Anda di halaman 1dari 19

PRESENTASI KASUS

Pembimbing :
dr. Ira Savitri Tanjung, Sp. KJ(K)
Disusun oleh :
Mario Setiadi
406117067

ILMU KESEHATAN JIWA


RUMAH SAKIT KHUSUS JIWA DHARMA GRAHA
16 APRIL 2012 19 MEI 2012

STATUS PSIKIATRI

I.

IDENTITAS PASIEN
Nama

Tn. K

Umur

64 tahun

Jenis kelamin

Laki-laki

Tempat/tanggal lahir

Sukabumi/ 17 April 1948

Pendidikan

SLTA tidak tamat

Agama

Budha

Suku/bangsa

Tiongha

Status pernikahan

Bercerai

Pekerjaan

tidak bekerja

Alamat

Kamboja DX VI Jati pulo Tomang Jakarta Barat

Tanggal masuk RS

22 Desember 2004

Riwayat perawatan

RS Grogol (Jakarta) 2003-2004


RSKJ Dharma Graha 2004-sekarang

II.

RIWAYAT PSIKIATRI
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesa dan alloanamnesa. Autoanamnesa
dengan pasien pada tanggal 16 April hingga 22 April 2012.
Alloanamnesa didapatkan dari wawancara dengan perawat di Rumah Sakit
Khusus Jiwa Dharma Graha pada tanggal 20 April 2012.

A. Keluhan utama
Pasien dirawat di RS khusus jiwa Dharma Graha atas permintaan keluarga
setelah sebelumnya pasien sempat dirawat di rumah sakit Grogol karena
memukul kepala ayahnya sendiri.
B. Riwayat penyakit sekarang
1. Autoanamnesa
Menurut keterangan pasien, dirinya mengaku mendengar suara
kicauan burung yang pernah dibelinya yang menyuruh pasien untuk
pindah dari RS Grogol. Saat pertama masuk emosi pasien sangat tinggi
hingga sering memukul orang-orang sekitar. Selain itu pasien juga
mengalami kesulitan untuk tidur yang dialami pasien sudah sejak lama.
Pasien berkeyakinan bahwa dirinya bisa menderita penyakit
seperti ini setelah pasien melakukan masturbasi saat duduk di bangku
SLTP yang dianggapnya tidak boleh dilakukan karena dapat merusak
saraf-saraf otak. Pasien merasa hidupnya tidak berguna karena sudah
banyak berbuat salah di masa lampau sehingga sering mencoba untuk
bunuh diri.
Pasien juga mempunyai kepercayaan yang mentadirkan dia
untuk menjalani hukuman atas kesalahannya selama 16 tahun yang
didapatnya dari ramalan nasib dan terhitung tahun 2003 sejak pasien
masuk RS grogol . Atas kepercayaan itu pasien tidak pernah mencoba
untuk melarikan diri dari RSKJ Dharma Graha dan rela tinggal disana
untuk menjalani hukuman tersebut.
Pada awal-awal perawatan pasien sangat labil. Emosi yang
meledak-ledak dan keinginan bunuh diri yang sangat tinggi serta emosi
yang meledak-ledak. Namun seiring dengan berjalannya waktu pasien
mulai dapat terkontrol meskipun kadang-kadang dapat kambuh jika
sedang jenuh. Halusinasi yang dulu sering dirasakan juga sudah hilang.

Saat ini obat yang dikonsumsi pasien yaitu haloperidol 3x1,5 ,


hexymer 3x2, frixitas , persidal 2x2, luften 1x1, dan neuromed 1x1.
2. Alloanamnesa
Berdasarkan keterangan perawat RSKJ Dharma Graha,
diketahui bahwa pasien Semasa dirawat sejak tahun 2004 hingga
sekarang mengalami periode fluktuatif. Pada masa awal-awal
perawatan keinginan untuk bunuh diri sangat tinggi karena merasa diri
tidak berguna. Jika pasien merasa jenuh, emosi pasien sering meledakledak. Pasien sering memukul petugas keamanan ataupun pasien lain
yang berada di dekat pasien. Pasien juga kadang-kadang meluapkan
emosinya dengan melepaskan seluruh pakaian lalu berjalan-jalan
keliling RSKJ Dharma Graha sambil berteriak.

