2 ln do/di


Hubungan antara tegangan sebenarnya dan regangan sebenarnya
didekati diantaranya oleh persamaan paris

40

Persamaan Paris s = k. n
dimana ;

k =

tegangan pada = 1 =

koefisien kekuatan
n = koefisien pengerasan
regangan
n = 0,54 (cu lunak), 0,10(baja 0,6%),
0,26(baja lunak)

Hubungan anatar tegangan sebenarnya dan regangan


sebenarnya ditunjukkan pada Gambar 22 di bawah ini.

41

e,

Gambar 22 kurva hubungan s -

Dimana :

42

s = k. n ,
n log

log s = log k. n, log s = log k +

Gambar
23
kurva log s- log

V.3 Pengujian Tekan (compression test)


c = - P/A [N/mm 2 ]

43

tanda minus menunjukkan arah pembebanan berlawanan


dengan arah pembebanan tarik. Umumnya untuk logam tegangan
tekan lebih besar dari tegangan tarik. Namun pada prakteknya
tegangan tekan sering diasumsi sama dengan tegangan tarik.
Pada uji tekan tidak terjadi necking. Untuk bahan yang ulet terj
adi swelling dan untuk bahan getas materialnya sering pecah
seperti ditunjukan pada Gambar 24 di bawah. Pengujian tekan
lebih banyak terpakai pada disiplin ilmu Teknik Sipil. Sedangkan
pada Teknik Mesin lebih cendrung kepada uji tarik.

Gambar 24 Uji tekan

V.4 Pengujian Lentur (bending test)

44

Gambar 25
Pengujian lentur

ML = p/2. L2 = 2

Fx. x = 2

a. dx. x
dimana
dA = a.
dx,

x/x = m/ 1 / 2 b
= 2a

x 2 . dx

= 4 a/b m.

1l3 x 3 l 1 / 2 b

= 1 /6. ab2. m
m = 6 Mb/ab2

45

jadi :

V.5 Pengujian Puntir (Torsion test)

Gambar 26
Pengujian Torsi
Mt = .r.dA
= .r.2r.dr
= r/ R . maks
= r/R . maks.2r2.dr
= 2 maks/R r3.dr
= 2 R maks/4R)(R4)
= 2 maks/4)(R3),
D = 2 R Mt = (n/ 16)
3
maks. D
maks = 16 Mt/ D4 Untuk silinder massif/pejal

46

V.6 Pengujian tumbuk/impact


Pengujian tumbuk/impak bertujuan untuk mempelajari
karakteristik bahan terhadap beban tiba-tiba/tumbuk. Pada
pengujian dinamis ini spesimen uji dengan ukuran standard
dijatuhi beban tiba-tiba oleh sebuah bandul pemberat dari suatu
ketinggian tertentu untuk mendapatkan energi potensial. Seperti
ditunjukkan pada Gambar 27 di bawah.

Gambar 27 Pengujian impak

47

Ada dua metode pengujian impak yaitu :


l. Metode Charpy : Metode ini dilakukan dengan posisi benda uji
yang diletakan secara horizontal.
2. Metode Izod
: posisi benda uji diletakan secara vertikal.
Pada pengujian impak terlihat fenomena baja ulet dapat
berubah menjadi Getas disebabkan oleh tiga hal :
1. Adanya beban tiba-tiba
2. Temperatur rendah (cryogenic temperature)
3. Adanya notch/ takik pada benda uji.
Ketiga kondisi di atas akan tampak jelas pada material
logam dengan sel satuan BCC, sedangkan untuk material FCC
fenomena di atas tidak begitu tampak.

V.7 Pengujian lelah/fatigue


Uji lelah adalah salah satu uji dinamik, dimana ciri
pembebanannya adalah beban bolak balik/berulang. Beban bolak
balik dapat berupa tariktekan, torsi, bending atau gabungan.
Beban fatigue terjadi pada kondisi elastis, yaitu sebelum beban
luluh (yield). Fatigue didalam aplikasi teknik sangat sering
terjadi. Dari studi literatur menyebutkan lebih dari 70 %
kerusakan komponen Teknik disebabkan oleh fatigue. Pengujian
di laboratorium dilakukan dengan alat uji fatigue guna
mengetahui ketahan fatigue/ endurance limit suatu logam, mesin
fatigue dapat berupa :
Tension
compression
fatigue machine Torsional
fatigue
machine
Reversed/repeated bending
fatigue machine Three point

48

bending fatigue machine


Four point bending
Repeated torsion fatigue machine

Gambar 28 kurva
tegangan-siklus

Untuk mengetahui ketahan fatigue suatu logam sering


dilihat dari hubungan antara tegangan dan siklus. Yang disebut
dengan S-n curve atau Wohler diagram. Endurance limit
khusunya untuk baja lunak lebih tampak pada asimtot kurva
menunjukan ketahan lelah secara empiris ditunjukan dengan nilai
E = 0 , 3 4 . u

49

Dimana :
E = tegangan endurance = ketahanan fatigue
u = Teg a n g a n m a k s i m u m

Gam
bar
29
kuva
S-N

50

Pada kurva hubungan antara S dan N pada Gambar 29 di


atas, terlihat dua jenis kurva utuk dua jenis material yaitu
material baja lunak dan material non fero seperti aluminium
alloy. Pada kurva baja lunak terlihat bahwa ketahanan fatiguenya
lebih jelas daripada material nonfero. Dengan kata lain
ketahanan fatigue untuk material non fero tidak ada atau tidak
jelas. Karena ketahanan fatigue merupakan asimtotik terhadap
kurva tersebut.
V.8 Pengujian mulur/Creep & Stress Rupture
Uji creep adalah uji statik untuk mengetahui kemampuan
mulur suatu bahan logam. Dalam hal ini regangan () merupakan
fungsi dari waktu (t).

