PRESENTASI KASUS
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN RS SAID SUKANTO
Identitas Pasien
Nama
Jenis kelamin
Usia
Agama
Suku Bangsa
Status Nikah
Pekerjaan
Alamat
No Pasien
Tanggal Kunjungan
: Tn. R
: Laki-laki
: 49 Tahun
: Islam
: Betawi
: Menikah
: MABES POLRI
: Jl. Mawar II RT 7/13, Bintoro,
Tangerang 15324
: 705398
: 7 Mei 2014
Anamnesis
Dilakukan secara autoanamnesis
Hari/Tanggal
Tempat
Jam
Keluhan Utama
Penglihatan buram mendadak pada mata sebelah
kiri sejak 6 hari SMRS
Keluhan Tambahan
Silau pada mata kiri
Mata merah sebelah kiri
Rasa tidak nyaman pada mata kiri
Riwayat Keluarga
Bpk pts memiliki riwayat darah tinggi
Tdk ada keluarga pts yang pernah mengalami penyakit
mata
Riwayat Kebiasaan
Pts memiliki kebiasaan berolahraga scr rutin
Pts memiliki kebiasaan merokok sejak SMA
Hingga usia 20an
= 2 bungkus/hari
= 1 bungkus/hari
obat-obatan jangka
panjang
Riwayat Alergi
Riwayat alergi terharap obat-obatan
makanan tertentu disangkal oleh pts.
ataupun
Pemeriksaan Fisik
Diperiksa pada 7 Mei 2014 Pk. 10.45 WIB
i. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum
Kesadaran
Tanda Vital
TD
Nadi
RR
Suhu
: Sakit Ringan
: Compos Mentis (E4V5M6)
: 150/100 mmHg
: 92x/menit
: 14x/menit
: afebris
OD
OS
5/7.5
5/207
N-1
OD
Ortoforia
OS
5/7.5
5/207
Fluktuasi (-)
Ortoforia
Ortoforia
Luas
Luas
Palpebra superior
Tenang
Tenang
Palpebra inferior
Tenang
Tenang
Palpebra superior
Konjungtiva tarsal
Palpebra inferior
superior
Tenang
Tenang
Tenang
Tenang
Tenang
Tenang
Konjungtiva tarsal
inferior
Tenang
Tenang
TIO palpasi
OD
OS
Tenang
Nodul (-),
Kripte (+), sinekia (+)
Regular, 3mm
Irregular
Refleks Cahaya
Langsung
Lensa
Konjungtiva Bulbi
Kornea
Pupil
OKULAR SINISTRA
Presipitat Kornea
Pupil Iregular,
Sinekia +
Arkus Juvenalis
Injeksi Siliaris
OKULAR SINISTRA
OKULAR SINISTRA
Resume
Diagnosis Kerja
Uveitis Anterior non Granulomatosa Idiopatik
Derajat Sedang (moderate)
Tatalaksana
Medikamentosa yang diberikan:
Dexamethasone 1 mg/ml
6 x OS
Neomycin Sulfat 3.5 mg/ml
Polymyxin B Sulfat 10.000 IU/ml
Midriasil
3 x OS
Ciprofloxacin
2 x 500 mg
Prognosis
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Uvea
1. Iris
Bersambungan dengan bagian anterior badan siliar dan berada pd
permukaan anterior lensa
Memisahkan kamera anterior dari kamera posterior
Membentuk pupil ditengahnya, suatu celah yang dapat berubah
ukurannya dg kerja otot sfingter dan dilator utk mengatur jumlah
cahaya yg masuk ke mata
Otot sfingter dipersarafi sistem saraf parasimpatis
Otot dilator dipersarafi sistem saraf simpatis
Pasokan darah diberikan lewat a. sirkulus major iris
2. Korpus Siliaris
3. Koroid
Berada di antara retina dan
sklera
Dibentuk oleh arteriol, venula,
dan anyaman kapiler
berfenestrasi yang padat
Melekat longgar ke sklera
Pemberi nutrisi lapisan luar
retina bagian dalam
