Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada September 2000, para pemimpin dunia bertemu di New York
mendeklarasikan

"Tujuan

Pembangunan

Millenium"

(Millenium

Development Goals) yang terdiri dari 8 tujuan. Pertama, Memberantas


kemiskinan dan kelaparan ekstrim. Kedua, mewujudkan pendidikan dasar
untuk semua. Ketiga, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan
perempuan.

Keempat,

menurunkan

angka

kematian

anak.

Kelima,

meningkatkan kesehatan ibu hamil. Keenam, memerangi HIV/AIDs, malaria,


dan penyakit lainnya. Ketujuh, memastikan kelestarian lingkungan. Dan
kedelapan,

mengembangkan

kemitraan

global

untuk

pembangunan.

Kedelapan tujuan tersebut masing memiliki target, ada yang bersifat kualitatif
dan kuantitatif. Dari segi waktu, perhitungan perbandingan mulai tahun 1990
dan pencapaian diharapkan terjadi pada tahun 2015 (Depkes, 2011).
Angka kematian balita juga mencakup angka kematian bayi, karena
rentangnya antara usia 0-5 tahun. MDGs menargetkan pengurangan angka
tahun 1990 menjadi dua pertiganya. Artinya, kita harus menurunkannya dari
97 kematian menjadi 32. Pada tahun 2007, Angka Kematian Bayi sebesar 34
per 1.000 kelahiran hidup. Anak yang tinggal di rumah tangga kaya memiliki
angka kematian yang rendah (36 kematian per 1.000 kelahiran hidup) dari
pada anak di rumah tangga miskin (56 kematian per 1.000 kelahiran hidup).
Angka kematian anak juga menurun

seiring dengan meningkatnya jarak

kelahiran. Sedangkan Angka Kematian Balita sebesar 44 per 1.000 kelahiran


hidup. Pemerintah memang memberikan imunisasi namun belum untuk
semuanya. Pada 2005, anak-anak yang menerima imunisasi difteri, batuk
rejan dan tipus adalah 88%, meskipun hanya separuh dari mereka yang
menerima imunisasi lengkap. Selain itu 82% anak-anak menerima imunisasi
Tubercolosis (TBC), dan 72% imunisasi hepatitis. Hal yang mencemaskan
adalah turunnya angka imunisasi terhadap polio dan campak Jerman (rubella),
yaitu dari sekitar 74% beberapa tahun lalu menjadi 70%. Campak juga

menjadi kekhawatiran karena angka imunisasi hanya 72% untuk bayi dan
82% untuk anak hingga 23 bulan, sementara target pemerintah adalah 90%.
Diperkirakan 30.000 anak meninggal setiap tahun karena komplikasi campak
dan baru-baru ini ada beberapa KLB (kejadian luar biasa) polio dimana 303
anak menjadi lumpuh (Depkes, 2011).
Di Indonesia angka kematian balita, bayi, maupun neonatal terus
menurun. Angka kematian balita menurun dari 97 pada tahun 1991 menjadi
44 per 1.000 kelahiran hidup (KH) pada tahun 2007 (SDKI). Angka kematian
bayi, menurun dari 68 menjadi 34 per 1.000 KH pada periode yang sama.
Angka kematian neonatal menurun dari 32 menjadi 19 kematian per 1.000
KH. Sementara target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015
adalah32/1.000 KH untuk Angka Kematian Balita dan 23 per 1.000 KH
untuk angka kematian bayi (Depkes, 2007).
Di Kota Padang pada tahun 2011 bayi lahir hidup berjumlah 16.590
jiwa, kasus bayi lahir mati adalah 24 bayi, kasus ini turun lebih dari 50 %
dibanding tahun 2010 sebanyak 50 orang/16.542 kelahiran. Untuk bayi (0 7
hari) mati pada tahun 2011 berjumlah 44 orang, bayi umur 1 minggu 28
hari 14 orang dan 1 -12 bulan sebanyak 23 orang. Jika dibandingkan dengan
tahun sebelumnya terjadi penurunan kasus kematian, dimana pada tahun
2009 terdapat 37/16.486 bayi mati dan 2008 terdapat 164 orang kematian
bayi dari 15.639 kelahiran hidup (Dinkes kota Padang tahun 2011 edisi
2012).
Berbagai faktor

dapat menyebabkan

penurunan kematian bayi,

diantaranya pemerataan pelayanan kesehatan berikut fasilitasnya. Hal ini


disebabkan kematian bayi sangat dipengaruhi oleh pelayanan kesehatan.
Selain itu, perbaikan kondisi ekonomi yang tercermin dengan pendapatan
masyarakat yang meningkat juga dapat berkontribusi melalui perbaikan gizi
yang berdampak pada daya tahan terhadap infeksi penyakit (Dinkes kota
Padang tahun 2011 edisi 2012).
Neonatus normal terus beradaptasi dengan kehidupan diluar kandungan
pada beberapa minggu pertama setelah kelahiran, meskipun masih rentan
mengalami obstruksi jalan napas, hipotermia, dan infeksi. Kondisi ini

membutuhkan penyediaan lingkungan yang optimal untuk kebutuhan


psikologis ( Fraser Cooper, 2009).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan dengan usia
kehamilan atau masa gestasinya dinyatakan cukup bulan (aterm) yaitu 36-40
minggu (Pusdiknakes, 2005 dalam Mitayani, 2010).
Berdasarkan uraian di atas diharapkan mahasiswa Prodi DIII Kebidanan
semester V dapat memahami asuhan kebidanan yang diberikan kepada bayi
baru lahir normal sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal.

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Mampu melaksanakan pengkajian data pada bayi baru lahir normal
melalui pengumpulan semua data sehingga dapat memberikan
asuhan kepada bayi baru lahir.
b. Mampu merumuskan diagnosa kebidanan pada bayi baru lahir
normal.
c. Mampu mengidentifikasi masalah potensial yang mungkin terjadi
pada bayi baru lahir normal.
d. Mampu mengidentifikasi perlunya tindakan segera secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan pada bayi baru lahir normal.
e. Mampu merencanakan asuhan yang rasional dan efektif pada bayi
baru lahir normal.
f. Mampu melaksanakan asuhan secara efisien dan aman pada bayi
baru lahir normal.
g. Mampu mengevaluasi asuhan yang telah diberikan pada bayi baru
lahir normal.
h. Mampu melaksanakan pendokumentasian hasil asuhan yang telah
dilaksanakan pada bayi baru lahir normal.

