Anda di halaman 1dari 18

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STAD UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS


VB SD HANG TUAH 9 CANDI MATERI PENJUMLAHAN PECAHAN
Emy Eka Wardani
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan belajar matematika materi
penjumlahan pecahan melalui model pembelajaran STAD.Ada beberapa model pembelajaran
yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar pada pembelajaran matematika, salah
satunya adalah model pembelajaran STAD yang dapat meningkatkan hasil belajar penjumlahan
pecahan.Penelitian ini berdasarkan permasalahan: Bagaimana pemerapan model pembelajaran
STAD untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VB SD Hang Tuah 9 Candi
materi penjumlahan pecahan.Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK).
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap
yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian
perbaikan ini adalah siswa kelas VB SD Hang Tuah 9 Candi, semester 1 tahun pelajaran
2014/2015. Data yang diperoleh berupa hasil tes evaluasi, hasil observasi aktivitas siswa, hasil
observasi aktivitas guru, dan hasil penelitian perbaikan setiap siklus.Dari hasil analisis persentase
ketuntasan belajar klasikal mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu siklus I
53 dan siklus II meningkat menjadi 83
. Sedangkan analisis persentase pengelolaan
pembelajaran, persentase aktivitas siswa dan guru pada siklus I cukup baik dan siklus II
baik.Simpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa kelas VB SD Hang Tuah 9 Candi.Model pembelajaran STAD dapat
digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika.

Kata Kunci :

Model STAD meningkatkan penjumlahan pecahan

PENDAHULUAN
Manusia diciptakan Tuhan tidak ada yang sama. Perbedaan itu menyebabkan manusia yang
satu membutuhkan manusia yang lain. Demikian juga dengan keadaan siswa di kelas.Siswa
mempunyai kemampuan yang berbeda, ada anak yang pandai, anak yang biasa-biasa saja, bahkan
anak yang

kurang. Kondisi demikian itu membuat siswa saling membutuhkan dan saling

membantu, bahkan siswa juga bekerja sama. Kerja sama siswa di kelas inilah yang menghasilkan
suasana belajar kooperatif.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan, guru harus dapat memilih model pembelajaran yang
tepat sesuai materi yang diajarkan. Dengan model pembelajaran yang tepat sesuai materi yang
diajarkan diharapkan siswa dapat menguasai materi dan meningkatkan prestasinya.
Salah satu tugas pokok guru adalah mengantarkan siswa untuk mencapai ketuntasan dalam
pembelajaran. Bagi guru SD, yang merupakan guru kelas untuk menjalankan tugas tersebut
sangat tidak mudah. Karena sebagai guru kelas, guru SD dituntut untuk mampu menguasai
berbagai mata pelajaran.

Dari berbagai mata pelajaran yang harus diajarkan oleh guru sekolah dasar, matematika
merupakan mata pelajaran yang kurang diminati oleh siswa. Hal ini dikarenakan dalam benak
siswa telah tertanam bahwa matematika itu sulit. Sehingga sebelum belajar matematika siswa
sudah merasa ketakutan.
Menurut Karso, dkk dalam bukunya Pendidikan Matematika I, mengemukakan bahwa ada
perbedaan karakteristik antara hakikat anak dan hakikat matematika. Anak usia SD sedang
mengalami perkembangan pada tingkat berpikirnya karena tahap berpikir anak SD masih belum
formal sedangkan matematika bersifat abstrak.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Jean Peaget dan teman-temannya menunjukkan bahwa
anak tidak bertindak dan berpikir seperti orang dewasa. Pada pembelajaran matematika di SD
sesuatu yang abstrak dapat dipandang sederhana menurut kita yang sudah formal namun menjadi
sesuatu yang sulit dimengerti oleh anak yang belum formal.
Dalam pembelajaran di kelas, guru masih sering menggunakan metode ceramah.Apabila
metode ceramah diterapkan dalam pembelajaran matematika, anak tidak dapat menerima
pelajaran matematika dengan baik.Karena anak hanya mendengar, membayangkan,dan tidak
dapat melihat secara nyata.Selain itu anak menjadi jenuh karena mendengarkan saja,sehingga
anak menjadi ramai, bermain sendiri, dan tidak memperhatikan.
Selain penggunaan metode yang kurang tepat,penggunaan media dan alat peraga juga dapat
berpengaruh terhadap pemahaman matematika.Kurangnya alat peraga yang dimiliki oleh sekolah,
kurangnya waktu dan kreativitas guru dalam membuat alat peraga juga berpengaruh terhadap
pemahaman matematika. Pembelajaran matematika penjumlahan pecahan yang penyebutnya
tidak sama di kelas VB SD Hang Tuah 9 hasilnya rendah.Dari jumlah siswa 34 yang
mendapatkan nilai sesuai KKM sejumlah 12 siswa berarti sama dengan 35 %. Sedangkan yang
belum memenuhi KKM sejumlah 22 siswa berarti sama dengan 65 %. Dari hasil tersebut maka
dapat dinyatakan bahwa penjumlahan pecahan yang penyebutnya tidak sama belum tuntas.
1. Identifikasi masalah
- Hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan pecahan rendah.
- Kurangnya penggunaan model pembelajaran yang tepat.
- Kurang minatnya siswa pada pembelajaran matematika.
2. Analisis masalah
- Proses pembelajaran yang masih menggunakan metode ceramah.
- Media/alat peraga yang kurang mendukung.
- Penyampaian materi yang kurang dipahami.
Dari masalah tersebut di atas, maka masalah yang penting sebagai bahan penelitian adalah
kurangnya penggunaan model pembelajaran yang tepat.

