Anda di halaman 1dari 24

REFERAT

Berpuasa dalam Kehamilan

Pembimbing :
dr. Arman, Sp.OG

Disusun oleh :
Karl Heinz Leonhardt Rowika 2013-061-044
Clara Junita 2013-061-046
Jason Sutandar 2013-061-049
Marcella Amadea 2013-061-052

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK ATMAJAYA
7 Juli 20 September 2014

DAFTAR ISI
Halaman Judul

Daftar Isi

Daftar Gambar

Daftar Tabel

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

1.2. Rumusan masalah

1.3. Tujuan penelitian

1.4. Manfaat penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

2.2. Epidemiologi

2.3. Kebutuhan Nutrisi Ibu Hamil

2.3.1. Rekomendasi Peningkatan Berat Badan pada Ibu Hamil

2.3.2. Nutrisi Adekuat

2.3.3. Saran untuk Berpuasa dalam Kehamilan

14

2.4. Aktivitas Fisik dalam Kehamilan

15

2.4.1. Kontraindikasi

15

2.4.2. Jenis Aktivitas

16

2.5. Pengaruh Puasa pada Ibu Hamil

18

2.5.1. Pengaruh Puasa terhadap Metabolisme Ibu Hamil

18

2.5.2. Pengaruh Puasa terhadap Hormon Ibu Hamil

19

2.6. Pengaruh Puasa pada Janin

19

2.6.1. Pengaruh Puasa terhadap Berat Badan Lahir

19

2.6.2. Pengaruh Jangka Panjang pada Pertumbuhan Anak saat Puasa

20

2.6.3. Pengaruh Puasa pada Plasenta

20

BAB III KESIMPULAN

22

Daftar Pusaka

23
2

DAFTAR TABEL

Tabel 2.3.1. Rekomendasi Peningkatan Berat Badan berdasarkan BMI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kebutuhan Zat Besi selama Kehamilan

12

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam. Berpuasa
di bulan Ramadhan bagi umat Islam merupakan suatu ibadah yang wajib dijalankan. Ibadah
puasa dalam kepercayaan umat Islam adalah menahan diri dari segala sesuatu yang dapat
membatalkan puasa, termasuk di dalamnya makan, minum dan hawa nafsu. Ibadah puasa
berlangsung selama 30 hari. Selama menjalankan ibadah puasa umat Islam tidak makan ataupun
minum mulai dari terbitnya matahari di pagi hari hingga matahari terbenam di sore hari.
Bagi wanita yang sedang hamil, pelaksanaan ibadah puasa ini seringkali menimbulkan
konflik atau keraguan. Sebagian wanita tidak menjalankan ibadah puasa selama kehamilan
dengan tujuan untuk menjaga kesehatan janin di dalam kandungannya. Namun, ada sebagian
wanita yang memilih untuk tetap menjalankan ibada puasa selama kehamilan. Dalam hal ini
seorang wanita yang sedang hamil harus bersikap bijaksana. Seorang wanita hamil dapat tetap
menjalankan ibadah puasa selama kondisi kesehatan wanita hamil dan janin di dalam
kandungannya setelah dilakukan pemeriksaan dinyatakan sehat. Wanita hamil diperbolehkan
untuk berpuasa dengan syarat tetap mampu memenuhi nutrisi baik bagi dirinya maupun janin
yang di kandungnya.1,2
Seorang wanita hamil yang menjalankan ibadah puasa tanpa memperhatikan kondisi
tersebut dapat memberikan dampak negatif terhadap perkembangan janinnya, seperti resiko
intrauterine growth restriction (IUGR) dan berat badan lahir rendah (BBLR). Namun sepanjang
kondisi kesehatannya dinyatakan baik dan selalu memperhatikan asupan nutrisi, berpuasa tidak
akan mempengaruhi perkembangan janin. Bahkan, puasa bisa memberikan banyak manfaat bagi
kesehatan Ibu hamil dan janinnya. Pengetahuan mengenai pengaruh berpuasa terhadap
kehamilan penting bagi para petugas kesehatan agar dapat memberikan edukasi yang baik
mengenai resiko, manfaat dan saran yang sesuai untuk kesehatan ibu hamil dan janin dalam
kandungannya.1,2

1.2 Rumusan Masalah


Apakah berpuasa aman bagi kehamilan ?
5

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh berpuasa bagi kehamilan
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi dari berpuasa dan kehamilan.
2. Mengetahui epidemiologi dari ibu hamil yang berpuasa
3. Mengetahui kebutuhan nutrisi yang diperlukan selama kehamilan
4. Mengetahui aktivitas fisik dalam kehamilan
5. Mengetahui pengaruh berpuasa terhadap ibu hamil
6. Mengetahui pengaruh berpuasa terhadap janin

1.4. Manfaat Referat


Refrat ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang pengaruh berpuasa dalam
kehamilan dan diharapkan dapat menjadi dasar bagi penelitian yang serupa kedepannya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Definisi