1.3 Manfaat Penulisan


Berpedoman dari hasil penerapan manajemen kebidanan yang penulis
lakukan terhadap bayi baru lahir normal, penulis mengharapkan:
a. Bagi penulis
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam
perkembangan ilmu pengetahuan. Selain itu, studi kasus ini juga
bermanfaat dalam mengembangkan kemampuan berfikir penulis dalam
menemukan masalah dan mencari pemecahan masalah tersebut.
b. Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan masukan dan pembelajaran dalam proses belajar
mengajar.
c. Bagi institusi pelayanan kesehatan
Agar institusi pelayanan kesehatan dapat lebih memberikan
pelayanan yang bermutu dan sesuai dengan standar kebidanan pada bayi
baru lahir.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Bayi Baru Lahir Normal


2.1.1 Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan
37-42 minggu dan berat badannya 2.500-4.000 gram (Ibrahim Kristiana
S,1984 dalam Vivian Nany, 2010)
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan dengan
usia kehamilan atau masa gestasinya dinyatakan cukup bulan (aterm)
yaitu 36-40 minggu. (Pusdiknakes, 2005 dalam Mitayani, 2010)
Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500-4000 gram,
cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan
kongenital (cacat bawaan) yang berat. (M. Sholeh Kosim, 2007)

2.1.2 Ciri-ciri bayi baru lahir normal


Ciri-ciri bayi baru lahir normal (M. Sholeh Kosim, 2007) adalah:
1. Lahir aterm antara 37-42 minggu.
2. Berat badan 2500-4000 gram.
3. Panjang badan 48-52 cm.
4. Lingkar dada 30-38 cm.
5. Lingkar kepala 33-35 cm.
6. Lingkar lengan 11-12 cm.
7. Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit.
8. Pernapasan 40-60 x/menit.
9. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan
yang cukup.
10. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah
sempurna.
11. Kuku agak panjang dan lemas.
12. Nilai APGAR>7.
13. Gerak bayi aktif.

14. Bayi lahir langsung menangis kuat.


15. Refleks rooting (mencari puting susu dengan rangsangan traktil
pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik.
16. Refleks sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan
baik.
17. Refleks moro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah
terbentuk dengan baik.
18. Refleks grasping (menggenggam) sudah baik.
19. Genitalia. Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis
yang berada pada skrotum dan penis yang berlubang. Pada
perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang
berlubang, serta adanya labia minora dan labia mayora.
20. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium
dalam 24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan.

2.1.3 Tahapan Bayi Baru Lahir


1. Tahap I terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit pertama
kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem scoring APGAR untuk
fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu.
2. Tahap II disebut tahap transisional reaktivitas. Pada tahap II
dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya
perubahan perilaku.
3. Tahap III disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah 24
jam pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh.

2.1.4 Penanganan pada bayi baru lahir


a. Pencegahan Infeksi
Pencegahan infeksi merupakan upaya untuk mencegah transmisi
silang dan diterapkan dengan mengacu pada kewaspadaan standar.
Proses peralatan atau instrumen harus dilakukan secara benar dan
mengikuti standar yang ada agar diperoleh hasil maksimal dan

memenuhi syarat. Adapun upaya pencegahan infeksi pada bayi baru


lahir yaitu:
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh bayi
2) Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang
belum dimandikan
3) Memastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan,
terutama klem, gunting, de lee dan benang tali pusat telah di
desinfektan tingkat tinggi atau steril. Gunakan bola karet yang
baru dan bersih jika ingin melakukan penghisapan lendir dengan
alat tersebut.
4) Pastikan semua pakaian, handuk, selimut, dan kain yang
digunakan untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikian
pula halnya timbangan, pita ukur, thermometer, stetoskop dan
benda lain yang akan bersentuhan dengan bayi juga bersih.
b. Penilaian awal
Penilaian awal dilakukan pada bayi baru lahir untuk menilai kondisi
bayi apakah:
1) Bayi dinyatakan cukup bulan jika usia gestasinya lebih kurang
36-40 minggu.
2) Air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium
3) Bayi menangis atau bernafas
4) Tonus otot bayi baik atau bayi bergerak aktif
5) Warna kulit bayi normal
Tabel 2.1 Penilaian APGAR Score
Tanda
Nilai : 0
Appearance
Pucat/ biru
(warna kulit)
seluruh tubuh
Pulse
Tidak ada
(denyut jantung)
Grimace
Tidak ada
(tonus otot)
Activity
Tidak ada
(aktivitas)
Respiration
Tidak ada
(pernapasan)
Sumber: Vivian Nany, 2010

Nilai : 1
Tubuh merah,
ekstremitas biru
<100

Nilai : 2
Seluruh tubuh
kemerahan
>100

Ekstremitas
sedikit fleksi
Sedikit gerak

Gerakan aktif

Lemah/ tidak
teratur

Langsung
menangis
Menangis

Keterangan :
1. Nilai 1-3 asfiksia berat
2. Nilai 4-6 asfiksia ringan
3. Nilai 7-10 asfiksia ringan (normal)

c. Membersihkan jalan nafas


Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila
tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas
dengan cara sebagai berikut:
1) Letakkan bayi pada posisi telentang ditempat yang datar
2) Sangga bagian bahu bayi agar kepala sedikit tengadah
kebelakang
3) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan
kasa steril
4) Berikan rangsangan traktil pada bayi agar bayi segera menangis
dan bernafas normal
5) Lakukan pengisapan lendir pada mulut dan hidung dengan
menggunakan de lee.
6) Pantau dan catat usaha nafas pada bayi.

d. Memotong dan merawat tali pusat


Cara memotong tali pusat
1) Menjepit tali dengan klem dengan jarak 3 cm dari pusat, lalu
mengurut tali pusat kearah ibu dan memasang klem ke 2 dengan
jarak 2 cm dari klem pertama.
2) Memegang tali pusat diantara 2 klem dengan menggunakan
tangan kiri lalu memotong tali pusat diantara 2 klem tersebut.
3) Mengikat tali pusat dengan jarak 1cm dari umbilikius dengan
simpul mati.
Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan alkohol 70%
atau provion iiodine 10% serta dibalut kasa steril. Pembalut tersebut
diganti setiap hari atau setiap basah atau kotor.