Membran dasarnya bersama
dg membran dasar epitel
pigmen retina (EPR)
membentuk membran Bruch
yang aselular berfungsi
sebagai sawar difusi antara
koroid dan retina
Uveitis
Uveitis: Radang pada Uvea
Berdasarkan Anatomi:
- Anterior Iritis, Iridosiklitis
- Intermediate Siklitis/Pars Planitis, vitritis
- Posterior koroiditis, retinitis, papillitis, retinal
vaskulitis
- Panuveitis Radang pada seluruh uvea diikuti
oleh vitritis, retinitis, papillitis, dan
retinal vaskulitis
Epidemiologi
1. Di Indonesia belum ada data yang akurat mengenai jumlah
kasus uveitis. Estimasi sekitar 15 per 100.000 orang di
Indonesia menderita Uveitis; dimana 75% - Uveitis Anterior
dan 25% sisanya adalah Uveitis Intermediate dan Posterior
2. Di AS : 8-12 orang dari 100.000 penduduk mengalami uveitis
anterior per tahunnya. Tingkat prevalensi terbanyak adalah
pada usia 20-50 th; terutama usia 30-an. Pria > Wanita
Uveitis Anterior
Etiologi (2)
Autoimun:
Artritis rheumatoid juvenilis
Spondilitis ankilosa
Sindrom reiter
Kolitis ulserativa
Infeksi:
Sifilis
Tuberkulosis
Lepra (morbus Hensen)
Herpes Zoster
Keganasan:
Sindrom masquerade
Retinoblastoma
Leukemia
Lain-lain:
Idiopatik
Uveitis traumatika
Ablatio retina
- Uveitis terinduksi-lensa
- Sarkoidosis
- Penyakit chron
- Psoriasis
- Herpes simpleks
- Onkoserkiasis
- Adenovirus
- Limfoma
- Melanoma maligna
Radang
Pd. melebar
Permeabilitas
Meningkat
Injeksi Siliaris
Eksudasi(+)
Edema Iris
Kornea
Hifema
Miosis,
Refleks pupil
menurun
BMD
Pupil
Keratik
presipitat
Organisasi ke
lensa
Seklusio Pupil
Oklusio Pupil
Patofisiologi
Sinekia
Posterior
Hipopion
Organisasi ke
endotel kornea
Sinekia
Anterior
Peningkatan
TIO (glaukoma
sekunder)
Katarak
Akut
Lamanya
kronik
Uveitis
Anterior
Granulomatosa
Patologi
Non-granulomatosa
Klasifikasi
Uveitis
Granulomatosa vs Non-Granulomatosa
Non Granulomatosa
(Uveitis Akut)
Granulomatosa
(Uveitis Kronik)
Onset
Akut
Perlahan (insidious)
Nyeri
-/ minimal
Photophobia
+/-
Blurred vision
Ringan - Sedang
Berat
Injeksi Siliaris
Slight/-
Pupil
Post. Sinekia
+/-
+/-
Nodul Iris
+/-
Lokasi
Uvea Anterior
Uvea Anterior/post
Presipitat Korneal
Diffuse keabuan
(mutton fat)
Injeksi Siliaris
Presipitat Kornea
1. Mutton Fat (Uveitis Granulomatosa)
Hifema
Sinekia
Sinekia posterior
Nodul Iris
Koeppe Nodules
Busacca Nodules
Grading Uveitis
1.
Flare
Cells
Complete Absences
No Cells
1+
5-10 cells/field
2+
10-20 cells/field
3+
20-50 cells/field
4+
Intense (fixed,
coagulated aqueous
with considerable fibrin)
>50 cells/field
Komplikasi
Glaukoma Sekunder
Katarak
Edema diskus Optikus dan makula
Edema Kornea
Ablasio Retina
Panuveitis
Endoftalmitis
Panoftalmitis
Kebutaan
Faktor Resiko
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pemeriksaan Penunjang
I. PEMERIKSAAN UMUM
Pemeriksaan Visus
Tatalaksana
Tujuan terapi uveitis menurut AOA:
1.