Permasalahan tersebut dapat ditingkatkan dengan model pembelajaran

koorperatif tipe

STAD. Model pembelajaran koorperatif tipe STAD merupakan salah satu model Cooperative
Learning (CO) yaitu sebuah bentuk pembelajaran bernuansa kerja team yang menyertakan segala
kaitan, interaksi dan perbedaan untuk memaksimalkan momen belajar secara bertahap yakni,
penyajian materi oleh guru, siswa bekerja dalam team yang terdiri dari 4-5 anggota dengan latar
berbeda, presentasi kelas atau hasil kerja dan kuis serta penghargaan hasil belajar baik grup
maupun individual . (Julianto, 2011.18)
Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul Penerapan Model
Pembelajaran STAD untuk Meningkatkan Kemampuan Menjumlahkan Pecahan Siswa Kelas VB
SD Hang Tuah 9 Candi Sidoarjo.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini sebagai
berikut :
Bagaimanakah penerapan model pembelajaran STAD untuk meningkatkan hasil belajar
matematika siswa kelas VB SD Hang Tuah 9 Candi materi penjumlahan pecahan?

Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran adalah :
Untuk mengetahui peningkatan belajar matematika materi penjumlahan pecahan melalui
model pembelajaran STAD.

Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti sebagai guru, siswa, dan sekolah.
1. Manfaat bagi peneliti sebagai guru
Dengan penelitian ini hasilnya dapat memperbaiki kinerja peneliti sebagai guru dalam
pembelajaran, menjadi acuan dalam pembelajaran berikutnya.
2. Manfaat bagi siswa
Dengan penelitian ini hasilnya dapat meningkatkan kemampuan

siswa,melatih kerja sama.

3. Manfaat bagi sekolah


Dengan penelitian ini hasilnya dapat menjadi masukan untuk meningkatkan kemampuan
profesional guru di lingkungan sekolah.
4. Manfaat bagi kepala sekolah
Dengan penelitian ini hasilnya dapat menjadi masukan untuk memberikan penilaian, ketika
supervisi.

5. Manfaat bagi guru


Dengan penelitian ini hasilnya dapat memperkaya model pembelajatan yang digunakan, dapat
menyempurnakan pembelajaran

Kerangka Dasar Teori


A. Pengertian Model Pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division)
Dalam Modul Guru Sekolah Dasar dijelaskan bahwa pada model pembelajaran

1.

kooperatif tipe STAD, siswa dalam satu kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok
dengan anggota 4-5 orang. Setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan
perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan
rendah.Anggota kelompok menggunakan lember kegiatan atau perangkat pembelajaran
yang lain untuk menuntaskan materi pelajaran.Siswa dalam kelompok kemudian saling
membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, atau
melakukan diskusi. Setiap periode tertentu,siswa diberi kuis. Kuis tersebut menghasilkan
skor, dan tiap individu dapat diukur skor perkembangannya.
Julianto dkk, dalam buku Teori dan Implementasi Model-Model Pembelajaran

2.

