Pembimbing :
dr. Arman, Sp.OG
Disusun oleh :
Karl Heinz Leonhardt Rowika 2013-061-044
Clara Junita 2013-061-046
Jason Sutandar 2013-061-049
Marcella Amadea 2013-061-052
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK ATMAJAYA
7 Juli 20 September 2014
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
BAB I PENDAHULUAN
2.1. Definisi
2.2. Epidemiologi
14
15
2.4.1. Kontraindikasi
15
16
18
18
19
19
19
20
20
22
Daftar Pusaka
23
2
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
12
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh berpuasa bagi kehamilan
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi dari berpuasa dan kehamilan.
2. Mengetahui epidemiologi dari ibu hamil yang berpuasa
3. Mengetahui kebutuhan nutrisi yang diperlukan selama kehamilan
4. Mengetahui aktivitas fisik dalam kehamilan
5. Mengetahui pengaruh berpuasa terhadap ibu hamil
6. Mengetahui pengaruh berpuasa terhadap janin
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Definisi dari hamil berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
mengandung janin dalam rahim karena sel telur dibuahi oleh spermatozoa. Usia reproduktif pada
wanita berkisar pada usia 18 35 tahun. Kehamilan merupakan hal yang biasa terjadi dalam
kehidupan sehari-hari.
Sedangkan definisi dari berpuasa menurut agama islam berdasarkan KBBI adalah ibadah
menahan diri atau berpantang makan, minum, dan segaka yang membatalkannya mulai dari terbit
fajar hingga terbenamnya matahari.
Pada dasarnya, menurut hukum agama islam, seorang wanita diperbolehkan untuk
melakukan puasa pada saat kehamilan hanya apabila wanita tersebut kuat saat berpuasa dan tidak
mengganggu kesehatan dan keselamatan janin. Apabila saat berpuasa dalam kehamilan, wanita
merasa tidak kuat atau saat pemeriksaan ditemukan gangguan kesehatan dan keselamatan janin
selama berpuasa, maka wanita tersebut harus berhenti dari ibadah puasanya. Hukum yang sama
juga ditetapkan pada masa menyusui, karena setelah melahirkan kondisi umum seorang ibu akan
menjadi sangat lemah dan nutrisi yang terkandung dalam ASI-nya juga sangat dibutuhkan oleh
bayinya. Sehingga, kondisi dimana seorang wanita boleh berpuasa adalah apabila wanita tersebut
kuat dalam menjalankan puasa dan pada saat kehamilan adalah apabila janin dalam keadaan
sehat.
2.2
Epidemiologi
Pada suatu studi oleh Douglas Almond3 di Universitas Kolumbia dilakukan penelitian
terhadap wanita hamil saat bulan Ramadhan, khususnya di negara Amerika Serikat, Uganda dan
Irak. Tiga dari empat wanita hamil beragama Islam di tiga negara tersebut umumnyatetap
melaksanakan ibadah puasa meskipun usia kehamilan mereka masih pada trimester pertama.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat bagaimana efek dari maternal fasting pada
bayi yang dilahirkan nantinya. Dan dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa maternal
7
fasting dapat mengarah pada berat badan lahir bayi yang lebih rendah, berkurangnya probabilitas
bayi yang lahir dengan jenis kelamin laki-laki (10% lebih rendah terutama ketika maternal
fasting terjadi di awal masa kehamilan), serta adanya efek jangka panjang yaitu peningkatan
kesulitan berkonsentrasi pada saat anak memasuki usia sekolah. Hal ini juga dibandingkan
terhadap wanita hamil non muslim yang berpuasa saat awal kehamilan, dengan hasil yang tidak
jauh berbeda.
Pada penelitian lainnya oleh Sarafraz et al4, ditemukan 68.3% wanita hamil berpuasa dan
sebanyak 31.7% wanita hamil memilih untuk tidak berpuasa. Penelitian ini mengungkapkan
bahwa pada wanita hamil dengan BMI normal tanpa adanya kelainan sistemik maupun kelainan
kronik, berpuasa terutama saat bulan Ramadhan tidak memiliki pengaruh pada berat badan lahir
bayi. Kendati beberapa studi menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara BBLR dan maternal
fasting, sebagian besar wanita dalam studi ini tetap menjalankan sahur, dimana tidak ditemukan adanya
hubungan antara puasa dan berat badan lahir neonatus. Maka dari itu dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengaturan nutrisi yang cukup serta rutinnya ante natal care merupakan hal yang esensial bagi wanita
hamil yang berpuasa, sebagai salah satu cara untuk mencegah terjadinya berat badan lahir bayi rendah.