2.
3.
4.
5.
Medikamentosa
1. Corticosteroid (topikal)
Menghentikan proses inflamasi
Menghambat pembentukan eksudat
Stabilisasi membran sel
Menghambat produksi lisozyme o/ granulosit
Menghambat sirkulasi limfosit dan sel radang
2. Sikloplegik dan Midriatik
Mengurangi nyeri lewat imobilisasi iris
Mencegah terjadinya sinekia
Stabilisasi blood-aqueous barrier dan mencegah
terjadinya flare.
Berdasarkan
Grading
Spesifik
Berdasarkan
Penyebab
Terapi
Non Spesifik
Terapi Spesifik
1. Berdasarkan Grading
A.
1.
2.
3.
4.
Mild Uveitis
Cyclopentolate 1% (t.i.d) or homatropine 5% (b.i.d t.i.d)
Prednisolone 1% (b.i.d q.i.d)
Oral Aspirin or ibuprofen 2 tablets/day (q.4h)
Follow up 4-7days
B. Moderate Uveitis
1. Homatropine 5% (q.i.d) or Scopolamine 0.25% (b.i.d)
2. Prednisolone 1% (q.i.d)
3. Oral Aspirin or ibuprofen 2 tablets/day (q.4h)
4. Beta Blocker if IOP is elevated
5. Dark glasses
6. Follow up 2-4days
C. Severe Uveitis
1.Atropine 1% (b.i.d t.i.d), homatropine 5% (q.4h)
2.Prednisolone 1% (q.2-4h)
3.Oral Aspirin or ibuprofen 2tablets/day (q.3-4h)
4.Beta Blocker if IOP is elevated
5.Dark glasses
6.Follow up 1-2days
# Evaluation (Followup)
i.1-7 days tergantung grading uveitis
ii.Terdiri dari: pemeriksaan visus, pemeriksaan TIO, slitlamp, cell
and flares, dan evaluasi perbaikan dari terapi.
iii.Dosis terapi diturunkan apabila terdapat perbaikan terhadap
jumlah cells and flares.
iv.Steroid dilanjutkan sampai respon patologis selular
absent/minimal; sembari dilakukan tappering off.
v.Setelah kondisi mata stabil, dilakukan follow up minimal 6
bulan sekali.
2. Berdasarkan Penyebab
Pembahasan
Teori
Pasien
Epidemiologi
Gejala Klinis
Fotofobia (+)
Pegal pada mata (+)
Mata Merah(+)
Penurunan visus (+)
Pemeriksaan
Fisik
Injeksi perikorneal/siliar
Presipitat keratik
Nodul iris
Sel-sel aquos dan Flare pada BMD
Hipopion atau Hifema
Miosis dan iregularitas pupil
Refleks pupil menurun/hilang
Sinekia Posterior/Anterior (Iris
Bombe)
Shadow Test +/Penurunan/Peningkatan TIO
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
Catania LJ. Primary care of the anterior segment, 2nd ed. Norwalk, CT:
Appleton & Lange, 1995:372.
4.
5.
Rosenbaum JT, Nozik RA. Uveitis: many diseases, one diagnosis. Am J Med
1985; 79(5);545-7.
6.
7.
Wakefield D, Montanaro A, McCluskey P. Acute anterior uveitis and HLAB27. Surv Ophthalmol 1991; 36(3):223-32.
8.
9.
Brewerton DA, Caffrey M, Nicholls A, et al. Acute anterior uveitis and HLAB27. Lancet 1973; 2:994-6.
10.
Henderly DE, Genstler AJ, Smith RE, et al. Changing patterns of uveitis. Am
J Ophthalmol 1987; 103(2):131-6.
THANK YOU