Inovatif dijelaskan bahwa pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD memulai
pembelajarannya dengan menyajikan informasi baru kepada siswa, baik secara verbal
maupun melalui bacaan. Siswa dalam kelas dibagi ke dalam kelompok dengan anggota 45 siswa,yang diatur secara heterogen yang mewakili jenis kelamin, kelompok ras atau
etnis, dan kemampuan akademik (siswa berpretasi rendah, sedang, tinggi). Hal ini
bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan pendapat dan bekerja dengan teman
yang berbeda latar belakangnya. Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD
diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerjasama di dalam
kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, memberikan penjelasan kepada
teman sekelompok dengan baik.

Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


Fase

Tingkah laku Guru

Tingkah laku Siswa

Fase 1
Penyajian materi
pembelajaran
Fase 2
Pembentukan
kelompok
Fase 3
Diskusi

Guru menyajikan materi


pelajaran

Siswa mendengarkan
penjelasan guru

Guru membentuk
kelompok yang terdiri dari
4-5siswa yang heterogen
Guru memberi tugas
kepada kelompok dan

Siswa berkumpul sesuai


dengan kelompok yang
dibentuk guru
Siswa mengerjakan tugas
dengan cara diskusi

Fase 4
Publikasi

Fase 5
Ppemberian kuis dan
penghargaan

Fase 6
Evaluasi
Fase 7
Kesimpulan

dikerjakan secara diskusi


serta membimbing siswa
menjalankan diskusi
Guru meminta siswa
mempresentasikan hasil
diskusi di depan kelas

kelompok

Guru memberikan kuis


berupa pertanyaan dan
memberikan reward
kepada siswa yang bisa
menjawab pertanyaan
dengan benar
Guru memberikan lembar
evaluasi kepada siswa
Guru bersama-sama siswa
menyimpulkan materi
pelajaran

Siswa menjawab
pertanyaan guru

Satu orang perwakilan


kelompok melakukan
presentasi

Siswa mengerjakan
lembar evaluasi
Siswa bersama-sama
guru menyimpulkan
materi pelajaran

Keunggulan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD:


1. Siswa dapat menyampaikan ide-ide atau gagasan.
2. Dapat melatih keberanian siswa.
3. Dapat melatih kemandirian siswa.
4. Siswa dapat saling membantu, siswa yang pandai bisa membantu siswa yang kurang
mampu.

Kelemahan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD:


1. Ada siswa yang kurang aktif.
2. Siswa tidak memiliki catatan.
3. Ada siswa yang takut untuk presentasi sehingga siswa tersebut tidak mau mengikuti
pelajaran.
4. Membedakan siswa.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
STAD adalah model pembelajaran dengan cara mengelompokkan siswa.Pengelompokkan diatur
heterogen, baik dari jenis kelamin, kelompok ras, dan kemampuan akademik. Siswa bekerja sama
dalam kelompok belajar untuk menguasai materi yang dibahas.

Metode Penelitian
1. Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran Siklus I
A. Perencanaan tindakan
Perencanaan penelitian dilaksanakan bersama supervisor 2 selaku pengawas peneliti. Setelah
melalui tahap identifikasi masalah peneliti melakukan analisis dan refleksi. Setelah itu peneliti

mencari solusi perbaikan pembelajaran. Adapun kegiatan yang direncanakan pada siklus I
meliputi:
1. Menyususn silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VB SD
Hang Tuah 9 materi penjumlahan pecahan.
2. Menyusun skenario pembelajaran, sintaks model pembelajaran kooperatif tipe STAD,
lembar penilaian sikap, lembar kegiatan siswa, dan lembar penelitian.
3. Menyusun lembar pengamatan untuk mengetahui aktivitas siswa dan guru selama proses
pembelajaran.
B.

Pelaksanaan Tindakan
Guru melaksanakan proses belajar mengajar sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

Skenario pembelajaran dilaksanakan oleh peneliti pada siklus I. Tindakan yang dilakukan pada
siklus I adalah:

a. Pra KBM
1. Guru menyiapkan RPP
2. Guru menyiapkan alat peraga
3. Guru menyiapkan instrumen dan teknik penilaian
4. Guru menyiapkan lembar pengamatan
b. Kegiatan awal
1. Berdoa
2. Mengecek kehadiran siswa
3. Memotivasi siswa agar siap mengikuti pelajaran
4. Melakukan apersepsi
5. Menyampaikan tujuan pembelajaran Kegiatan Inti
6. Guru menjelaskan cara menyelesaikan penjumlahan pecahan yang penyebutnya tidak sama.
7. Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa yang heterogen
8. Guru memberikan tugas untuk didiskusikan
9. Siswa mempresentasikan hasil diskusi Kegiatan Akhir
1)