Definisi dari hamil berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
mengandung janin dalam rahim karena sel telur dibuahi oleh spermatozoa. Usia reproduktif pada
wanita berkisar pada usia 18 35 tahun. Kehamilan merupakan hal yang biasa terjadi dalam
kehidupan sehari-hari.
Sedangkan definisi dari berpuasa menurut agama islam berdasarkan KBBI adalah ibadah
menahan diri atau berpantang makan, minum, dan segaka yang membatalkannya mulai dari terbit
fajar hingga terbenamnya matahari.
Pada dasarnya, menurut hukum agama islam, seorang wanita diperbolehkan untuk
melakukan puasa pada saat kehamilan hanya apabila wanita tersebut kuat saat berpuasa dan tidak
mengganggu kesehatan dan keselamatan janin. Apabila saat berpuasa dalam kehamilan, wanita
merasa tidak kuat atau saat pemeriksaan ditemukan gangguan kesehatan dan keselamatan janin
selama berpuasa, maka wanita tersebut harus berhenti dari ibadah puasanya. Hukum yang sama
juga ditetapkan pada masa menyusui, karena setelah melahirkan kondisi umum seorang ibu akan
menjadi sangat lemah dan nutrisi yang terkandung dalam ASI-nya juga sangat dibutuhkan oleh
bayinya. Sehingga, kondisi dimana seorang wanita boleh berpuasa adalah apabila wanita tersebut
kuat dalam menjalankan puasa dan pada saat kehamilan adalah apabila janin dalam keadaan
sehat.

2.2

Epidemiologi
Pada suatu studi oleh Douglas Almond3 di Universitas Kolumbia dilakukan penelitian

terhadap wanita hamil saat bulan Ramadhan, khususnya di negara Amerika Serikat, Uganda dan
Irak. Tiga dari empat wanita hamil beragama Islam di tiga negara tersebut umumnyatetap
melaksanakan ibadah puasa meskipun usia kehamilan mereka masih pada trimester pertama.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat bagaimana efek dari maternal fasting pada
bayi yang dilahirkan nantinya. Dan dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa maternal
7

fasting dapat mengarah pada berat badan lahir bayi yang lebih rendah, berkurangnya probabilitas
bayi yang lahir dengan jenis kelamin laki-laki (10% lebih rendah terutama ketika maternal
fasting terjadi di awal masa kehamilan), serta adanya efek jangka panjang yaitu peningkatan
kesulitan berkonsentrasi pada saat anak memasuki usia sekolah. Hal ini juga dibandingkan
terhadap wanita hamil non muslim yang berpuasa saat awal kehamilan, dengan hasil yang tidak
jauh berbeda.
Pada penelitian lainnya oleh Sarafraz et al4, ditemukan 68.3% wanita hamil berpuasa dan
sebanyak 31.7% wanita hamil memilih untuk tidak berpuasa. Penelitian ini mengungkapkan
bahwa pada wanita hamil dengan BMI normal tanpa adanya kelainan sistemik maupun kelainan
kronik, berpuasa terutama saat bulan Ramadhan tidak memiliki pengaruh pada berat badan lahir
bayi. Kendati beberapa studi menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara BBLR dan maternal
fasting, sebagian besar wanita dalam studi ini tetap menjalankan sahur, dimana tidak ditemukan adanya
hubungan antara puasa dan berat badan lahir neonatus. Maka dari itu dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengaturan nutrisi yang cukup serta rutinnya ante natal care merupakan hal yang esensial bagi wanita
hamil yang berpuasa, sebagai salah satu cara untuk mencegah terjadinya berat badan lahir bayi rendah.

2.3

Kebutuhan Nutrisi Ibu Hamil

Seorang wanita dalam masa hamil maupun masa menyusui membutuhkan kadar nutrisi
yang berbeda dibandingkan dengan wanita pada umumnya. Pada kehamilan, seorang wanita
membutuhkan kadar nutrisi yang lebih tinggi dari kebutuhan sehari-harinya saat sedang tidak
dalam keadaan hamil. Maka dari itu, seorang wanita pada kehamilan diberikan rekomendasi
untuk peningkatan berat badan selama masa kehamilan. Peningkatan berat badan selama masa
kehamilan merupakan tanda dari cukupnya nutrisi untuk ibu dan janin.

2.3.1. Rekomendasi Peningkatan Berat Badan pada Ibu Hamil

Salah satu cara mengetahui bahwa seorang wanita hamil telah memperoleh nutrisi yang
cukup adalah dengan adanya peningkatan berat badan. Pada awal abad ke-20, peningkatan berat
badan yang direkomendasikan selama masa kehamilan adalah dibawah 20 lb atau 9.1kg, dengan
dasar bahwa hal tersebut dapat mencegah terjadinya hipertensi gestasional dan makrosomia

fetus. Pada tahun 1990, the Institute of Medicine memberikan rekomendasi untuk peningkatan
berat badan sebanyak 25 35 lb atau 11.5 16 kg untuk wanita dengan index massa tubuh
normal saat tidak hamil. Berikut ini adalah tabel peningkatan berat badan dalam berbagai
kategori index massa tubuh.5
Tabel 2.3.1. Rekomendasi Peningkatan Berat Badan berdasarkan BMI5
Weight-for-Height Category
Category
BMI
Low
<19.8
Normal
19.8 - 26
High
26 - 29
Obese
>29