e. Mempertahankan suhu tubuh bayi


1) Mengeringkan tubuh bayi segera setelah lahir.
2) Membungkus bayi dengan kain kering kemudian diletakkan
telungkup di atas dada ibu untuk mendapatkan kehangatan dari
dekapan ibu.
3) Menunda memandikan BBL sampai tubuh bayi stabil
4) Menghindari kehilangan panas pada bayi baru lahir.
f. Memberi vitamin K
g. Memberi obat tetes atau salep mata
h. Pemberian ASI
Memberi kesempatan bayi menyusu sendiri segera setelah
lahir dengan meletakkan bayi di dada atau perut ibu dan kulit bayi
melekat pada kulit ibu setidaknya selama 1-2 jam sampai bayi
menyusus sendiri.
Proses ini dapat menghindarkan kematian bayi dan juga
penyakit-penyakit
Menyusui

dini

pertumbuhan

dan

yang

menyerangnya

selama

sangat

berpengaruh

terhadap

perkembangan

bayi.

kehidupannya.
keselamatan,

Menyusu

mencegah

malnutrisi pada anak, suatu faktor yang mempengaruhi lebih dari


setengah kematian bayi secara global, sehingga harus diupayakan
perbaikan praktek menyusui agar dapat mengurangi kejadian
malnutrisi dan kematian bayi secara efektif.
i. Refleks
1) Refleks kedipan (glabelar reflex)
Refleks gerakan seperti menutup dan mengedipkan mata.
Fungsinya untuk melingdungi mata dari cahaya dan bendabenda asing. Jika bayi terkena sinar atau hembusan angin, maka
dia akan mengedipkan matanya.

2) Refleks mencari (rooting reflex)


Rooting reflex terjadi ketika pipi bayi diusap (dibelai) atau
di sentuh bagian pinggir mulutnya. Sebagai respons, bayi itu
memalingkan kepalanya ke arah benda yang menyentuhnya,
dalam upaya menemukan sesuatu yang dapat dihisap. Refleks
9

menghisap dan mencari menghilang setelah bayi berusia sekitar 3


sampai 4 bulan.
3) Refleks menghisap (sucking reflex)
Bayi akan melakukan gerakan menghisap ketika Anda
menyentuhkan puting susu ke ujung mulut bayi. Refleks
menghisap terjadi ketika bayi yang baru lahir secara otomatis
menghisap benda yang ditempatkan di mulut mereka. Refleks
menghisap memudahkan bayi yang baru lahir untuk memperoleh
makanan sebelum mereka mengasosiasikan puting susu dengan
makanan. Kemampuan menghisap bayi yang baru lahir berbeda
beda. Sebagian bayi yang baru lahir menghisap dengan efisien
dan bertenaga untuk memperoleh susu, sementara bayi bayi lain
tidak begitu terampil dan kelelahan bahkan sebelum mereka
kenyang. Kebanyakan bayi yang baru lahir membutuhkan waktu
beberapa minggu untuk mengembangkan suatu gaya menghisap
yang dikoordinasikan dengan cara ibu memegang bayi, cara susu
keluar dari botol atau payudara, serta dengan kecepatan dan
temperamen bayi waktu menghisap. Refleks menghisap adalah
suatu contoh refleks yang muncul saat lahir dan kemudian akan
menghilang seiring dengan usia bayi.
4) Tonick neck reflex
Disebut juga posisi menengadah, muncul pada usia satu
bulan dan akan menghilang pada sekitar usia lima bulan. Saat
kepala bayi digerakkan kesamping, lengan pada sisi tersebut akan
lurus dan lengan yang berlawanan akan menekuk (kadang-kadang
pergerakan akan sangat halus atau lemah). Jika bayi baru lahir
tidak mampu untuk melakukan posisi ini atau jika reflek ini terus
menetap hingga lewat usia 6 bulan, bayi dimungkinkan
mengalami gangguan pada neuron motorik atas. Berdasarkan
penelitian, reflek tonickneck merupakan suatu tanda awal
koordinasi mata dan kepala bayi yang akan menyiapkan bayi
untuk mencapai gerak sadar.

10

5) Grasping reflex
Grasping reflex adalah refleks gerakan jari-jari tangan
mencengkram benda-benda yang disentuhkan ke bayi, hilang
setelah 3-4 bulan. Pada akhir bulan ketika, refleks menggenggam
berkurang dan bayi memperlihatkan suatu genggaman yang lebih
spontan, yang sering dihasilkan dari rangasangan visual.
6) Refleks moro
Refleks Moro adalah suatu respon tiba tiba pada bayi yang
baru lahir yang terjadi akibat suara atau gerakan yang
mengejutkan. Ketika dikagetkan, bayi yang baru lahir itu
melengkungkan

punggungnya,

melemparkan

kepalanya

kebelakang, dan merentangkan tangan dan kakinya. Refleks ini


berbeda dengan refleks lainnya yang termasuk dalam ketegori
gerakan motor. Refleks ini merupakan kondisi yang normal
untuk semua bayi yang baru lahir, juga cenderung menghilang
pada usia 3 sampai 4 bulan. Refleks moro ini timbul ketika bayi
dikejutkan secara tiba-tiba atau mendengar suara yang keras.

7) Walking reflex
Jika ibu atau seseorang menggendong bayi dengan posisi
berdiri dan telapak kakinya menyentuh permukaan yang keras,
ibu / orang tersebut akan melihat refleks berjalan, yaitu gerakan
kaki seperti melangkah ke depan. Menurun setelah 1 minggu dan
akan lenyap sekitar 2 bulan.
8) Babinsky reflex
Refleks primitif pada bayi berupa gerakan jari-jari
mencengkram ketika bagian bawah kaki diusap, indikasi syaraf
berkembang dengan normal. Hilang di usia 4 bulan.

