Anda di halaman 1dari 15

SISTEM SENSORI*

A. Tujuan:
1. Mengetahui letak reseptor sensorik pada organ sensorik.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja reseptor sensorik.
B. Dasar teori
Alat indra adalah alat-alat tubuh yang berfungsi mengetahui keadaan luar. Alat indra
manusia sering disebut panca indra, karena terdiri dari lima indra yaitu indra penglihat
(mata), indra pendengar (telinga), indra pembau/pencium (hidung), indra pengecap (lidah)
dan indra peraba (kulit) (Chambell, 2004).
1. Indra Penglihat (Mata).
Mata adalah indera yang digunakan untuk melihat lingkungan sekitarnya dalam bentuk
gambar sehingga mampu dengan mengenali benda-benda yang ada di sekitarnya dengan
cepat.Mata merupakan indra penglihat

yang menerima rangsang berupa cahaya

(fotooreseptor).
2. Indra Pendengar (Telinga)
Telinga adalah alat indra yang memiliki fungsi untuk mendengar suara yang ada di sekitar
kita.Telinga merupakan indra pendengaran yang menerima rangsang berupa suara
(fonoreseptor). Selain berungsi sebagai indra pendengaran, telinga juga sebagai alat
keseimbangan.
3. Indra Pembau (Hidung)
Hidung adalah indera yang kita gunakan untuk mengenali lingkungan sekitar atau sesuatu
dari aroma yang dihasilkan. Serabut-serabut saraf penciuman terdapat pada bagian atas
selaput lendir hidung. Serabut-serabut olfaktori berfungsi mendeteksi rangsang zat kimia
dalam bentuk gas di udara (kemoreseptor).
4. Indra Pengecap (Lidah)
Lidah adalah alat indera yang berfungsi untuk merasakan rangsangan rasa dari makanan yang
masuk ke dalam mulut kita. Bagian lidah yang berbintil-bintil disebut papila adalah ujung
saraf pengecap. Setiap bintil-bintil saraf pengecap tersebut mempunyai kepekaan terhadap
rasa tertentu berdasarkan letaknya pada lidah. Pangkal lidah dapat mengecap rasa pahit, tepi
lidah mengecap rasa asin dan asam serta ujung lidah dapat mengecap rasa manis.

5. Indra Peraba (Kulit)


Kulit adalah alat indera kita yang mampu menerima rangsangan temperatur suhu, sentuhan,
rasa sakit, tekanan, tekstur, dan lain sebagainya. Pada kulit terdapat reseptor yang peka

terhadap rangsang fisik (mekanoreseptor). Kulit berfungsi sebagai alat pelindung bagian
dalam, misalnya otot dan tulang; sebagai alat peraba dengan dilengkapi bermacam reseptor
yang peka terhadap berbagai rangsangan; sebagai alat ekskresi; serta pengatur suhu tubuh.
Terdapat berbagai bentuk impuls yang dapat diterima oleh indra, yaitu:
1. Rangsang Kimia diterima oleh Kemoreseptor
Pada proses penerimaan rangsang kimia (kemoresepsi), terjadi interaksi antara bahan
kimia dengan kemoreseptor membentuk kompleks bahan kimia-kemoreseptor. Kompleks
tersebut mengawali proses pembentukan potensial generator pada reseptor, yang akan segera
menghasilkan potensial aksi pada sel saraf sensoris dan sel berikutnya sehingga akhirnya
timbul tanggapan (Villee, 1999).
2. Rangsang Mekanik diterima oleh Mekanoreseptor
Proses peneriman rangsang mekanik dinamakan mekanoresepsi. Mekanisme
mekanoresepsi adalah sebagai berikut; Rangsang mekanik yang menekan reseptor
menyebabkan

membrane

mekanoreseptor

meregang.

Peregangan

membrane

mekanopreseptor tersebut menimbulkan perubahan konformasi protein penyusun pintu ion


Na+.