Recommended Total Weight Gain


Kg
Lb
12.5 - 18
28 - 40
11.5 - 16
25 - 35
7 - 11.5
15 - 25
7
15

Pada kehamilan kembar, peningkatan berat badan yang direkomendasikan adalah 35 45


lb atau 16 20 kg. Pada wanita muda (2 tahun setelah menarche) dan ras afrika-amerika
disarankan untuk mencapai batas atas dari rekomendasi. Wanita yang pendek dengan tinggi
badan dibawah 157 cm disarankan untuk mencapai batas bawah dari rekomendasi.5
Namun, pada wanita obesitas memiliki resiko yang tinggi terhadap hipertensi gestasional,
pre-eklampsi, diabetes gestasional, makrosomia, dan persalinan cesarean. Pada wanita hamil
yang memperoleh peningkatan berat badan kurang dari 15 pounds memiliki resiko lebih rendah
untuk terkena pre-eklampsia, besar masa kehamilan, dan persalinan cesarean.5

2.3.2. Nutrisi Adekuat

Nutrisi yang baik untuk ibu hamil dan menyusui merupakan hal yang penting untuk
diperhatikan. Beberapa suplemen mineral dan vitamin dapat membantu dalam memenuhi nutrisi
yang adekuat, namun apabila penggunaan suplemen tersebut berlebihan maka akan
menimbulkan efek toksisitas selama kehamilan. Beberapa zat yang memiliki potensi
mengakibatkan efek toksik terhadap kehamilan adalah seperti besi, zink, selenium, dan vitamin
A, B6, C, dan D. Contoh, apabila berlebihan pada vitamin A (lebih dari 10.000 IU dalam satu
hari) dapat mengakibatkan efek teratogenik.5

A. Kalori
Kalori yang dibutuhkan selama masa kehamilan membutuhkan tambahan sebanyak
80.000 kcal (terutama di 20 minggu terakhir dalam kehamilan). Maka dari itu,
kebutuhan kalori bertambah sebanyak 100 300 kcal per hari. Apabila kalori yang
diperoleh

inadekuat,

maka

metabolisme

protein

akan

berlangsung

untuk

menggantikan kebutuhan kalori yang tidak terpenuhi, sedangkan yang protein


digunakan untuk kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan pada janin.5
Sehingga, total jumlah kalori yang dibutuhkan dalam kehamilan dalam satu hari
adalah kurang lebih sebanyak 2.500 kalori. Konsumsi kalori yang berlebihan dapat
mengakibatkan obesitas yang akan menuju kearah pre-eklampsia.6
B. Protein
Seperti yang telah diketahui, bahwa protein memegang peranan penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan janin. Dalam kehamilan, konsumsi protein perlu
ditingkatkan dalam upaya pertumbuhan janin, plasenta, uterus, payudara, dan
peningkatan volume darah ibu. Menurut penelitian Hytten and Leitch, selama lebih
dari setengah waktu kehamilan, sebanyak kurang lebih 1000g protein telah disimpan
oleh tubuh, yaitu sebanyak 5 6g dalam satu hari. Jumlah protein yang dibutuhkan
oleh ibu hamil dalam sehari adalah kurang lebih sebanyak 85g.6 Beberapa asam
amino yang terdapat dalam plasma ibu, pada umumnya akan menurun, seperti
ornithine, glycine, taurine, dan proline. Kecuali asam glutamate dan alanin yang akan
meningkat. Sebagai rekomendasi, protein sebaiknya diperoleh dari hewan (protein
hewani), seperti daging, telur, susu, keju, ikan, dan lainnya. Susu dan dairy products
merupakan konsumsi ideal untuk memenuhi kebutuhan nutrisi selama kehamilan dan
masa menyusui, terutama dari kadar protein dan kalsium yang dikandung dalam susu
tersebut.5 Defisiensi protein pada ibu hamil dapat mengakibatkan bayi prematur,
anemia, dan edema.
C. Mineral
a. Kalsium
Wanita hamil menyimpan kurang lebih 30g, terutama pada masa akhir kehamilan.
Kadar kalsium ini adalah sekitar 2.5% dari keseluruhan kalsium maternal,
sebagian besar terdapat di tulang (yang dapat setiap saat berpindah ke janin
10

