Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan dalam sejarah peradaban manusia adalah komponen penting
yang erat dan tidak terpisahkan dari perjalanan hidup manusia. Kualitas sebuah
bangsa dan peradaban ditentukan oleh kualitas pendidikannya. hal ini menjadi
bagian penting sebab dengan pendidikan, manusia mampu mengembangkan nalar
berpikirnya sekaligus meningkatkan taraf hidup dan kemampuan teknis atau pun
non-teknis lainnya.
Secara umum pendidikan merupakan segala usaha yang digunakan untuk
mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok atau masyarakat sehinggga
mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Soekidjo
Notoatmodjo 2003:6). Menurut UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pasal 1: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan sifatnya, pendidikan terbagi menjadi 2 yaitu pendidikan
formal dan non-formal, pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis,
berstruktur, berjenjang, dimulai dari Sekolah Dasar sampai dengan perguruan
tinggi sebagaimana yang telah diatur pemerintah, sedangkan pendidikan non
formal merupakan jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk
kegiatan belajar secara mandiri ataupun kegiatan yang berlangsung sepanjang usia
sehingga setiap orang memperoleh nilai, sikap, keterampilan dan pengetahuan
yang bersumber pada pengalaman hidup sehari-hari.
Untuk mendapatkan pendidikan yang efektif setiap orang berhak
mengikuti pendidikan formal. Bagian terpenting yang tidak bisa lepas dari

kegiatan belajar-mengjar dalam pendidikan formal adalah kurikulum yang telah


dirancang serta diatur oleh pemerintah. Kurikulum merupakan sumber acuan
utama yang digunakan guru sebagai pengembangan dalam mengajar yang
selanjutnya dikembangakan melalui Silabus dan RPP. Sehingga pengetahuan guru
terhadap kurikulum yang sedang diterapkan atau yang akan diterapkan sangat
dibutuhkan. Diharapkan juga dengan pengetahuan guru terhadap kurikulum
mampu menghasilkan pengajaran yang menarik dan menimbulkan semangat
belajar bagi peserta didik. Oleh karena itu pada kesempatan ini, mahasiswa
Pendidikan Bahasa Inggris angkatan 2011 telah menentukan untuk membahas
tentang minat belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa inggris di SMP N
Rasiei
Dalam tuntutan penerapan pendidikan formal disekolah guru dituntut
untuk menjadi kreatif dalam pengajaran berdasarkan jenjang yang diajarkan.
Setiap jenjang mempunyai tingkat kesulitan yang sistematis sehingga kesulitan
dalam tahapanya akan selalu berbeda. Demikian juga masalah yang dihadapi guru
akan selalu berbeda-beda ketika dalam pengajaran disekolah. Entah itu
berdasarkan jenjang yang diajarkan ataupun kreatifitas guru dalam mengajar.
Untuk hal itu maka Praktek Kerja Lapangan atau PKL ini dilakukan, agar sebelum
mahasiswa PKL melakukan PPL pada semester berikutnya telah mempunyai
gambaran dasar terhadap keadaan sekolah atas masalah-masalah yang mungkin
akan terjadi. Selain itu juga diharapkan agar mahasiswa PKL mendapatkan
pengalaman praktis dengan mempelajari suatu sistem serta memberikan solusi
alternatif atas permasalahan yang ada dan melaporkanya dalam bentuk karya
ilmiah.

1.2 Tujuan

A. Tujuan Praktek Kerja Lapangan


Kegiatan Praktek Kerja Lapangan atau PKL bertujuan untuk menambah
pengalaman dan ilmu pengetahuan mahasiswa/i dari berbagai kegiatan yang
direncanakan dalam sekolah, sehingga mahasiswa/i mempunyai gambaran

tentang kehidupam dan kegiatan dalam sekolah terhadap masalah-masalah yang


terjadi.
Secara umum pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini bertujuan untuk;
1. Praktek Kerja Lapangan memberikan kesempatan kepada mahasiswa
untuk mengenal dan tahu secara langsung tentang sekolah sebagai salah
satu penerapan disiplin dan pengembangan karir. Ketika di lapangan
melaksanakan

praktek

kerja,

mahasiswa

bisa

menilai

tentang

pengembangan dari ilmu yang mereka miliki.


2. Praktek Kerja Lapangan menjadi media pengaplikasian dari teori yang
diperoleh di bangku kuliah ke sekolah.
3. Meningkatkan hubungan kerjasama antar perguruan tinggi dengan instansi
(sekolah)
4. Memperoleh wawasan tentang dunia kerja. Mahasiswa akan merasakan
secara langsung perbedaan antara teori di kelas dan di sekolah.
5. Lebih dapat memahami konsep-konsep akademis di sekolah.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan pembuatan laporan diantaranya :
1. Sebagai bukti pelaksanaan praktek kerja lapangan di sekolah SMP N Rasiei
pada kabupaten teluk wondama.
2. Sebagai laporan dari hasil praktek kerja lapangan ( PKL ) yang sudah
dikerjakan dengan tertulis.
3. Sebagai dasar untuk pembuatan karya catat setelah itu.
4. Mengumpulkan data, manfaat keperluan Program Studi serta terutama untuk
mendukung peningkatan pengetahuan dalam penulisan.
5. Menjadi bahan referensi Praktek Kerja Lapangan pada tingkat selanjutnya.

1.3 Manfaat PKL


Manfaat yang diperoleh dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini,
diantara lain adalah;
1. Bagi mahasiswa, memberikan manfaat dalam penerapan teori-teori yang
diperoleh di bangku kuliah dengan praktek yang nyata di dunia kerja dan
masyarakat serta melatih diri dan menambah pengalaman untuk beradaptasi
dengan dunia kerja yang sesungguhnya.
2. Bagi akademik, Praktek Kerja Lapangan ini diharapkan berguna bagi
perkembangan ilmu pendidikan, sehingga dapat dijadikan referensi bagi
mahasiswa selanjutnya. Dan dapat memperluas pengenalan jurusan
Pendidikan Bahasa Inggris serta mempererat kerjasama antara akademik
dengan instansi daerah.
3. Bagi sekolah, dapat memberikan masukan dan pertimbangan untuk lebih
meningkatkan kualitas dan kuantitas sekolah serta ikut memajukan
pembangunan dalam bidang pendidikan.

BAB II
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

2.1 Bentuk Kegiatan


Dalam upaya mencapai target dan tujuan PKL, adapun kami melakukan
kegiatan dalam bentuk;
a. Non fisik
1. Pendekatan dan Penyuluhan
Sebelum melakukan pengambilan data kami melakukan pendekatan
serta penyuluhan kepada pihak sekolah SMP N Rasiei. Pendekatan
kami lakukan dengan cara melakukan perbincangan mengenai apa saja
yang menjadi kendala-kendala disekolah tersebut. Kami juga
melakukan penyuluhan kepada siswa SMP N Rasiei bagaimana
pentingnya belajar bahasa Inggris serta mempraktekkan bagaimana
mengajar bahasa Inggris yang baik dan menyenangkan sehingga dapat
dengan mudah diterima oleh peserta didik. Pendekatan dan penyuluhan
ini kami lakukan agar dapat mengakrabkan diri dengan pihak sekolah
sehingga pelaksanaan kegiatan pun dapat berjalan lancar.
2. Pengumpulan data
Pengumpulan data kami lakukan selama 3 hari yaitu pada tangal 17-19
Juli 2014. Pengumpulan data kami lakukan dengan cara pengamatan,
wawancara dan quesioner kepada beberapa narasumber.
b. Fisik
1. Pembuatan gawang mini
Pembuatan gawang mini kami lakukan dengan melihat minat siswa di
bidang olahraga khususnya sepak bola. Sebagian besar siswa laki-laki
memiliki minat pada sepak bola, dan keadaan yang kami lihat adalah
fasilitas yang tidak lengkap karena tidak adanya gawang. Para siswa

hanya menggunakan tiang kayu sebagai gawang. Disini kami


berinisiatif untuk membuatkan 2 buah gawang mini. Pembuatan
gawang mini kami lakukan di posko PKL pada sore hari yaitu pada
tanggal 21 Juli 2014 bersama dengan para siswa SMP N Rasiei yang
tinggal sekitar posko.
2. Perbaikan plafon sekolah
Kami melakukan perbaikan plafon di beberapa kelas dan juga di ruang
kantor. Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 17 dan 19 Juli 2014.
3. Kerja bakti sekolah
Kerja bakti dilakukan oleh siswa-siswa selama 2 hari sebelum kegiatan
belajar dimulai. Yakni pada tanggal 17-18 Juli 2014. Kami bersama
siswa-siswa melakukan kegiatan dengan membersihkan halaman
sekolah dan ruang kelas.
4. Pembuatan papan nama kelas
Melihat kondisi sekolah dimana tidak ada papan nama di kelas-kelas,
di kantor dan ruang kepala sekolah serta beberapa ruangan lainnya
seperti ruang agama, perpustakaan dan laboratorium, maka kami
membuat papan-papan nama tersebut yang kemudian akan dipasang di
atas masing-masing ruangan. Pembuatan papan-papan nama tersebut
dilakukan di posko PKL pada sore hari yaitu pada tanggal 19 Juli 2014
dan dilanjutkan pada siang hari tanggal 20 Juli 2014.
5. Pembersihan dan rekapitulasi buku perspustakaan.
Kondisi paska banjir akhir tahun 2013 mengakibatkan ruang
perpustakaan tidak bisa digunakan karena lantai ruangan masih
dipenuhi oleh lumpur banjir. Agar perpustakaan dapat digunakan
kembali, kami segera membersihkan lantai perpustakaan. Kegiatan ini
dilakukan pada sore hari yaitu pada tanggal 20 Juli 2014. Selanjutnya
pada tanggal 22 Juli 2014, kami bersama salah satu guru melakukan
rekapitulasi buku-buku di perpustakaan.
6. Membuat nama pada barang-barang inventaris sekolah

Kami membuat nama pada barang-barang inventaris sekolah dengan


arahan dari salah satu guru.

2.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Praktek kerja lapangan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa
Inggris tahun 2013 ini dilaksanakan di SMP Negeri Rasiei Kabupaten Teuk
Wondama Papua Barat. SMP N Rasiei dipilih sebagai tempat pelaksanaan PKL
karena sekolah ini baru saja terkena banjir pada tahun 2013 lalu, sehingga
mahasiswa yang datang ke sekolah tersebut di harapkan dapat menumbuhkan
kembali semangat para siswa pasca bencana banjir. Praktek Kerja Lapangan ini
dilakukan mulai tanggal 16 sampai dengan 22 Juli 2014.

2.3 Deskripsi Singkat Tempat Pelaksanaan


2.3.1 Letak Geografis Lokasi Penilitian
Kabupaten Teluk Wondama terdiri dari 13 distrik atau kecamatan dan 75
kampung atau desa dan 1 Kelurahan. Ibu kota Kabupaten Teluk Wondama, Rasiei
dapat dijangkau dari Manokwari, ibu kota Provinsi Papua Barat dengan pesawat
udara jenis Twin Otter dan kapal laut, baik kapal PELNI maupun kapal-kapal
pelayaran rakyat lainnya.
Kampung Rasiei berada di distrik Wondiboi Kabupaten Teluk Wondama.
Ada 4 kampung yang berada di distrik Wondiboy yaitu kamp. Wondibiy, kamp.
Issui, kamp. Rasiei dan Kamp. Issei. Kapung Rasie berada setelah kampung Issui
atau berada diantara kampung

Gambar map letak daerah rasiei, teluk wondama, situs: www.danansaja.net

2.3.2 Sejarah dan Keadaan Sekolah


SMP N RASIEI merupakan Sekolah Negeri Menengah Pertama yang
terletak di Kabupaten Teluk Wondama Distrik Rasiei (249'10"S 13431'53"E).
Sekolah ini berdiri pada tanggal 11 Juni 2008 yang diprakarsai oleh ibu Flora
Rumbekwan selaku kepala distrik Rasiei pada tahun 2008 dengan mengusulkan
kepada pemerintah kabupaten melalui dinas pendidikan Teluk Wondama.
Sebelumnya, SMP Negeri Rasiei bernama SMP Wondiboi. Dikatakan
SMP Wondiboi karena kondisi sekolah pada saat itu berada di distrik Wondiboi
dan masih menggunakan gedung belajar SD Negeri Wondiboi. Oleh karena itu
penggunaan gedung belajar juga masih secara bergantian bersama SD N
Wondiboi. SD Negeri Wondiboi menggunakan gedung belajar mulai dari pukul
07.00 pagi WIT sampai dengan pukul 12.00 siang WIT sedangkan SMP
Wondiboi memakai waktu siang mulai dari pukul 12.30 sampai dengan pukul
17.00 sore WIT untuk kegiatan belajar-mengajar. Selain itu kondisi SMP
Wondiboi saat itu juga hanya memiliki 40 orang siswa dan 5 orang tenaga
pengajar
Setelah tiga tahun berikutnya tepat pada tanggal 14 Juli 2011 Pemerintah
daerah memberikan sebidang tanah tepat di sisi jalan utama yang terletak di
distrik Rasiei untuk membangun sekolah SMP N Rasiei dan infrastruktur lainnya.

Ketika awal pembangunan, SMP N Rasiei hanya memiliki 3 (tiga) ruang kelas
belajar dan satu rumah sosial yang disewa sebagai ruang kantor guru. Dengan
kondisi yang masih berkembang, jumlah siswa SMP N Rasiei juga terbatas hanya
sebanyak 85 orang, tenaga pengajar tetap 19 orang di tambah 2 orang honorer
dan 2 orang tata usaha.
Jumlah siswa di SMP N Rasiei selalu terjadi peningkatan setiap tahunnya.
Hal ini menimbulkan permintaan penambahan gedung belajar dari pihak sekolah
kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Teluk Wondama. Sehingga dengan kondisi
sekolah yang terbatas, pihak sekolah membatasi kouta penerimaan murid baru
saat ini untuk tahun 2014. Atas kondisi ini dibangunlah 1 gedung belajar
bertingkat yang terdiri dari beberapa ruang belajar dan 1 ruang serbaguna SMP N
Rasiei oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Teluk Wondama. Namun pada akhir
tahun 2013, kembali terjadi musibah banjir bandang yang mengakibatkan
rusaknya 9 ruang belajar lama, 3 ruang belajar baru yang belum digunakan,
ditambah 2 buah solar system pembangkit listrik, rusaknya seluruh buku
diperpustakaan dan hancurnya sebagian pagar sekolah.
Singkatnya sampai dengan saat ini SMP Negeri Rasie mempunyai 9
ruang belajar, 3 ruang belajar yang belum diguanakan, 1 perpustakaan yang tidak
aktif, 1 ruangan lab. Komputer rusak, 1 ruang osis, 1 ruang agama, 1 ruang guru,
juga 1 ruang kepala sekolah, 6 rumah dinas guru, dan jumlah seluruh siswa saat
ini sebanyak 300 siswa, jumlah tenaga pengajar 21 orang ditambah juga 2 orang
tata usaha.

1. Identitas Sekolah
- Nama

: SMP N RASIEI

- Nomor Statistik

: 201250409023

- Provinsi

: Papua Barat

- Kabupaten

: Teluk wondama

- Distrik/Kelurahan

: Rasiei

- Jalan

: Jl. Raya Wasior

- Telepon

: ---

- Fax

: ---

- Daerah

: ---

- Status Sekolah

: Negeri

- Kegiatan Belajar Mengajar

: Pagi

- Bangunan Sekolah

: Milik Sendiri

- Akreditasi/tipe

:B

2. Sarana dan Prasaran


Situasi dan unit bangunan SMP N RASIEI dalam tahun pelajaran 2014 ini
adalah sebagai berikut :
Tabel 1
Sarana dan prasarana
Keadaan
No

Jenis Bangunan

Jumlah

Baik

Rusak

Ket
Tidak
Rusak

Tidak ada

1.

Ruang Kepala Sekolah

2.

Ruang Guru

3.

Ruang Tata Usaha

4.

Ruang Belajar

12

5.

Ruang Perpustakaan

6.

Ruang Laboratorium

7.

Ruang Ketrampilan

8.

Ruang Serbaguna

9.

Ruang MCK

10.

Ruang UKS

10

3. Keadaan Guru, Pegawai dan Siswa

Tabel 2
Jumlah Guru, Staf TU dan Siswa

No

Jabatan

Banyaknya

Guru tetap

17

Guru tidak tetap

Guru kontrak

Pegawai/TU

2
Total

21

Tabel 3
Jumlah siswa
No

Kelas

Gender

Total

Laki-laki

Perempuan

Kelas VII

42

40

82

Kelas VIII

56

44

100

Kelas IX

63

55

118

Total keseluruhan

300

11

BAB III
METODE PENELITIAN

Istilah metode penelitian terdiri atas dua kata, yakni kata metode dan
penelitian. Metode diartikan sebagai cara yang paling tepat dan cepat, maka
ukuran kerja suatu metode harus diperhitungkan secara ilmiah. Oleh karena itu,
suatu metode senantiasa hasil eksperimen yang telah teruji. (Ahmad Tafsir, 1996).
Adapun pengertian penelitian adalah suatu proses pengumpulan dan analisis data
yang dilakukan secara sistematis, untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Pengumpulan dan analisis data dilakukan secara ilmiah, baik bersifat kuantitatif
maupun kualitatif, eksperimental maupun non eksperimental, interaktif maupun
non interaktif (Nana Syaodih, 2005:5). Penelitian adalah upaya yang sistematik
untuk mencari jawaban atas suatu masalah (Sandjana, 2006). Jawaban yang dicari
tersebut bisa jawaban yang abstrak dan umum atau yang kongkret atau spesifik.
Maka dengan demikian metode penelitian dapat dipahami sebagai tata cara
bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. Sementara itu, Sugiyono (2009:3)
mendefinisikan metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Selanjutnya dalam pengertian yang luas,
Sugiyono (2009:6) menjelaskan bahwa metode penelitian adalah cara-cara ilmiah
untuk mendapatkan data yang valid, dengan tujuan dapat ditemukan,
dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada
gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi
masalah. Dalam pengertian yang lain Nana Syaodih Sukmadinata (2005:52)
mendefinisikan metode penelitian sebagai rangkaian cara atau kegiatan
pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandanganpandangan filosofis dan idiologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi.
Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian
tindakan (action research). Penelitian tindakan sendiri merupakan suatu bentuk
penelitian refleleksi-diri yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi-situasi
sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki praktek yang dilakukan. Dengan

12

demikian akan diperoleh pemahaman mengenai praktek tersebut dan situasi di


mana praktek tersebut dilaksanakan. Terdapat dua esensi penelitian tindakan yaitu
perbaikan dan keterlibatan. Hal ini mengarahkan tujuan penelitian tindakan ke
dalam tiga area yaitu, untuk memperbaiki praktek, untuk pengembangan
profesional dalam arti meningkatkan pemahaman atau kemampuan para praktisi
terhadap praktek yang dilaksanakannya, dan untuk memperbaiki keadaan atau
situasi di mana praktek tersebut dilaksanakan.

3.1 Teknik Pengumpulan Data


Pada PKL ini pengumpulan data dilakukan dengan 3 cara yaitu observasi,
wawancara dan angket.
1. Observasi
Teknik observasi merupakan teknik pengamatan langsung atau tidak
langsung terhadap keadaan objek dan lingkungan. Dalam penilitian ini
kami mendatangi dan mengamati tindakan kegiatan yang berlangsung di
lingkungan sekolah serta menanyakan minat belajar siswa terhadap mata
pelajaran bahasa inggris di SMP N Rasiei secara langsung.
2. Wawancara
Teknik wawancara adalah cara pengumpulan data secara kualitatif. Dalam
teknik ini kami melakukan wawancara langsung dengan pihak terkait,
sehinggga mengetahui langsung permasalahan yang sedang dibahas.
3. Angket
Angket merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang berbentuk
kumpulan pernyataan. Penyebaran angket kami lakukan pada kelas IX A
SMP N Rasiei.

3.2 Populasi Dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IX SMP Negeri
Rasiei, sedangkan sample dalam penilitian ini yang diambil adalah kelas IX A
SMP yang berjumlah 34 siswa-siswa yang diambil secara random.

13

3.3 Teknik Analisis Data


Setelah angket dilakukan dengan melihat minat belajar siswa terhadap
mata pelajaran bahasa inggris terkumpul. Tahap berikutnya adalah menganalisis
data dengan melakukan scoring. Untuk menentukan scoring, setiap jawaban dari
pernyataan memiliki bobot sebagai berikut;

Tabel 4
Skor item
no

Jawaban

Nilai
Positive (-)

Negative (+)

Ya

10

Tidak

10

Untuk mengetahui minat tingkat belajar siswa diketahui sebagai berikut;


1. Menjumlahkan scoring dari tiap responden.
2. Perolehan data dari angket dipresentasikan dengan rumus sebagai berikut:

P = F x 100%
N
Keterangan:
P

: Angka Presentase

: Frekuensi (jumlah jawaban responden)

: Number of case (banyaknya individu)

14

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pengertian Minat


Setiap

individu

mempunyai

kecenderungan

fundamental

untuk

berhubungan dengan sesuatu yang berada dalam lingkungan. Apabila sesuatu itu
memberikan kesenangan dan nyaman kepada dirinya, kemudian ia akan berminat
terhadap sesuatu itu. Minat timbul apabila individu tertarik kepada sesuatu yang
akan di pelajarinya.
Secara bahasa, minat berarti perasaan yang menyatakan bahwa satu
aktivitas, pelajaran atau objek itu berharga atau berarti bagi individu. Sedangkan
menurut istilah, dibawah ini penilitian mengengemukakan beberapa pendapat ahli
psikologi mengenai pengertian minat diatas.
Menurut (Whiterington 1978) minat adalah kesadaran

seorang bahwa

suatu objek, seseorang suatu soal atau situasi mengandung sangkut paut dengan
dirinya. Minat itu akan timbul, jika suatu objek yang dihadapi sesorang bagi
kebutuhan hidupnya.
Pendapat lain di kemukakan oleh (Winkel 1996) bahwa minat diartikan
sebagai kecenderungan subjek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang
studi atau pokok bahasa tertentu dan merasa senang untuk mempelajari materi itu.
Jadi menurut pendapatnya, kecenderungan dan kesadaran subjek yang sudah
menetap dalam dirinya akan menyebabkan timbulnya minat dan merasa senang
mempelajari materi yang telah diberikan.
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal
atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan
akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. Semakin kuat
atau dekat hubungan tersebut , maka semakin besar minatnya.

15

Dapat disimpulkan bahwa timbulnya minat karena adanya ketertarikan


seseorang terhadap suatu hal yang terjadi apabila suatu hal tersebut memiliki nilai
tersendiri yang bisa memuaskan atau nyaman bagi si pelaku. Demikian pula
ketertarikan atau minat siswa terhadap mata pelajaran bahasa inggris di SMP N
Rasie. Ketertarikan siswa terhadap pelajaran setelah dilakukan pengamatan
terhadap minat dan bakat ada beberapa hal yang menjadi faktor yang
mempengaruhi minat siswa terhadap mata pelajaran bahasa inggis yang akan
dijabarkan dalam pernyataan 100 siswa dalam terhadap sebagai berikut.

4.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat


Siswa Dalam Belajar
A. Sikap Guru
Dalam proses kemajuan pendidikan peran guru sangatlah penting. Guru
merupakan Unsur terpenting dalam keseluruhan sistem pendidikan. Dalam
meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan guru mempunyai kedudukan besar
dan sangat berperan didalamnya, tidak hanya dari sisi intelektualitas saja
melainkan juga dari sisi religi. Oleh karena itu tugas yang diemban guru tidaklah
mudah. Guru yang baik harus mengerti dan paham tentang hakekat sejati
seorang guru, hakekat guru dapat kita pelajari dari defnisi atau pengertian dari
istilah guru itu sendiri. Guru merupakan sosok tauladan bagi lingkungannya.
Menurut Dri Atmaka (2004: 17) pendidik atau guru adalah orang dewasa yang
bertanggung jawab memberikan pertolongan kepada anak didik dalam
perkembangan baik jasmani maupun rohaninya. Agar tercapai tingkat kedewasaan
mampu berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai mahluk Tuhan, mahluk sosial
dan mahluk individu yang mandiri. Sedangkan menurut Moh. Uzer Usman (1996:
15) guru adalah setiap orang yang bertugas dan berwenang dalam dunia
pendidikan dan pengajaran pada lembaga pendidikan formal. Untuk melaksanakan
tugasnya prinsip-prinsip tentang tingkah laku yang diinginkan dan diharapkan dari
semua situasi pendidikan adalah berjiwa Pancasila. Berilmu pengetahuan dan
keterampilan dalam menyampaikan serta dapat dipertanggungjawabkan secara
didaktis dan metodis.

16

Dari definisi diatas disimpulkan bahwa seorang guru dituntut berjiwa


pancasila dan professional dalam profesinya terutama dalam penyikapan terhadap
tugas dan perannya harus selalu mengacu pada tujuan pendidikan secara utuh.
Sebab segala keputusan dan tindakan guru akan mempunyai dampak jangka
panjang terhadap pencapaian tujuan pendidikan, yang notabene berdampak
pada peserta didik, baik secara positif maupun negatif, baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang.
Pada dasarnya sikap seorang guru dalam mengajar harus bersifat objektive,
tanpa melihat strata ataupun gender dari peserta didik. Perhatian seorang guru
yang tidak seimbang akan membuat kondisi kelas yang kurang sehat. Keadaan
yang kurang relevan ini dapat menimbulkan minat siswa yang kurang dalam
belajar. Begitupun sebaliknya jika sikap guru dalam mengajar seimbang maka
minat siswa juga baik dalam belajar. Oleh sebab itu sikap seorang guru dalam
mengajar juga merupakan faktor penting dalam proses belajar mengajar didalam
kelas.
Selain daripada itu, kreatifitas seorang guru dalam mengajar juga
merupakan faktor penting terhadap minat belajar siswa. Berdasarkan hasil
wawancara terhadap sepuluh siswa kelas IX A SMP N Rasiei, dalam mengajar
guru kurang kreatif dalam menyampaikan materi, guru hanya berpatokan kepada
materi dibuku teks sehingga sulit untuk dipahami oleh siswa. Guru seharusnya
bisa memodifikasi materi ajar yang lebih mudah dimengerti oleh siswa.

Tabel 5
Menyukai sikap guru ketika mengajar di dalam kelas
Alternatif Jawaban

Ya

29

85,2

Tidak

14,8

Jawaban

34

100

17

Berdasarkan tabel di atas sebagian besar siswa menyukai sikap guru dalam
mengajar di dalam kelas yaitu 85,2% sedangkan sisanya yaitu sebanyak 14,8%
tidak menyukai sikap guru.
Tabel 6
Menyukai cara penyampaian materi oleh guru ketika mengajar
Alternatif Jawaban

Ya

11

32.3

Tidak

23

67,7

Jawaban

34

100

Berdasarkan tabel di atas kurang dari setengah jumlah siswa yang menyukai
cara penyampaian materi oleh guru yaitu sebesar 32,3% sedangkan 67,7% tidak
menyukai.

B. Sikap Siswa Dalam Belajar


Sikap merupakan salah satu dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi
proses belajar dan hasil belajar yang akan diperoleh siswa. Sikap belajar dapat
diartikan sebagai kecenderungan perilaku ketika ia mempelajari hal-hal yang
bersifat akademik. Kecenderungan individu dalam memberikan respon atau
tanggapan terhadap orang lain, benda, atau keadaan dapat diklasifikasikan
menjadi suka, tidak suka dan acuh. Perubahan sikap dalam belajar dapat diamati
selama proses belajar berlangsung.
Sikap dalam belajar sangat mempengaruhi intensitas siswa dalam belajar.
Siswa dengan sikap positif akan memiliki intensitas belajar yang lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang bersikap negatif terhadap mata pelajaran yang
diajarkan. Sikap positif dalam belajar tidak akan berhasil jika hanya diterapkan
pada satu hal saja, tetapi harus pada semua aspek : mata pelajaran / bahan yang
diajarkan, guru yang mengajarkan, dan terhadap lingkungan (ruang kelas, temanteman) tempat individu tersebut belajar.

18

Tim Praktek Kerja Lapangan melakukan survey pada siswa SMP Negeri
Rasiei dengan melakukan wawancara dan berinteraksi langsung dengan mereka
baik didalam kelas maupun diluar kelas.

Tabel 7
Siswa tetap hadir disekolah, ketika guru bahasa Inggris berhalangan hadir
Alternatif Jawaban

Ya

34

100

Tidak

Jawaban

34

100

Berdasarkan tabel diatas disimpulkan bahwa kehadiran siswa ketika guru bahasa
Inggris sedang berhalangan hadir disekolah 100% sedangkan yang tidak hadir 0%.
Hal ini bisa dilihat bahwa semangat siswa SMP N Rasiei untuk bersekolah tinggi.

Tabel 8
Bersemangat ketika mengikuti pelajaran bahasa Inggris hingga selesai
Alternatif Jawaban

Ya

20,5

Tidak

25

73,5

Jawaban

34

100

Dari table di atas dapat disimpulkan bahwa semangat siswa untuk mengikuti
pelajaran bahasa Inggris hingga selesai hanya 20,5%, sedangkah 73,5% tidak
begitu semangat dalam mengikuti pelajaran bahasa Inggris hingga selesai.

19

Tabel 9
Menjawab pertanyaan yang di berikan oleh guru bahasa Inggris dengan baik
dan benar
Alternatif Jawaban

Ya

15

44,1

Tidak

19

55,9

Jawaban

34

100

Dari table diatas dapat di ketahui bahwa usaha siswa untuk mengerjakan soal-soal
yang di berikan itu oleh guru itu sedikit. Dari 34 siswa hanya sekitar 44,1% yang
mengerjakan soal dengan baik dan benar, sedangkan 55,8% sisanya tidak
mengerjakan soal dengan baik dan benar.

Tabel 10
Mengerjakan tugas/PR Bahasa Inggris dengan bersungguh-sunguh
Alternatif Jawaban

Ya

26,4

Tidak

25

73,6

Jawaban

34

100

Berdasarkan table diatas dapat kita ketahui bahwa siswa yang mengerjakan
tugas/PR dengan bersungguh-sungguh hanya 26,4%, sedangkan sisanya sebesar
73,5% tidak mengerjakan dengan bersungguh-sungguh.

20

Tabel 11
Mengulangi pelajaran Bahasa Inggris di rumah

Alternatif Jawaban

Ya

14,7

Tidak

29

85,3

Jawaban

34

100

Dari table diatas dapat kita lihat bahwa siswa yang mengulang pelajarannya,
khususnya mata pelajaran bahasa Inggris hanya sekitar 14,7%, sedangkan sisanya
sebesar 85,2% tidak mengulangi pelajaran kembali di rumah.

Tabel 12
Belajar bahasa Inggris ketika ada waktu luang
Alternatif Jawaban

Ya

8,99

Tidak

31

91,1

Jawaban

34

100

Dari table diatas bisa kita lihat bahwa siswa yang meluangkan waktunya untuk
belajar bahasa Inggris hanya 8.8%, sisanya yang sebesar 91,1% tidak belajar
bahasa Inggris ketika memiliki waktu luang. Oleh karena itu, Perlu adanya
motivasi yang kuat dari guru maupun orang tua untuk membagun minat siswa
dalam belajar terutama pelajaran bahasa Inggris.
Dari hasil wawancara beberapa siswa di sekolah disimpulkan juga bahwa
sebagian siswa masih bersikap negatif atau tidak senang terhadap mata pelajaran
Bahasa Inggris yang diajarkan di sekolah. Padahal dalam proses belajar sikap
merupakan dynamic force yang dapat mendorong peserta didik untuk giat atau
bermalas-malasan dalam belajar. Para peserta didik ini merasa sulit untuk
memepelajari bahasa asing tersebut. Bahkan ketika ada yang mencoba
menggunakan bahasa Inggris dalam kehidupan keseharian dengan maksud agar
lebih pandai berbahasa Inggris, teman mereka menganggap sikap itu terlalu

21

berlebihan dan tidak perlu untuk dilakukan. Berbanding terbalik ketika kami
mengajarkan Bahasa Inggris diluar kelas, peserta didik ini merasa senang dan
bersemangat.
Sikap negatif yang diperlihatkan para siswa ini dipicu oleh beberapa
faktor, diantaranya : guru yang jarang masuk dan mengisi kelas bahasa Inggris,
selain itu media mereka untuk mempelajari bahasa sangat terbatas. Sekolah belum
memiliki laboratrium bahasa. Di sekitar sekolah dan kampung-kampung tempat
mereka tinggal kami pun tak menjumpai adanya tempat kursus Bahasa Inggris. Ini
menunjukan ketertarikan masyarakat untuk belajar bahasa asing masih rendah.
Padahal Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional seharusnya memiliki daya
pikat tersendiri.

C. Media belajar
Istilah media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak
dari
medium.

Secara

harfiah

berarti

perantara

atau

pengantar.

Pengertian

umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari


sumber informasi kepada penerima informasi.
Media menurut AECT (Assosiation for Educational Communication and
Technology) adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan
pesan. Sedangkan Gagne mengartikan media sebagai jenis komponen dalam
lingkungan peserta didik yang dapat merangsang mereka untuk belajar.
Briggs mengartikan media sebagai alat untuk memberikan perangsang bagi
peserta didik agar terjadi proses belajar.
Pekerjaan mengajar tidak selalu harus diartikan sebagai kegiatan
menyajikan materi pelajaran. Meskipun penyajian materi pelajaran memang
merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran, tetapi bukanlah satu-satunya.
Masih banyak cara lain yang dapat dilakukan tenaga pendidik untuk membuat
peserta didik belajar. Peran yang seharusnya dilakukan tenaga pendidik adalah
mengusahakan agar setiap peserta didik dapat berinteraksi secara aktif dengan
berbagai sumber belajar yang ada.

22

Media

pembelajaran

adalah

media

yang

digunakan

dalam

pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu tenaga pendidik dalam mengajar serta
sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar
(peserta didik). Oleh karena itu media yang menarik akan membawa ketertarikan
atau minat peserta didik dalam pembelajaran sehingga pesan yang disampaikan
pada peserta didik dapat mudah tercapai. Sebagai penyaji dan penyalur pesan,
media

belajar dalam

hal-hal

tertentu

bisa

mewakili

tenaga

pendidik

menyajiakan informasi belajar kepada peserta didik. Jika program media itu
didesain dan dikembangkan secara baik, maka fungsi itu akan dapat
diperankan oleh media meskipun tanpa keberadaan tenaga pendidik.
Media juga merupakan salah satu faktor yang bisa membuat peserta didik
semangat dalam belajar. Semakin menarik media belajar dalam pembelajaran
maka minat belajar peserta didik juga bisa semakin tinggi. Seperti yang terjadi
disekolah SMP N Rasiei. Media belajar yang dimiliki sekolah tersebut untuk mata
bahasa Inggris hanya sebatas buku belajar saja. Berikut persepsi siswa terhadap
media belajar bahasa Inggris.

Tabel 12
Media belajar yang dimiliki sekolah SMP N Rasiei

No

Media Belajar

Buku belajar

Tabel 13
Menyukai media belajar saat ini
Alternatif Jawaban

Ya

11

32,3

Tidak

23

67,7

Jawaban

31

100

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa siswa kurang menyukai media


belajar yang ada pada sekolah SMP N Rasiei Saat ini. Hal ini bisa dilihat dari

23

hasil angket diatas, bahwa 64,5% siswa tidak menyukai media belajar bahasa
Inggris saat ini dan 35,5% siswa menyukai media belajar saat ini.