Pintu

ion

Na+

terbuka

diikuti

terjadinya

perubahan

elektrokimia

yang

mendepolarisasikan mekanoreseptor (campbell, 2004).


Mekanoresepsi memiliki reseptor untuk menerima rangsang tekanan, suara, dan
gerakan. Bahkan insekta juga mempunyai mekanoreseptor pada permukaan tubuhnya, yang
dapat memberikan informasi mengenai arah angin, orientasi tubuh saat berada dalam
ruangan, serta kecepatan gerakan dan suara. Variasai reseptor akan akan tampak semakin
jelas apabila kita mengalami mekanoreseptor pada vertebrata (Subowo, 1992).
3. Rangsangan Suhu diterima oleh Termoreseptor
Termoresepsi adalah proses mengenali suhu tinggi dan rendah serta perubahan suhu
lingkungan. Peningkatan suhu secara ekstrem akan mempengaruhi struktur protein dan enzim
sehingga tidak dapat berfungsi secara maksimal. Hal ini dapat mengganggu penyelenggaraan
berbagai reaksi metabolik yang penting dalam tubuh spesies. (Wijaya, 2007)
4. Rangsang Cahaya diterima oleh fotoreseptor
Tanpa adanya cahaya kehidupan akan gelap gulita. Ini sama pentingnya dengan
keberadaan inra untuk menangkap cahaya. Mulai mikroorganisme dan makroorganisme
ternyata juga dapat mendeteksi cahaya. Struktur fotoreseptor berfariasi, dari yang paling
sederhana berupa eye-spot hingga struktur yang rumit dan terorganisasi dengan baik seperti
yang dimiliki vertebrata (Dellmann & Esther, 1992)..

C. Alat, Bahan dan Cara Kerja


Pada praktikum ini, terdapat empat kelompok yang melakukan serangkaian uji sistem
sensori yang berbeda pada tiap kelompoknya. Pembagian uji ini sebagai berikut:
a.

Kelompok 1 (Satu)

1.1 Pengecap
I.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah cotton bud, cawan petri, gelas kimia, sapu tangan,
tissue/ kapas dan bahan-bahan yang digunakan, yaitu larutan NaCl (asin), larutan asam,
larutan glukosa (manis), larutan kopi tanpa gula (pahit), larutan masako/royco (gurih), air
putih.
II.

Cara Kerja

Peta rasa pada lidah


1)

Gusi dan lidah dibersihkan terlebih dahulu dari sisa-sisa makanan dengan berkumur,
kemudian lidah dibersihkan dengan tissue/ kapas agar tidak basah oleh air ludah.

2) Cairan dituangkan pada cawan petri dan cotton bud direndam pada tiap larutan.
3) Mata praktikan ditutup, agar praktikan tidak mengetahui larutan apa yang dipergunakan.
4) Cotton bud disentuhkan disentuhkan pada tempat-tempat pusat pengecap. Tanyakan: apakah
pada daerah yang disentuh merasakan rasa larutan tertentu (sesuai atau tidak dengan macam
larutan yang dicobakan).
5)

Bila jawaban praktikan sesuai dengan larutan yang dicobakan, maka pada gambar lidah
diberi tanda + dan bila tidak sesuai diberi tanda

6) Intensitas rasa ditentukan pada setiap tempat mana yang disentuhkan dengan tanda (tidak
terasa), + (kurang terasa), ++ (terasa), dan +++ (sangat terasa).
7) Percobaan diulangi dengan cotton bud yang lai sesuai larutannya.
8)

Percobaan diulangi pada orang lain dengan cotton bud yang berbeda. Kemudian
dibandingkan hasilnya.