apabila dibutuhkan). Peningkatan penyerapan kalsium selama kehamilan oleh


usus halus dan retensi yang progresif selama kehamilan.5 Sehingga, kebutuhan
kalsium ibu hamil adalah 1.5 g dalam satu hari. Kalsium dibutuhkan untuk
pertumbuhan janin, terutama bagi pengembangan otot dan rangka. Apabila terjadi
defisiensi kalsium akan menyebabkan riketsia pada bayi atau osteomalasia pada
ibu.6
b. Zat Besi
Metabolisme yang tinggi pada ibu hamil memerlukan oksigenasi jaringan yang
diperoleh dari pengikatan dan pengantaran oksigen melalui hemoglobin di dalam
sel-sel darah merah. Maka dari itu, untuk menjaga konsentrasi hemoglobin yang
baik, diperulkan asupan zat besi yang adekuat yaitu sebanyak 27 30mg dalam
satu hari.5,6 Sebanyak kurang lebih 300mg zat besi ditransfer ke janin dan plasenta
dan 500mg digunakan untuk meningkatkan pembuatan hemoglobin yang akan
digunakan setelah setengah waktu dari kehamilan.5 Kadar yang adekuat ini
diperlukan terutama setelah trimester kedua. Kebutuhan zat besi pada 4 bulan
pertama kehamilan tidak sebanyak dengan kebutuhan pada bulan-bulan
selanjutnya, sehingga pemberian suplemen zat besi tidak harus diberikan pada 4
bulan pertama kehamilan. Namun, pemberian zat besi pada awal-awal kehamilan
bukan merupakan suatu larangan, karena dapat mencegah rasa mual dan muntah.
Zat besi yang diberikan dapat berupa frrous gluconate, ferrous fumarate, atau
ferrous sulphate. Kekurangan zat besi pada kehamilan dapat menyebabkan
anemia defisiensi besi.5

11

Gambar 1. Kebutuhan Zat Besi selama Kehamilan5

c. Zink
Kekurangan pada zink berat dapat mengakibatkan berkurangnya nafsu makan,
pertumbuhan janin yang tidak optimal, dan kesulitan dalam penyembuhan luka.
Defisiensi

zink

yang

menetap

dapat

mengakibatkan

dwarfisme

dan

hypogonadisme, dan dapat juga menjalar ke penyakit kulit seperti acrodematitis


enteropathica. Rekomendasi sehari-hari yang dibutuhkan adalah 12mg. Konsumsi
zink yang berlebihan tidak akan mempengaruhi pertumbuhan bayi.5,6
d. Iodine
Dalam kehamilan diberikan rekomendasi untuk mengkonsumsi garam yang
teriodisasi dan roti untuk memenuhi kadar kebutuhan iodine sehari-hari. Hal ini
untuk mengurangi kemungkinan terjadinya defek neurodevelopmental pada anakanak. Defisiensi berat pada iodine akan mengakibatkan endemic cretinism, yang
merupakan karakteristik dari defek neurologis multipel berat.5
e. Mineral Lain
Copper, selenium, chromium, dan manganese memiliki peran penting dalam
beberapa fungsi enzim. Secara umum, kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dengan
12

mengkonsumsi makanan sehari-hari. Kekurangan mineral-mineral tersebut dapat


memberikan gejala seperti fatal cardiomyopathy pada anak-anak.5
D. Vitamin
Vitamin-vitamin yang dibutuhkan selama kehamilan adalah vitamin A, D, E, K
(vitamin yang larut dalam lemak), vitamin C, Thiamin, Riboflavin, Niacin, B6, Folate,
B12. Vitamin-vitamin tersebut digunakan untuk membantu dalam kebutuhan kalori
dan protein yang adekuat. Kecuali pada asam folat yang memiliki kebutuhan yang
berbeda. Kebutuhan vitamin yang cukup dapat mengurangi kejadian berat badan lahir
rendah dan Intra Uterine Growth Restrition (IUGR), namun tidak dapat menghambat
kejadian kelahiran prematur atau mengurangi angka kematian bayi.5
a. Asam Folat
Asam folat berfungsi untuk membantu dalam pematangan sel. Jumlah asam folat
yang dibutuhkan oleh ibu hamil adalah 400 g dalam satu hari. Kekurangan asam
folat dapat menyebabkan anemia megaloblastik dan neural tube defect.5,6
b. Vitamin A
Konsumsi suplemen vitamin A sehari-hari tidak direkomendasi.5 Namun,
ditemukan adanya gangguan pada kehamilan yang mengkonsumsi vitamin A
10.000 50.000 IU per hari.
c. Vitamin B12
Kadar plasma vitamin B12 menurun selama kehamilan. Vitamin B12 biasanya
terdapat pada makanan hewani biasa, maka pada ibu yang vegetarian akan
memiliki kemungkinan kekurangan vitamin B12 dan akan meningkatkan resiko
terjadinya defek pada tuba neural.5
d. Vitamin B6 Pyridoxine
Rekomendasi konsumsi vitamin pyridoxine adalah 2mg per hari. Apabila
pemberian pyridoxine ditambahkan dengan anti-histamin seperti doxylamine akan
membantu mengurangi mual dan muntah selama kehamilan. 5
e. Vitamin C
Rekomendasi vitamin C selama masa kehamilan adalah 80 85mg sehari (sekitar
20% lebih banyak dari kebutuhan sehari-hari saat tidak hamil).

