Anda di halaman 1dari 5

PENJELASAN JURNAL ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERKEMBANGAN INVESTASI DALAM PEMBANGUNAN DAERAH SUMATERA


UTARA. Oleh : H.Amiruddin , Syaad Afifuddin , Iskandar Syarif , Sirojuzila

A. Pengertian Investasi
Investasi dalam studi ini tidak berarti pembelian saham, obligasi, atau asset
keuangan lainnya. Investasi terdiri dari belanja untuk (1) pabrik dan peralatan baru,
(2) rumah baru, (3) kenaikan persediaan netto. Investasi usaha mencakup pembelian
barang kapital saat ini atas ekspektasi adanya penerimaan dimasa mendatang.
(McEachern,200)
Ada tiga bentuk investasi : (1) investasi tetap bisnis (business fixed
investment) mencakup peralatan dan struktur yang perusahaan beli untuk proses
produksi. (2) investasi residensi (residential invesment) mencakup perumahan baru
yang orag beli untuk ditinggali dan yang dibeli tuan tanah untuk disewakan. (3)
investasi persediaan (inventory investment) mencakup barang-barang yang
perusahaan tempatkan digudang termasuk bahan-bahan dan perlengkapan, barang
setengah jadi dan barang jadi. (Mankiw, 2000)
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi
1. Tingkat bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberikan keuntungan
kepada para pemilik modal (investor) pada investor hanya akan menanamkan
modalnya apabila tingkat pengembalian modal dari modal yang ditanamkan (return of
investment), yaitu berupa persentase keuntungan netto (belum dikurangi dengan
tingkat bunga yang dibayar) yang diterima lebih besar dari tingkat bunga. Seorang
investor mempunyai dua pilihan di dalam menggunakan modal yang dimilikinya yaitu
dengan meminjamkan atau membungakan uang tersebut (deposito), dan
menggunakannya
untuk
investasi.
2. Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan mengenai keuntungan dimasa depan
akan memberikan gambaran pada investor mengenai jenis usaha yang prospektif dan
dapat dilaksanakan dimasa depan dan besarnya investasi yang harus dilakukan untuk
memenuhi
tambahan
barang-barang
modal
yang
diperlukan.
3. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya. Dengan bertambahnya
pendapatan nasional maka tingkat pendapatan masyarakat akan meningkat, daya beli
masyarakat juga meningkat, total aggregat demand meningkat yang pada akhirnya
akan
mendorong
tumbuhnya
investasi
lain
(induced
invesment).
4. Keuntungan yang diperoleh perusahaan, maka akan mendorong para investor untuk
menyediakan sebahagian dari keuntungan yang diperoleh untuk investasi-investasi
baru.
5. Situasi politik suatu negara akan menjadi pertimbangan tersendiri bagi investor
terutama pada investor asing, untuk menanamkan modalnya. Mengingat bahwa
investasi memerlukan jangka waktu yang relatif lama untuk memperoleh kembali
modal yang ditanam dan memperoleh keuntungan sehingga stabilitas politik jangka
panjang
akan
sangat
diharapkan
oleh
para
investor.
6. Kemajuan teknologi, dengan adanya temuan-temuan teknologi baru (inovasi), maka
akan semakin banyak kegiatan pembaharuan yang akan dilakukan oleh investor,
sehingga
semakin
tingkat
investor
yang
akan
dicapai.
7. Kemudahan-kemudahan yang diberikan pemerintah, tersedianya berbagai sarana
dan prasarana awal, seoerti jalan raya, listrik dan sistim komunikasi akan mendorong