2.1.5 Asuhan Bayi Usia 2-6 Hari


Pada hari ke-2 sampai ke-6 setelah lahir, ada hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam asuhan pada bayi, yaitu:
a. Minum
ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi. ASI diketahui
mengandung zat gizi yang paling sesuai untuk pertumbuhan dan
11

perkembangan bayi, baik kualitas maupun kuantitasnya. Berikan ASI


sesering mungkin sesuai dengan keinginan ibu (jika payudara sudah
penuh) atau sesuai kebutuhan bayi, yaitu setiap 2-3 jam(paling
sedikit setiap 4 jam), bergantian antara payudara kiri dan kanan.
Berikan ASI saja (ASI eksklusif) sampai bayi berusia 6 bulan.
Selanjutnya pemberian ASI diberikan hingga anak berusia 2 tahun,
dengan penambahan makanan lunak atau padat yang disebut
makanan pendamping ASI (MPASI)
b. Defekasi (BAB)
Jumlah feses pada bayi baru lahir cukup bervariasi selama minggu
pertama dan jumlah paling banyak adalah antara hari ketiga dan
keenam. Feses transisi (kecil-kecil berwarna coklat sampai hijau
karena adanya mekonium) dikeluarkan sejak hari ketiga sampai hari
keenam. Bayi baru lahir yang diberi makan dari awal akan lebih
cepat mengeluarkan feses daripada mereka yang diberi makan
kemudian. Feses dari bayi yang menyusu dengan ASI akan berbeda
dengan bayi yang menyusu dengan susu botol. Feses dari bayi ASI
lebih lunak, berwarna kuning emas, dan tidak menyebabkan iritasi
pada kulit bayi.
c. Berkemih (BAK)
Fungsi ginjal bayi masih belum sempurna selama 2 tahun pertama
kedudukannya. Biasanya terdapat urine dalam jumlah yang kecil
pada kandung kemih bayi saat lahir, tetapi ada kemungkinan urine
tersebut tidak dikeluarkan selama 12-24 jam. Berkemih sering terjadi
setelah periode ini dengan frekuensi 6-10 kali sehari dengan warna
urine yang pucat. Kondisi ini menunjukkan masukan cairan yang
cukup. Umumnya bayi cukup bulan akan mengeluarkan urine 15-16
ml/kg/hari.
d. Tidur
Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur.
Bayi baru lahir sampai usia 3 bulan rata-rata tidur sampai 16 jam

12

setiap hari. Pada umumnya bayi terbangun pada malam hari pada
usia 3 bulan.

Tabel 2.2 Perubahan Pola Tidur bayi


Usia
Lama tidur
1 minggu
16,5 jam
1 tahun
14 jam
2 tahun
13 jam
5 tahun
11 jam
9 tahun
10 jam
Sumber: Widodo Judarwanto, 2009

e. Kebersihan kulit
Kebersihan kulit bayi perlu benar-benar dijaga. Walaupun mandi
dengan membasahi seluruh tubuh tidak harus dilakukan setiap hari,
tetapi bagian-bagian seperti muka, bokong, dan tali pusat perlu
dibersihkan secara teratur.
f. Keamanan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menjaga keamanan bayi
adalah dengan tetap menjaganya, jangan sekalipun meninggalkan
bayi tanpa ada yang menunggu. Selain itu juga perlu dihindari untuk
memberikan apapun kemulut bayi selain ASI, karena bayi bisa
tersedak dan jangan menggunakan alat penghangat buatan ditempat
tidur bayi.
g. Tanda-tanda bahaya
1) Pernapasan sulit atau lebih dari 60 x/menit.
2) Terlalu hangat ( > 380 C) atau terlalu dingin (<360 C).
3) Kulit bayi kering (terutama 24 jam pertama), biru, pucat, atau
memar.
4) Isapan saat menyusu lemah, rewel, sering muntah, dan
mengantuk berlebihan.
5) Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, dan
berdarah.

13

6) Terdapat tanda-tanda infeksi seperti suhu tubuh meningkat,


merah, bengkak, bau busuk, keluar cairan, dan pernapasan sulit.
7) Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAB dalam 24 jam, feses
lembek atau cair, sering berwarna hijau tua, dan terdapat lendir
atau darah.
8) Menggigil, rewel, lemas, mengantuk, kejang, tidak bisa tenang,
menangis terus menerus.
h. Penyuluhan pada ibu dan keluarga sebelum bayi pulang.
1) Perawatan tali pusat
2) Dengan membiarkan tali pusat terbuka dan membersihkan luka
hanya dengan air bersih. Tidak membubuhkan apapun pada
daerah sekitar tali pusat karena dapat mengakibatkan infeksi.
Hal ini disebabkan karena meningkatnya kelembaban bada bayi
sehingga menciptakan kondisi yang ideal bagi tumbuhnya
bakteri.
3) Pemberian ASI
4) Jaga kehangatan bayi
5) Tanda-tanda bahaya
6) Perawatan harian / rutin
7) Pencegahan infeksi dan kecelakaan
8) Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara memproduksi imunitas aktif buatan
untuk melindungi diri melawan penyakit tertentu dengan cara
memasukkan suatu zat ke dalam tubuh melalui penyuntikan atau
secara oral.
Tabel 2.3 Jadwal Pemberian Imunisasi
UMUR

VAKSIN
Hepatitis B-1

Saat lahir
Polio

KETERANGAN
Hepatitis B-1 harus diberikan dalam waktu 12
jam setelah lahir, dilanjutkan ketika bayi
berusia 1 dan 6 bulan
Polio O diberikan saat kunjungan pertama.
Untuk bayi yang lahir di RB/RS, polio oral
diberikan saat bayi dipulangkan (untuk
menghindari transmisi virus vaksin kepada
bayi lain).