2.3
Seorang wanita dalam masa hamil maupun masa menyusui membutuhkan kadar nutrisi
yang berbeda dibandingkan dengan wanita pada umumnya. Pada kehamilan, seorang wanita
membutuhkan kadar nutrisi yang lebih tinggi dari kebutuhan sehari-harinya saat sedang tidak
dalam keadaan hamil. Maka dari itu, seorang wanita pada kehamilan diberikan rekomendasi
untuk peningkatan berat badan selama masa kehamilan. Peningkatan berat badan selama masa
kehamilan merupakan tanda dari cukupnya nutrisi untuk ibu dan janin.
Salah satu cara mengetahui bahwa seorang wanita hamil telah memperoleh nutrisi yang
cukup adalah dengan adanya peningkatan berat badan. Pada awal abad ke-20, peningkatan berat
badan yang direkomendasikan selama masa kehamilan adalah dibawah 20 lb atau 9.1kg, dengan
dasar bahwa hal tersebut dapat mencegah terjadinya hipertensi gestasional dan makrosomia
fetus. Pada tahun 1990, the Institute of Medicine memberikan rekomendasi untuk peningkatan
berat badan sebanyak 25 35 lb atau 11.5 16 kg untuk wanita dengan index massa tubuh
normal saat tidak hamil. Berikut ini adalah tabel peningkatan berat badan dalam berbagai
kategori index massa tubuh.5
Tabel 2.3.1. Rekomendasi Peningkatan Berat Badan berdasarkan BMI5
Weight-for-Height Category
Category
BMI
Low
<19.8
Normal
19.8 - 26
High
26 - 29
Obese
>29
Nutrisi yang baik untuk ibu hamil dan menyusui merupakan hal yang penting untuk
diperhatikan. Beberapa suplemen mineral dan vitamin dapat membantu dalam memenuhi nutrisi
yang adekuat, namun apabila penggunaan suplemen tersebut berlebihan maka akan
menimbulkan efek toksisitas selama kehamilan. Beberapa zat yang memiliki potensi
mengakibatkan efek toksik terhadap kehamilan adalah seperti besi, zink, selenium, dan vitamin
A, B6, C, dan D. Contoh, apabila berlebihan pada vitamin A (lebih dari 10.000 IU dalam satu
hari) dapat mengakibatkan efek teratogenik.5
A. Kalori
Kalori yang dibutuhkan selama masa kehamilan membutuhkan tambahan sebanyak
80.000 kcal (terutama di 20 minggu terakhir dalam kehamilan). Maka dari itu,
kebutuhan kalori bertambah sebanyak 100 300 kcal per hari. Apabila kalori yang
diperoleh
inadekuat,
maka
metabolisme
protein
akan
berlangsung
untuk
11
c. Zink
Kekurangan pada zink berat dapat mengakibatkan berkurangnya nafsu makan,
pertumbuhan janin yang tidak optimal, dan kesulitan dalam penyembuhan luka.
Defisiensi
zink
yang
menetap
dapat
mengakibatkan
dwarfisme
dan
13
Selama ibu hamil telah dilakukan pemeriksaan dan dinyatakan sehat dan telah
dikonsultasikan, maka ibu hamil diperbolehkan untuk melakukan puasa khususnya
selama bulan ramadhan. Ibu hamil dalam menjalankan puasa akan sangat berbeda ketika
sedang hamil, diperlukan beberapa kiat-kiat khusus. Berikut ini adalah beberapa cara
untuk menjalankan puasa selama kehamilan :
-
Saat sahur
Memilih makanan yang mengandung protein dan lemak yang cukup. Selain protein
dan lemak berfungsi baik untuk pertumbuhan janin, juga karena protein dan lemak
dapat bertahan lebih lama dalam saluran pencernaan sehingga dapat memperlambat
rasa lapar di siang hari. Vitamin C dan zink juga dapat membantu dalam menjaga
vitalitas tubuh. Minum air putih sebanyak-banyaknya ditambah dengan susu hangat
dan tidak disarankan untuk mengkonsumsi makanan manis agar tubuh tidak lemas
dan cepat lapar.
Saat puasa
Disarankan untuk berisitirahat yang cukup dan mengurangi aktivitas yang
membutuhkan tenaga ekstra. Hindari pikiran-pikiran berat yang akan mengakibatkan
stress dan jauhi kebiasaan untuk marah. Apabila terjadi muntah-muntah lebih dari 3x,
diare, mimisan, lemas, mata berkunang-kunang, berkeringat lebih dari biasanya, maka
disarankan untuk segera berhenti berpuasa.
