Anda di halaman 1dari 4

Topik

: Asma Bronkhiale

Tanggal (kasus ) :

Presenter

Tanggal presentasi

Tempat presentasi

Pendamping :

Obyektif Presentasi :
Keilmuan

Keterampilan

Penyegaran

Diagnostik

Manajemen

Masalah

Neonatus

Bayi

Anak

Tinjauan pustaka

Istimewa
Remaja Dewasa

Lansia

Bumil
Deskripsi

: wanita, usia 18 tahun, sesak nafas, riwayat asma, wheezing

Tujuan

: mengetahui gejala dan tatalaksana Asma Bronkhiale

Bahan bahasan

Tinjauan pustaka Riset

Kasus

Audit

Cara membahas :
Diskusi
Data Pasien

Presentasi dan diskusi


: Nama :Nn. N

Email

Pos

Nomor Register :

Data Utama Untuk Bahan Diskusi


1. Diagnosis/gambaran klinis
Pasien datang dengan sesak nafas yang disertai dengan mengi
2. Riwayat penyakit
Keluhan pasien dirasakan sejak + satu hari. Pasien sudah meminum obat salbutamol
dan ambroxol dari puskesmas namun belum juga membaik. Sebelumnya pasien
memiliki riwayat penyakit asma dan tidak kontrol rutin.
3. Riwayat Keluarga
Riwayat penyakit asma dalam keluarga ada (ayah penderita).

4. Riwayat pekerjaan
Pasien merupakan seorang mahasiswi.
Hasil Pembelajaran
1. Etiologi dan Faktor Risiko Asma Bronkhiale
2. Manifestasi klinis Asma Bronkhiale
3. Diagnosis Asma Bronkhiale
4. Penatalaksanaan Asma Bronkhiale

DAFTAR PUSTAKA
1. Nurafiatin, Atin. 2007. Asma. Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Indonusa

Esa Unggul. Jakarta.


2. OByrne P, et al. 2006. Global Initiative for Asthma. Medical Communications

Resource. Inc.
3. Nataprawira, HMD. 2008. Buku Ajar Respirologi Anak edisi pertama. Badan Penerbit

IDAI. Jakarta, Indonesia.


4. Rahmawati I, Yunus F, Wiyono WH. Patogenesis dan Patofisiologi Asma. Jurnal

Cermin Kedokteran. 2003; 141. 5 6.

Rangkuman Hasil Pembelajaran


SUBJEKTIVE
Pasien datang mengeluh sesak nafas yang dirasakan sejak 1 hari SMRS. Sesak nafas
disertai dengan batuk berdahak. Batuk ada, berdahak berwarna putih, encer, darah tidak ada.
Demam tidak ada, nyeri dada tidak ada, jantung berdebar-debar tidak ada, tidur dengan satu
bantal, sembab tubuh tidak ada. Penurunan nafsu makan tidak ada, BAK dan BAB biasa.
Penderita berobat ke Puskesmas dan diberi obat salbutamol dan sirup ambroxol. Pasien
memiliki riwayat penyakit asma.
OBJEKTIVE
Hasil pemeriksaan fisik ditemukan adanya wheezing di seluruh lapang paru, ronkhi
(-/-). Demam (-), Kaki bengkak (-).
ASSESSMENT
Keluhan sesak nafas disebabkan oleh bronkospasme rekuren akibat penyempitan lumen
saluran nafas sebagai respon terhadap stimulus yang tidak menyebabkan penyempitan serupa
pada banyak orang. Dari riwayat keluarga, ayah pasien juga menderita penyakit asma
bronkhial. Dari hasil pemeriksaan fisik, didapatkan adanya wheezing di seluruh lapang paru
tanpa disertai adanya ronkhi.
PLAN
Diagnosis pasien ini adalah Asma Bronkhiale serangan sedang berat. Tindakan-

tindakan yang harus dilakukan terhadap penderita ini adalah sebagai berikut:
1. Oksigenasi