9) Peta rasa pada pada lidah dibuat sesuai dengan pecobaan yang dilakukan.
Pengaruh suhu pada kepekaan reseptor rasa.
1) Cotton bud disentuhkan pada tempat tertentu dilidah. Dicatat waktu yang diperlukan untuk
merasakan rasa.
2) Kumur-kumur dengan air putih. Ambil es batu dan kulum selama 5 detik.
3)

Cotton bud disentuhkan pada tempat yang sama , dicatat waktu yang diperlukan untuk
merasakan rasa tersebut.

1.2 Pembau
I.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah syringe 2,5 ml , sapu tangan, kapas dan bahan-bahan
yang digunakan, yaitu bawang merah/bawang putih, jahe, kencur, minyak cengkih.
II.

Cara Kerja

1) Praktikan tidak boleh flu/pilek


2) Mata yang bersangkutan ditutup
3) Bahan uji yang telah dipotong salah satu sisinya diambil untuk sensor pembau.
4) Didekatkan bahan ke lubang hidung satu sisi, sedangkan sisi lubang hidung yang lain ditutup
dengan kapas,

agar

yang membau hanya

satu

sisi

saja. Kemudian praktikan

membau/menghirup. Tanyakan bau apa yang dibaunya. Hasilnya dicatat, setelah itu posisikan
sisi potongan dibalik dan disuruh menghirup lagi. Tanyakan bau apa yang dibaunya dan
mana yang lebih bau pada posisi pertama atau posisi kedua. Dibandingkan dan dicatat
hasilnya.
5) Percobaan diatas diulangi dengan bahan yang lain.
6) Lubang hidung yang satu ditutup dengan kapas dan yang satu tetap terbuka.
7) Bahan uji diambil yang telah dipotong ujungnya
8) Bahan uji didekatkan dengan sisi potongan dekat pada hidung yang terbuka.
9) Diulangi hal ini berkali-kali sampai tidak lagi membau bahan tersebut.
10) Nilai Olfactory Fatigue Time (OFT) dihitung, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
ketidakpekaan (kelelahan) pembau, artinya sampai tidak lagi dapat membau sesuatu. Ulangi
3X, kemudian hitung reratanya.
11) Dihitung Olfactory Recovery Times (ORT), yaitu waktu yang dibutuhkan untuk kesembuhan
pembau, artinya sampai dapat membau kembali. Ulangi 3X, kemudian hitung rata-ratanya
12) Semua percobaan diulangi diatas dengan praktikan yang lain dan dibandingkan hasilnya.

b. Kelompok 2 (Dua)
2.1 Hubungan Pengecap dan Pembau
I.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah tusuk gigi, pisau, kapas/tissue, sapu tangan dan
bahan-bahan yang digunakan, yaitu bengkoang, kentang, apel, air putih.
II.

Cara Kerja

1) Mata praktikan ditutup dan hidungnya ditutup dengan sapu tangan.


2) Lidah dibersihkan dengan kapas atau tissue.

3) Letakkan sekerat bahan, secara bergantian. Tanyakan, apa yang dirasakan setiap kali bahan
diletakkan di lidah, dan tanyakan juga apakah ia dapat membau atau mengecap.
4)

Diulangi percobaan 2X pada praktikan yang sama dan ulangi percobaan untuk praktikan
yang lain. Dibandingkan !

2.2 Reseptor Panas Dingin


I.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah penggaris, jarum pentul, gelas kimia, spidol dan
bahan-bahan yang digunakan, yaitu air hangat dan air dingin.

II.

Cara Kerja

1) Kotak sepanjang 28mm dibuat dan dibagi dalam 14 kotak pada tangan bagian dorsal.
2)

Jarum dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi air hangat dan jarum lain pada air
dingin.

3)

Ditunggu lima menit, sentuhkan sebentar masing-masing jarum itu ke dalam kotak bujur
sangkar pada praktikan secara berurutan.

4) Untuk mempertahankan suhu jarum, dimasukkan lagi jarum ke gelas kimia.