Evaluasi
- Guru memberi tes tertulis
- Siswa mengerjakan soal tes
- Guru menilai dan menganalisis hasil tes

2) Tindak lanjut

Guru dan siswa menyimpulkan kegiatan hari ini

Guru memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah

C. Observasi
Kegiatan pengamatan dilakukan pada saat pembelajaran. Dalam kegiatan ini siswa sudah
bisa materi penjumlahan pecahan tetapi masih ditemui kekurangan, masih banyak siswa yang
kurang antusias dalam pembelajaran. Nilai hasil pembelajaran masih ada yang di bawah KKM.
Peneliti akan merancang perbaikan selanjutnya karena hasil belajar yang dicapai dalam siklus I
belum tuntas.
D. Refleksi
Refleksi dilakukan pada akhir siklus. guru dan supervisor 2 menganalisis secara menyeluruh
tentang informasi dan data yang diperoleh melalui pengamatan yang telah dilakukan.
Mendiskusikan kendala-kendala dan perubahan yang terjadi. Hasil diskusi tersebut selanjutnya
digunakan sebagai acuan dalam menyempurnakan siklus selanjutnya.

2. Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran Siklus II


A. Perencanaan tindakan
Siklus II ini merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan perbaikan pada siklus I. Adapun
langkah-langkah yang harus ditempuh pada siklus kedua ini:
1) Menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus II dengan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VB SD
Hang Tuah 9 materi penjumlahan pecahan
2) Menyusun skenario pembelajaran,sintaks model pembelajaran tipe STAD, alat peraga, lembar
kegiatan siswa, dan lembar penilaian.
3) Menyusun lembar pengamatan untuk mngetahui aktivitas siswa dan guru selama proses
pembelajaran.
B. Pelaksanaan Perbaikan
Guru melaksanakan proses belajar mengajar sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah
dibuat.
a. Kegiatan Awal
1)

Berdoa

2)

Mengecek kehadiran siswa

3)

Memotivasi agar siswa siap mengikuti pelajaran

4) Melakukan apersepsi
5)

Menyampaikan tujuan pembelajaran

b. Kegiatan Inti

1)

Guru menjelaskan cara menyelesaikan penjumlahan pecahan

2)

Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa yang heterogen

3) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan secara diskusi


4)

Siswa melakukan diskusi kelompok dan mengerjakan lembar kerja.

5)

Guru membimbing siswa berdiskusi

6)

Siswa mempresentasikan hasil diskusi

7)

Guru memberi kuis berupa pertanyaan dan memberi penghargaan

kepada siswa yang bisa

menjawab pertanyaan
8) Siswa menjawab pertanyaan guru
c. Kegiatan Akhir
1)

Evaluasi

- Guru memberikan lembar evaluasi


- Siswa mengerjakan lembar evaluasi
- Guru menilai dan menganalisis hasil evaluasi
2)

Tindak lanjut
- Siswa dan guru membuat rangkuman dan kesimpulan kegiatan
hari ini

- Pemberian tugas rumah


C. Observasi
Kegiatan pengamatan dilakukan untuk melihat dan mengamati hasil belajar siswa, sejauh
mana keberhasilan peneliti dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam
perbaikan pembelajaran siklus II. Data-data yang dikumpulkan dalam kegiatan ini antara lain data
tentang keaktifan guru dan siswa dalam mengikuti pembelajaran secara kelompok. Peneliti dapat
merancang perbaikan selanjutnya bilamana hasil belajar yang dicapai siklus ini belum tuntas.
D. Refleksi
Refleksi dilakukan pada akhir siklus. guru dan supervisor 2 menganalisis secara menyeluruh
tentang informasi dan data yang diperoleh melalui pengamatan yang dilakukan. Mendiskusikan
kendala-kendala dan perubahan yang terjadi. Hasil diskusi tersebut selanjutnya digunakan sebagai
acuan dalam menyempurnakan siklus berikutnya, sebagai refleksi meliputi:
- Melakukan evaluasi
- Mendiskusikan hasil temuan
- Melakukan revisi

Hasil Penelitian dan Pembahasn


A. Deskripsi Hasil Penilaian Perbaikan Pembelajaran
Berdasarkan fakta yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran matematika materi penjumlahan
pecahan dari SD Hang Tuah 9 adalah hasil belajar yang rendah karena proses pembelajaran belum
menggunakan model pembelajaran yang tepat dan masih menggunakan metode ceramah, media atau
alat peraga yang kurang mendukung dan penyampaian materi kurang dapat dipahami siswa.
Berdasarkan masalah tersebut guru mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Data yang diperoleh adalah data hasil tes tertulis dan data penilaian keaktifan siswa dan guru
selama proses pembelajaran berlangsung.
1. Data Hasil Tes
a. Siklus I
Berikut data hasil belajar siswa pada siklus I pembelajaran matematika materi penjumlahan
pecahan:
Tabel 4.1 Rekapitulasi hasil belajar siswa siklus I
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.

Nama Siswa
Adhenia Setya Susmita
Adiksa Harist Anggoro
Alifia Callista Pramesti
Ardya Magenta C
Azzah Nabila Agustin
Azzah Regina Malianti
Bayu Putro Biantoro
Citra Siwi Estiningtiyas
Dhea Tiara Paramita D
Dian Trisnawati
Edwardo Naufal S
Euriko Nayaka M
Fajar Arif Wicaksono
Fikhri Hermadigi D
Gusti Ridlo Kemal Pasha
Haikal Rahmat M
Helmi Zulfikar
Irka Wulan Citra
Laura Abidah Adelia
M. Fadhil Azka Giri S
Misbakhul Ubaidillah
Muhammad Clark R
Muhammad Fikri C.W
Nabil Rizky Wijayanto
Nico Zilbram Devano
Noka Briliant Prawanda

KKM

Nilai

75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75

50
80
80
70
100
50
80
80
40
60
60
90
60
100
70
80
100
40
80
50
40
100
50
60
100
80

Ketuntasan
Tidak
Tuntas
Tuntas
TT
T
T
TT
T
TT
T
T
TT
TT
TT
T
TT
T
TT
T
T
TT
T
TT
TT
T
TT
TT
T
T

27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.

Pramudyta Ayu Rizky


Putri Ayu Faradilla A
Ramanda Edwin P
Rindu Putri Ayu Dyah P
Ubaidillah Irfan Nabil
Yonna Elok Febiyana
Anggraini Iyub K
Ikmal Fausta
JUMLAH

75
75
75
75
75
75
75
75

100
80
50
70
90
100
100
50
2490

T
T
TT
TT
T
T
T
18

TT
16

Indikator keberhasilan
Jika ketuntasan siswa secara klasikal mencapai > 80 %
Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I :
Nilai rata-rata =

X
N
=
=73,2

Ketuntasan siswa secara klasikal adalah:


P=

n
x 100%
N

P=

x 100%

P = 53 %
Berdasarkan perhitungan siklus I, dapat diketahui bahwa hasil belajar dari 34 siswa ada 18 siswa
yang tuntas dan 16 siswa tidak tuntas. Dan presentase ketuntasan mencapai 53%. Hasil ini
menunjukkan ketuntasan belajar siswa belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan
yaitu 80%. Oleh karena itu,masih diperlukan rencana perbaikan pembelajaran pada siklus II sehingga
diharapkan hasil belajar siswa dapat mencapai indikator keberhasilan.
b. Siklus II
Berikut data hasil belajar siswa pada siklus II pembelajaran matematika materi penjumlahan
pecahan.
Tabel 4.2 Rekapitulasihasil belajar siswa pada siklus II
No
1.
2.
3.
4.
5.

Nama Siswa
Adhenia Setya Susmita
Adiksa Harist Anggoro
Alifia Callista Pramesti
Ardya Magenta C
Azzah Nabila Agustin

KKM

Nilai

75
75
75
75
75

75
100
100
60
100

Ketuntasan
Tidak
Tuntas
Tuntas
T
T
T
TT
T

6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.