13

2.3.3. Saran untuk Berpuasa dalam Kehamilan

Selama ibu hamil telah dilakukan pemeriksaan dan dinyatakan sehat dan telah
dikonsultasikan, maka ibu hamil diperbolehkan untuk melakukan puasa khususnya
selama bulan ramadhan. Ibu hamil dalam menjalankan puasa akan sangat berbeda ketika
sedang hamil, diperlukan beberapa kiat-kiat khusus. Berikut ini adalah beberapa cara
untuk menjalankan puasa selama kehamilan :
-

Saat sahur
Memilih makanan yang mengandung protein dan lemak yang cukup. Selain protein
dan lemak berfungsi baik untuk pertumbuhan janin, juga karena protein dan lemak
dapat bertahan lebih lama dalam saluran pencernaan sehingga dapat memperlambat
rasa lapar di siang hari. Vitamin C dan zink juga dapat membantu dalam menjaga
vitalitas tubuh. Minum air putih sebanyak-banyaknya ditambah dengan susu hangat
dan tidak disarankan untuk mengkonsumsi makanan manis agar tubuh tidak lemas
dan cepat lapar.

Saat puasa
Disarankan untuk berisitirahat yang cukup dan mengurangi aktivitas yang
membutuhkan tenaga ekstra. Hindari pikiran-pikiran berat yang akan mengakibatkan
stress dan jauhi kebiasaan untuk marah. Apabila terjadi muntah-muntah lebih dari 3x,
diare, mimisan, lemas, mata berkunang-kunang, berkeringat lebih dari biasanya, maka
disarankan untuk segera berhenti berpuasa.

Saat berbuka
Diawali dengan minuman yang hangat dan manis untuk meningkatkan kadar gula
darah, namun ibu hamil juga harus tetap membatasi makanan dan minuman yang
manis dan hindari minuman yang dingin. Ibu hamil dapat mengkonsumsi makanan
yang mengandung karbohidrat simpleks sehingga mudah diserap tubuh seperti kolak
atau kurma. Setelah sholat magrid, disarankan untuk makan dalam porsi yang besar
namun pelan-pelan. Dan sebelum tidur, untuk memproses produksi ASI, disarankan
untuk mengkonsumsi makanan ringan dan minuman yang hangat.

14

2.4

Aktivitas Fisik dalam Kehamilan

Selama kehamilan, aktivitas fisik ibu sebaiknya diminimalisir. Namun, terdapat beberapa
rekomendasi dan larangan dalam beraktivitas. Salah satu aktivitas yang sering dilakukan oleh ibu
hamil adalah senam aerobic.

2.4.1. Kontraindikasi
Kontraindikasi absolut untuk latihan aerobic selama kehamilan :7,8

penyakit jantung hemodinamik

penyakit paru restriktif

serviks inkompeten

kehamilan yang berisiko premature

perdarahan persisten trimester kedua dan ketiga

plasenta previa setelah usia gestasi 26 minggu

membrane rupture

persalinan premature

hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan

Kontraindikasi relativ untuk latihan aerobic selama kehamilan: 7,8

Anemia berat

Maternal kardiak aritmia

Bronchitis kronik

DM tipe 1 tidak terkontrol

BMI < 12

IUGR

Preeklampsia/hipertensi tidak terkontrol

Keterbatasan orthopaedic

Penyakit kejang

Penyakit tiroid tidak terkontrol


15

Perokok berat

Tanda untuk segera menghentikan kegiatan olahraga: 7,8

Perdarahan pervaginam

Sesak

Pusing

Nyeri kepala

Nyeri dada

Kelelahan otot

Prematuritas

Penurunan pergerakan janin

2.4.2. Jenis Aktivitas

Inti dari olahraga kehamilan adalah untuk memperbaiki kinerja jantung, mengatur
berat badan, menjaga kebugaran tubuh, menyiapkan otot-otot untuk persalinan tanpa
menyebabkan stress atau gangguan terhadap janin yang sedang di kandung. Berikut ini
adalah beberapa jenis olahraga yang bisa ibu hamil lakukan, namun tidak semua ibu
hamil bisa melakukannya, tergantung dari kondisi ibu hamil itu sendiri.7,8,9
a.

Jalan Kaki
Merupakan jenis olah raga terbaik yang bisa dilakukan oleh ibu hamil selama

kehamilannya. Jalan kaki sangat baik untuk melancarkan peredaran darah dan menjaga
ibu hamil tetap fit. Melakukan jalan kaki tentunya semua orang bisa melakukannya, tidak
memerlukan peralatan, bisa dilakukan di mana saja dan bisa dilakukan hingga akhir
kehamilan. Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists ibu hamil bisa
melakukan olah raga jalan kaki selama 30 menit per hari. Selama melakukan olahraga
jalan kaki, hindarkan ibu hamil mengalami dehidrasi, oleh karena itu selalu bawa
persediaan air minum selama jalan kaki atau jangan melakukannya saat terik di siang
hari. Begitu pula, hindari melakukan jalan kaki saat malam hari. Hindari pula jalan kaki
dengan jalur yang menanjak. Hentikan olah raga jalan kaki, jika ibu hamil mengalami
perdarahan, sesak nafas, mengalami kontraksi, pusing, mengalami sakit dada, sakit atau
16

kram pada betis, dicurigai adanya pecah ketuban atau setelah jalan kaki adanya kondisi
dimana janin pergerakannya jadi berkurang.7,8,9
b.