= f (t)

Gam
bar
30.Uj
i
creep

51

Gambar 31 kurva t
Tegangan yang menghasilkan laju creep 0.00001% perjam
atau 1 % per 10000 jam atau 1 % per 100000 jam dapat disebut
kekuatan mulur (creep). Yang pertama dipakai untuk material
motor jet sedangkan yang kedua dipakai untuk material turbin
uap.
Pengujian stress rupture adalah pengujian creep yang dilakukan
pada temperatur tinggi hingga patah, sehingga dengan temperatur
tinggi laju creepnya tinggi.

52

Tabel 3. Perbandingan creep dan stress rupture


creep
Stress rupture
1.Untuk mencari waktu untuk
l. Untuk menentukan laju
mematahkan pada beban
mulur minimum pada
nominal tertentu pada temperatur
beban rendah
tinggi
2. total strain 0,5 %
2. Total strain sampai 50 %
3. waktu 2000 - 10000 j am

3. waktu 1000 Jam

Hasil pengujian stress rupture di plot pada skala log seperti


pada Gambar 32 di bawah di bawah ini.

53

Gambar 32 beberapa kurva stress rupture

V.9 Pengujian Kekerasan (hardness test)


Kekerasan adalah ukuran ketahanan logam terhadap
deformasi plastis. Deformasi plastis dalam hal ini dapat berupa
goresan, penekanan dan secara dinamik. Logam yang kuat
biasanya diikuti oleh kekerasan yang meningkat, sebaliknya
logam yang tidak kuat biasanya lunak. Namun logam yang
sangat keras biasanya getas dan hal ini tidak baik dalam sifat
mekaniknya.
Pengujian kekerasan dengan penekanan terdiri dari :
- Brinell
- Rockwell

54

- Vickers
- Micro hardness test
- Meyer
Metode dengan goresan : metode ini dahulu menggunakan skala
Mohs sebagai indikator kekerasan. Dimana skala 1 s/d 10
digunakan untuk angka kekerasan material yang paling lunak
yaitu talk/powder dengan skala 1 hingga intan dengan skala 10.
Metode ini sangat kuantitatif sekali.
Metode dinamik : Terkenal dengan metode Shore Scleroscope,
yaitu metode dengan pantulan bola baja (rebound) ke
permukaan benda uji.

Gambar 33. metode Shore Scleroscope

55

Metode Brinell :
P

D
Gambar 34 Pengujian Brinnel
BHN = P/A [kgf/mm 2]
Luas bidang penekanan = A = x D x h
h = D/2- X

= D/2 dimana : D = diameter bola

56

( D2 ) 2 ( d2 ) 2

d = diameter bekas penekanan yang diukur


dibawah mikroskop
= D/2- D 2 d 2 = 1/2 (D- D 2 d 2
)

Luas A = D / 2 (D- D 2 d 2 )
BHN =

P
D
( D
2

D 2 d 2

Metode ini dilakukan dengan suatu alat uji dengan cara


penekanan dengan menggunakan indentor bola baja atau bola
karbida. Diameter bola baja bias 10,7, 5 mm dengan beban P =
30 D2 untuk baja dan P = 5 D2 untuk bukan baja. Biasanya beban
yang digunakan 3000 kgf, 1500 kgf dan 500 kgf. Indentor bola
karbida biasanya digunakan untuk material logam yang sangat
keras seperti baja karbon tinggi, baja tahan aus dan sebagainya.
Metode Rockwell :
Metode ini menggunakan indentor kerucut intan atau
bola baj a. Metode ini lebih efisien dari metode lain. Indentor
kerucut intan lebih cocok untuk material keras sedangkan bola
baja lebih cocok untuk material yang lebih lunak. Beban yang
diberikan terdiri dari beban minor/awal sebesar 3 kgf yang
gunanya untuk memecah lapisan tipis yang ada dipermukaan
benda uji. Kemudian dilanjutkan dengan beban mayor/utama
sebesar 10 kgf, 15 atau 45 kgf.

57

Gambar 35 Uji
Rockwell

Tabel 4. skala pengujian Rockwell


Skala
Penekanan
B, RB
C,Rc
A,Ra
D
E
F
G
H
K

Beban (kgf)

Warna skala

Bola baja 1/16 inch


Intan

100
150

Merah
Hitam

Intan

60

Hitam

Intan
Bola baj a 1/8 inch
Bola baja 1/16 inch
Bola baja 1/16 inch
Bola baja 1/8 inch
Bola baja 1/8 inch

100
100
60
150
60
150

Hitam
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah

58

L
M
P
R
S
V

Bola baja 1/4 inch


Bola baja'/4 inch
Bola baja'/4 inch
Bola baja 1/2 inch
Bola baja'/2 inch

60
100
150
60
100

Merah
Merah
Merah
Merah
Merah

Bola baja'/2 inch

150

Merah

Metode Vickers :
Metode ini menggunakan indentor pyramid intan yang
dipasang pada suatu alat uji Vickers. Metode ini cukup teliti
namun kurang efisien. Ada juga metode mikro Vickers dengan
beban kurang dari 10 kgf. Untuk makro Vickers beban yang
digunakan bervariasi mulai dari 10,30,50,100,dan 120 kgf.