Tabel 13
Mengerti terhadap media belajar yang digunakan saat ini

Alternatif Jawaban

Ya

29

85,2

Tidak

14,8

Jawaban

31

100

Dari tabel diatas bahwa siswa SMP N Rasiei paham dan mengerti terhadap
media belajar yang dipakai saat ini hampir seluruhnya. Hal ini dapat dillihat dari
hasil angket diatas bahwa 82,2% siswa mengerti dengan media belajar bahasa
Inggris dan 14,8% siswa tidak mengerti terhadap media belajar yang digunakan
saat ini. Agar seluruh siswa mengerti 100% terhadap media belajar yang
digunakan, peran guru seharusnya bisa memodifikasi media belajar yang ada
misalnya mengubah buku teks belajar yang standar kedalam konteks lokal agar
media belajar tersebut mudah di pahami siswa.
Dari interview terhadap beberapa siswa yang dipilih secara random, 8 dari
10 siswa mengatakan bahwa media belajar bahasa Inggris yang dimiliki sekolah
saat ini sangat kurang, bahkan juga jika dilihat mungkin tidak memenuhi standar
produktifitas media belajar layak pakai. Kurang lebih hal ini yang membuat
semangat dan minat siswa SMP N Rasie statis terhadap media belajar bahasa
Inggris.

4.3 Opini Masyarakat


Respon masyarakat terhadap pendidikan sangat antusias, apalagi dengan
telah dibangunya sekolah SMP N Rasiei di distrik Rasiei, hal ini bisa dilihat dari
terus menigkatnya partisipasi masyarakat dalam menyekolahkan anak mereka.
Sehingga setiap tahunnya sekolah SMP N Rasiei selalu mengalami penigkatan
jumlah siswa pendaftar. Sementara itu dengan kondisi gedung sekolah yang masih

24

terbatas, pihak sekolah membatasi kuota penerimaan siswa baru. Oleh karena itu
hampir separuh dari jumlah siswa pendaftar dialihkan ke sekolah lain.
Dari hasil bincang-bincang dengan salah satu warga sekitar, mengatakan
bahwa sekolah SMP N Rasiei sangat membantu dalam kebutuhan edukatif anak
kami, karena disitulah anak-anak kita mulai mengukir impian-impian mereka
untuk kelak menjadi pribadi-pribadi yang bisa membangun tanah Wasior ini
menjadi lebih makmur dan lebih baik.
Dengan kondisi masyarakat yang antusias terhadap pendidikan anak
mereka dapat menjadi titik acu semangat anak mereka dengan motivasi orang tua
mereka sendiri. Hal ini bisa dilihat dari keadaan mereka, walaupun sebagian orang
tua siswa adalah nelayan ataupun petani namun hal ini tidak memutuskan
semangat siswa untuk terus bersekolah dan orang tua yang terus berupaya
menyekolahkan anak mereka.
Perilaku masyarakat ini bisa menjadi motivasi sekolah untuk terus
membangun dan menciptakan SMP N Rasie menjadi lebih unggul yang bisa
meciptakan bibit-bibit anak bangsa yang edukatif dan religius seperti yang
diharapkan masyarakat.

25

BAB V
PENUTUP

Berdasarkan penilitian yang telah dilakukan di SMP N Rasie mengenai


minat siswa terhadap mata pelajaran bahasa, yang telah dikemukakan pada bab
sebelumnya,maka pada bab ini kami mengemukakan kesimpulan dan saran
sebagai berikut :

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa kelas IX
SMP N Rasiei, kami simpulkan bahwa;
1. Sebagian besar minat siswa terhadap mata pelajaran bahasa Inggris
sangat minim, sehingga perlu adanya dorongan motivasi dari guru
yang membantu semangat siswa dalam belajar bahasa Inggris.
2. Semangat atau minat siswa terhadap mata pelajaran bahasa Inggris,
selain dipicu oleh sikap guru dan sikap siswa dalam pembelajaran
juga dikarenakan minimnya sarana prasarana atau media penunjang
belajar dalam membantu proses pembelajaran.
3. Perlu adanya perhatian khusus dalam pengembangan minat siswa
terhadap mata pelajaran bahasa Inggris, karena bahasa Inggris
merupakan salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Akhir
Nasional.
4. Peran masyarakat atau orang tua dalam pembangunan pendidikan
sangatlah membantu. karena minat siswa dalam belajar juga bisa
diukur dari motivasi dan dorongan orang tua yang selalu diberikan
kepada anak.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar perlu di perhatikan
agar menimbulkan minat belajar siswa yang baik. Faktor itu harus
mencapai 100% agar minat siswa baik dalam belajar terutama bahasa
Inggris.

26

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpuan dari penelitian diatas, kami sarankan bahwa;
1. Dengan keadan yang serba terbatas oleh sarana dan prasaran hendaknya
guru berusaha menciptakan media belajar sederhana yang bisa
membangun semangat siswa dalam belajar bahasa Inggris.
2. Hendaknya pemerintah daerah lebih intensif dalam melihat kondisi
pendidikan disekolah terutama dalam minimnya media belajar.
3. Kepala sekolah harus proaktif dalam mengontrol kinerja guru dan selalu
memberikan motivasi kepada guru agar kondisi sekolah selalu hidup dari
segi semangat guru dan siswa.
4. Perlunya evalusai kinerja mengajar dengan tujuan perkembangan mengajar
terahadap diri sendiri bagi guru agar selalu menjadi parameter langkah
mengajaran berikutnya.

27

Anda mungkin juga menyukai