C. Riwayat gangguan sebelumnya


1. Riwayat psikiatri
Pasien berkeyakinan bahwa dirinya bisa menderita penyakit
seperti ini setelah pasien melakukan masturbasi saat duduk di bangku
SLTP yang dianggapnya tidak boleh dilakukan karena dapat merusak
saraf di kepalanya.selain itu pasien juga mengalami kesulitan tidur.
Oleh sebab itu pasien sempat mengkonsumsi obat tidur seperti Valium
dan librium selama kurang lebih 2 bulan. Karena sering mengantuk
dan melamun di sekolah. Akhirnya pasien tidak dapat menyelesaikan
pendidikan SLTA pasien yang hanya sampai kelas 1.
Hal ini semakin memburuk saat pasien menginjak usia dewasa.
Sulit tidur membuat emosi pasien meningkat sehingga mudah marah
dan menjadi curiga dan sangat sensitif. Kepercayaan akan mistis dan
kekuatan gaib mulai muncul.
Pasien menikah pada tahun 1975 setelah terlebih dahulu istri
pasien mengandung anak pertama mereka. Setelah berkeluarga gejalagejala tersebut bukan berkurang melainkan bertambah. Akhirnya pada
tahun 1979 pasien berobat di RS Sumber Waras dengan keluhan susah
tidur dan diberin obat klopromazin oleh dokter. Dan pada tahun yang
sama pasien pergi ke dukun untuk menjalani pengobatan alternatif.
Ketika menjalani pengobatan pasien sempat mengaku melihat

bayangan seluruh anggota keluarga pasien yang sedang berkumpul.


Namun Sejak saat itu gejala-gejala pasien semakin memburuk. Setelah
gejala memburuk tersebut pasien sempat berobat ke psikiater dan
mendapat diberi terapi haloperidol. Namun pasien seringkali tidak
teratur dalam minum obat sehingga berbagai halusinasi dan waham
seringkali muncul. Setelah itu pada tahun 1985 pasien sempat merasa
bersalah kepada Tuhan lalu menyiksa diri dengan cara memakan abu
yang membara dan mengusapkannya di muka pasien. Puncaknya
setalah berberapa hari kemudian, saat pasien mebenturkan kepala
istrinya ke tembok karena curiga istrinya telah meracuni dia setelah
bangun dari tidur dengan mata merah dimana sebelumnya pasien
mengaku menggunakan obat mata. Lalu pasien juga mendengarkan
bisikan mertuanya datang dan menyuruh istrinya untuk mengunci
pasien di dalam kamar. Istri yang tertidur dan mendengkur dianggap
pura-pura mendengkur oleh pasien untuk mengelabui sehingga saat
pasien tertidur, istri pasien bangun lalu mengunci pasien. Setelah
kejadian tersebut pasien bercerai. Setelah kejadian tersebut pasien
sempat dibawa berobat di RS di Taiwan dan mendapat terapi obat
haloperidol. Lalu pasien sempat mencoba bunuh diri dengan menelan
obat-obatan yang didapat dari dokter di Taiwan tersebut karena merasa
tidak berguna sebagai seorang pria karena telah gagal dalam membina
rumah tangga sebagai kepala keluarga.
Setelah itu pasien sempat hidup sendiri lalu tinggal bersama
orang tuanya. Sejak bercerai, Pasien seringkali pergi ke tempat hiburan
malam, minum minumal beralkohol, berhubungan dengan wanita
penghibur sehingga pasien sempat menderita penyakit sifilis. Pasien
juga sempat curiga pada pembantunya yang terlambat membukakan
pintu untuknya sehingga hampir memukuli pembantu tersebut.
Pasien juga sempat berobat di Singapura di rumah sakit Mount
Elizabeth Hospital dan mendapat terapi listrik(ECT) pada tahun 1998.
Akhirnya pasien dirawat di RS Grogol pada tahun 2003 setelah
memukul ayahnya sendiri dengan botol kaca karena menuduh ayahnya
tidak adil dalam membagi keuntungan perusahaan mereka dan ayahnya
tidak mengajak pasien untuk fitness di hotel berbintang yang saat itu

