Anda di halaman 1dari 6

A. KONSEP DASAR.

1. Pengertian.
Seksio sesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin
dengan membuka dinding perut dan dinding rahim.
( Kapita Selekta Kedokteran jilid I, 2001 ).
2. Anatomi Fisiologi.
a. Anatomi Alat alat Reproduksi Wanita.
Dibagi menjadi dua yaitu :
(a). Genetalia Eksterna.
(b). Genetalia Interna.
(a). Genetalia Eksterna, meliputi organ organ yang
didapatkan antara os pubis, sampai dengan perineum,
adalah:
- Mons Fenerris
- Labia Mayora
- Clitoris
- Vestibulum
- Hymen
- Urethra
- Kelenjar bartholini dan skene
(b). Genetalia Interna , meliputi:
- Vagina.
Memiliki faal penting:
1. Sebagai saluran keluar dari uterus yang dapat
mengalirkan darah waktu haid dan sekret dari
uterus.
2. Sebagai jalan lahir pada waktu partus.
- Uterus.
Merupakan alat yang berongga dan berbentuk
sebagai bola lampu yang gepeng, terdiri dari dua
bagian:
1. Corpus Uteri berbentuk segitiga.
2. Corpus Uteri berbentuk silindris.
Ukuran uterus.
Bentuk dan ukuran uterus sangat berbeda beda,
tergantung dari:
Usia, Pernah tidaknya melahirkan.

Pada anak anak panjang uterus 2 3 cm.


Pada Nullipara 6 8 cm.
Pada Multipara 8 9 cm.
Ligamen pada Uterus.
1. Ligamentum Latum.
2. Ligamentum Rotundum.
3. Ligamentum Infundibulopelfikum.
4. Ligamentum Cardinale.
5. Ligamentum Vesicouterinum.
- Ovarium.
Terdapat
pada
kiri
kanan
uterus,
yang
dihubungkan oleh ligamentum infundibulo
pelvicum.
Terletak pada dinding lateral panggul dalam
sebuah lekuk ( fossa ovarica waldeyeri ).
Ovarium terdiri dari cortex ( bagian luar ) dan
medula ( bagian dalam ).
- Parametrium.
Merupakan jaringan ikat yang terdapat antara ke
dua lembar ligamentum.
b. Fisiologi alat reproduksi wanita.
(a). Menstruasi/Haid.
Adalah keadaan secara teratur setiap bulannya
mengeluarkan darah dari alat kandungan dari wanita
dewasa.
1. Stadium menstruasi/Desquamasi.
Yaitu meluruhnya endometrium pada dinding cervic,
terjadi selama 4 hari. Normal perdarahan 50 cc.
2. Stadium post menstrum/stadium reganarasi.
Luka bekas meluruhnya endometrium kembali pulih
dan di tutup kembali oleh selaput lendir baru yang
terjadi
dari
sel
epitel
kelenjar

kelenjar
endometrium., tebal 0,5 mm.
3. Stadium Intermenstrum/proliferasi:
Endometrium mulai menebal 3,5 mm. Berlangsung
dari hari ke 5 sampai hari ke 14 dari hari pertama
haid.
4. Stadium Pramenstrum/Sekresi.

Tebal sama dengan stadium proliferasi, namun


bentuk kelenjar berubah menjadi panjang dan
berliku, mengeluarkan getah. Berlangsung selama
hari ke 14 sampai hari ke 28. Jika tidak terjadi
kehamilan, maka endometrium dilepaskan dengan
perdarahan dan berulang lagi siklus menstruasi.
3. Indikasi.
Terdapat beberapa indikasi dilakukannya Seksio Caesarea,
antara lain :
Disproporsi Sefalopelvic.
Gawat Janin.
Plasenta Previa.
Pernah dilakukan SC.
Kelainan letak.
Incoordinate Uterine Action.
Eklamsia.
Hipertensi.
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat SC :
Pada Ibu
: - Infeksi Puerperial
- Perdarahan
- Luka kandung kencing
- Emboli paru
- Ruptur uteri
Pada bayi : - kematian
4. Penatalaksanaan medik
Pada seksio caesaria tekhnik Transperitonialis Profunda.
Persiapan :
Pasien pada posisi Trendelenburg ringan. Dilakukan anastesi
spinal atau epidiral pada operasi elektif atau anastesi umum
pada keadaan darurat. Alat Operasi, obat dan daerah di
persiapkan.
Pelaksanaan :
Insisi dinding perut pada bagian garis tengah simfisis
sampai
beberapa cm dibawah pusat. Setelah
peritonium dibuka, pasang spekulum perut dan