5) Hasilnya dicatat, tanda + untuk kotak yang merasakan dan tanda untuk kotak yang tidak
merasakan.
6) Percobaan diulangi untuk tangan bagian ventral pada praktikan yang sama.

c.

Kelompok 3 (Tiga)

3.1 Pengaruh Dingin Terhadap Rasa Sakit


I.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah jam/stopwatch, tissue dan bahan yang digunakan
adalah es batu
II.

Cara Kerja

1) Praktikan duduk dan telapak tangannya medatar diatas meja.


2) Telapak tangannya dicubit dengan intensitas sedang hingga dia mulai sakit dan meneruskan
hingga dia tidak merasakan sakit/nyeri.
3) Cubitan diulangi pada tempat yang tadi setelah membiarkan praktikan beberapa saat.
4) Diusap es dengan gerakan memutar sekitar daerah itu dan keringkan dengan tissue.
5) Dicatat waktu begitu ia tidak merasakan sakit.
6) Es diusap tetapi pada daerah terdekat dengan area cubitan tadi

7) Dilakukan pada telapak tangan yang lain.


8) Dilakukan pada praktikan yang lain. Dibandingkan !
3.2 Kepekaan Sentuhan
I. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah sapu tangan, spidol, penggaris, jangka.
II. Cara Kerja
1) Praktikan ditutup matanya dan salah satu lengannya diletakkan di atas meja.
2) Kaki jangka diletakkan pada jarak 3 cm dan sentuhkan dengan tekanan ringan kedua kaki
jangka tadi secara bersama-sama pada bagian ventral lengan bawah praktikan. Jika ia
merasakan dua titik maka jarak kedua kaki jangka diperkecil, sebaliknya bila praktikan bila
praktikan merasakan satu titik maka jarak kedua kaki diperbesar.
3)

Dilakukan sedikit-demi sedikit hingga memperoleh jarak terpendek yang masih dirasakan
dua titik oleh praktikan.

4) Data yang diperoleh dicatat


5) Ulangi pada praktikan yang lain.
6) Ulangi kegiatan di atas pada lengan bawah bagian dorsal, telapak tangan bagian ventral dan
dorsal, ujung jari tangan kiri dan tangan kanan, dahi, pipi, tengkuk dan bibir.

d. Kelompok 4 (Empat)
4.1 Bintik Buta
I. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah mata uang logam 5 buah, kertas karton, penggaris.
II. Cara Kerja
1) 5 buah mata uang logam disusun berdiri lurus ke belakang dengan jarak masing-masing
8mm.
2) Salah satu mata ditutup dengan karton tebal. Sedangkan mata yang satunya tertuju pada
bagian tengah dari uang logam yang terdepan.
3) Ditanyakan, berapa banyak uang logam yang tampak? Uang logam yang tidak kelihatan?
Jarak mata uang itu ke mata merupakan jarak benda yang bayangannya jatuh pada bintik
buta.
4) Dicoba mengubah (diperbesar/diperkecil) jarak antar mata uang logam itu, bagaimana
hasilnya? dibandingkan!
5) Mata yang sebelah lagi diuji juga! dan diulangi pada praktikan yang lain.
4.2 Reflek Pupil Terhadap Intensitas Cahaya

I. Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan adalah penggaris, sapu tangan, senter
II. Cara Kerja
1)

Diameter pupil praktikan diukur dan dicatat, dengan meletakkan penggaris dibawah salah
satu matanya.

2)

Praktikan diminta untuk memejamkan mata dan ditutup dengan tangan atau saputangan
sedang penggaris tetap dipegang.

3) Praktikan diminta membuka matanya secara mendadak, hasilnya dibandingkan.


4)

Praktikan diminta kembali untuk memejamkan matanya. Akan lebih baik hasilnya apabila
praktikan berada di tempat gelap.

5)

Praktikan disuruh membuka matanya, secara mendadak mata diterangi dengan senter,
diameter pupil diukur

6)

Cahaya lampu senter diarahkan sesaat ke mata praktikan. Keadaan pupil dicatat. dicatat
seberapa cepat pupil melebar? Seberapa cepat pupil kembali ke keadaan semula?