Gambar 35.
Pengujian Vickers

59

Luas penampang penekanan A =

d2
2 sin 68o

mm2

VHN = P/A [kgf/mm2]


= 1,854
dimana :

P
d2

[ kg f/mm2]

d = diameter rata-rata

Micro Hardness test


Pengujian kekerasan mikro bertuluan untuk mengetahui
kekerasan suatu fasa dari logam uji. Alat uji kekerasan mikro
biasanya dilengkapi dengan mikroskop metalurgi. Sehingga
sebelum melakukan uji kekerasan terlebih dahulu diamati
struktur mikro dan fasa yang akan di uji.

Metode Knoop (KHN)


KHN = P/Ap

Gambar 36
Pengujian kekerasan

60

Dimana : P = beban (kgf)


Ap = Luas penekanan
L = Panjang diagonal terpanjang C = konstanta

Metode Meyer (kekerasan Meyer)

dimana :

Meyers law

Pm =

P
r2

4dP2

P = k. dn

P = beban (kgf)
d = diameter
n = eksponen Meyer
k = konstanta kekuatan

61

Hubungan Antara Kekerasan dan Kekuatan


u = 500. BHN lb/in2
Untuk baja karbon biasa dikeraskan dan untuk baja paduan
medium
u = 1/3 Pm = 0, 3 3 Pm (kgf/mm2)
Bahan di atas yang tidak di strain hardened
u = 470. BHN lb/in2
Tidak berlaku untuk logam lain

BAB VI
DISLOKASI DAN MEKANISME PENGUATAN

62

Seperti yang dijelaskan pada Bab-Bab sebelumnya bahwa


dislokasi merupakan salah satu cacat kristal berupa garis. Dengan
adanya cacat ini akan menurunkan kekuatan logam. Namun
dislokasi tidak bisa dihilangkan/ dihindari namun hanya bisa
dikurangi. Seandainya suatu kristal logam dapat dibuat tanpa
dislokasi, maka kekuatan mulurnya dapat 1/6 Dari modulus
elastisnya atau 1000-10.000 kali kekuatan mulur kristal dengan
dislokasi. Material ini baru dapat dibuat dalam ukuran kecil
berupa serat yang disebut wisker. Kristal logam biasa dapat
mengandung dislokasi sebanyak 105- 108 cm/cm3 meskipun telah
dianil/dilunakan. Jika logam dideformasi plastis dengan
pengerjaan dingin maka dislokasi akan meningkat/berlipat ganda
mencapai 1011-1013 cm/cm3. Hal mil karena terjadi reaksi
dislokasi sehingga terjadi perbanyakan dislokasi. Dislokasi yang
sudah ada bergerak dan dengan adanya penghambat/obstacle
yang menyebabkan penggandaan dislokasi. Hal ini sejalan
dengan teori Frank read mengenai perbanyakan dislokasi. Model
Perbanyakan dislokasi Frank Read diterangkan sebagai berikut :

63

Gambar 37 Model dislokasi Frank Read


Dislokasi merupakan cacat garis pada kristal logam yang
merupakan pemicu dari setiap mekanisme penguatan logam. Jadi
dasar dari teori penguatan logam tidak bias dilepaskan dari
dislokasi. Hanya saja pergerakan dislokasi dalam rangka untuk
memperbanyak diri seperti yang diterangkan oleh Frank Read
sering kali penghambatnya banyak cara seperti yang diterangkan
selanjutnya.
VI.1 Penguatan Regangan (strain hardening)
Penguatan regangan atau strain hardening adalah
fenomena dimana logam yang ulet menjadi lebih keras dan kuat
akibat deformasi plastis atau cold working. Kadang-kadang
untuk menyatakan tingkat deformasi plastis dinyatakan dalam %
pengerjaan dingin (% CW = cold working);
A1
% CW = AoAo
x 100
dimana : Ao adalah penampang awal, A1 adalah penampang
setelah diseformasi plastis.
Fenomena penguatan regangan didasarkan pada interaksi
dari medan regangan dislokasi. Kerapatan dislokasi di dalam
logam akan meningkat seiring dengan adanya deformasi plastis
atau pengerjaan dingin. Akibatnya jarak antar dislokasi semakin
rapat sehingga dislokasi akan bertemu satu sama lain sehingga
akan menyebabkan reaksi dislokasi dan akhirnya dislokasi
menjadi bertambah. Akibatnya penguatan akan terjadi. Seperti
ditunjukkan pada Gambar 38 di bawah.

64

Gambar 38. Kekuatan luluh beberapa jenis material


VI.2 Penguatan Dengan Penghalusan Butir
Salah satu metode penguatan pada logam dengan
memperkecil /memperhalus butir struktur mikronya. Hubungan

65

antara kekuatan luluh dan diameter butir dijelaskan oleh


persamaan Hall Petch berikut :
y = i + kd-1/2
dimana y adalah kekuatan luluh, i dan k adalah konstanta
bahan dan d adalah diameter butir. Jika diameter d diperkecil
maka y akan meningkat sesuai dengan persamaan di atas.
Butir yang semakin kecil akan memperbanyak batas butir,
sehingga batas butir akan menghambat gerakan dislokasi. Juga
akibat banyaknya batas butir akan merubah arah bidang slip
sehingga tidak mudah slip artinya tidak mudah terdeformasi.
Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 39 di bawah.