Berenang
Para ahli kesehatan menyatakan bahwa berenang merupakan salah satu olahraga

terbaik bagi ibu hamil. Berenang sangat baik sebab sangat bagus melatih otot otot besar
(kaki dan tangan). Memberi manfaat bagi kinerja jantung dan juga mempermudah
menurunkan berat badan bagi ibu hamil yang over weight. Selain itu olahraga berenang
dapat menghindarkan ibu hamil dari dehidrasi. Namun meskipun demikian disarankan
ibu hamil setiap 15 menit sekali minum satu gelas air selama melakukan olahraga renang
dan satu gelas setelah selesai. Olahraga berenang sendiri bisa dilakukan ibu hamil selama
30 menit dalam sehari. Gaya dada cocok dilakukan oleh ibu hamil karena tidak
membutuhkan banyak putaran seperti pada gaya bebas juga hanya membutuhkan tenaga
yang minim. Selain itu gaya punggung juga baik dilakukan oleh ibu hamil saat renang
karena air dapat mengurangi efek gravitasi pada tubuh dan dengan posisi terlentang
menghindari resiko terganggunya aliran darah. 7,8,9
c.

Senam Hamil
Meskipun ibu hamil bisa melakukan senam secara sendiri berdasarkan DVD yang

banyak beredar namun akan lebih baik jika ibu hamil melakukan senam hamil dipandu
oleh ahli atau mengikuti kelas-kelas hamil yang saat ini banyak berdiri. Selain
mendapatkan kebugaran dan panduan yang tepat , ibu dapat berinteraksi dengan ibu ibu
hamil lainnya sehingga makin memperbanyak pengetahuan dan berbagi pengalaman
dengan yang lain. Dengan melakukan senam hamil, dapat menambah kesehatan dan
kebugaran ibu hamil beserta janinnya . Selain itu senam hamil dapat membantu
melenturkan dan menguatkan otot-otot yang diperlukan saat persalinan nanti sehingga
akan mempermudah proses persalinan. 7,8,9
d.

Yoga
Sama halnya dengan senam hamil, jika ibu hamil ingin melakukan yoga ada

baiknya mengikuti kelas-kelas yoga dengan panduan ahli. Selain membantu kebugaran
tubuh ibu hamil, kelebihan yoga adalah melatih pernapasan dan relaksasi ibu hamil yang
sangat penting diperlukan saat persalinan nanti karena, pada saat persalinan nanti
dibutuhkan teknik-teknik pernapasan yang baik dan ibu hamil yang rileks dan yoga bisa
17

membantu mewujudkan itu. Relaksasi yang dihasilkan dari latihan yoga dapat membuat
ibu hamil menjalani hari-harinya dengan tenang, juga mampu mengurangi rasa takut akan
proses persalinan. 7,8,9
e.

Latihan beban
Manfaat dari latihan beban salah satunya adalah mengurangi terjadinya ibu hamil

mengalami cidera dan membuat otot-otot disekeliling sendi menjadi lebih kuat. Selain itu
dapat membantu menjaga stamina tubuh yang sangat diperlukan selama kehamilan dan
persalinan. Lakukan latihan angkat beban yang sederhana dan yang bisa juga dilakukan
dirumah. Gunakan beban maksimal setengah dari berat beban normal. Sediakan air
minum selama latihan berlangsung7,8,9
f.

Peregangan
Dengan melakukan latihan peregangan dapat membantu fleksibilitas tubuh ibu

hamil yang diperlukan saat proses persalinan dan juga dapat membantu mengurangi rasa
sakit saat persalinan. Latihan peregangan juga dapat membantu relaksasi ibu hamil. 7,8,9

2.5

Pengaruh Puasa pada Ibu Hamil

Dalam kondisi kondisi kehamilan, seorang ibu hamil akan mengalami perubahan dalam
bentuk tubuh, hormon, metabolisme, dan lain-lainnya. Namun, pada kondisi berpuasa, juga
terjadi perubahan kondisi dari segi hormonal dan metabolisme.

2.5.1. Pengaruh Puasa terhadap Metabolisme Ibu Hamil


Suatu studi di Irak10 melakukan penelitian mengenai perubahan glukosa, insulin,
laktat dan 3-hydroxybutyrate pada wanita hamil yang berpuasa saat bulan Ramadhan
dengan wanita hamil yang tidak berpuasa. Sebagai hasilnya, ditemukan adanya
penurunan tingkat glukosa darah, insulin dan laktat serta peningkatan konsentrasi 3hydroxybutyrate pada kedua kelompok. Namun tingkat glukosa darah lebih tinggi pada
wanita hamil yang tidak berpuasa dibandingkan dengan wanita hamil yang berpuasa.
Perubahan tersebut cenderung lebih tinggi pada wanita hamil yang berpuasa
dibandingkan dengan wanita hamil yang tidak berpuasa. Rata-rata nilai glukosa darah
18

lebih tinggi pada wanita hamil yang tidak berpuasa dibandingkan dengan wanita hamil
yang berpuasa. Sebanding dengan hal tersebut, pada insulin dan laktat terjadi penurunan
yang signifikan pada wanita hamil yang berpuasa.Sedangkan serum hydroxybutyrate
hampir sama pada kedua kelompok, namun pada hari ke 28 terjadi peningkatan
serumhydroxybutyrate yang signifikan pada kelompok wanita hamil yang berpuasa