Azzah Regina Malianti


Bayu Putro Biantoro
Citra Siwi Estiningtiyas
Dhea Tiara Paramita D
Dian Trisnawati
Edwardo Naufal S
Euriko Nayaka M
Fajar Arif Wicaksono
Fikhri Hermadigi Dinata
Gusti Ridlo Kemal Pasha
Haikal Rahmat M
Helmi Zulfikar
Irka Wulan Citra
Laura Abidah Adelia
M. Fadhil Azka Giri Safa
Misbakhul Ubaidillah
Muhammad Clark R
Muhammad Fikri C.W
Nabil Rizky Wijayanto
Nico Zilbram Devano
Noka Briliant Prawanda
Pramudyta Ayu Rizky
Putri Ayu Faradilla A
Ramanda Edwin P
Rindu Putri Ayu Dyah
Puspita
Ubaidillah Irfan Nabil
Yonna Elok Febiyana
Anggraini Iyub K
Ikmal Fausta
JUMLAH

75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75

80
90
80
70
60
80
100
80
80
70
80
100
85
100
80
75
100
80
65
100
85
80
80
75

75
75
75
75

80
90
100
80
2840

Indikator keberhasilan:
Jika ketuntasan siswa secara klasikal mencapai > 80%
Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II.
Nilai rata-rata =

X
N
=
= 83,5

Ketuntasan siswa secara klasikal adalah:


P=

n
x 100%
N

P=

x 100%

80

T
T
T
TT
TT
T
T
T
T
TT
T
T
T
T
T
T
T
T
TT
T
T
T
T
TT
T
T
T
T
T
28

P = 83 %
Dari data hasil siklus II dapat diketahui bahwa dari 34 siswa ada 28 siswa yang tuntas dan 6
siswa yang tidak tuntas, dan prosentase ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal mencapai 83%.
Hasil ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan sebanyak 30%
sehingga ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan yang
telah ditetapkan yaitu 80%. Dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD sudah berhasil dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga tidak perlu diadakan siklus
III .Hasil belajar siswa dari siklus I dan sikus II dapat dilihat di bawah ini:
Tabel 4.3 Rekapitulasi hasil belajar siswa pada siklus I sampai siklus II
No

Nama Siswa

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.

Adhenia Setya Susmita


Adiksa Harist Anggoro
Alifia Callista Pramesti
Ardya Magenta C
Azzah Nabila Agustin
Azzah Regina Malianti
Bayu Putro Biantoro
Citra Siwi Estiningtiyas
Dhea Tiara Paramita D
Dian Trisnawati
Edwardo Naufal S
Euriko Nayaka M
Fajar Arif Wicaksono
Fikhri Hermadigi Dinata
Gusti Ridlo Kemal Pasha
Haikal Rahmat M
Helmi Zulfikar
Irka Wulan Citra
Laura Abidah Adelia
M. Fadhil Azka Giri Safa
Misbakhul Ubaidillah
Muhammad Clark R
Muhammad Fikri C.W
Nabil Rizky Wijayanto
Nico Zilbram Devano
Noka Briliant Prawanda
Pramudyta Ayu Rizky
Putri Ayu Faradilla A
Ramanda Edwin P
Rindu Putri Ayu Dyah P
Ubaidillah Irfan Nabil
Yonna Elok Febiyana
Anggraini Iyub K
Ikmal Fausta
Jumlah

KKM
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75

Hasil Belajar Siswa


Siklus I
Siklus II
50
75
80
100
80
100
70
60
100
100
50
80
80
90
80
80
40
70
60
60
60
80
90
100
60
80
100
80
70
70
80
80
100
100
40
85
80
100
50
80
40
75
100
100
50
80
60
65
100
100
80
85
100
80
80
80
50
75
70
80
90
80
100
90
100
100
50
80
2490
2840

Jumlah Rata-rata

73,2

83,5

Prosentase yang didapat pada siklus I adalah:


P=

n
x 100%
N

P=

x 100%

P = 53 %
Prosentase yang didapat pada siklus II adalah:
P=

n
x 100%
N

P=

x 100%

P = 83 %
Dari data peningkatan hasil belajar siswa tersebut dapat dilihat bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
matematika materi penjumlahan pecahan.

2. Data Hasil Kerja Kelompok


Kegiatan observasi dilakukan selama proses pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD . Berikut adalah aspek yang diamati beserta hasil rekapitulasi
observasi terhadap aktivitas siswa dalam perbaikan pembelajaran pada setiap siklus.
Tabel 4.4 Rekapitulasi hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I
No

Item Observasi

1.
2.
3.
4.

Mendengarkan penjelasan atau intruksi guru


Melakukan tanya jawab dengan guru
Bekerja dalam kelompok
Keaktifan siswa dalam menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD

5.
6.