14

HB-2 diberikan saat bayi berusia 1 bulan,


interval HB-1 dan HB-2 adalah 1 bulan
1 bulan

Hepatitis B-2

0-2 bulan

BCG

DPT-1

Bila bayi premature dan HbsAG ibu negative,


maka imunisasi ditunda sampai bayi berusia 2
bulan atau berat badan 2000 gram
BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila
BCG akan diberikan ketika berusia lebih dari
3 bulan, maka sebaiknya dilakukan uji
tuberculin terlebih dahulu, jika hasil uji
negative maka imunisasi BCG dapat
diberikan.
Vaksin BCG ulangan tidak dianjurkan karena
manfaatnya meragukan
DPT-1 dapat diberikan ketika bayi berusia
lebih dari 6 minggu, dapat dipergunakan
DTwp atau Dtap DTP-1 dengan interval 4-6
minggu.
Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan
DPT-1

2 bulan
Polio-1

DPT-2
4 bulan
Polio

Interval pemberian polio 2,3,4 tidak kurang


dari 4 minggu.
Vaksin polio ulangan diberikan satu tahun
sejak imunisasi polio 4, lalu dilanjutkan pada
usia 5-6 tahun
DPT-2 dapat diberikan secara terpisah atau
dikombinasi dengan Hib-2
Polio-2 diberikan bersamaan dengan DP-2
DPT-3 dapat diberikan terpisah atau
dikombinasikan dengan HiB-3

DPT-3
6 bulan

Polio-3
Hepatitis B-3

9 bulan

campak

DPT ulangan diberikan 1 tahun setelah


imunisasi DPT 3 dan pada usia 5 tahun
Polio-3 diberikan bersamaan dengan DPT-3
HB-3 diberikan saan bayi berusia 6 bulan.
Untuk mendapatkan respon imun optimal,
interval HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan,
tetapi interval terbaiknya 5 bulan
Campak-1 diberikan ketika bayi berusia 9
bulan

Sumber: Vivian Nany, 2010

15

2.1.6 Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar uterus


1. Sistem pernapasan
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30
menit pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk
mempertahankan tekanan elveoli, selain karena adanya surfaktan,
juga karena adanya tarikan napas dan pengeluaran napas dengan
merintih sehingga udara bisa tertahan didalam. Apabila surfaktan
berkurang, maka alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku, sehingga
terjadi atelektasis. Dalam kondisi seperti ini (anoksia), neonatus
masih dapat mempertahankan hidupnya karena adanya kelanjutan
metabolisme anaerobik.
2. Peredaran darah
Setelah bayi lahir, paru akan berkembang yang akan
mengakibatkan tekanan arteriol dalam paru menurun yang diikuti
dengan menurunnya tekanan pada jantung kanan. Kondisi ini
menyebabkan tekanan jantung kiri lebih besar dibandingkan dengan
tekanan jantung kanan, dan hal tersebutlah yang membuat voramen
ovale secara fungsional menutup. Hal ini terjadi pada jam-jam
pertama setelah kelahiran . oleh karena tekanan dalam paru turun dan
tekanan dalam aorta desenden naik dan juga karena rangsangan
biokimia (PaO2 yang naik) serta duktus arteriosis yang berobliterasi.
Hal ini terjadi pada hari pertama.
3. Suhu tubuh
Empat kemungkinan mekanisme yang dapat menyebabkan
bayi baru lahir kehilangan panas tubuhnya.
a. Konduksi, panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya
yang kontak langsung dengan tubuh bayi.
b. Konveksi, panas hilang dari tubuh bayi ke udara di sekitarnya
yang sedang bergerak.
c. Radiasi,

panas

dipancarkan

kelingkungan yang lebih dingin.

16

dari

BBL

keluar

tubuhnya

d. Evaporasi, panas hilang melalui proses penguapan yang


bergantung pada kecepatandan kelembaban udara.
4. Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus relatif lebih luas dari tubuh
orang dewasa, sehingga metabolisme basal per kg berat badan akan
lebih besar. Oleh karena itulah, BBL harus menyesuaikan diri
dengan lingkungan baru sehingga energi dapat diperoleh dari
metabolisme karbohidrat dan lemak.
5. Imunoglobulin
Pada BBL hanya terdapat gamaglobulin G, sehingga
imunologi dari ibu dapat berpindah melalui plasenta karena berat
molekulnya kecil. Akan tetapi, bila ada infeksi yang dapat melalui
plasenta reaksi imunologis dapat terjadi dengan pembentukan sel
plasma serta antibodi gama A, G, dan M.
6. Traktus digestivus
Traktus digestivus relatif lebih berat dan lebih panjang
dibandingkan dengan orang dewasa. Pada neonatus, traktus
digestivus mengandung zat berwarna hitam kehijauan yang terdiri
atas mukopolisakarida atau disebut juga dengan mekonium.
Pengeluaran mekonium biasanya pada 10 jam pertama kehidupan
dan dalam 4 hari setelah kelahiran biasanya feses sudah berbentuk
dan berwarna biasa. Enzim dalam traktus digestivus biasanya sudah
terdapat pada neonatus, kecuali enzim amilase pankreas.
7. Hati
Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan
morfologis yang berupa kenaikan kadar protein dan penurunan kadar
lemak serta glikogen. Sel hemopoetik juga mulai berkurang,
walaupun dalam waktu yang agak lama. Enzim hati belum aktif
benar pada waktu bayi baru lahir, daya detoksifikasi hati pada
neonatus juga belum sempurna.

17

8. Keseimbangan asam basa


Tingkat keasaman (pH) darah pada waktu lahir umumnya
rendah karena glikolisis anaerobik. Namun, dalam waktu 24 jam,
neonatus telah mengompensasi asidosis ini.

2.1.7 Aspek yang perlu dikaji pada bayi baru lahir


a. Menilai keadaan umum bayi
b. Tanda-tanda vital
c. Periksa bagian kepala bayi
d. Lakukan pemeriksaan telinga karena akan dapat memberikan
gambaran letak telinga dengan mata dan kepala serta diperiksa
adanya kelainan lainnya.
e. Periksa mata akan adanya tanda-tanda infeksi
f. Periksa hidung dan mulut, langit-langit, bibir, dan refleks hisap, serta
rooting.
g. Periksa leher bayi, perhatikan akan adanya pembesaran dan
benjolan.
h. Periksa dada, perhatikan bentuk dada, dan puting susu bayi.
i. Periksa bahu, lengan dan tangan.
j. Periksa bagian perut.
k. Periksa alat kelamin.
l. Periksa tungkai dan kaki.
m. Periksa punggung dan anus.
n. Periksa kulit.
o. Lakukan penimbangan berat badan.