2.5.2. Pengaruh Puasa terhadap Hormon Ibu Hamil


Pada studi lain11 yang membahas mengenai FSH, LH, estrogen, progesterone dan
leptin, dilakukan pemeriksan pada minggu pertama, kedua dan keempat bulan puasa,
serta pada minggu kedua setelah bulan puasa pada 30 wanita hamil yang berpuasa. Tidak
ada perubahan pada berat badan serta BMI selama studi dilakukan. Ditemukan adanya
tingkat FSH paling rendah saat minggu kedua, peningkatan progesterone pada minggu
keempat Ramadhan serta minggu kedua setelah Ramadhan, sedangkan estrogen
meningkat secara signifikan selama Ramadhan dan menurun setelah Ramadhan.
Penurunan juga terlihat pada LH selama bulan Ramadhan dan 2 minggu
setelahnya.Leptin menurun secara signifikan 2 minggu setelah Ramadhan.

2.6

Pengaruh Puasa pada Janin

Berpuasa dalam kehamilan juga dapat memberikan dampak terhadap janin, kelahiran
janin, dan lainnya. Janin akan secara tidak langsung memperoleh asupan gizi yang kurang dari
biasanya.

2.6.1. Pengaruh Puasa terhadap Berat Badan Lahir


Meskipun demikian, pada studi lain ditemukan juga adanya peningkatan risiko
BBLR sebanyak 1,5x pada wanita hamil yang berpuasa saat trimester pertama,
dibandingkan dengan wanita hamil yang tidak berpuasa. Sebagai tambahan, insiden
BBLR pada kasus wanita hamil yang berpuasa saat trimester pertama adalah sebanyak
25.5%, saat trimester kedua 11.9% dan saat trimester ketiga adalah 9.7%, namun
perbedaan ini dianggap kurang signifikan.1
19

Pada hasil studi yang dilakukan terhadap wanita usia 25-35 tahun dengan BMI
normal dan tanpa kelainan sistemik maupun penyakit kronik, berpuasa tidak memiliki
pengaruh pada tiga penilaian utama neonatus (BBL, PBL, lingkar kepala). Pada studi
oleh El Ati et al., diungkapkan bahwa jika jumlah pemasukan kalori tidak berubah selama
puasa maka berat badan, fatlevel, serta komposisi tubuh juga tidak berubah, karena
adanya penyesuaian tubuh dengan status gizi yang berbeda. Kiziltan et al juga
menyimpulkan bahwa meskipun pemasukan kalori dan penambahan berat badan pada
wanita hamil yang berpuasa lebih rendah dibandingkan dengan wanita hamil yang tidak
berpuasa namun hal ini tidak berpengaruh pada kesehatan ibu hamil tersebut.1
Menurut penelitian oleh Ziaee, et al, Sarafraz, et al, dan Alwasel, et al1,12,13, tidak
menemukan perbedaan yang bermakna pada insiden terjadinya berat badan lahir rendah
pada ibu hamil yang berpuasa maupun tidak berpuasa. Dalam penelitian Ziaee, et al juga
disebutkan bahwa berpuasa pada saat kehamilan tidak memberikan dampak yang
bermakna pada ukuran lingkar kepala dan panjang badan bayi.1

2.6.2. Pengaruh Jangka Panjang pada Pertumbuhan Anak saat Puasa


Menurut penelitian oleh Ewijk, et al14, ibu hamil yang berpuasa saat bulan
Ramadhan dapat memberikan efek jangka panjang terhadap anak yang dikandungnya jika
dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak berpuasa. Bayi yang dikandung oleh ibu yang
berpuasa saat bulan Ramadhan memiliki berat badan yang lebih rendah secara bermakna
dibanding dengan bayi yang dikandung oleh ibu yang tidak berpuasa. Bayi yang
dikandung oleh ibu yang berpuasa pada masa awal kehamilan memiliki tinggi badan yang
lebih pendek secara bermakna dibanding dengan masyarakat yang dikandung oleh ibu
yang tidak berpuasa.