para investor untuk menanamkan modalnya di suatu daerah. Disamping itu adanya
bentuk insentif yang diberikan pemerintah seperti keringanan-keringanan di dalam
perpajakan (tax holiday) yaitu suatu keringanan di dalam pembebanan pajak yang
diberikan kepada suatu perusahaan yang mau menanamkan modalnya.(Kelana, 1996).
C. Konsep Pembangunan Ekonomi
Pengertian pembangunan ekonomi (economic development) dan pertumbuhan
ekonomi (economic growth) adalah sebagai kenaikan dalam produk domestik bruto
(PDB) yang dapat didefenisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan
per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang.(Sukirno,
1985) .
Keberhasilan pelaksanaan pembangunan daerah pada hakekatnya ditentukan
oleh potensi sumber daya alam yang ada, prasarana dan sarana yang dibangun, modal
yang tersedia serta kemampuan sumber daya manusia di masing-masing daerah.
Keempat sumber daya tersebut harus cukup tersedia untuk meunjang pembangunan
daerah (Sumodiningrat, 1996). Untuk mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi yang
diinginkan diperlukan mekanisme pembangunan yang lebih sistematis. Yang
dimaksud dengan mekanisme pembangunan adalah gerak ke depan dari suatu sistem
yang berdimensi pada produksi, pendapatan, tingkat hidup, sikap, kelembagaan serta
kebijakan. Mekanisme pembangunan ini ditopang oleh sumber-sumber berupa modal
fisik, modal manusia, dan modal kelembagaan. Dalam usaha untuk meningkatkan
pembangunan, ketiga-tiganya harus ditingkatkan kuantitasnya, diperbaiki kualitasnya
dan dimanfaatkan secara lebih efisien. Jumlah penyediaan modal fisik ini dapat diukur
dengan uang. Modal fisik dalam hal ini diasumsikan mewakili modal keseluruhan,
sedangkan pendapatan nasional dianalogkan dengan produksi nasional, sehingga
walaupun kurang tepat, suatu kenaikan pendapatan nasional dapat dipergunakan
sebagai ukuran kemajuan ekonomi. (Kunarjo, 1996)
D. Model Analisis
Untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan investasi di Sumatera
Utara selama kurun waktu 1980 2002 maka dilakukan analisis dengan
menggunakan model persamaan Ordinary Least Square (OLS). Untuk itu fungsi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
IN = f (PR, EG, EK, IR, IF)
Dari fungsi tersebut di atas, kemudian dispesifikasi ke dalam model sebagai berikut :
IN
=
a0+a1
PR+a2
EG+a3
EK+a4
IR+a5
IF+
Dimana :
IN : total investasi PMA dan PMDN (jutaan rupiah)
PR : pendapatan regional yang diproxy dengan PDRB (jutaan rupiah)
EG : pengeluaran pemerintah (jutaan rupiah)
EK : total ekspor (jutaan rupiah)
IR : tingkat suku bunga dalam negeri (persen)
IF : tingkat inflasi yang diproxy dengan IHK (persen)
: variabel gangguan (error term)
a1 a5 : koefisien regresi
a0 : konstanta
1. Total investasi (IN) adalah total investasi yang dilakukan baik PMA maupun
PMDN setiap tahunnya dalam satuan jutaan rupiah.

2. Pendapatan regional (PR) adalah nilai output dari produksi barang-barang dan jasajasa di Sumatera Utara dalam satu tahun yang diproxy dengan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 1993 dalam satuan jutaan rupiah.
3. Pengeluaran pemerintah (EG) adalah besarnya anggaran yang dikeluarkan oleh
pemerintah Propinsi Sumatera Utara untuk membiayai kegiatan rutin dan
pembangunan dalam satuan jutaan rupiah.
4. Total ekspor (EK) adalah total ekspor Propinsi Sumatera Utara dalam satu tahun
dalam satuan jutaan rupiah.
5. Tingkat suku bunga dalam negeri (IR) adalah rata-rata tingkat suku bunga deposito
untuk jangka waktu 3 bulan dalam satuan persen.
6. Tingkat inflasi (IF) adalah tingkat inflasi tahunan Sumatera Utara berdasarkan
indeks harga konsumen (IHK) dalam satuan persen.
E. Analisis dan Hasil Estimasi
Untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan investasi di
Sumatera Utara, maka dilakukan estimasi dengan metode OLS dan dari hasil estimasi
tersebut diperoleh model persamaan seperti pada tabel berikut ini :
IN = -167483,0 + 0,214 PR + 1,48 EG + 0,03 EK - 33266,52 IR - 4847,78 IF
(2,145)** (4,106)*** (2,135)** (-2,090)* (-0,595)
R2 = 0,8592
F-Stat = 2,7176 (prob.0,0581)
DW-Stat = 2,8616
Berdasarkan hasil estimasi pada Tabel di atas, diperoleh nilai Koefisien
Determinasi (R2) sebesar 85,92 persen yang berarti secara keseluruhan variabel bebas
dalam persamaan tersebut cukup mampu menjelaskan variasi perkembangan
investasi.
Selanjutnya bila dianalisis secara lebih mendalam dengan melihat variabel
bebasnya secara simultan (bersamaan), maka pengaruh variabel bebas tersebut
terhadap perkembangan investasi di Sumatera Utara memiliki pengaruh yang
signifikan pada tingkat kepercayaan 90 persen. Hal ini bisa dilihat dari hasil estimasi
Fstat sebesar 2,717 yang lebih besar dari Ftabel sebesar 2,24 pada level 10 persen
(Fstat (2,717) > Ftabel (2,24)).
Namun apabila dilakukan pengujian secara parsial, maka variabel bebas yakni
pendapatan regional, pengeluaran pemerintah, ekspor dan tingkat suku bunga
memberikan pengaruh yang signifikan secara statistik terhadap perkembangan
investasi di Sumatera Utara dengan tingkat kepercayaan yang berbeda-beda kecuali
inflasi yang memberikan pengaruh tidak signifikan terhadap perkembangan investasi
di Sumatera Utara.
Dari hasil estimasi di atas, tanda positif dari koefisien regresi pendapatan
regional sebesar 0,214 dan nilai t statistik sebesar 2,146 yang lebih besar dari t tabel
sebesar 2,120. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan regional memberikan
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap perkembangan investasi di Sumatera
Utara dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Dengan demikian apabila pendapatan
regional mengalami peningkatan maka akan mendorong perkembangan investasi di
Sumatera Utara. Hasil ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terhadap
pengaruh yang positif antara pendapatan regional dan perkembangan investasi di
Sumatera Utara, cateris paribus. Hasil temuan ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Prawatyo (1994), Sarwedi (2002) dan Setiawan (2002).
Untuk variabel pengeluaran pemerintah memperlihatkan tanda koefisien regresi yang
positif sebesar 1,482 dengan nilai t statistik sebesar 4,106 yang lebih besar dari t tabel