Gambar 39
Penguatan batas
butir

66

VI. 3 Penguatan
strengthening)

Larutan

Padat

(solid

solution

Penguatan ini disebabkan oleh impurities atom dari


pemaduan logam sehingga terjadi larutan padat substitusi atau
interstisi. Logam yang murni akan bersifat lunak dan lemah.
Dengan adanya larutan padat akan meningkatkan kekuatan dan
kekerasan.
Logam paduan akan lebih kuat dari logam murni
disebabkan oleh impuritis atom pemadu yang dapat
menimbulkan regangan elastis di medan antar kisi. Medan antar
kisi berinteraksi antara dislokasi yang ada dan impurities atom.
Akibatnya gerakan dislokasi menjadi terhambat sehingga terjadi
reaks dislokasi yang memicu terjadinya perbanyakan dislokasi.
Penguatan larutan padat substitusi dan interstisi ditunjukkan
pada Gambar 40 dan 41 di bawah.

67

Gambar 40 (a) medan regangan kisi tarikan pada atom akibat


Interstisi atom,
(b) munculnya dislokasi sisi

Gambar 41 (a) regangan tekan/tolak atom substitusi antar kisi,


(b) timbulnya dislokasi dislokasi sisi diantara impurities atom

VI.4 Penguatan Fasa kedua (Second Phase hardening)


Penambahan unsur paduan pada suatu logam sering kali
menghasilkan pula fasa kedua yang berupa senyawa. Sebagai
contoh besi yang dipadu dengan karbon akan memiliki fasa ferit
dan senyawa Fe3C (simentit). Fasa ferit bersifat lunak dan ulet,
sedangkan senyawa Fe3C bersifat sangat keras dan rapuh.
Dari aspek mikro, maka gerakan dislokasi yang relatif
mudah pada fasa ferit akan terhambat oleh fasa Fe3C. Dengan
demikian jelaslah bahwa baja yang kadar karbonnya lebih tinggi
akan bersifat lebih keras karena fasa simentitnya relatif lebih

68

banyak. Mekanisme penguatan oleh fasa kedua semcam ini


disebut penguatan fasa kedua.
VI. 5 Penguatan endapan (precipitation hardening)
Usaha penguatan dengan Fasa kedua seperti dijelaskan
sebelumnya dapat ditingkatkan lagi dengan mengusahakan agar
fasa kedua yang terjadi berbentuk halus dan tersebar merata.
Penguatan dengan adanya endapan jenuh pada suatu
paduan seperti A1 - Cu, atau tembaga-beryllium. Dimana larutan
padat jenuh sebagai fasa kedua akan terjadi bila suatu paduan
tersebut dipanaskan pada suatu temperature elevasi dan
kemudian di quench kedalam air. Seperti pada Al -Cu , endapan
jenuh CuAl2 terbentuk dalam keadaan jenuh.

VI.6 Penguatan dispersi (partikel halus)


Penguatan dispersi terjadi pada proses metallurgi
serbuk/powder metalurgi. Dimana proses kompaksi yang diikuti
oleh proses sintering dilakukan kepada pencapuran serbuk keras
kepada serbuk matriks yang bersifat ulet. Akibatnya partikel
keras tadi akan memicu gerakan dislokasi dan menghambat
gerakannya. Akibatnya terjadi reaksi dislokasi dan terjadilah
perbanyakan dislokasi. Sehingga kekerasan dan kekuatannya
menjadi meningkat. Contohnya logam SAP (sintered aluminum
product) yang dibuat dari serbuk aluminium yang dicampur
dengan partikel Al2O3 yang kemudian diproses dengan
metalurgi serbuk. Sifat mekanik SAP akan lebih unggul dari
pada paduan Al, khusunya pada suhu yang relatif tinggi.

VI.7 Penguatan martensit

69

Penguatan dengan metode ini terjadi ketika material baja


yang memiliki kadar karbon relatif tinggi dilakukan proses
quenching/ pendinginan tiba-tiba ke dalam media yang memiliki
yang laju pendinginannya cepat seperti air. Baja yang dipanaskan
hingga suhu austenit ditahan (holding time) lalu dicelupkan ke
dalam air. Hal ini terjadilah tranformasi fasa dari (austenit)
yang Fcc menjadi martensit BCT dengan mekanisme geser.
Fasa martensit ini sifatnya keras dan getas. Sehingga untuk
mengurangi kegetasannya sering dilakukan proses lanjutan
seperti proses temper. Fasa yang keras ini akan menghambat
gerakan dislokasi.
VI.8 Penguatan Teksture
Penguatan ini sering disebut juga preferred orientation.
Terjadi pada logam yang mengalami deformasi yang besar
seperti pada proses roll atau penarikan kawat (wire drawing).
Pada proses ini akan terjadi orientasi butir yang terarah pada arah
regangan maksimum. Logam yang orientasi kristal-kristalnya
mengarah tertentu ini dikatakan memiliki tekstur kristalografis.
Mengingat orientasinya yang tertentu tadi, maka logam
tersebut tidak lagi bersifat isotrop, melainkan justru bersifat
anisotrop, khususnya dalam hal kekuatannya.
Tekstur yang terjadi akibat proses pembentukan disebut
tekstur deformasi. Proses rekristalisasi akan membentuk tekstur
yang lain lagi yang disebut tekstur rekristalisasi.
Sifat anisotropi karena adanya tekstur ini telah dengan
sengaja dapat dimanfaatkan pada berbagai penggunaan. Sebagai
contoh profil paduan aluminium hasil proses ekstrusi
diusahakan agar mempunyai tekstur <111> yang akan memiliki
kekuatan yang lebih tinggi dari pada tekstur <100>. Beberapa
jenis penguatan dperlihatkan pada Gambar 42 di bawah ini.