7) Percobaan diulangi pada praktikan yang lain dan dibandingkan hasilnya.

4.3 Reflek Pupil Terhadap Akomodasi Mata


I.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah penggaris.


II.

Cara Kerja

1) Ukur diameter pupil pada keadaan normal praktikan, dengan meletakkan penggaris dibawah
salah satu matanya
2) Praktikan di minta melihat benda-benda yang jauh letakknya ukur diameter pupilnya.
3) Praktikan diminta melihat benda-benda yang dekat letaknya, ukur diameter pupilnya
4) Ulangi percobaan pada praktikan yang lain dan bandingkan hasilnya.

D. Hasil dan Pembahasan


1. Hasil Pengamatan
1.1 Kelompok 1
i. Pengecap
No.

Rasa

Ujung

Tepi

Pangkal

Manis

Asin

10

Pahit

10

Gurih

Asam

11

12

11

i. Pembau

No.

Nama Bahan

Jahe

Posisi

OFT (s)

ORF (s)

48,5

27,5

57

40,5

51

22

36,5

14

45,5

24

I: +++
II: ++
I: +++
2

Kencur
II:++
I: +++

Bawang merah
II: ++
I: +++

Bawang putih
II: ++

Minyak cengkeh

I: +++

II: ++
*I: posisi bahan yang sudah diiris
*II: posisi bahan yang belum diiris

1.2 Kelompok 2
i. Hubungan Pengecap dan Pembau

Praktikan

Mengecap
Membau
Rasa

Apel
Hidung Hidung
di
di
buka
tutup

Manis
Kurang
(+++)
manis
(++)

Mengecap
Membau
Rasa

Manis
(+++)

Kurang
manis
(++)

Mengecap
Membau
Rasa

Manis
(+++)

Mengecap
Membau
Rasa

Manis
(+++)

Kurang
manis
(++)

Kurang
manis
(++)

Sekerat bahan
Bengkuang
Hidung Hidung
di
di
buka
tutup

Kurang Sangat
manis Kurang
(++)
manis
(+)

Kurang Sangat
manis
Kurang
(++)
manis
(+)

Kurang
pahit
manis
(++)

Kurang Kurang
manis
manis
(++)
(++)

kentang
Hidung Hidung
di buka di tutup

tawar

tawar

Sangat
kurang
manis
(+)

Hambarpahit

Sangat
kurang
manis
(+)

Pahit

tawar

tawar

Keterangan : = bisa mengecap, -- =tidak berbau, (+++)= Manis, (++)=kurang manis,


(+)= Sangat kurang manis
i.

Reseptor Panas Dingin


Praktikan
Reseptor Box
1
2
3

I
Panas
Dorsal Ventral
+
+
+
+
+
+

II
Dingin
Dorsal Ventral
+
+
+
+
+
+

3)

4
+
+
+
+
5
+
+
+
6
+
+
7
+
+
+
8
+
+
+
9
+
+
+
10
+
+
+
11
+
+
12
+
+
+
+
13
+
+
14
+
+
+
+
Hasil
14/14
6/14
12/14
13/14
2) Keterangan, (+)= merasakan, (-) = tidak merasakan
NB: praktikan I untuk perlakuan air panas (hangat) dan praktikan II untuk perlakuan air
dingin.