sebesar 2,921. Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah memberikan


pengaruh yang positif dan signifikan secara statistik pada tingkat kepercayaan 99
persen.
Variabel total ekspor memiliki tanda koefisien regresi yang positif sebesar
0,032 dengan nilai t statistik sebesar 2,135 yang lebih besar dari t tabel sebesar 2,120,
yang berarti ekspor Sumatera Utara memberikan pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap perkembangan investasi di Sumatera Utara secara statistik dengan tingkat
kepercayaan 95 persen. Ini mengandung arti apabila ekspor Sumatera Utara
meningkat, cateris paribus, maka akan mendorong perkembangan investasi di
Sumatera Utara. Hasil ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat
pengaruh yang positif antara ekspor dan perkembangan investasi di Sumatera Utara,
cateris paribus. Dengan demikian hasil studi ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Kerr and Peter (2001), Sarwedi (2002) serta Erdal and Tatoglu (2002).
Sementara untuk tingkat suku bunga dalam negeri memiliki tanda koefisien regresi
yang negatif sebesar -33266,52 dengan tingkat t statistik sebesar -2,090 yang lebih
kecil dari t tabel sebesar -1,746. Hal ini berarti tingkat suku bunga dalam negeri
memberikan pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap perkembangan investasi
di Sumatera Utara secara statistik pada tingkat kepercayaan 90 persen.
Sedangkan untuk inflasi memiliki tanda koefisien regresi yang negatif sebesar
4847,785 dengan nilai t statistik sebesar -0,595 yang lebih besar dari t tabel sebesar
-1,746. Hal ini menunjukkan bahwa inflasi memberikan pengaruh yang negatif tetapi
tidak signifikan secara statistik terhadap perkembangan Sumatera Utara pada tingkat
kepercayaan 90 persen. Hasil studi menunjukkan hipotesis ditolak, artinya tidak
sesuai degan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang negatif antara
inflasi dan perkembangan investasi di Sumatera Utara, cateris paribus.
F. Kesimpulan
1. Bahwa variabel yang berpengaruh positif dan signifikan secara statistik terhadap
perkembangan investasi di Propinsi Sumatera Utara adalah variabel pendapatan
regional (PDRB), pengeluaran pemerintah dan total ekspor dengan tingkat
kepercayaan yang berbeda-beda.
2. Bahwa variabel yang memiliki pengaruh negatif dan signifikan secara statistik
terhadap perkembangan investasi di Propinsi Sumatera Utara adalah variabel tingkat
suku bunga dalam negeri dengan tingkat kepercayaan 90 persen. Sedangkan variabel
tingkat inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan secara statistik terhadap
perkembangan investasi di Propinsi Sumatera Utara.
G. Saran
1. Untuk meningkatkan pertumbuhan investasi di Propinsi Sumatera Utara maka
pendapatan regional (PDRB) menjadi salah satu barometer untuk menarik investor
masuk ke Sumatera Utara selain faktor-faktor yang lain, seperti pengeluaran
pemerintah untuk infrastruktur, ketebrukaan ekonomi melalui kegiatan ekspor impor
dan tingkat suku bunga dalam negeri.
2. Untuk mendorong peningkatan investasi diperlukan kebijakan pemerintah yang
mampu memberikan kepastian berusaha dan menciptakan iklim investasi yang
kondusif.
3. Bagi para peneliti yang berminat untuk mengkaji persoalan investasi baik investasi
asing (PMA) maupun investasi domestik (PMDN) maka sebaiknya
mempertimbangkan unsur kebijakan pemerintah tentang peraturan berinvestasi dan
situasi politik di daerah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai