Anda di halaman 1dari 3

Bilmillahi Rahmani Rahim

Yth Dosen Bahasa Indonesia


dan rekan-rekan sesama mahasiswa yang saya banggakan
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu
Puji serta syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkah dan ridho-Nyalah sehigga kita
dapat berkumpul di tempat ini. Tak lupa juga junjungan dan salam ke pada kekasih Allah swt
yakni Nabiullah Muhammad Swt.
Para hadirin yang saya hormati
Diskursus pendidikan adalah diskursus yang sangat pelik dan kompleks, karena problema
kebangsaan adalah problema intelektual yang mengalami degradasi yang sangat ironis. Kesan
yang timbul adalah apresiasi masyarakat yang tidak percaya lagi terhadap dunia pendidikan.
Oleh karena itu pada kesempatan ini saya akan mengangkat sebuah topik Membangun
paradigma baru pendidikan yang benar dalam konteks kekinian.
Saudara-saudara yang saya hormati
Sebagaimana kita ketahui Sistem Pendidikan Nasional Indonesia senantiasa berubah seiring
dengan konstelasi kehidupan berbangsa dan bernegara secara keseluruhan yang harus
sejalan dengan tuntutan-tuntutan era reformasi. Reformasi mengendaki suatu tatanan
berbangsa dan bernegara yang menjunjung tinggi kemanusiaan, demokrasi, penegakan
hukum, keadilan, dan perwujudan masyarakat madani. Reformasi Indonesia juga
mencuatkan adanya kebutuhan sosok manusia yang bertaqwa dan berakhlak mulia, berjiwa
patriotis, dan memiliki semangat nasionalisme, dan juga menguasai Ipteks. Pada akhirnya, di
era reformasi ini pendidikan dituntut dapat memfasilitasi terwujudnya sosok manusia dan
masyarakat yang reformis.
Saudara-saudara yang saya hormati
Sebuah fenomena yang sangat memprihatinkan terhadap realitas dunia pendidikan hari ini,
telah terjadi pergeseran "paradigma pendidikan" ditingkat masyarakat bangsa kita. Baik
masyarakat atas, menengah maupun masyarakat bawah. Hal ini diakibatkan adanya problema
dalam cara pandang masyarakat kita terhadap pendidikan itu sendiri, pendidikan hampir
tidak pernah dilihat dari sudut pandang yang lebih holistik (keseluruhan) atau pendidikan
ditinjau dari sudut pandang pendidikan itu sendiri. Fenomena yang berkembang dalam cara
pandang masyarakat terhadap pendidikan malah sering kali cenderung materealistik,
sehingga membentuk pola hidup yang cenderung individualistik. Apa- apa yang dimiliki dalam
"kesuksesannya" dianggap hasil dari usahanya sendiri, kerja kerasnya sendiri dan yang lebih
parah maunya dimiliki sendiri. Terlupa bahwa, "kesuksesesan" yang kita raih pasti juga