1.3 Kelompok 3
i. Pengaruh Dingin Terhadap Rasa Sakit
Telap
Leng
ak
Lenga
an
na
tanga
n
bawa
ma
n
bawah
h
ventra
dorsal
l
A 10 mm
25
1 mm
(cw
mm
e)
B(c 20 mm
10
1 mm
we
mm
)
C 20 mm
20
5 mm
mm
Rat 15 mm 17,5 1 mm
amm
rata
cw
e

Telap
ak
tanga
n
dorsal

Ujung
jari
tangan
kiri

Ujung
jari
tanga
n
kanan

dahi

pipi

tengku
k

bibir

15
mm

1 mm

1 mm

10
mm

25
mm

25 mm

1 mm

10
mm

1 mm

1 mm

20
mm

30
mm

30 mm

1 mm

25
mm
12
mm

10 mm

5 mm

5 mm

21 mm

5 mm

1 mm

1 mm

15
mm

20
mm
1 mm

27,5
mm

1 mm

ii. Kepekaan Sentuhan

Nama
A (cow)

Sebelum dikasih es
sakit
biasa
10,85 s
22,11 s

Sesudah dikasih es
sakit
Biasa
11,36 s
17,58 s

B (cew)
C (cew)

6,82 s
7,01 s

9,11 s
5,99 s

13,91 s
14,61 s

1.4 Kelompok 4
1. Bintik buta
No
1
2
3

Praktikan
Praktikan 1
Praktikan 2
Praktikan 3

Jarak (cm)
73
104
149,5

Koin yang hilang


Koin ke-4
Koin ke-4
Koin ke-2

2. Refleks pupil terhadap intensitas cahaya


a.

Tempat gelap

Praktikan 1
Diameter pupil mata normal: 0,3 cm
Diameter pupil mata setelah dipejamkan: 0,5cm ; waktu: 5 detik
Diameter pupil mata setelah disinari : 0,4 cm ; waktu : 6 detik
Praktikan 2
Diameter pupil mata normal : 0,4 cm
Diameter pupil mata setelah dipejamkan : 0,4 cm ; waktu : 11 detik
Diameter pupil mata setelah disinari : 0,5 cm ; waktu : 5 detik
b. Tempat terang
Praktikan 1
Diameter pupil mata normal : 0,4 cm
Diameter pupil mata setelah dipejamkan : 0,5 cm ; waktu : 11 detik
Diameter pupil mata setelah disinari : 0,3 cm ; waktu : 7 detik
Praktikan 2
Diameter pupil mata normal : 0,5 cm
Diameter pupil mata setelah dipejamkan: 0,4 cm ; waktu : 7 detik
Diameter pupil mata setelah disinari: 0,3 cm ; waktu : 6 detik
3. Refleks pupil terhadap akomodasi mata
a.

Praktikan 1

Diameter pupil mata normal : 0.5 cm


Diameter pupil mata melihat benda jarak dekat : 0.4 cm; waktu 8 detik
Diameter pupil mata melihat benda jarak jauh : 0,3 cm ; waktu 8 detik
b. Praktikan 2
Diameter pupil mata normal : 0,5 cm

11,66 s
4,59 s

Diameter pupil mata melihat benda jarak dekat: 0,4 cm; waktu : 6 detik
Diameter pupil mata melihat benda jarak jauh : 0.3 cm ; waktu: 10 detik
c.

Praktikan 3

Diameter pupil mata normal : 0.4 cm


Diameter pupil mata melihat benda jarak dekat : 0.3 cm ; waktu: 8 detik
Diameter pupil mata melihat benda jarak jauh : 0.2 cm ; waktu: 6 detik