merupakan tren para bos besar. Sebelum kejadian tersebut pasien


mengkonsumsi minuman beralkohol yang membuat emosi dan
perasaan curiga pasien menjadi tidak terkendali.
Lalu pada tahun 2004 pasien dipindahkan ke RSKJ Dharma
Graha atas permintaan pasien sendiri setelah mendengar suara kicauan
burung yang pernah dibelinya.
2. Riwayat penggunaan zat psikoaktif

Pasien sering mengkonsumsi alkohol dari dewasa muda


hingga

sebelum

dirawat.

Puncaknya

saat

pasien

mengkonsumsi alkohol sesaat sebelum pasien memukul


ayah pasien sendiri dengan botol kaca yang membuat
pasien di rawat di RS Grogol

Pasien juga merokok sejak sekolah SMP sampai sekarang


pasien dirawat di RSKJ Dharma Graha.

3. Riwayat medis umum

Pasien pernah mengalami Trauma kepala saat berusia 5


tahun saat sedang bermain dengan kakak dan adiknya.

Pasien mengalami gangguan pola tidur sejak sekolah


tingkat SMP yang kadang masih dialami hingga sekarang.

Tekanan

darah

pasien

terukur

cukup

tinggi.

Pada

pengukuran yang dilakukan oleh salah satu asisten perawat


yang dilakukan pada tanggal 21 April 2012, didapatkan
tekanan darah pasien 150/110 mmHg

III.

RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


A. Riwayat masa prenatal dan perinatal
Pasien lahir di RS di kota Sukabumi dengan persalinan secara normal
dan tanpa disertai penyulit kelahiran.
B. Masa kanak-kanak awal (0-3 tahun)
Setelah lahir di Sukabumi, pasien pindah ke Jakarta dan menetap.
Tumbuh kembang pasien seperti motorik kasar, halus, berjalan, dan
bicara berjalan normal sesuai usia pasien.

C. Masa kanak-kanak pertengahan (4-11 tahun)


Pasien bersekolah dengan normal, Namun pada saat umur 5 tahun
pasien mengalami trauma kepala setelah kepala pasien bagian belakang kanan
terbentur ke lantai saat sedang bermain dengan kakak pasien.
D. Masa kanak-kanak akhir (pubertas sampai remaja)
Pasien sangat mudah bergaul dan berteman seperti biasa di sekolah.
Pasien mengaku sempat tertarik pada teman satu kelasnya wanita blasteran
Cina-Belanda yang sampai sekarang masih disimpan di ingatan pasien. Lalu
pasien mulai melihat gambar porno yang membuat pasien melakukan
masturbasi untuk pertama kalinya yang sampai sekarang diyakini pasien
merusak saraf otaknya sehingga menjadi seperti sekarang. Semenjak itu pasien
menjadi lebih banyak melamun dan tidak memperhatikan pelajaran sekolah
sampai pasien berhenti sekolah waktu duduk di bangku kelas 1 SMA

E. Riwayat masa dewasa


1. Riwayat pendidikan
Pasien menamatkan pendidikan SD di sebuah SD di Krukut,
Jakarta. Lalu melanjutkan pendidikan SMP di daerah pasar baru. Dan
akhirnya pasien berhenti sekolah saat duduk di kelas 1 SMA karena
sering melamun dan tidak tidak lagi tertarik terhadap pelajaran sekolah
tersebut

2. Riwayat pekerjaan
Setelah berhenti sekolah, pasien lebih banyak membantu
pekerjaan orang tua pasien. Orang tua pasien yang merupakan
wirausaha dan mempunyai pabrik pemanis buatan dan penyedap rasa.
Bersama dengan kakak dan adik, pasien bersama-sama membantu
pekerjaan orang tua yang memang membutuhkan tenaga yang dapat
dipercaya.