Saat berbuka
Diawali dengan minuman yang hangat dan manis untuk meningkatkan kadar gula
darah, namun ibu hamil juga harus tetap membatasi makanan dan minuman yang
manis dan hindari minuman yang dingin. Ibu hamil dapat mengkonsumsi makanan
yang mengandung karbohidrat simpleks sehingga mudah diserap tubuh seperti kolak
atau kurma. Setelah sholat magrid, disarankan untuk makan dalam porsi yang besar
namun pelan-pelan. Dan sebelum tidur, untuk memproses produksi ASI, disarankan
untuk mengkonsumsi makanan ringan dan minuman yang hangat.
14
2.4
Selama kehamilan, aktivitas fisik ibu sebaiknya diminimalisir. Namun, terdapat beberapa
rekomendasi dan larangan dalam beraktivitas. Salah satu aktivitas yang sering dilakukan oleh ibu
hamil adalah senam aerobic.
2.4.1. Kontraindikasi
Kontraindikasi absolut untuk latihan aerobic selama kehamilan :7,8
serviks inkompeten
membrane rupture
persalinan premature
Anemia berat
Bronchitis kronik
BMI < 12
IUGR
Keterbatasan orthopaedic
Penyakit kejang
Perokok berat
Perdarahan pervaginam
Sesak
Pusing
Nyeri kepala
Nyeri dada
Kelelahan otot
Prematuritas
Inti dari olahraga kehamilan adalah untuk memperbaiki kinerja jantung, mengatur
berat badan, menjaga kebugaran tubuh, menyiapkan otot-otot untuk persalinan tanpa
menyebabkan stress atau gangguan terhadap janin yang sedang di kandung. Berikut ini
adalah beberapa jenis olahraga yang bisa ibu hamil lakukan, namun tidak semua ibu
hamil bisa melakukannya, tergantung dari kondisi ibu hamil itu sendiri.7,8,9
a.
Jalan Kaki
Merupakan jenis olah raga terbaik yang bisa dilakukan oleh ibu hamil selama
kehamilannya. Jalan kaki sangat baik untuk melancarkan peredaran darah dan menjaga
ibu hamil tetap fit. Melakukan jalan kaki tentunya semua orang bisa melakukannya, tidak
memerlukan peralatan, bisa dilakukan di mana saja dan bisa dilakukan hingga akhir
kehamilan. Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists ibu hamil bisa
melakukan olah raga jalan kaki selama 30 menit per hari. Selama melakukan olahraga
jalan kaki, hindarkan ibu hamil mengalami dehidrasi, oleh karena itu selalu bawa
persediaan air minum selama jalan kaki atau jangan melakukannya saat terik di siang
hari. Begitu pula, hindari melakukan jalan kaki saat malam hari. Hindari pula jalan kaki
dengan jalur yang menanjak. Hentikan olah raga jalan kaki, jika ibu hamil mengalami
perdarahan, sesak nafas, mengalami kontraksi, pusing, mengalami sakit dada, sakit atau
16
kram pada betis, dicurigai adanya pecah ketuban atau setelah jalan kaki adanya kondisi
dimana janin pergerakannya jadi berkurang.7,8,9
b.
Berenang
Para ahli kesehatan menyatakan bahwa berenang merupakan salah satu olahraga
terbaik bagi ibu hamil. Berenang sangat baik sebab sangat bagus melatih otot otot besar
(kaki dan tangan). Memberi manfaat bagi kinerja jantung dan juga mempermudah
menurunkan berat badan bagi ibu hamil yang over weight. Selain itu olahraga berenang
dapat menghindarkan ibu hamil dari dehidrasi. Namun meskipun demikian disarankan
ibu hamil setiap 15 menit sekali minum satu gelas air selama melakukan olahraga renang
dan satu gelas setelah selesai. Olahraga berenang sendiri bisa dilakukan ibu hamil selama
30 menit dalam sehari. Gaya dada cocok dilakukan oleh ibu hamil karena tidak
membutuhkan banyak putaran seperti pada gaya bebas juga hanya membutuhkan tenaga
yang minim. Selain itu gaya punggung juga baik dilakukan oleh ibu hamil saat renang
karena air dapat mengurangi efek gravitasi pada tubuh dan dengan posisi terlentang
menghindari resiko terganggunya aliran darah. 7,8,9
c.
