748 814 1 PB PDF
748 814 1 PB PDF
Abstrak: Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan penyakit genetik multifaktor yang endemik
dan mempunyai perbedaan signifikan dalam distribusi geografis. Selain faktor infeksi virus
Epstein-Barr (EBV), insidensi KNF diperkirakan muncul akibat peran faktor genetik seperti
polimorfisme gen PIGR. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi alotip gen PIGR
dan hubungannya dengan kerentanan individu terhadap KNF pada populasi Indonesia.
Penelitian dilakukan dengan analisis PCR-RFLP gen PIGR menggunakan enzim Hga I. Dengan
teknik ini, determinasi alel gen PIGR dilakukan pada pasien KNF dan kontrol sehat dari
beberapa populasi suku dan etnis Indonesia yang ada di Jakarta. Hasil penelitian ini
mendapatkan bahwa distribusi genotip dan frekuensi alel gen PIGR antara penderita KNF
dengan individu kontrol sehat, maupun antara kelompok pribumi dan etnis Cina di Indonesia,
baik alel T maupun alel C, tidak berbeda secara signifikan. Dari penelitian ini bahwa
kemungkinan alotip gen PIGR tidak berhubungan dengan karsinogenesis pada populasi Indonesia. Namun diperlukan penelitian lanjut dengan sampel yang lebih besar yang mewakili
berbagai subpopulasi Indonesia untuk mengkonfirmasi hasil ini.
Kata kunci: Alotip, gen PIGR, polimorfisme gen, KNF, EBV
489
Pendahuluan
Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan penyakit
genetik multifaktor dengan karakteristik endemik.1 KNF
adalah subset yang unik dari karsinoma sel skuamosa di
kepala dan leher. KNF relatif jarang di dunia, namun insidensi
KNF mempunyai perbedaan yang signifikan sehubungan
dengan distribusi geografis,2 yaitu umumnya kurang dari 1/
100 000, kecuali pada populasi yang hidup di Cina Selatan
dan populasi di daerah Cina lainnya, Asia Tenggara, India
Barat Daya, Yunani, Aljazair dan Tunisia, dan Eskimo di
Alaska dan Green Land.3-5
Tingginya insiden KNF di Negara-negara Asia tertentu,
menimbulkan dugaan bahwa faktor genetik ikut berperan
dalam patogenesis penyakit.6 Sebagai contoh, risiko KNF
pada populasi migran Cina atau Afrika Utara lebih tinggi
dibandingkan populasi lainnya.2,3 Angka tertinggi insiden
KNF dilaporkan di Cina Selatan (Guangdong) yaitu 30-50/
100 000; sedangkan di Thailand dengan rasio 3/100 000 pada
orang Thailand dan 10/100 000 pada keturunan campuran
Cina-Thailand.7
Ras Mongoloid merupakan faktor dominan timbulnya
KNF, sehingga kekerapannya cukup tinggi pada penduduk
Guangdong, Hongkong, Vietnam, Thailand, Malaysia,
490
Jumlah C C
CT
TT
Frekuensi Alel
C (%) T
(%)
KNF
Kontrol
102
117
2
7
70
68
30
42
36,27
35,04
63,73
64,96
Total
219
138
72
35,62
64,38
Jumlah
CC
CT
TT
Frekuensi Alel
C (%)
T (%)
Pribumi
Cina
176
43
7
2
111
27
58
14
35,51
36,05
64,49
63,95
Jumlah
219
138
72
35,62
64,38
Diskusi
Pada penelitian ini didapatkan bahwa stadium kanker
pada pasien KNF yang datang berobat ke RSCM kebanyakan
adalah dalam stadium lanjut dengan porsi sebesar 76,47 %,
diikuti stadium awal, dan residif. Tingginya jumlah pasien
KNF dalam stadium lanjut yang berobat ke RSCM dapat
disebabkan kurangnya pengetahuan pasien terhadap
penyebab dan gejala-gejala KNF. Selain itu, menentukan jenis
kanker juga tidak mudah akibat lokasi kanker yang sulit
dijangkau dan dilihat. Menurut Roezin dan Adham,4 diagnosis dini KNF memang cukup sulit ditegakkan karena posisi
nasofaring yang tersembunyi di belakang tabir langit-langit
dan terletak di bawah dasar tengkorak serta berhubungan
dengan banyak daerah penting di dalam tengkorak serta lateral maupun posterior leher. Karena lokasi yang tidak mudah
diperiksa bagi mereka yang bukan ahli, seringkali tumor
Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 11, November 2010
494
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Mutirangura A. Molecular mechanisms of nasopharyngeal carcinoma development. Res Adv Res Updates Med. 2000;1:18-27.