3. Riwayat perkawinan
Pasien menikah pada tahun 1975 setelah istri pasien
mengandung anak pertama mereka sebelumnya. Namun pernikahan
pasien hanya bertahan 10 tahun karena istri meminta cerai kepada
pasien pada tahun 1985 karena tidak tahan dengan perlakuan kasar
pasien.

4. Riwayat agama
Dari kecil pasien sudah menganut agama Budha. Pasien
tergolong taat beribadah dengan sering mengunjungi berbagai vihara di
berbagai daerah untuk beribadah dan memberikan sumbangan.
5. Riwayat aktivitas sosial
Dari pengakuan pasien, setelah berhenti sekolah pasien lebih
banyak menghabiskan masa mudanya bekerja di perusahaan milik
keluarga membantu orang tua pasien dalam mengembangkan bisnis
keluarga mereka. Pasien terkadang memberikan ide-ide penting
terhadap kemajuan perusahaan.
6. Riwayat psikoseksual
Pasien mengaku pertama kali melakukan onani/masturbasi pada
waktu SMP setelah melihat gambar porno. Lalu pasien mengaku
berhubungan seks pertama dengan PSK pada tahun 1974. Lalu setahun
berikutnya, pasien telah terlebih dulu menghamili wanita sebelum
akhirnya dinikahinya dan menjadi istrinya. Riwayat tertarik terhadap
sesama jenis disangkal. Setelah bercerai sejak 1985, pasien mengaku
terkadang sering berhubungan seksual dengan PSK.

7. Riwayat keluarga
GENOGRAM

92
tahun

64
tahun

89
tahun

59
tahun

36
tahun

35
tahun

32
tahun

KETERANGAN:

Wanita

Laki-laki

pria, gangguan jiwa, pasien

Penanda

Riwayat Perceraian

8. Riwayat situasi hidup sekarang


Karena pasien sudah lama dirawat di RSKJ Dharma Graha,
Saat ini pasien mengaku sudah terbiasa dengan teman-teman dan
suasana di RSKJ Dharma Graha. Pasien dianggap sebagai sesepuh atau
yang paling senior oleh pasien-pasien lain di RSKJ Dharma Graha.
Pasien jarang mau mengikuti aktivitas harian di RSKJ Dharma Graha
karena merasa sudah tua. Kamar pasien juga menjadi yang paling

spesial karena hanya satu-satunya kamar yang tidak dikunci. Jadi


pasien dapat keluar masuk sesuka hati. Hal itu karena pasien tidak akan
berusaha kabur sebelum selesai menjalani hukuman yang diyakini
sesuai agama yang dianut pasien.

9. Riwayat Pelanggaran Hukum


Pasien pernah dilaporkan ke polisi oleh istri pasien setelah
insiden penganiayaan yang terjadi. Namun akhirnya kasus tersebut
berakhir damai setelah mantan istri pasien menghentikan tuntutan
secara hukum dengan syarat pasien menerima gugatan cerai.