Mempresentasikan hasil kelompok


Menyimpulkan hasil pembelajaran
Jumlah skor yang diperoleh
Jumlah skor maksimal

Keterangan:
3

= Baik

= Cukup

= Kurang

Indikator keberhasilan:
Jika aktivitas siswa mencapai 80%

Penilaian
2

14
18

Berdasarkan tabel 4.4 secara keseluruhan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran pada
siklus I dapat dihitung menggunakan rumus:
P=

F
x 100 %
N

P=

14
x 100 %
18

P = 77,78 %
Tabel 4.5 Rekapitulasi hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II
No

Item Observasi

1.
2.
3.
4.

Mendengarkan penjelasan atau intruksi guru


Melakukan tanya jawab dengan guru
Bekerja dalam kelompok
Keaktifan siswa dalam menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD

5.
6.

Mempresentasikan hasil kelompok


Menyimpulkan hasil pembelajaran
Jumlah skor yang diperoleh
Jumlah skor maksimal

Penilaian
2

16
18

Keterangan penilaian:
3= Baik
2=

Cukup

1= Kurang
Indikator keberhasilan:
Jika aktivitas siswa mencapai 80 %
Berdasarkan tabel 4.5 secara keseluruhan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran pada
siklus II dapat dihitung menggunakan rumus:
P=

F
x 100 %
N

P=

16
x 100 %
18

P = 88,89 %

Tabel 4.6 Rekapitulasi hasil observasi aktivitas guru pada siklus I


No

Item Observasi

1.Persiapan
a. Menggunakan bahan pembelajaran yang sesuai
kurikulum
b. Merumuskan tujuan pembelajaran

Penilaian
2
1

c.
d.
e.
f.

Mengorganisasikan materi
Menggunakan alat bantu pembelajaran
Merencanakan scenario
Merencanakan prosedur dan jenis penilaian
pelaksanaan
2. Pelaksanaan
a. Memotifasi siswa
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran
c. Mengadakan apersepsi
d. Menggunakan media
e. Menggunakan waktu secara efisien
f. Menangani pertanyaan dan respon efisien
g. Menerapkan penguasaan materi pembelajaran
h. Mengembangkan sikap positif
3. Evaluasi
a. melaksanakan evaluasi dalam proses
b. Melaksanakan evaluasi proses di akhir
pembelajaran
c. Membahas hasil evaluasi
d. Memberikan tugas
e. Menutup pembelajaran
Jumlah skor yang diperoleh
Jumlah skor maksimal

47
60

Indikator keberhasilan
Jika aktivitas guru mencapai 80 %
Berdasarkan tabel 4.6 secara keseluruhan aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran pada
siklus I dapat dihitung menggunakan rumus:
P=

F
x 100 %
N

P=

47
x 100 %
60

P = 78,33 %
Tabel 4.7 Rekapitulasi hasil observasi aktivitas guru pada siklus II
No

Item Observasi

1.Persiapan
a. Menggunakan bahan pembelajaran yang sesuai
kurikulum
b. Merumuskan tujuan pembelajaran
c. Mengorganisasikan materi
d. Menggunakan alat bantu pembelajaran
e. Merencanakan scenario
f. Merencanakan prosedur dan jenis penilaian
pelaksanaan
2. Pelaksanaan
a. Memotifasi siswa
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran
c. Mengadakan apersepsi

Penilaian
3
2
1

d. Menggunakan media
e. Menggunakan waktu secara efisien
f. Menangani pertanyaan dan respon efisien
g. Menerapkan penguasaan materi pembelajaran
h. Mengembangkan sikap positif
3. Evaluasi
a. melaksanakan evaluasi dalam proses
b. Melaksanakan
evaluasi
proses
diakhir
pembelajaran
c. Membahas hasil evaluasi
d. Memberikan tugas
e. Menutup pembelajaran
Jumlah skor yang diperoleh
Jumlah skor maksimal

49
60

Indikator keberhasilan
Jika aktivitas guru mencapai 80 %
Berdasarkan tabel 4.7 secara keseluruhan aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran pada siklus
II dapat dihitung menggunakan rumus:
P=

E
x 100 %
N

P=

49
x 100 %
60

P = 81,67 %
B.