Mutirangura A, Tanunyutthawongese C, Pornthanakasem W,
Kerekhanjanarong V, Sriuranpong V, Yenrudi S, et al. Genomic
alteration in nasopharyngeal carcinoma: loss of heterozygosity
and Epstein-Barr virus infection. Br J Ca.1997;76:770-6.
Parkin DM, Bray F, Ferlay J, Pisani P. CA: A cancer journal for
clinicians. Global cancer statistics(Cited 2005 Sept 24) Online
ISSN: 1542-4863. Available from: http//:www.caonline.amcancersoc.org./cgi/contet/full/55/2/74.
Roezin A, Adham M. Karsinoma nasofaring. Dalam: Soepardi
EA, Iskandar N, Bashiruddin J, dan Restuti RD, Editor. Buku Ajar
Ilmu Kesehatan: Telinga, hidung, tenggorok, kepala, dan leher.
Edisi ke 6. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.hal.146-50
Weber GF. Molecular mechanism of cancer. Netherland: Springer;
2007.hal.509-10.
Feng P, Ren EC, Liu D, Chan SH, Hu H. Expression of EpsteinBarr virus lytic gene BRLF1 in nasopharyngeal carcinoma: potential use in diagnosis. J Gen Virol. 2000; 81: 2417-23.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
McDermott Al, Dutt SN, Watkinson JC. The aetiology of nasopharyngeal carcinoma. Clin Otolaryngol. 2001; 26:82-92.
Susworo R. Kanker Nasofaring: Epidemiologi dan pengobatan
mutakhir. Cermin Dunia Kedokteran. 2004;144: 16-9.
Gallicchio L, Matanoski G, Tao XG, Chen L, Lam TK, Boyd K, et
al. Adulthood consumption of preserved and nonpreserved vegetables and the risk of nasopharyngeal carcinoma: a systematic
review. Int J Cancer. 2006; 119: 1125-35.
Chen L, Gallicchio L, Boyd-Lindsley K, Tao XG, Robinson KA,
Lam TK, et al. Alcohol consumption and the risk of nasopharyngeal carcinoma: a systematic review. Nutr Cancer. 2009;61:115.
Jeannel D, Hubert A, de Vathaire F, Eliouz R, Camoun M, Ben
Salem M, et al. Diet, living conditions and nasopharyngeal carcinoma in Tunisia: A case-control study. Int J Cancer. 1990; 46:4215.
Cheung F, Pang SW, Hioe F, Cheung KN, Lee A. Nasopharyngeal
carcinoma in situ: Two cases of an emerging diagnostic entity.
Cancer. 1998;83:1069-73.
Thompson MP dan Kurzrock R. Epstein-Barr virus and cancer.
Clin Cancer Res. 2004;10:803-21.
Zhang JR, Mostov KE, Lamm ME, Nanno M, Shimida S, Ohwaki
M, et al. The polymeric immunoglobulin receptor translocates
pneumococci across human nasopharyngeal epithelial cells. Cell.
2000;102:827-37.
Hirunsatit R, Kongruttanachok N, Shotelersuk K, Supiyaphun P,
Voravud N, Sakuntabhai A, et al. Polymeric immunoglobulin receptor polymorphisms and risk of nasopharyngeal cancer. BMC
Genetics. 2003;4:1-9.
Sastroasmoro S. dan Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian
klinis. Edisi ke-2. Jakarta:CV Sagung Seto; 2002.
Maniatis T, Fritsch EF, Sambrook J. Molecular cloning: A laboratory manual. 2nd edition. New York: Cold Spring Harbor Laboratory Press; 1989.
Medis R. Statistical handbook for non-statistician. London:
McGraw-Hill
MS/MH/FS
495