10. Persepsi tentang diri sendiri dan kehidupan


Saat ini pasien sadar bahwa dirinya mengalami gangguan jiwa
yang menyebabkan dia melakukan penganiayaan terhadap istri dan
memukul ayah pasien sendiri. Bahkan pasien mengetahui bahwa
penyakit yang dideritanya bernama skizofrenia dan juga mengetahui
obat haloperidol yang diminumnya sejak lama

11. Mimpi, khayalan, dan nilai-nilai hidup


pasien tidak akan berusaha kabur dan ingin menjalani hukuman
yang diyakini sesuai ramalan agama yang dianut pasien yaitu hingga
2019. Baru setelah tahun 2019 keluar dan mendapat warisan dari harta
ayahnya dan ingin membagikan kepada ketiga anaknya lalu sisanya
disumbangkan bagi orang yang mebutuhkan.

IV.

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


A. Deskripsi umum
1. Penampilan
Pasien seorang pria berusia 64 tahun, dengan penampilan
sesuai usianya, perawakan sedang dengan tinggi badan sekitar 177 cm,
berkulit sawo matang, rambut panjang sekitar 1 cm,hampir
tersisa

rambut

berwarna

hitam.

Cara

berpakaian

tidak

seadanya,

menggunakan kaos polo berwarna merah, dengan celana pendek


berwarna cokelat.

2. perilaku dan aktivitas motorik


Pada waktu wawancara dengan pemeriksa, kontak mata pasien
sangat bagus. Antusianisme tinggi. Pasien juga sangat sopan dan
menghargai pemeriksa. Namun pasien juga sempat mengeluhkan
kakinya yang terkadang suka bergoyang-goyang sendiri.

3. sikap terhadap pemeriksa


Sikap pasien terhadap pemeriksa sangat kooperatif dan
bersahabat. Pasien senantiasa berbicara bahasa mandarin dengan
pemeriksa. Pasien sangat senang berbicara dengan pemeriksa karena
dapat bercerita dengan bahasa mandarin sehingga pasien merasa sangat
nyaman untuk menceritakan semua masalahnya.
B. Mood dan afek
1. Mood

: euthym

2. Afek

: luas

3. Keserasian

: serasi

C. Bicara
Pembicaraan

spontan

dengan

terkadang

menggunakan

bahasa

mandarin, volume suara keras, namun terkadang artikulasi sedikit tidak jelas
namun secara keseluruhan pembicaraan masih dapat dimengerti. Pasien juga
dapat menjawab pertanyaan yang diajukan pemeriksa kepada pasien.

D. Gangguan persepsi
1. Halusinasi audiotorik : pasien pernah mendengar suara mertua pasien
datang dan menyuruh istri pasien untuk pura-pura tidur lalu mengunci
pasien di dalam kamar(tahun 1985).
2. Halusinasi visual

: pasien pernah mengaku melihat seluruh

anggota keluarganya saat sedang berobat di dukun dan mengatakan


bahwa kekuatan dukun tersebut yang berhasil mengumpulkan anggota
keluarga pasien.(tahun 1979)

E. Pikiran
1. Proses pikir :
a. Produktivitas

: cukup

b. Kontinuitas pikiran

: cukup

c. Hendaya bahasa

: tidak ada

2. Isi pikir
a. Waham bizzare hingga saat ini masih tersisa pada pasien
dimana pasien meyakini onani yang dilakukan dapat merusak
saraf otak pasien dan menjadi penyebab pasien mengalami sakit
seperti sekarang.
b. Waham kebesaran dimana pasien mengaku tidak bisa dibacok
karena merasa hati pasien suci dan bersih dan sambil menahan
napas saat dibacok.
c. Waham curiga yang sejak dulu masih menetap dimana pasien
masih sangat yakin bahwa dengkuran istrinya tersebut purapura karena tidak memiliki irama.