70

71

Gambar 42 (a). penghalusan batir (b) penguatan regangan (c)


larutan padat dan presipitasi (d) disperse (e)martensit (f) tekstur

BAB VII
DIFFUSI

Proses diffusi adalah fenomena perpindahan massa


material oleh gerakan atom. Hal ini dapat terjadi baik pada fasa
cair, gas ataupun padat.
Fenomena diffusi ditunjukan dengan menggunakan
pasangan difusi (diffusion couple) yang dibentuk dengan
penggabungan dua batang logam yang berbeda bersama-sama
dimana kedua permukaan dihubungkan seperti digambarkan
untuk tembaga dan nikel pada Gambar 43 Terlihat suatu
gambaran skematik posisi atom dan komposisi pada
penampangan bidang berhadapan. Kedua logam yang
berhubungan ini dipanaskan untuk waktu yang lama pada tingkat
temperatur tertentu tetapi dibawah temperatur cair kedua
material. Analisa kimia akan tampak seperti ditunjukkan pada
Gambar 44. Hasil ini menunjukkan atom tembaga berpindah atau
berdifusi ke dalam nikel dan sebaliknya nikel berdifusi kedalam
tembaga. Proses ini dimana atom dari satu logam berdiffusi ke
logam lain dinamakan interdiffusi atau diffuse impurity . Difusi

72

juga terjadi pada logam murni tetapi semua atom berpindah


posisi pada jenis yang sama dan disebut dengan self diffusion.

Gambar 43 Pasangan diffusi tembaga dan nikel sebelum


dipanaskan

73

Gambar 44 Pasangan diffusi tembaga dan nikel Setelah


dipanaskan
Dari gambaran secara atom, diffusi sebagai perpindahan
atom satu sisi kisi (lattice site) ke sisi kisi yang lain,
kenyataannya atom dalam material padat bergerak tetap atau
konstan, dengan cepat mengalami perubahan posisi. Dua syarat
terjadinya perpindahan atom adalah
1. Harus ada tempat berhadapan yang kosong
2. Atom harus mempunyai energi yang cukup untuk
memutuskan

74

Ikatan dengan atom tetangganya dan kemudian


menyebabkan terjadinya distorsi kisi selama perpindahan.
Aplikasi teknik dari fenomena diffusi sering ditemui seperti
pada proses pengerasan permuon kaan pada roda gigi atau sering
disebut proses karburisasi. Dimana atom karbon terdiffusi ke
permukaan sehingga mengakibatkan permukaan roda gigi
menjadi keras dan tahan aus.
Untuk diffusi pada keadaan stedi, maka fluks diffuse diatur
oleh hukum Ficks yang berbunyi ;
J = -D dC
dx
D = koefisien diffusi

dimana ;
dan

dC
dx

C
x

CA CB
XA XB

adalah gradient konsentrasi Seperti yang


ditunjukkan pada Gambar 45 di bawah ini

75

Gambar 45 diffusi
keadaan stedi

76

BAB VIII
DIAGRAM FASA
KESETIMBANGAN

Paduan logam pada setiap komposisi dan temperatur tertentu


akan terdiri dari fasa atau campuran fasa tertentu. Hubungan antara
fasa-fasa yang setimbang dalam suatu system dengan temperatur dan
komposisi biasanya dinyatakan dalam suatu "peta" atau diagram.
Karena itu diagram yang terbentuk disebut diagram fasa yang kadangkadang disebut dengan diagram kesetimbangan. Diagram fasa sangat
penting gunanya untuk mempelajari sifat-sifat logam, karena dapat
mengetahui adanya fasa-fasa tertentu yang dengan sendirinya
mempunyai hubungan yang langsung dengan sifat mekanik suatu
logam.
Dengan demikian untuk suatu kondisi tertentu dan komposisi
tertentu dapat dianalisa gambaran fasa-fasa logam yang disebut
struktur mikro.

VIIL1 Kaidah-kaidah fasa


F=C-P+2
Dimana :

F = derajat kebebasan

77

C = banyaknya komponen
= banyaknya fasa pada system
yang berada dalam Kesetimbangan.
Suatu fasa adalah suatu bagian dari system yang secara fisik
berbeda dan memiliki sifat mekanik dan kimia yang homogen.
Beberapa tingkat keadaan keadaan dari suatu zat seperti gas, cair dan
padat membentuk fasa yang berbeda. Gas dan cair selalu membentuk
fasa tunggal, tetapi pada fasa padat memungkinkan komposisikomposisi kimia dan kristal-kristal yang berbeda. Hal tersebut
menyebabkan keadaan padat dari logam terdiri dari beberapa fasa.
Bahkan untuk komposisi yang sama tetapi struktur kristalnya berbeda
menghasilkan fasa yang berbeda pula.
Komponen dari suatu system dapat berupa unsure, ion atau
senyawa. Dalam system es-air-uap komponenya adalah H20. Dalam
system Cu-Ni, komponenya adalah Cu dan Ni. Tetapi dalam system
A1203-Cr203 kedua oksida tersebut merupakan komponen. Dalam
system Fe-C, besi dan grafit adalah komponen, tetapi untuk
memudahkan menganalisa kadang-kadang dipilih sebagai komponen
adalah Fe dan Fe3C.
Variabel dari suatu system adalah temperatur T dan tekanan
P. Sedangkan derajat kebebasan dari suatu system tidak mungkin lebih
kecil dari 0,
vtl1-1
dan ini berarti jumlah fasa dalam suatu system yang berada
dalam kesetimbangan senantiasa terbatas.
Diagram fasa dikelompokan berdasarkan jumlah
komponennya. Komponen tunggal membentuk diagram uner,
dua komponen membentuk diagram biner, sedangkan tiga
komponen membentuk diagram terner dan quarterner, dan
seterusnya.
Sistem Komponen tunggal
Pada system komponen tunggal tidak terdapat variabel
komposisi. Variabel yang ada hanyalah temperatur dan tekanan.
Seperti pada Gambar VIIL l . Tekanan di plot sebagai absis