Senam Hamil
Meskipun ibu hamil bisa melakukan senam secara sendiri berdasarkan DVD yang
banyak beredar namun akan lebih baik jika ibu hamil melakukan senam hamil dipandu
oleh ahli atau mengikuti kelas-kelas hamil yang saat ini banyak berdiri. Selain
mendapatkan kebugaran dan panduan yang tepat , ibu dapat berinteraksi dengan ibu ibu
hamil lainnya sehingga makin memperbanyak pengetahuan dan berbagi pengalaman
dengan yang lain. Dengan melakukan senam hamil, dapat menambah kesehatan dan
kebugaran ibu hamil beserta janinnya . Selain itu senam hamil dapat membantu
melenturkan dan menguatkan otot-otot yang diperlukan saat persalinan nanti sehingga
akan mempermudah proses persalinan. 7,8,9
d.
Yoga
Sama halnya dengan senam hamil, jika ibu hamil ingin melakukan yoga ada
baiknya mengikuti kelas-kelas yoga dengan panduan ahli. Selain membantu kebugaran
tubuh ibu hamil, kelebihan yoga adalah melatih pernapasan dan relaksasi ibu hamil yang
sangat penting diperlukan saat persalinan nanti karena, pada saat persalinan nanti
dibutuhkan teknik-teknik pernapasan yang baik dan ibu hamil yang rileks dan yoga bisa
17
membantu mewujudkan itu. Relaksasi yang dihasilkan dari latihan yoga dapat membuat
ibu hamil menjalani hari-harinya dengan tenang, juga mampu mengurangi rasa takut akan
proses persalinan. 7,8,9
e.
Latihan beban
Manfaat dari latihan beban salah satunya adalah mengurangi terjadinya ibu hamil
mengalami cidera dan membuat otot-otot disekeliling sendi menjadi lebih kuat. Selain itu
dapat membantu menjaga stamina tubuh yang sangat diperlukan selama kehamilan dan
persalinan. Lakukan latihan angkat beban yang sederhana dan yang bisa juga dilakukan
dirumah. Gunakan beban maksimal setengah dari berat beban normal. Sediakan air
minum selama latihan berlangsung7,8,9
f.
Peregangan
Dengan melakukan latihan peregangan dapat membantu fleksibilitas tubuh ibu
hamil yang diperlukan saat proses persalinan dan juga dapat membantu mengurangi rasa
sakit saat persalinan. Latihan peregangan juga dapat membantu relaksasi ibu hamil. 7,8,9
2.5
Dalam kondisi kondisi kehamilan, seorang ibu hamil akan mengalami perubahan dalam
bentuk tubuh, hormon, metabolisme, dan lain-lainnya. Namun, pada kondisi berpuasa, juga
terjadi perubahan kondisi dari segi hormonal dan metabolisme.
lebih tinggi pada wanita hamil yang tidak berpuasa dibandingkan dengan wanita hamil
yang berpuasa. Sebanding dengan hal tersebut, pada insulin dan laktat terjadi penurunan
yang signifikan pada wanita hamil yang berpuasa.Sedangkan serum hydroxybutyrate
hampir sama pada kedua kelompok, namun pada hari ke 28 terjadi peningkatan
serumhydroxybutyrate yang signifikan pada kelompok wanita hamil yang berpuasa
2.6
Berpuasa dalam kehamilan juga dapat memberikan dampak terhadap janin, kelahiran
janin, dan lainnya. Janin akan secara tidak langsung memperoleh asupan gizi yang kurang dari
biasanya.