Pembahasan hasil penelitian perbaikan pembelajaran siklus I

1. Siklus I
Berdasarkan hasil Penelitian pada perbaikan siklus I, penelitian bersama supervisor 2
menyimpulkan hasil belajar siswa kelas VB SD Hang Tuah 9 Candi dalam pembelajaran matematika
materi penjumlahan pecahan meningkat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dari prasiklus yang hanya menggunakan metode ceramah, hal ini dibuktikan dengan peningkatan hasil
prosentase ketuntasan belajar yang meningkat mencapai 53% pada siklus I, sedangkan aktivitas siswa
mencapai 77,78% dan aktivitas guru 78,33% pada siklus I. Namun hasil ketuntasan belajar
siswa,aktivitas siswa dan guru yang diperoleh masih kurang maksimal dan belum mencapai target
80 %, sehingga dapat dikatakan masih menemui kegagalan dan dibutuhkan siklus II.
2. Siklus II
Hasil yang diperoleh siklus II sudah menunjukkan adanya peningkatan dari prosentase
ketuntasan belajar siswa siklus I hanya mencapai 53% pada siklus I mencapai 83% pada siklus II.
Peningkatan hasil aktivitas siswa pada siklus II mencapai 88,89 % dan aktivitas guru mencapai
81,67%. Hal ini membuktikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD meningkatkan
hasil belajar siswa kelas VB SD Hang Tuah 9 Candi. Oleh karena itu, setelah dilaksanakan siklus II

ini telah berhasil, sehingga tidak dibutuhkan kegiatan siklus berikutnya. Maka penelitian ini dapat
diakhiri karena sudah mencapai indikator keberhasilan.

Kesimpulan dan Saran


A. Simpulan
Berdasarkan data dan pembahasan pada bab IV, maka dihasilkan:

pada siklus I, 18 dari 34 siswa telah mencapai ketuntasan dengan persentase ketuntasan
klasikal 53 .

pada siklus II, 28 dari 34 siswa telah mencapai ketuntasan dengan

persentase

ketuntasan klasikal 83 .
Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran STAD dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VB SD Hang Tuah 9 Candi materi
penjumlahan pecahan.

B. Saran Tindak Lanjut


Berdasarkan hasil penelitian perbaikan pembelajaran yang dilakukan ada saran tindak lanjut
yang hendaknya dilakukan oleh:
1. Guru sebagai perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran, yaitu
menerapkan model pembelajaran STAD dalam pembelajaran

untuk

matematika khususnya materi

penjumlahan pecahan.
2. Kepala Sekolah sebagai pimpinan di sekolah, yaitu memotivasi guru dan memberi fasilitas untuk
menerapkan model pembelajaran STAD dalam pembelajaran matematika.
3. Peneliti yang lain, yaitu memanfaatkan dan mengembangkan hasil penelitian penerapan model
pembelajaran STAD untuk pembelajaran matematika khususnya materi penjumlahan pecahan.
Daftar Pustaka
Ahli htm, 2013. Pengertian Matematika Menurut Ahli. Diunduh 19 September 2014
dari www,pengertianahli.com
Ahmad, Zainal Arifin, 2012. Perencanaan Pembelajaran dari Desain sampai
Implementasi. Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta:
PT. Reneka Cipta
Himitsuqalbu. 2014. Pengertian Hasil Belajar. Diunduh 19 September 2014 dari
Wordpress.com / 2014 / 03 / 21.
Ian, 2010. Pengertian Penjumlahan. Diunduh 19 September 2014 dari
http:/ian43.wordprees.com

Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Benda-benda di Lingkungan


Sekitar: buku guru. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Julianto, dkk. 2011. Teori dan Implementasi Model Model Pembelajaran Inovatif.
Surabaya: Unesa University Press
Karso, dkk. 2013.Pendidikan Matematika I. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka
Suhardi, 2012. Peningkatan Pemahaman Konsep Penjumlahan.Diunduh 19
September 2014 dari eprints.ung.ac.id
Tim FKIP UT, 2014.Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) PGSD. Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka
Universitas Negeri Surabaya, 2009. Modul Guru Sekolah Dasar. Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya
Wardhani, I. G. A. K, dkk,2014. Penelitian Tindakan Kelas. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka
Wikipedia, Penjumlahan.Diunduh 10 September dari id.wikipedia.org/wiki/
penjumlahan
Winkel, W,S.2007. Psikologi Pengajaran.Yogyakarta: Media Abadi

Anda mungkin juga menyukai