78

seangkan temperatur sebagai ordinat. Dari diagram tersebut


terlihat bahwa besi pada temperatur dibawah 910C membentuk
besi (BCC), di atas 910C membentuk besi (FCC), sedangkan
diatas 1410C bertransformasi menjadi besi (BCC). Jika tekanan
dinaikkan, temperatur transisi a---- y menjadi turun, sedangkan
temperatur transisi y---- 8 naik.

Gambar VIIL 1 diagram uner dari besi


Diagram Fasa Biner
Sistem dua komponen menghasilkan diagram fasa biner.
Disamping temperatur dan tekanan, variabel yang lain untuk
setiap fasa adalah komposisi. Tetapi diagram fasa biasanya dibuat
pada tekanan atmosfir, sehingga yang tertera pada diagram
adalah temperatur (sebagai sumbu tegak) dan komposisi (sebagai
sumbu datar). Berdasarkan hal tersebut, maka kaidah fasa
mengalami perubahan sebagai berikut ;
F=C-P+l

79

Berdasarkan kelarutan logam satu terhadap logam lain,


diagram fasa biner dibagi menjadi ;
l. Diagram fasa dimana pemaduan antara logam A dan B
menjadikan larut sempurna dalam keadaan padat maupun cair. A
+ B ------ C dimana C :~ A :~ B. Contoh dari system tersebut
adalah pemaduan antara Cu-Ni, Ag-Au, Ge-Si, A1203-Cr203.

Gambar VIIL2 Diagram fasa A1203-Cr203


2. Diagram fasa dimana pemaduan antara logam A dan B
menjadikan larut sebagian dalam keadaan padat. A + B ----- A'
seperti yan ditunjukkan padadiagram fasa Pb - Sn pada Gambar
VIIL3 berikut

80

Gambar VIIL3 Diagram fasa Pb-Sn


3. Diagram fasa dimana pemaduan antara logam A dan B tidak
larut dalam keadaan padat. A+B ------A+B.

A
B
Gambar VIIL4 Diagram fasa yang tidak larut Dalam keadaan
padat

81

VIII.2 Diagram Fasa Fe-C dan Fe-Fe3C


Diagram fasa .ini merupakankan superposisi dari ketiga
tipe diagram fasa di atas. Seperti pada Gambar VIILS

Gambar VIILS Diagram fasa Fe-Fe3C


VIII. 3 Prinsip Lever Arm

82

Gambar VIIL6 Prinsip Lever Arm dalam paduan


% Padat (% c) =
BC/AC x 100 %
= x % % cair =
AB/AC x 100 %
=y%
Total
%

= x + y = 100

Jika kelarutan padatnya terbatas dan perbedaan titik cairnya


tidak terlalu besar perbedaannya maka diagram yang terbentuk
akan mengandung reaksi fasa eutektik seperti yang ditunjukkan
pada diagram fasa Pb-Sn di atas.

83

Reaksi fasa eutektik berlangsung sebagai berikut :


---------- :>- a + ~y
Reaksi seperti di atas dapat pula terjadi pada tingkat keadaan
padat seluruhnya seperti ditunjukkan oleh reaksi fasa berikut :
y

__________> a + 0

Reaksi di atas disebut reaksi fasa eutectoid


Jika titik-titik cair dari kedua komponen sangat besar
perbedaannya, maka diagram fasa yang terbentuk akan
mengandung reaksi fasa peritektik. Seperti yang ditunjukkan
pada Gambar VIIL7 seperti diagram fasa Ag-Pt.

Gambar VIIL7 Diagram fasa


Ag-Pt menunjukkan Reaksi
fasa peritektik
Reaksi fasa peritektik berlangsung sebagai berikut :
L + g --------------- a

84

Disamping reaksi peritektik, reaksi yang sejenis yang


melibatkan keadaan padat seluruhnya disebut reaksi
peritektoid. Dan berlangsung sebagai berikut:
a

+ (3 ----------- :..

Reaksi Fasa Eutektik

Gambar
VIIL8 Reaksi
fasa eutektik
Reaksi fasa eutektik dimana
L tahap II setelah titik 4
a + R terjadi pada titik 4 dan terjadi pada
Tahap I (sebelum titik 4) :

85

% a (proeutektik)

~o Zo x 100 % = 75 % %
Cair = 100 % - 75 % = 25%
Tahap 11 (setelah titik 4) :
% a' (eutektik)
=

Ao

Zo

25%=8% % ~3
=25%-8% =17%
a total
= 75%+ 8 % = 83%
Reaksi fasa eutectoid
Reaksi fasa eutektod terjadi bila
Y ______ - 3* a + (3

86

Gambar VIIL9
Reaksi
fasa
eutektoid
Reaksi fasa eutektoid dimana tahap II setelah titik 4
Y __ }
a + (i terjadi pada titik 4 dan terjadi pada
Tahap I (sebelum titik 4) :
Io-g
= 10 - 5