Pada hasil studi yang dilakukan terhadap wanita usia 25-35 tahun dengan BMI
normal dan tanpa kelainan sistemik maupun penyakit kronik, berpuasa tidak memiliki
pengaruh pada tiga penilaian utama neonatus (BBL, PBL, lingkar kepala). Pada studi
oleh El Ati et al., diungkapkan bahwa jika jumlah pemasukan kalori tidak berubah selama
puasa maka berat badan, fatlevel, serta komposisi tubuh juga tidak berubah, karena
adanya penyesuaian tubuh dengan status gizi yang berbeda. Kiziltan et al juga
menyimpulkan bahwa meskipun pemasukan kalori dan penambahan berat badan pada
wanita hamil yang berpuasa lebih rendah dibandingkan dengan wanita hamil yang tidak
berpuasa namun hal ini tidak berpengaruh pada kesehatan ibu hamil tersebut.1
Menurut penelitian oleh Ziaee, et al, Sarafraz, et al, dan Alwasel, et al1,12,13, tidak
menemukan perbedaan yang bermakna pada insiden terjadinya berat badan lahir rendah
pada ibu hamil yang berpuasa maupun tidak berpuasa. Dalam penelitian Ziaee, et al juga
disebutkan bahwa berpuasa pada saat kehamilan tidak memberikan dampak yang
bermakna pada ukuran lingkar kepala dan panjang badan bayi.1
kedua dan trimester ketiga dengan ibu hamil yang tidak berpuasa. Namun, pada ibu yang
berpuasa pada trimester pertama tidak ditemukan adanya perbedaan yang bermakna pada
berat plasenta dibandingkan dengan ibu yang tidak berpuasa. Hal ini diakibatkan oleh
karena sirkulasi uteroplasenta berkembang sepenuhnya sampai akhir trimester
pertama.13,15 Selain itu, dalam penelitian ini disebutkan bahwa tidak ada perbedaan
bermakna pada berat badan lahir bayi antara ibu hamil yang berpuasa dan ibu hamil yang
tidak berpuasa.13 Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa plasenta dapat beradaptasi
dengan terbatasnya nutrisi yang dapat diberikan ibu dengan meningkatkan efisiensi
penyaluran nutrisi ke janin. Hal ini ditadai dengan terjaganya pertumbuhan bayi
walaupun pertumbuhan plasenta terhambat saat berpuasa.13
21
BAB III
KESIMPULAN
Kehamilan merupakan hal yang sering dijumpai di dalam kehidupan sehari-hari. Ibu
hamil memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda dari wanita-wanita lainnya yang tidak
mengalami kehamilan. Kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan lebih tinggi daripada wanita lain yang
tidak hamil karena harus memberikan asupan gizi pada janin yang dikandung di dalam rahimnya.
Terdapat beberapa saran saat hamil yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan dan
keselamatan dari janin.
Bagi kaum muslim, berpuasa di bulan Ramadan merupakan suatu ibadah yang penting
bagi umat muslim di dunia. Ibu hamil boleh melakukan puasa dengan syarat dan kondisi janin
dan ibu harus baik, serta asupan nutrisi bagi ibu dan janin harus mencukup kebutuhan seharihari.
Dalam berbagai penelitian tidak ditemukan adanya efek berpuasa yang bermakna bagi
pertumbuhan bayi dalam janin, namun berpuasa pada ibu hamil memiliki efek jangka panjang
pada pertumbuhan anak nantinya.
22
Daftar Pustaka
1.
Iran
Pediatr.
2010
Jun;20(2):1816.
2.
3.
4.
Sarafraz, etal. Effect of Ramadan Fasting during Pregnancy on Neonatal Birth Weight.
Mashhad
University
of
Medical
Science.
2014.
Cunningham, Gary F.,. Leveno, Kenneth J. et al. Nutrition in Williams Obstetrics. Twenty
Third-editions. 2010th
6.
7.
ACOG. Comimittee on Obstetric Practice. Exercise during Prenancy and the Postpartum
Period. ACOG Committee Opionion 267. Obstetrics and Gynecology 99:171 173, 2002.
8.
9.
Paisley T.S., E.A. Joy, and R.J. Price. Exercise during Pregnancy : A Pratical Approach.
Current Sports Medicine Reports 2:325 330, 2003.
23
10.
11.
Khosdel, A. et al. The effect of Ramadan fasting on LH, FSH, oestrogen, progesterone and
leptin in pregnant
http://informahealthcare.com/doi/abs/10.3109/01443615.2014.920791
12. Sarafraz N, Atrian MK, Abbaszadeh F, Bagheri A. Effect of Ramadan Fasting during
Pregnancy on Neonatal Birth Weight. J Fasting Health. 2014;2(1):3740.
13. Alwasel SH, Abotalib Z, Aljarallah JS, Osmond C, Alkharaz SM, Alhazza IM, et al.
Changes in Placental Size during Ramadan. Placenta. 2010 Jul;31(7):60710.
14. Ewijk RJG van, Painter RC, Roseboom TJ. Associations of Prenatal Exposure to Ramadan
with Small Stature and Thinness in Adulthood: Results from a Large Indonesian
PopulationBased Study. Am J Epidemiol. 2013 Apr 15;177(8):72936.
15. Wang Y, Zhao S. Placental Blood Circulation [Internet]. 2010 [cited 2014 Jul 15].
Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK53254/
24