lapangan operasi dipisahkan dari rongga perut dan


satu kain panjang atau lebih.
Pegang peritonium pada dinding uterus depan dan
bawah dengan pinset, buka plika vesiko-uterina dan
insisi ini diteruskan melintang jauh ke lateral.
Dorong kandung kemih dengan peritonium didepan
uterus kebawah dengan jari.
Insisi segmen bawah uterus selebar 10 cm dengan
ujung kanan dan kiri agak melengkung keatas.
Di tengah-tengah teruskan insisi sampai dinding
uterus terbuka dan tampak ketuban. Lebarkan luka
ini dengan gunting berujung tumpul mengikuti
sayatan yang telah dibuat.
Pecahkan ketuban dan hisap air ketuban yang keluar.
Angkat spekulum pusat, masukan tangan dalam
uterus dibelakang kepala janin dari belakang dan
lahirkan kepala melalui lubang insisi. Pakai cunam
Boerma bila kesulitan melahirkan kepala dengan
tangan.
Lahirkan badan lalu muka, bersihkan mulut janin,
potong tali pusat janin.
Pada presentasi sungsang, cari kaki janin dan
lahirkan janin dengan tarikan pada kaki janin.
Berikan suntikan oksitosin 10 unit dalam dinding
uterus atau intravena .
Pegang pinggir luka insisi dengan beberapa cunam
ovum, keluarkan placenta dan selaput ketuban secara
manual. Masukan tampon ke dalam rongga uterus
untuk memudahkan menjahit dinding uterus.
Jahit otot uterus 2 lapis. Lapis pertama jahitan simpul
dengan cutgat kromik 00 yang dimulai dari ujung satu
ke ujung lainnya. Jahit kedua dijahit jelujur.
Jahit plika vesiko uterina dengan cutgat.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian keperawatan
a). Sirkulasi
Hipertensi
Perdarahan vagina

b). Integritas ego


dapat menunjukan prosedur yang diamputasi sebagai
tanda kegagalan dan refleksi negatif pada kemampuan
seorang wanita.
c). Makanan
- Nyeri epigastrik
- Gangguan penglihatan
- Edema ( tanda hipertensi pada kehamilan )
d). Nyeri
- Distosia
- Persalinan LAMA
- Nyeri tekan uterus mungkin ada
e) keamanan
- penyakit hubungan seksual aktif
- Inkompibilitas Rh yang berat
- Adanya komplikasi ibu seperti hipertensi, diabetes,
penyakit ginjal, jantung, infeksi asenden dan trauma
abdomen peritonial.
- Pada bayi seperti prolaps tali pusat, ancaman kelahiran
prematur, presentasi bokong dengan versi sefalik
eksternal yang tidak berhasil, ketuban pecah selama 24
jam atau lebih.
f) Seksualitas
- Disproporsi sefalo pelvis
- Kehamilan multiple atau gestasi
- Melahirkan secaria sebelumnya, bedah uterus atau
cervik sebelumnya.
- Tumor/neoplasma yang menghambat pelvis/jalan lahir.
g) Penyuluhan pembelajaran
Kelahiran
saecaria
dapat
atau
mungkin
tidak
direncanakan,
mempengaruhi
kesiapan
atau
pemahaman klien terhadap prosedur.
2. Pemeriksaan penunjang
a. Hitung darah lengkap, golongan darah, pencocokan
silang dan test combs
b. Urinalisis, mementukan kadar albumin atau glukosa.
c. Kultur, mengidentifikasi adanya virus herpes simplek
tipe II
d. Pelvimetri : menentukan CPD.

e. Amniosentesis : mengkaji maturitas paru janin.


f. Ultrasonografi.
g. Tes stress kontraksi atau tes non stress : mengkaji
respon janin terhadap gerakan / stress dari pola
kontraksi uterus/pola abnormal.
h. Pemantauan elektronik kontinue, memastikan status
janin/aktifitas uterus.
3.
a.
b.
c.
d.
e.

Diagnosa keperawatan
Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan luka
insisi .
Resiko tinggi terjadinya infeksi sehubungan luka insisi.
Resiko
terhadap
konstipasi
sehubungan
dengan
penurunan peristaltik usus akibat efek anastesi.
Defisit perawatan diri, personal hygiene sehubungan
dengan keterbatasan gerak akibat nyeri.
Resiko terhadap ketidakefektifan menyusui sehubungan
dengan tidak berpengalaman dan payudara yang
bengkak.

Anda mungkin juga menyukai