2.2 Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan


Manajemen kebidanan adalah metode pendekatan pemecahan masalah
kesehatan ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan di dalam
memberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat.
Didalam melaksanakan proses manajemen ini menggunakan tujuh
langkah yaitu :

18

2.2.1 Pengumpulan Data


Adalah pengumpulan data lengkap untuk mengevaluasi pasien dengan
memperoleh seluruh data yang dibutuhkan untuk penilaian secara sempurna
dari klien.
1.

Data Subyektif
a.

Identitas / Biodata
1) Nama bayi

: Untuk membedakan antara satu bayi dengan bayi

lain.
2) Umur bayi

: Diperoleh dari tanggal lahir, usia yang tepat juga

diperlukan untuk interpretasi data yang akan diperoleh dari hasil


pemeriksaan.
3) Tanggal lahir : Untuk menentukan umur bayi.
4) No. Status register

: Untuk melengkapi rekam medik.

5) Berat badan

: Untuk bayi normal 2500 - 400 gram

6) Panjang badan

: Untuk bayi normal 48 - 52 cm.

7) Nama ibu dan ayah :Untuk menentukan siapa orang tua dari
sang bayi.
8) Umur

:Untuk menentukan berapa usia dari orang

tua bayi.
9) Agama

:Untuk

memudahkan

dalam

memberi

dukungan.
10) Pendidikan

:Untuk memudahkan berkomunikasi tentang

perawatan bayi baru lahir dengan ibu bayi.


11) Alamat

: Agar memudahkan dalam berhubungan

bila ada hal penting.


b.

Riwayat penyakit kehamilan


Pengetahuan yang komperhensif tentang kehamilan, persalinan dan
kelahiran adalah penting untuk memahami hasil temuan fisik BBL
(Bayi Baru Lahir)
Adapun hal yang dikaji adalah, riwayat perdarahan, penyakit kelamin
atau

penyakit

kehamilan

lainnya

yang

dapat

mempengaruhi

BBL. Sehingga asuhan yang berbeda akan dapat ditegakkan. Jika pada

19

kehamilan ibu mengalami berbagai komplikasi seperti perdarahan,


ataupun penyakit kelamin kemungkinan bayi yang lahir akan
mengalami komplikasi seperti asfiksia, kelainan kongenital pada
riwayat penyakit kelamin, atau bahkan tertular penyakit yang sama
(pada ibu dengan riwayat HIV).
c. Kebiasaan waktu hamil
1) Makanan

: Asupan gizi yang baik dan seimbang akan

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin, adapun


makanan yang biasa dimakan oleh ibu pada saat kehamilan ini
adalah nasi, lauk pauk, buah-buahan seperti jeruk, apel, anggur, dan
sebagainya.
2) Obat-obatan

: Obat-obatan yang biasa diminum pada saat

kehamilan ini yaitu tablet tambah darah, vitamin B kompleks,


vitamin C, vitamin B1.
3) Merokok: Ibu tidak pernah merokok, karena kebiasaan ini akan
mempengaruhi perkembangan janin.
d. Riwayat persalinan sekarang
Bila ada lebih baik cantumkan catatan yang diberikan dari puskesmas
atau rumah bersalin tempat ibu melahirkan, sehingga data yang
diperoleh lebih lengkap dan akurat.
1) Jenis persalinan: spontan
2) Lama persalinan: Kala I 8 jam dan untuk kala II 2 jam.
3) Ketuban pecah: Spontan setelah pembukaan lengkap, warna jernih,
bau khas, jumlah 100 cc.
4) Komplikasi persalinan: Agar dapat ditegakkan asuhan yang tepat
sesuai keadaan ibu.
5) Kondisi BBL: Dilihat berdasarkan ciri-ciri bayi baru lahir normal
(M. Sholeh Kosim, 2007) : Lahir aterm antara 37-42 minggu, berat
badan 2500-4000 gram, panjang badan 48-52 cm, lingkar dada 30-38
cm, lingkar kepala 33-35 cm, lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi
denyut jantung 120-160 x/menit, pernapasan 40-60 x/menit, kulit
kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup,

20

rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah


sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai APGAR>7, gerak
bayi aktif, bayi lahir langsung menangis kuat, refleks rooting
(mencari puting susu dengan rangsangan traktil pada pipi dan daerah
mulut) sudah terbentuk dengan baik, refleks sucking (isap dan
menelan) sudah terbentuk dengan baik, refleks moro (gerakan
memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik, refleks
grasping (menggenggam) sudah baik, genitalia (pada laki-laki
kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan
penis yang berlubang, pada perempuan kematangan ditandai dengan
vagina dan uretra yang berlubang, serta adanya labia minora dan
labia mayora), eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya
mekonium dalam 24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan.

2.

Data Obyektif
d.

Kondisi umum: Baik / stabil


Dapat diperoleh dengan melihat kondisi pasien apakah dalam
keadaan stress dan sebagainya, yang membutuhkan pertolongan
segera, atau pasien dalam kondisi relative stabil, sebagai
pertolongan dapat diberikan setelah melakukan pemeriksaan
fisik. Suhu: Ukurlah suhu setiap 30 menit sampai bayi stabil
setelah itu setiap 4 jam sekali.

e. Respirasi: frekwensi untuk bayi baru lahir normal adalah 30 - 60 x /


menit.
f. HR (Heart Rate): Untuk BBLN 120 - 160 x / menit.
g. Berat Badan: Untuk BBL normal 2500 - 4000 gram ..
h. Pemeriksaan Fisik secara sistematis
1) Kepala: Terlihat sutura, ubun-ubun besar dan kecil mudah
diraba.
2) Ubun-ubun: Dalam kondisi normal, ubun-ubun besar, lebar /
sedikit cekung.
3) Muka: Untuk BBL normal akan tampak simetris.