3. Bentuk pikir :
a. Asosiasi longgar

: tidak ada

b. Ambivalensi

: tidak ada

c. Ekolalia

: tidak ada

d. Flight of ideas

: tidak ada

e. Inkoherensi

: tidak ada

f. Verbigerasi

: tidak ada

g. Perseverasi

: tidak ada

F. Kesadaran dan kognisi


1. Taraf kesadaran dan kesiagaan : kompos mentis dan kesiagaan baik
2. Orientasi :
a. Waktu : baik, pasien dapat membedakan pagi, siang, malam,
mengetahui tanggal bulan dan hari.
b. Tempat : baik, pasien dapat menyebutkan tempat dimana
pasien dirawat dan setiap tempat di RSKJ.
c. Orang : baik, pasien mengenali pasien-pasien yang ada di RS,
dari petugas RSKJ hingga pasien-pasien.
3. Daya ingat
a. Jangka panjang : Sangat baik, pasien dapat mengingat tanggal
lahir, kapan dan dimana pasien menikah, jumlah saudara
kandung, dimana pasien bersekolah, serta menceritakan dengan
jelas pengalaman-pengalaman hidup pasien kepada pemeriksa.
b. Jangka sedang : Baik, pasien dapat mengingat tanggal kelahiran
cucu pasien sekitar 2 bulan yang lalu
c. Jangka pendek : Baik, dapat mengingat menu makan pagi ketika
ditanyakan.
d. Jangka segera : Baik, dapat mengulang 6 angka yang baru saja
diucapkan oleh pemeriksa.
4. Konsentrasi dan perhatian
Kemampuan konsentrasi pasien baik dimana pasien dapat
melakukan pengurangan 100 dikurangi 7 dan seterusnya dan pasien
masih dapat menghitung kurs mata uang asing.
5. Kemampuan membaca dan menulis
Pasien dapat membaca dan menulis dengan baik terbukti
dengan pasien pernah berlangganan koran di rumah sakit dan pasien
pernah menuliskan alamat rumah pasien kepada pemeriksa.

6. Kemampuan visopasial
Kemampuan visuospasial pasien baik, dimana ia dapat
menggambar sebuah jam dinding dengan jarumnya menunjukan pukul
satu.
7. Pikiran abstrak
Pikiran abstrak pasien sangat baik dimana pasien sering
menyanyikan berbagai peribahasa dalam bahasa mandarin lalu
kemudian menjelaskan arti peribahasa tersebut.
8. Intelgensi dan kemampuan informasi
Sangat baik dimana pasien dapat menyebutkan Presiden Indonesia
yang pernah menjabat dan pasien banyak mengetahui berbagai kota
besar di dunia.

G. Kemampuan mengendalikan impuls :


Pasien dapat duduk dengan tenang dan berperilaku sopan selama
wawancara. Ia juga tidak melakukan sesuatu yang membahayakan dirinya
maupun orang lain.

H. Daya nilai dan tilikan

Daya nilai realita :


o Discriminitive insight

: baik

o Discriminative judgement

: baik

o Kesadaran

: compos mentis

Tilikan : tilikan tingkat VI dimana pasien menyadari bahwa selama ini


pasien menderita penyakit psikiatri dan menyadari berbagai halusinasi
yang dialami. Bahkan pasien mengungkapkan kepada pemeriksa
bahwa dirinya menderita skizofrenia dan mengkonsumsi obat
haloperidol.

Reabilitas dan taraf yang dapat dipercaya


Secara umum pasien dapat dipercaya.

V.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

Status internus
Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Kompos mentis

Tanda vital

: TD 130/90 mmHg, N 80x/mnt, T 36.8C

Mata dan THT

: Penglihatan sedikit terganggu karena penuaan.

Mulut dan gigi

: Dalam batas normal

Thorax

: Dalam batas normal

Abdomen

: Dalam batas normal

Ekstremitas

: Dalam batas normal

Kulit

: Dalam batas normal

Status neurologi :
Tanda rangsang meningeal

: Negatif

Tanda efek ekstrapiramidal

: Pasien pernah merasakan kakinya yang suka


bergoyang sendiri.

VI.