Tujuan dari pemberian oksigen adalah mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan


meminimalkan asidosis respiratorik. Oksigenasi adalah tindakan awal yang mudah
dan tepat sasaran. Usaha penderita untuk memenuhi oxygen demand akan sangat
terbantu apabila oksigen tersebut dapat diberikan. Indikasi dari pemberian oksigen
harus jelas. Oksigen yang diberikan harus diatur dalam jumlah yang tepat dan
dievaluasi agar mendapat manfaat terapi dan menghindari toksisitas.
Terapi oksigen jangka pendek merupakan terapi yang dibutuhkan pada pasien-pasien
dengan keadaan hipoksemia akut, di antaranya asma bronkial eksaserbasi akut,
pneumonia, PPOK, gangguan kardiovaskular, dan emboli paru. Pada keadaan
tersebut, oksigen harus diberikan dengan adekuat. Pemberian oksigen yang tidak
adekuat akan menimbulkan cacat dan kematian.
2.

Pembebasan jalan napas dengan triple airway maneuver

Tindakan pembebasan jalan napas dan triple airway maneuver bilamana pada os
terjadi obstruksi jalan napas atas akut, namun dari pemeriksaan awal, diketahui bahwa
pasien masih dapat berkomunikasi, tidak ada tanda-tanda choking, dan sesak yang os
alami merupakan eksaserbasi dari sesak yang sudah os salami berbulan-bulan.
Tidak perlu dilakukan penentuan asal obstruksi pada os (apakah terjadi obstruksi
saluran napas atas, tengah, atau bawah) dengan apalagi dengan tindakan invasive.
Usia os yang lanjut, dan anamnesis singkat yang menyatakan adanya riwayat batuk
kronis, sesak selama berbulan-bulan, demam, riwayat merokok yang lama, tidak ada
riwayat asma atau alergi memberikan kita petunjuk kearah PPOK. Sehingga tidakan
pembebasan jalan napas dengan triple airway maneuver tidak tepat sasaran.
Pemberian oksigen sebagai tindakan awal merupakan tindakan yang sangat tepat.
Disamping memaksimalkan oksigenasi ke jaringan, pemberian oksigen akan
meminimalkan sesak sehingga kita dapat melakukan anamnesis dan pemeriksaan lain
untuk menuju ke diagnostik.
3.

Medikamentosa
Pada serangan asma, obat-obat yang digunakan adalah obat golongan bronkodilator dan
kortikosteroid sistemik. Obat bronkodilator yang digunakan adalah golongan beta 2 agonis
dan antikolinergik. Pada serangan ringan obat yang digunakan hanya beta 2 agonis dalam

bentuk inhalasi. Namun, apabila tidak memungkinkan dapat diberikan secara sistemik juga.
Pada keadaan tertentu (seperti adanya riwayat serangan asma berat sebelumnya)
kortikosteroid oral (metilprednison) dapat diberikan.
Pada serangan sedang diberikan beta 2 agonis kerja cepat dan kortikosteroid oral serta dapat
ditambahkan aminofilin iv secara bolus dan drip. Pada serangan asma berat pasien dirawat
dan diberikan oksigen, cairan intravena, beta 2 agonis kerja cepat, kortikosteroid intravena,
dan aminofilin iv secara bolus dan drip. Apabila beta 2 agonis tidak tersedia dapat digantikan
dengan adrenalin subkutan. Pada serangan asma yang mengancam jiwa langsung dibawa ke
ICU.
Berdasarkan derajat serangan asma, pada penderita ini tergolong serangan asma sedang. Hal
yang menyokongnya adalah sebagai berikut:
1. Pada saat serangan asma, penderita masih bisa berbicara, tetapi tidak bisa berjalan.
2. Posisi yang lebih dirasakan nyaman oleh penderita adalah lebih suka duduk.
3. Penderita bisa berbicara dalam penggalan kaliamat.
4. Kesadaran penderita iritabel.
5. Tidak ada sianosis saat timbulnya serangan asma.
6. Wheezing yang terdengar nyaring sepanjang ekspirasi dan sebagian inspirasi.
Oleh sebab itu, penanganan yang sesuai pada penderita ini adalah pemberian obat golongan
beta 2 agonis kerja cepat, seperti salbutamol secara nebulisasi, dan kortikosteroid oral serta
dapat ditambahkan aminofilin iv secara bolus dan drip.

Anda mungkin juga menyukai