21

4) Mata: Dilihat apakah ada reaksi langsung terhadap cahaya,


apakah alis dan bulu mata tumbuh, apakah ada kelainan
conjungtivitis oftalmia neonatorum, kondisi ini normal sampai
bulan ketiga atau keempat.
5) Telinga: Untuk BBL normal, bentuk dan letak simetris daun
telinga besar.
6) Mulut: Untuk BBL normal tidak ada kelainan pda bibir seperti
labiopalatoskisis, bercak putih pada lidah dan sebagainya.
7) Hidung: Untuk BBL normal bentuk dan letak simetris dan
tidak ada polip atau sumbatan.
8) Leher: Untuk BBL normal, bentuk pendek dan ada lipatanlipatan.
9) Dada: Normalnya dilihat bulat dan simetris, pembesaran
payudara dimulai dari hari ke 2 - 3 setelah lahir, pernapasan
normal dangkal, simetris dan sesuai gerakan abdomen
10) Tali pusat: Dilihat apakah ada infeksi / tidak. Biasanya untuk
BBL normal akan lepas 10 - 14 hari setelah lahir.
11) Punggung: Dilakukan pemeriksaan dengan cara telungkup,
tangan pemeriksa meraba sepanjang tulang belakang untuk
mencari kemungkinan adanya berupa tumor lunak di bagian
garis tengah.
12) ekstremitas: Atas: Untuk BBL normal flexi dengan gerakan
simetris. Bawah: Untuk BBL normal pendek, bengkok dan
flexi dengan baik.
13) genitalia: Perempuan: labia mayora menutupi labia minora,
klitoris menonjol, ada umbay hymen. Laki-laki: Testis sudah
turun ke skortum.
14) Anus: Ada satu anus dengan tonus spingler yang baik.
i. Reflek
1) Reflek Morro: Untuk BBL normal aduksi dan ekstensi simetris
lengan jari-jari mengembang, seperti kipas dan membentuk
huruf C pada ibu jari dan telunjuk. Dan mungkin akan terlihat

22

adanya sedikit tremor, lengan teraduksi dalam gerakan


memeluk dan kembali dalam posisi fleksi dan gerakan yang
rileks.
2) Reflek rooting: Pada BBL normal biasanya akan menolehkan
kepala ke arah stimulus, membuka mulut disentuh oleh jari
atau putting susu.
3) Reflek walking: Pada BBL normal biasanya gerak aktif otot
masih hipotermik, sendi lutut dan kaki dalam flexi dan kepala
sudah kesatu arah / jurusan.
4) Reflek graphs: Pada BBL normal biasanya jari-jari kaki bayi
akan memeluk kebawah bila jari diletakkan didasar jari-jari
kakinya.
5) Reflek tonik neek: Pada BBL normal biasanya ekstremitas
pada satu sisi dimana kepala ditolehkan akan ekstensi dan
ekstremitas yang berlawanan flexi.
j. Antropometri
1) Lingkar kepala: Untuk BBL normal 32 - 36 cm
2) Lingkar kepala: Untuk BBL normal 30 - 33 cm
3) Lingkar lengan atas: Untuk BBL normal 10 - 11 cm
k.

Eliminasi
1) Miksi: Untuk BBL normal sebagian besar berkemih dalam 24
jam permata setelah lahir dan 2 - 6 kali sehari sampai 1 - 2 hari
pertama. Setelah itu berkemih 5 - 2 kali dalam 24 jam.
2) Meconium: Untuk BBL normal, berwarna hitam kehijauan,
lengket dan mengandung darah segar dieksresikan dalam 24
jam.

2.2.2 Interpretasi Data


Adalah untuk BBL normal, agar diidentifikasi diagnosa masalah dan
kebutuhan.
Diagnosa: Bayi baru lahir... hari pertama, KU bayi baik.

23

Dasar: Bayi lahir pada tanggal ... jam ... wib, BB ... gram, PB ... cm,
JK... A/S ... Anus ... TTV, P: ... x/menit N: ... x/menit S: ...0 C Lika ...
cm, Lida ... cm, Lila ... cm
Masalah: Tidak ada
Kebutuhan: Konseling berlanjut
2.2.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Adalah untuk BBL normal biasanya tidak ditemukan diagnosa
potensial, kecuali ada komplikasi dan masalah.
2.2.4 Identifikasi Kebutuhan Akan Tindakan Segera
Ketika baru lahir bayi harus segera dikeringkan untuk menghindari
kemungkinan terjadinya hipotermi. Jika terjadi hipotermi harus segera
diatasi, salah satunya dengan metode kangguru.
2.2.5 Merencanakan Asuhan Menyeluruh
a. Bersihkan jalan nafas
Bayi baru lahir akan menangis spontan dan segera setelah lahir,
apabila tidak menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas,
dengan menggunakan de lee dan juga kasa steril.
b. Perawatan tali pusat
Pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan kering.
Selalu cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun
sebelum membersihkan tali pusat (Farida, 2009).
c. Pertahankan suhu tubuh bayi
Sebaiknya jangan memandikan bayi sebelum 24 jam kelahiran
karena bayi belum terlalu mampu mengatur suhu di luar untuk
membuatnya tetap hangat.
d. Beri vitamin K
Pemberian vitamin K dilakukan untuk mencegah terjadinya
perdarahan.
e. Identifikasi bayi
Apabila bayi dilahirkan di tempat bersalin yang persalinannya
mungkin lebih dari satu persalinan, maka sebuah alat pengenal yang
efektif harus diberikan kepada setiap bayi baru lahir dan harus tetap

24

di tempatkan sampai waktu bayi dipulangkan. Yang dicantumkan


pada bayi adalah nama, tanggal lahir, nomor bayi, JK, nama lengkap
ibu.
f. Pemantauan bayi baru lahir
Pemantauan pada bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktifitas
bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru
lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan
serta tidak lanjut petugas kesehatan, pemantauan yang diliput
berupa, kemampuan menghisap kuat atau tidak, bayi tampak aktif
atau tidak, bayi kemerahan atau biru.
g. Pemberian ASI secara dini
Proses ini harus berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu.
h. Pemberian imunisasi dini pada bayi baru lahir
2.2.6 Melaksanakan Asuhan Menyeluruh
a. Membersihkan jalan napas dari lendir dengan menggunakan de lee.
b. Memotong tali pusat dengan jarak 3 cm dari pusat dengan gunting
steril dan merawatnya dengan tidak mengoleskan apa-apa seperti
betadine dan alkohol, dan menjaga agar tetap kering.
c. Membersihkan tubuh bayi dengan kain bersih dan lembut.
d. Memberikan / mengoleskan salep mata pada bayi.
e. Pertahankan suhu tubuh bayi dengan menempatkannya di tempat
yang hangat (di atas perut ibu).
f. Membungkus bayi dengan kain bersih dan lembut.
g. Melakukan IMD dengan meletakkan bayi di antara kedua payudara
ibu agar bayi mencari sendiri puting susu ibu.
h. Mengajarkan ibu cara pencegahan infeksi
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.
2) Jaga kebersihan disekitar
3) Cukup fentilasi
4) Jangan mengoleskan apapun pada tali pusat
i. Mengobservasi tanda-tanda vital
j. Melakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir

25

k. Memberikan imunisasi Hepatitis B unijeck dan vitamin K.