Motorik

: Normal

Sensorik

: Normal

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Pasien seorang laki-laki berusia 64 tahun, beragama Budha, suku bangsa


Tionghua, bercerai dengan istri dan mempunyai 3 orang anak. Pendidikan terakhir
pasien SLTA. Pasien merupakan pasien pindahan RS Grogol dan masuk ke RSKJ
Dharma Graha pada tanggal 22 Desember 2004 dibawa oleh petugas RS Grogol
atas permintaan keluarga pasien agar pasien mendapat tempat yang lebih layak
dan menurut keterangan pasien karena pasien tidak betah di RS Grogol karena
mendengar suara kicauan burung yang pernah dibeli pasien, yang menurut pasien
merupakan pertanda dan menuntun pasien untuk menjalani sisa hukuman
hidupnya di RSKJ Dharma Graha. Pada pemeriksaan status mental didapatkan
perawakan Tn. K sesuai dengan usia, tampak tinggi dengan postur badan yang
masih tegap, kulit berwarna sawo matang, rambut pendek dan hampir tidak
terdapat rambut berwarna hitam.

Pada pemeriksaan psikomotor, selama wawancara pasien dapat duduk dengan


tenang, kontak mata antara pasien dan pemeriksa terbentuk,. Sikap pasien
kooperatif, tidak agresif, dan tidak menunjukan tanda-tanda yang membahayakan.
Pasien dapat menjawab pertanyaan pemeriksa dengan tepat, volume dan intonasi
yang baik, artikulasi jelas. Mood dan afek yang didapatkan serasi, dengan mood
eutimik dan afek luas.
Dari hasil anamnesa dengan pasien ditemukan riwayat penggunaan obatobatan psikotropika seperti sedatif golongan bezodiazepin yang dikonsumsi pasien
saat SMP dengan keluhan susah tidur. Lalu pasien juga sudah menjalani beberapa
pengobatan seperti di RS sumber waras pada tahun 1979 dengan alasan tidak bisa
tidur lalu mendapat terapi klopromazin.
Pasien juga sempat menjalani pengobatan alternatif di dukun yang membuat
pasien mengalami berbagai halusinasi visual,auditorik dan waham kebesaran yang
makin menjadi.
Lalu pada tahun 1985 setelah bercerai dengan istri karena penganiayaan
akibat waham curiga dan halusinasi yang dialami pasien, lalu pasien dibawah
ayahnya berobat di Taiwan dan mendapat terapi haloperidol. Lalu pasien juga
pernah menjalani terapi kejang listrik ( electro convulsive therapy) di rumah sakit
Mount Elizabeth Singapura pada tahun 1998.
Pasien juga menyadari bahwa pasien menderita penyakit psikiatri dan mau
minum obat untuk menghilangkan berbagai halusinasi yang dialami. Pada
pemeriksaan fisik dan neurologis tidak ditemukan kelainan yang bermakna.

VII.

FORMULA DIAGNOSIS

Pada pasien ini ditemukan adanya perubahan pola perilaku atau psikologis
yang secara klinis bermakna dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala yang
menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan hendaya (disability) dalam
pekerjaan, keluarga dan kehidupan sosial pasien. Namun setelah menjalani
perawatan panjang di RSKJ Dharma Graha, masih terdapat beberapa gejala sisa.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami suatu gangguan
jiwa. Berdasarkan dari hasil, anamnesis, pemeriksaan status mental, pemeriksaan
fisik dan menurut PPDGJ III, maka dapat disimpulkan bahwa :

Aksis I (gangguan mental) :

Pada anamnesa dengan pasien didapatkan riwayat pasien mengalami waham


dan halusinasi. berdasarkan alloanamnesa dengan perawat dan rekam medis,
ditemukan pasien pada masa awal perawatan sering marah-marah, dan emosi
pasien sering naik dan turun. Waham yang didapatkan dari autoanamnesa
sekarang berupa waham bizzare, kebesaran, dan curiga. Halusinasi yang dulu
dialami berupa halusinasi auditorik dan halusinasi visual. Karena pada pasien
tidak ditemukan tanda-tanda demensia atau penyakit/gangguan otak organik lain
ataupun depresi untuk menjelaskan gejala-gejala tersebut. Karena riwayat
penyakit pasien ini sudah dialami selama kurang lebih 30 tahun dan halusinasi
yang sudah menghilang dan tinggal menyisahkan waham, maka pasien
didiagnosis sebagai skizofrenia paranoid dengan remisi tidak sempurna.