dipengaruhi oleh variabel-variabel diluar diri kita, terlebih variable nilai transendental
(ketuhanan). Hal ini kemudian yang menyebabkan terbentuknya miniatur egoisme
"kepemilikan" yang sering kali memberikan pengaruh terhadap penurunan kualitas diri yang
kemudian menyebabkan munculnya potensi konflik dalam bangunan sosial kemanusiaan kita.
Di lain sisi proses pendidikan bangsa kita juga ternyata telah mereduksi makna
pendidikan itu sendiri. Pendidikan tidak lagi bermakna "pendidikan" yang mempunyai muatan
holistik (intelektual, spiritual, emosional) tapi lebih bermakna pada megahnya miniatur
institusi pendidikan, politisasi pendidikan dan komersialisasi pendidikan. Pendidikan tidak
lagi menjadi sarana untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya manusia yang nantinya
mampu untuk membawa martabat serta derajat bangsa, memberikan kewibawaan bangsa
yang mempunyai tradisi intelektual, yang bukan malah membanggakan tradisi korupsi. Hal ini
tentunya sangat memprihatinkan ketika memaknai pendidikan hanya sekedar saja, sekedar
sekolah, sekedar kuliah pada akhirnya juga nantinya akan memunculkan manusia yang hanya
"sekedar manusia". Manusia yang tidak memahami akan tanggung jawab kemanusiaannya baik
secara individu maupun sosial, secara vertikal maupun horizontal. Inilah potret wajah dunia
pendidikan bangsa kita yang ternyata sangat jauh sebetulnya dari orientasi pendidikan.
Banyak pengakuan orang- orang yang menganggap dirinya berpendidikan tapi sesungguhnya
tidak cukup "berpendidikan". Kenapa...? sebab pendidikan tidak hanya identik dengan
keberadaan kita di institusi pendidikan saja, tapi juga identik dengan bangunan moralitas,
akhlak, etika, estetika dan juga logika. Pendidikan mempunyai orientasi proses pencerdasan
nilai kemanusiaan yaitu nilai intelektualitas, spritualitas juga emosionalitas. Jadi kita
berhak untuk mengklaim diri orang yang "berpendidikan" ketika kita benar- benar merasa
mempunyai kualitas kecerdasan yang holistik.
Saudara-saudara yang saya hormati
Menyikapi persoalan bangsa ini khususnya dalam dunia pendidikan perlu adanya upaya
pengkajian untuk memilih paradigma pendidikan yang mampu menjabarkan kebutuhankebutuhan substantif pendidikan dalam berbagai dimensi dan konteks keilmuan untuk
menjawab tantangan kekinian dalam kehidupan global,disamping juga diperlukan perubahan
orientasi pendidikan, yang:(1) dari sisi pendekatan parsial-sektoral ke holistik-intersektoral;
(2) dari penyelanggaraan KBM teacher centered ke student centered; dan (3) dari mutu
pendidikan yang berorientasi pada wawasan lokal nasional ke mutu pendidikan yang bertaraf
internasional dan tentunya (4) Pendidikan yang mempunyai orientasi proses pencerdasan
nilai kemanusiaan yaitu nilai intelektualitas, spritualitas juga emosionalitas.
Tentunya penjabaran ini diharapkan tidak sekedar menjadi wacana yang nantinya hanya
digaungkan ditengah-tengah masyarakat global.
upaya-upaya dari segenap lapisan
masyarakat serta kontrol dari pemerintah sangat dibutuhkan untuk membagun paradigma
pendikan baru yang lebih bermartabat. Oleh karena itu untuk mengimplementasikan hal ini di
perlukan upaya-upaya konkret seperti : pertama perlunya lembaga akuntabilitas pendidikan

nasional yang bertugas untuk: (1) memperhatikan dan mengikuti perkembangan pendidikan
bangsa-bangsa lain, sehingga pendidikan nasional memiliki daya saing internasional; (2)
menentukan arah, tujuan dan hasil-hasil pembangunan pendidikan jangka menengah yang ingin
dicapai; (3)menentukan kriteria pendidikan nasional yang berorientasi pada dinamika
perubahan standar internasional; kedua; mengembangkan model-model pengelolaan
pendidikan (educational management) yang mempertimbangkan diversifikasi pendidikan
berdasarkan kebutuhan masyarakat dan kebutuhan pembangunan yang beragam; ketiga;
mengembangkan gagasan-gagasan pembangunan pendidikan yang diturunkan dari prioritas
kebijakan pembangunan nasional, yang melibatkan kepentingan-kepentingan inter-sektoral
dan inter-disiplin; keempat; Mengembangkan panduan KBM yang lebih ditekankan pada
pengembangan dan pembinaan inisiatif serta kreativitas siswa; kelima; Mengembangkan dan
membina program-program peningkatan mutu pendidikan yang berorientasi pada materi
kurikuler dan mutu serta standar penilaian yang secara internasional dapat dibandingkan
dengan negara-negara lain di dunia.
Saudara-saudara yang saya hormati
Mulai dari sekarang marilah kita mengevaluasi kembali pergeseran "paradigma pendidikan"
bangsa ini, baik itu kaum elite, menengah maupun masyarakat bawah. Kesadaran terhadap
betapa pentingnya proses pendidikan adalah merupakan salah satu variabel didalam
menyelesaikan persoalan bangsa. Sentuhan terhadap pergeseran paradigma pendidikan
merupakan langkah awal dalam mengawali perubahan sistem pendidikan nasional bangsa kita.
Sebab, harus diakui bahwa sistem pendidikan nasional bangsa kita belum mampu
memberikan muatan kecerdasan yang lebih holistik. Dan perlu kita ketahui pula hanya
dengan pendidikanlah kita dapat memanusiakan manusia sesuai dengan kodratnya sehingga
akan berimbas pada tujuan pendidikan
sebagaimana yang kita cita-citakan yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara.
Mungkin hanya ini yang bisa saya sampaikan, mohon maaf segala kekurangan karena sebagai
manusia kita tidak luput dari khilafan dan semoga kita dapat mengambil hikmahnya
Wabillahi taufik walhidayah wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

@yuny

Anda mungkin juga menyukai