2.2.7 Evaluasi
a. Bayi sudah bernafas dengan baik.
b. Tali pusat kering dan bersih
c. Badan bayi bersih
d. Bayi sudah diberi salep mata
e. Bayi sudah dibungkus
f. Bayi sudah dalam kondisi hangat
g. IMD sudah dilakukan
h. Bayi tidak terinfeksi
i. Kondisi umum bayi baik dan sudah mendapat ASI
j. Berdasarkan pemeriksaan fisik pada bayi tidak ditemukan kelainan
kelainan, bayi dalam keadaan sehat dan normal.
k. Bayi sudah mendapatkan imunisasi Hepatitis B unijeck dan vitamin
K.

26

BAB III
TINJAUAN KASUS
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY I LAHIR NORMAL
DI PUSTU SIGUNTUR MUDA PESISIR SELATAN
PADA TANGGAL 27 OKTOBER 2012

I. PENGUMPULAN DATA

A. Identitas / Biodata
Bayi
Nama Bayi

: Bayi Ny I

Umur Bayi

: Hari Pertama

Tgl / Jam Lahir: 27 Oktober 2012 / 11.45 Wib


Jenis Kelamin : Perempuan
Berat Badan

: 3700 gram

Panjang Badan : 50 cm
Orang Tua
Nama

: Ny I

Nama Suami : Tn D

Umur

: 34 Tahun

Umur

: 37 Tahun

Suku

: Minang

Suku

: Minang

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMA

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: IRT

Pekerjaan

: Tani

No. Telp

No. Telp

Alamat

: Koto, Siguntur MudaAlamat

: Koto, Siguntur Muda

B. Data Subjektif
Didata pada tanggal / jam

: 27 Oktober 2012

1. Keluhan

: Tidak ada

2. Riwayat penyakit kehamilan


a. Perdarahan

: Tidak ada

b. Pre-eklampsi

: Tidak ada

c. Eklampsi

: Tidak ada

d. Penyakit kelamin : Tidak ada


27

Pukul : 16.00 Wib

e. Anemia

: Tidak ada

f. Lain-lain

: Tidak ada

3. Kebiasaan waktu hamil


a. Makan

: Tidak ada

b. Obat-obatan / jamu

: Tablet Fe, Bc, B1, Vit c

c. Merokok

: Tidak ada

d. Lain-lain

: Tidak ada

4. Riwayat persalinan sekarang


a. Jenis persalinan : Spontan
b. Ditolong oleh

: Bidan

c. Lama persalinan
Kala I

: 5,5 jam

Kala II

: 15 menit

d. Ketuban
Warna

: Jernih

Bau

: Amis

Jumlah

: 1000 cc

e. Panjang tali pusat: 50 cm


f. Plasenta

: 500 gram

g. Komplikasi persalinan
Ibu

: Tidak ada

Bayi

: Tidak ada

Keadaan BBL : Baik

Score

(Appereance)

( )( )

(x) (v) Badan

( ) ( ) Seluruh

Warna kulit

Pucat

merah

tubuh kemerahan

(Pulse)

( )( )

( ) ( ) < 100

(x) (v) >100

Frekuensi

Tidak ada

jantung
G

(Grimate)

( )( )

( ) ( ) Sedikit

(x) (v) Menangis,

Reaksi

Tidak ada

gerakan

batuk atau bersin

28

terhadap
rangsangan
A

(Activity)

( )( )

(x) ( )

( ) (v) Gerakan

Aktifitas

Tidak ada

Ekstremitas

aktif

fleksi sedikit
R

(Respiration)

( )( )

( ) ( ) Lemah,

(x) (v) Baik,

Pernafasan

Tidak ada

tidak teratur

menangis kuat

Keterangan
X : menit 1
V : menit 5
h. Resusitasi

: Tidak ada

i. Pengisapan lendir

: Tidak ada

j. Ambu

: Tidak ada

k. Intubasi endotrakheal : Tidak ada


l. Oksigen

: Tidak ada

m. Therapy

: Vit K

C. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum

: Baik

Suhu

: 37,20 C

Pernafasan

: 52 x/menit

Nadi

: 125 x/menit

BB sekarang

: 3700 gram

2. Pemeriksaan fisik
Kepala

: Normal, tidak ada caput suksedanium maupun


sefalhematom

Ubun-ubun

: Mendatar

Muka

: Normal, tidak ada kelainan

Mata

: Tidak ada tanda-tanda infeksi

Telinga

: Tidak ada kelainan, simetris kiri dan kanan

Mulut

: Tidak ada labioskizis dan labiopalatoskizis

Hidung

: Normal, ada lobang hidung

29

Leher

: Tidak ada pembesaran kelenjer tyroid dan limfe

Dada

: Normal, simetris kiri dan kanan

Abdomen

: Abdomen agak membuncit

Tali pusat

: Tidak ada tanda-tanda infeksi

Punggung

: Normal, tidak ada kelainan

Genitalia

: Vagina dan uretra yang berlubang, serta adanya


labia minora dan labia mayora.

Anus

: ada (+)

3. Reflek
Reflek moro

: (+)

Reflek rooting

: (+)

Reflek walking

: (-)

Reflek graph

: (+)

Reflek sucking

: (+)

4. Antropometri
Lingkar kepala

: 34 cm

Lingkar dada

: 30 cm

Lingkar lengan atas: 11 cm


5. Eliminasi
BAB

: Ada

BAK

: Ada

30

Anda mungkin juga menyukai