1. Pembahasan
Pengecapan adalah sensasi yang dirasakan oleh kuncup kecap, yaitu reseptor yang
terutama terletak pada lidah (terdapat kurang lebih 10.000 kuncup kecapa pada lidah
manusia) dan dalam jumlah yang lebih kecil pada polatum mole dan permukaan laringeal dari
epiglottis. Kuncup kecap terbenam dari epitel berlapis dari papilla sirkumvalata, papilla
foliota, papilla fungiformis. Bahan kimia masuk melalui pori pengecap, yaitu lubang kecil
menuju ke sel-sel reseptor. Kuncup kecap terdiri atas sekurang-kurangnya 4 jenis sel, yang
dapat dikenali dengan mikroskop electron. Sel tipe 1 dan sel tipe 2 panjang dengan mikrovili
pada permukaannya. Walaupun fungsinya belom diketahui, mereka dapat membantu aktivitas
sel tipe 3. Sel tipe 3 juga merupakan sel tipe panjang dicirikan oleh terdapatnya banyak
vesikel yang menyerupai versikel sinaps. Tipe sel ke 4 adalah suatu sel basal pra-kembang
yang mungkin merupakan precursor dari sel-sel yang lebih spesifik dalam kuncup kecap.
Tonjolan dendritik dari saraf sensorik yang paling dekat dengan kumpulan vesikel sinaptik ini
adalah dasar untuk penempatan penerimaan pengecapan pada sel tipe 3 (Junqueira, 1995).
Dalam percobaan indra pengecap ini, letak rasa pada lidah sebagian tidak sesuai
dengan teori, karena disebabkan oleh beberapa factor, antara lain kondisi tubuh yang kurang
sehat (sakit) sehingga biasanya semua rasa akan terasa pahit, dan sisa rasa makanan yang
sebelumnya masih tertinggal dilidah sehingga rasa bercampur dengan rasa makanan
sebelumnya. Cunkup rasa manis, asam, asin, gurih, pahit memang ada disemua bagian lidah,
tapiu intensitasnya banyaknya kuncup rasa berberda-beda. Dalam percobaan ini cunkup rasa
pada lidah praktikan yang paling banyak adalah kuncup rasa, rasa asam.
Indra pembau berfungsi untuk menerima bau suatu zat terlarut dalam udara atau air.
Reseptor pembau terletak pada langit-langit rongga hidung, pada bagian yang disebut
epitelium olfaktori. Epitelium olfaktori terdiri dari sel-sel reseptor dan sel-sel penyokong. Sel
resptor olfaktori berbentuk silindris dan mempunyai filamen-filamen seperti rambut pada
permukaan bebasnya. Akson sel olfaktorius berjalan menuju bulbus olfaktorius pada sistem

saraf pusat. Sel-sel olfaktorius didampingi oleh sel-sel penunjang yang berupa sebaris sel-sel
epitel silindris berlapis banyak semu.
Dalam praktikum pembau ini, menghitung berapakah watu yang dibutuhkan oleh
praktikan untuk ketidak pekaan (kelelahan) pembabau atau yang disebut dengan Olfactor
Fatigue Times (OFT) dan waktu yang dibutuhkan oleh praktikan untuk kesembuhan pembau
atau yang disebut Olfactor Recovery Times (ORT). Dengan sumber bau dari jahe, bawang
putih, bawang merah, kencur dan minyak cengkih.
Pembau dan pengecap saling bekerja sama, sebab rangsangan bau dari makanan
dalam rongga mulut dapat mencapai rongga hidung dan diterima oleh reseptor olfaktori.
Keadaan ini akan terganggu ketika kita sakit pilek, di mana hubungan antara rongga hidung
dan rongga mulut terganggu, sehingga uap makann dari makanan di mulut tidak dapat
mencapai rongga hidung dan makanan seakan-akan kehilangan rasanya.
Dalam percobaan ini, menggunakan buah apel, bengkoang dan kentang sebagai
sumber bau rasa, dan hasilnya praktikan tidak bisa membau jenis makanan tersebut, tapi bisa
merasakannya, hal ini mungkin dikarenakan sedang sakit dank arena buah yang dipakai
sebagai percobaan baunya kurang menyengat.
Di dalam bola mata, persisnya pada bagian retina, yaitu bagian bola mata sebelah
belakang, terdapat bintik buta yang merupakan bagian dari retina yang tidak memiliki sel-sel
penangkapcahaya Sehingga cahaya yang kebetulan jatuh pada daerah bintik buta atau blind
spot ini,tidak akan menghasilkan gambar Bagian mata yang tidak menagndung sel reseptor
disebut bintik buta. Jika cahaya jatuh pada bintik buta, maka tidak ada pesan yang akan
dikirim ke otak. Untuk mengetahui jarak bintik buta seseorang, serta menemukan letak
proyeksi bintik buta. Dilakukan percobaan danmenghasilkan bahwa bintik buta hamper sama
antara mata kiri dan mata kanan. Rumus nodaadalah jarak objek hilang jarak objek munul
kembali. Jarak normal bintik buta adalah, untuk benda kabur 40 cm dan untuk muncul
kembali 28 cm, atau hasil dari keseluruhan lebih dari 14cm.
Refleks cahaya pada pupil adalah refleks yang mengontrol diameter pupil, sebagai
tanggapan terhadap intensitas (pencahayaan) cahaya yang jatuh pada retina mata. Refleks
pupil dapat dilihat dari mengecil dan membesarnya pupil. Akomodasi adalah perubahan
dalam lekukan lensa mata dalam menanggapi satu perubahan dalam melihat jarak dan
kemampuan berakomodasi disebut tempo akomodasi.
Dalam percobaan ini dapat dilihat bahwa semakin jauh jarak pandang maka pupil
mata akan semakin kecil, hal ini karena daya akomodasi mata diatur melalui syaraf
parasimpatis, perangsangan syaraf parasimpatis menimbulkan kontraksi otot siliaris yang