Aksis II (Gangguan Kepribadian):


Tidak ditemukan adanya gangguan kepribadian.
Aksis III (Kondisi Medik Umum):
Pasien masuk kategori prehipertensi dengan tekanan darah terakhir diukur
pada 25 April 2012 sebesar 130/90 mmHg. Lalu pasien pernah mengelu kakinya
yang kadang bergerak sendiri yang kemungkinan besar merupakan gejala
ekstrapiramidal akibat penggunaan obat antipsikotik
Aksis IV (Masalah Psikososial dan Lingkungan):
Berdasarkan anamnesa didapatkan pasien bercerai karena gejala psikotik
yang dialami pasien. Lalu setelah bercerai pasien sempat mengalami beberapa
episode depresi dengan beberapa kali mencoba bunuh diri.
Aksis V (Penilaian Fungsi Secara Global):
Menurut PPDGJ III dinilai Global Assesment of Functioning Scale untuk saat
ini dan dalam satu tahun terakhir adalah 70 61 dimana terdapat beberapa gejala
ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.

VIII.

EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I

: F20.04 Skizofrenia paranoid dengan remisi tidak sempurna

Aksis II

: tidak ada diagnosis

Aksis III

: penyakit endokrin, nutrisi, dan metabolik

Aksis IV

: bercerai dengan istri lalu sering mencoba untuk bunuh diri

Aksis V

: GAF sekarang dan satu tahun terakhir adalah 70-61. (gejala


ringan dan disabilitas ringan).

IX.

DAFTAR MASALAH
Organobiologik

: prehipertensi

Psikologik

: Isi pikir berupa waham bizzare, kebesaran ,dan curiga.

Lingkungan dan sosioekonomi

: Tidak ada masalah lingkungan dan


sosioekonomi.

X.

RENCANA TERAPI

Psikofarmaka :
Opsi 1 :
o Risperidon 2x2mg
o olanzapin 2x5mg
o Hexymer 3x2mg
o Aprazolam 1mg dosis tunggal pada malam hari

Nonpsikofarmaka
Supportive Therapy
o Pengawasan minum obat agar gejala yang menetap bisa hilang.
o Memotivasi dan memberi dukungan kepada pasien untuk dapat melakukan
aktivitas seoptimal mungkin.
o Memberikan edukasi tentang pola hidup pasien dengan hipertensi agar
tekanan darah pasien dapat terkontrol.

o Merujuk ke dokter penyakit dalam untuk mendapat penanganan lebih


lanjut terhadap kasus hipertensi.
Terapi Psikososial:
o

Konseling keluarga: memberikan informasi kepada keluarga pasien


tentang penyakit yang diderita pasien.

Anjuran pemeriksaan:
o Anjuran monitor tekanan darah rutin.
o Pemeriksaan CT scan/ MRI kepala untuk membuktikan tidak ada
hubungan riwayat trauma kapitis pasien dengan gejala psikotik pasien.
o Pemeriksaan laboratorium darah (anjuran pemeriksaan 6 bulan sekali):
o Fungsi hati: SGOT, SGPT.
o Pemeriksaan gulah darah (GDS, GD2PP, GDP).
o Pemeriksaan profil lipid.

XI.

PROGNOSIS
Quo ad vitam

: Dubia ad bonam

Quo ad functionam : Dubia ad bonam


Quo ad sanationam : Dubia ad malam

Anda mungkin juga menyukai