% a (proeutektoid)
= 40 %

x 100 lo

% Cair = 100 % - 40 % = 60% Tahap 11 (setelah titik


4) :
20-10
% a' (eutektoid) =
20-5
x 60 % = 40 % % (3
=60%-40% =20%
a total
= 40%+ 40% = 80%

Reaksi fasa peritektik

87

Gambar VIII. 10
Reaksi
fasa
peritektik
Reaksi fasa peritektik dimana
a +L-------- (i terjadi
pada titik 4 dan terjadi pada tahap II setelah titik 4
Tahap I (sebelum titik 4):
80-30
% a (proeutektik)

80 _ 20 x 100 % = 80 %

% Cair = 100 % - 80 % = 20 %
Tahap 11 (setelah titik 4) :
______ j R
a+ L
a
? 2oro

20

88

a : L = (80-60) : (60-20) = 2:4 = 1 : 2


a = 1/Z.L=1/Zx20%=10%
Jadi a' + L -----(20%) (10%)
(30%)
a total = %a-%c'=80%+'10% = 70% % (3 =100%-70%
=30%

89

BAB IX LOGAM DAN PADUANNYA

Logam dan paduannya adalah salah satu material Teknik


yang porsinya paling banyak diperlukan dalam kegunaan Teknik.
Jika diperhatikan komponen mesin, maka sebagian besar sekitar
80% dan bahkan lebih terbuat dari logam. Selebihnya digunakan
material non logam seperti keramik, glass, polimer dan bahkan
material maju seperti komposit.
,
Material logam dikelompokan men jadi 2 kelompok yaitu
logam besi (ferrous) dan non besi (nonferrous). Logam besi
berdasarkan komposisi utama terdiri dari baja (steel) dan besi cor
(cast iron). Sedangkan logam non besi tergolong untuk semua
logam yang komposisi uatamnya bukan besi.
Pada pemakaian Teknik material logam disesuaikan dengan
karakteristik yang diinginkan. Karakteristik tersebut sesuai
dengan bagaimana Teknik pembuatan logam tersebut serta
Teknik pabrikasinya atau proses produksinya. Beberapa proses
produksi didalam pengerjaan logam
1. Teknik pembentukan logam (forming) : Teknik ini
dilakukan dengan cara deformasi plastis baik dilakukan
secara dingin (cold working) maupun secara panas (hot
working). Proses-proses tersebut seperti ; Proses tempa
(forging), roll (rolling), ekstrusi (extrusion), penarikan
(drawing:wire drawing, tube drwing, deep drawing).
2. Teknik pengecoran logam (casting) : Dengan melakukan
pencairan logam dan menuangkannya ke dalam suatu
cetakan (mold) hingga membeku. Proses ini dapat
dilakukan dengan banyak cara seperti cetakan pasir (sand
casting), cor dengan tekanan (die casting), cetakan lilin
(investment), sentrifugal dan sebagainya.

90

3. Teknik metallurgi serbuk (powder metallurgy) : Teknik ini


dilakukan dengan mencampur serbuk logam dam bentuk
serbuk kemudian dilakukan kompaksi sambil dipanaskan.
4. Teknik pengelasan (welding) : Teknik mil dilakukan dengan
menyambung dua bagian atau lebih logam dengan cara
mencairkan kedua ujung logam yang akan disambung,
sehingga terjadi ikatan metallurgi.
IX-1 Paduan Besi (ferrous):
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa paduan besi
terdiri dari baja dan besi cor. Secara lengkap diterangkan pada
Gambar IX. l di bawah.

Gambar IX. 1 klasifikasi logam

91

Baja dan Paduannya


Baja adalah paduan utama antara besi dan karbon serta
beberapa elemen pemadu yang lain seperti NM, S, dan P dalam
persentase yang sedikit. Kandungan karbon normalnya kurang
dari 1 %. Baja yang dengan komposisi diatas disebut dengan
baja plain. Namun komposisi baja sesuai dengan
kebutuhkan diperlukan unsur-unsur lain seperti Ni,
Cr,Mo,V dan lain-lain. Jika paduanpaduan tambahan
ini persentasenya tinggi melebihi 12% maka baja
tersebut dikatakan sebagai baja paduan tinggi.
Berdasarkan kandungan karbon baja dikelompokan
manjadi baja karbon rendah (low carbon steel), baja
karon sedang (medium carbon steel) dan baja karbon
tinggi (high carbon steel).
Baja karbon rendah
Baja ini dengan komposisi karbon kurang dari 2
%. Fasa dan struktur mikronya adalah ferit dan perlit.
Baja ini tidak bisa dikeraskan dengan cara perlakuan
panas (martensit) hanya bias dengan pengerjaan
dingin. Sifat mekaniknya lunak, lemah dan memiliki
keuletan dan ketangguhan yang balk. Serta mampu
mesin (machinability) dan mampu lasnya (weldability)
balk.
Jenis baja ini cocok untuk baja profil, bodi mobil
serta lembaran baja yang sering digunakan untuk
pipa, bangunan,jembatan dan kaleng minuman.
Berdasarkan komposisinya baja ini memiliki sifat
mekanik sebagai berikut;
Tabel IX. l sifat mekanik baja karbon rendah

92

Kekuatan luluh
6y (psi)
40.000(275MPa)

Kekuatan tarik
6u (psi)

Keuletan
e (%)

60000-80000(415-550 MPa)