selanjutnya akan mengendurkan gligamen lensa dan meningkatkan daya bias. Dengan
meningkatkan daya bias, mata mampu melihat objek lebih dekat dibanding waktu daya
biasnya rendah. Akibatnya dengan mendekatnya objek kearah mata frekuensi impuls
parasimpatis kedotsiliaris progresif ditingkatkan agar objek tetap dilihat dengan jelas.

E. Kesimpulan
Sistem sensori berperan penting dalam hantaran informasi ke sistem saraf pusat
mengenai lingkungan sekitarnya. Pemeriksaan fisik pada sistem sensori ini sangat kompleks
karena harus melibatkan pemeriksaan pada kelima sistem indra tubuh yaitu penglihatan,
pendengaran, pengecap, pembau, dan peraba.
Gangguan pada sistem sensori disebabkan oleh adanya lesi pada saraf yang mengatur
sensori tubuh. Lesi-lesi tersebut dapat menghambat hantaran impuls saraf. Pemeriksaan fisik
sensori dapat dilakukan pada berbagai usia dan dilakukan untuk dapat menentukan atau
mengetahui apakan pasien tersebut mengalami gangguan pada saraf sensorinya.
Benda yang bayangannya jatuh pada bintik buta suatu mata, bayangannya tidak akan
jatuh pada bintik buta mata sebelahnya. Orang tidak memperoleh kesan penglihatan dari
bayangan yang jatuh pada tempat yang tidak mengandung sel batang dan sel kerucut.

DAFTAR PUSTAKA

Bevelander, Gerrit & Judith A. Ramaley. 1988. Dasar-Dasar Histologi. Ed ke-8 Terjemahan
Wisnu Gunarso. Erlangga. Jakarta.
Champbell. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta : Penerbit Erlangga
Dellmann, Dieter & Esther M. Brown. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner. Ed ke-3.
Terjemahan Hartono. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Subowo. 1992. Histologi Umum. Bumi Aksara. Jakarta.
Villee, Claude A., dkk. 1999. Zoologi Umum. Jilid I. Ed ke-6. Terjemahan Nawangsari sugiri.
Erlangga. Jakarta.
Wijaya, Jati. 2007. Aktif Biologi 2A. Jakarta : Penerbit Ganeca Exact

* praktikum fisiologi hewan @laboratorium integrated UIN SuKa


http://viaviva-ku.blogspot.com/2013/05/laporan-praktikum-sistem-sensori_6869.html

Anda mungkin juga menyukai