2.6.3. Pengaruh Puasa pada Plasenta


Penelitian yang dilakukan oleh Alwasel, et al13 di Saudi Arabia, berpuasa saat
masa kehamilan dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan plasenta. Terdapat
perbedaan bermakna rata-rata berat plasenta pada ibu hamil yang berpuasa pada trimester
20

kedua dan trimester ketiga dengan ibu hamil yang tidak berpuasa. Namun, pada ibu yang
berpuasa pada trimester pertama tidak ditemukan adanya perbedaan yang bermakna pada
berat plasenta dibandingkan dengan ibu yang tidak berpuasa. Hal ini diakibatkan oleh
karena sirkulasi uteroplasenta berkembang sepenuhnya sampai akhir trimester
pertama.13,15 Selain itu, dalam penelitian ini disebutkan bahwa tidak ada perbedaan
bermakna pada berat badan lahir bayi antara ibu hamil yang berpuasa dan ibu hamil yang
tidak berpuasa.13 Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa plasenta dapat beradaptasi
dengan terbatasnya nutrisi yang dapat diberikan ibu dengan meningkatkan efisiensi
penyaluran nutrisi ke janin. Hal ini ditadai dengan terjaganya pertumbuhan bayi
walaupun pertumbuhan plasenta terhambat saat berpuasa.13

21

BAB III
KESIMPULAN

Kehamilan merupakan hal yang sering dijumpai di dalam kehidupan sehari-hari. Ibu
hamil memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda dari wanita-wanita lainnya yang tidak
mengalami kehamilan. Kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan lebih tinggi daripada wanita lain yang
tidak hamil karena harus memberikan asupan gizi pada janin yang dikandung di dalam rahimnya.
Terdapat beberapa saran saat hamil yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan dan
keselamatan dari janin.
Bagi kaum muslim, berpuasa di bulan Ramadan merupakan suatu ibadah yang penting
bagi umat muslim di dunia. Ibu hamil boleh melakukan puasa dengan syarat dan kondisi janin
dan ibu harus baik, serta asupan nutrisi bagi ibu dan janin harus mencukup kebutuhan seharihari.
Dalam berbagai penelitian tidak ditemukan adanya efek berpuasa yang bermakna bagi
pertumbuhan bayi dalam janin, namun berpuasa pada ibu hamil memiliki efek jangka panjang
pada pertumbuhan anak nantinya.

22

Daftar Pustaka

1.

Ziaee V, Kihanidoost Z, Younesian M, Akhavirad M, Bateni F, Kazemianfar Z, et al.


The Effect of Ramadan Fasting on Outcome of Pregnancy.

Iran

Pediatr.

2010

Jun;20(2):1816.
2.

Joosoph J, Abu J, Yu SL. A survey of fasting during pregnancy. Singapore Med J.


2004;45(12):5836

3.

Almond D, Mazumder B. The Effect of Maternal Fasting During Pregnancy. 2010.


http://www.bristol.ac.uk/cmpo/publications/bulletin/summer10/maternalfasting.pdf.
Accessed July 10th 2014

4.

Sarafraz, etal. Effect of Ramadan Fasting during Pregnancy on Neonatal Birth Weight.
Mashhad

University

of

Medical

Science.

2014.

http://jfh.mums.ac.ir/article_2424_405.html. Accessed July 10th 2014.


5.

Cunningham, Gary F.,. Leveno, Kenneth J. et al. Nutrition in Williams Obstetrics. Twenty
Third-editions. 2010th

6.

Prawirohardjo S, Wiknjosastro H, et al. Asuhan Antenatal dalam Ilmu Kebinanan. Edisi


Keempat. 2010. p 286

7.

ACOG. Comimittee on Obstetric Practice. Exercise during Prenancy and the Postpartum
Period. ACOG Committee Opionion 267. Obstetrics and Gynecology 99:171 173, 2002.

8.

Sterfield B. Physical Activity and Pregnancy Outcome : Review and Recommendations.


Sports Medicine 23:33 47, 1997.

9.

Paisley T.S., E.A. Joy, and R.J. Price. Exercise during Pregnancy : A Pratical Approach.
Current Sports Medicine Reports 2:325 330, 2003.

23

10.

Bander, Ziad M. Biochemical Changes in Pregnant Mothers during Ramadhan Fast in


Baghdad, Irak. 2005. College of Health and Medical Technology. Diakses tanggal 15 Juli
2014 dari web http://www.iasj.net/iasj?func=fulltext&aId=42238

11.

Khosdel, A. et al. The effect of Ramadan fasting on LH, FSH, oestrogen, progesterone and
leptin in pregnant

women. 2014. Diakses tanggal 16 Juli 2014 dari web

http://informahealthcare.com/doi/abs/10.3109/01443615.2014.920791
12. Sarafraz N, Atrian MK, Abbaszadeh F, Bagheri A. Effect of Ramadan Fasting during
Pregnancy on Neonatal Birth Weight. J Fasting Health. 2014;2(1):3740.
13. Alwasel SH, Abotalib Z, Aljarallah JS, Osmond C, Alkharaz SM, Alhazza IM, et al.
Changes in Placental Size during Ramadan. Placenta. 2010 Jul;31(7):60710.
14. Ewijk RJG van, Painter RC, Roseboom TJ. Associations of Prenatal Exposure to Ramadan
with Small Stature and Thinness in Adulthood: Results from a Large Indonesian
PopulationBased Study. Am J Epidemiol. 2013 Apr 15;177(8):72936.
15. Wang Y, Zhao S. Placental Blood Circulation [Internet]. 2010 [cited 2014 Jul 15].
Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK53254/

24

Anda mungkin juga menyukai