Jenis lain dari baja paduan rendah ini adalah


baja paduan kekuatan tinggi (HSLA= high strength
low aalloy). Baja ini mengandung elemen pemadu lain
seperti tembaga (cu), vanadium(v), nikel(Ni), dan
molybdenum(Mo) sebanyak 10 %(berat). Baja ini
dapat ditingkatkan kekerasannya dengan perlakuan
panas. Kekutan luluhnya dapat melebihi 70000 psi
(480 MPa). Baja ini juga masih ulet, dapat dibentuk
dan dimesin. Siafat lain juga memiliki ketahanan
korosi yang lebih baik dari baja karbon biasa. Cocok
untuk bajana tekan, tower, jembatan dan balok
penyangga bangunan).
Baja Karbon Sedang
Baja memiliki komposisi karbon antara 0,2 0,5 % C (berat). Dapat dikeraskan dengan perlakuan
panas dengan cara memanaskan hingga fasa
austenit dan setelah ditahan beberapa saat didinginkan dengan
cepat ke dalam air atau sering disebut dengan quenching untuk
memperoleh fasa yang keras yaitu martensit. Lalu di temper
untuk meningkatkan ketangguhannya. Baja ini terdiri dari baja
karbon sedang biasa (plain) dan baja mampu keras. Kandungan
karbon yang relative tinggi itu dapat meningkatkan
kekerasannya. Namun tidak cocok untuk di las, dengan kata lain
mampu lasnya rendah. Dengan penambahan unsur lain seperti

93

25

Cr, Ni dan Mo lebih meningkatkan mampu kerasnya. Baja ini


lebih kuat dari baja karbon sedang biasa dan cocok untuk
komponen mesin, roda kereta api (railway wheel), roda gigi
(gear), poros engkol (crankshaft) serta komponen struktur yang
memerlukan kekuatan tinggi, ketahanan aus, dan tangguh.
Baja Karbon Tinggi
Baja karbon tinggi memiliki komposisi antara 0,6 -1,4 %
C(berat). Kekerasan dan kekuatannya sangat tinggi, namun
keuletannya kurang. Baja ini cocok untuk baja perkakas, dies
(cetakan), pegas, kawat kekuatan tinggi dan alat potong yang
dapat dikeraskan dan ditemper dengan baik. Baja ini terdiri dari
baja karbon tinggi biasa dan baja perkakas. Khusus untuk baja
perkakas biasanya mengandung Cr, V, W, dan Mo. Dalam
pemaduannya unsure=unsure tersebut bersenyawa dengan karbon
menjadi senyawa yang sangat keras sehingga ketahanan aus
sangat baik. Senyawa-senyawa tersebut seperti Cr23C6, v4C3, dan
WC.
alloys)
Baja paduan tinggi terdiri dari baja tahan karat dan baja tahan
panas (super
Baja Tahan Karat (stainless steel)
Baja ini memiliki ketahanan korosi yang baik, terutama
pada kondisi atmosfer. Unsur utama yang meningkatkan korosi
adalah Cr dengan komposisi paling sedikit 11 %(berat).
Ketahanan korosi dapat juga ditingkatkan dengan penambahan
unsur Ni dan Mo.
Baja tahan karat dibagi menjadi 3 kelas utama yaitu jenis
martensitik, feritik dan austenitik. Jenis martensitik dapat
dikeraskan dengan menghasilkan fasa martensit. Baja tahan karat
austenitik memiliki fasa y (austenit) FCC baik pada temperatur

94

tinggi hingga temperatur kamar. Sedangkan yang jenis feritik


terdiri dari fasa ferit (a) BCC. Untuk jenis austenitik dan feritik
dapat dikeraskan
dengan pengerjaan dingin (cold working). Jenis feritik dan
martensitik bersifat magnetis sedang jenis austenitik tidak.
Baja tahan karat juga digunakan pada temperatur tinggi
seperti komponen turbin gas, ketel, dapur/tungku, nuklir power
plant dan sebagainya. Baja ini tahan oksidasi hingga 1000C.
penguatan dari baja ini dapat dilakukan dengan pengerasan
presipitat (precipitation hardening) seperti baja tahan karat 17-7
PH. Juga dikembangkan baja tahan karat berfasa ganda atau
sering disebut dupleks.
Besi Cor (Cast Iron)
Besi cor adalah kelompok paduan besi memiliki kadar
karbon diatas 1,7 %(berat). Biasanya berkisar antara 3 - 4,43 %
C(berat). Dikarenakan Elemen utamanya selain C dan Si juga
ada elemen-elemen pemadu lainnya seperti Mn, S,P, Mg dan
lain-lain dalam jumlah yang sedikit. Sifatnya sangat getas namun
mampu cornya balk disbanding baja. Titik cairnya lebih rendah,
ketahanan korosiya lebih baik, hat ini dikarenakan adanya grafit
yang tersebar di dalam best cor. Berdasarkan jenis matriksnya
best cor terdiri dart besi cor bermatriks ferit dan besi cor
bermatriks perlit, sedangkan berdasarkan grafit, besi cor terdiri
dari best cor kelabu (gray cast iron), best cor puti, best cor
noduler, best cor mampu bentuk (malleable)
Untuk jelasnya jenis best cor ditunjukkan pada Gambar
IX.2 di bawah
Fast cool Moderate
Slow cool
`
L !' + FejC
P + (:~
+ 0;
Whrte Pearlitiogray
casW n ~
ast von n Reheai: hold ai C I 800'C for 30 + b
' Fa" cool

Slow conl

I PT =~

95

f',leat~ maerrdlr ' ''' hlr

Ile.ahle

Gambar IX.2 jenis best cor

u+ G

96

97

Anda mungkin juga menyukai