Anda di halaman 1dari 4

Pertanian sampai saat ini masih diyakini sebagai salah satu akar

perekonomian bangsa Indonesia. Hampir di semua sektor perekonomian tidak bisa


dilepaskan dari peran sektor pertanian. Potensi alam yang melimpah, tanah yang
subur, serta iklim yang cukup mendukung merupakan modal yang sangat
mendukung bagi keberhasilan pembangunan pertanian.
Sektor pertanian khususnya agribisnis dan agroindustri merupakan salah satu alte
rnatif yang sangat realistis untuk mengatasi krisis ekonomi, karena dalam sektor
pertanian, fluktuasi moneter yang dipengaruhi oleh kurs dolar tidak terasa, bah
kan dapat menjadi kompetitif di pasaran dunia. Disamping itu pertanian mqmpu mem
berdayakan perekonomian rakyat dalam hal memberikan peluang kerja bagi masyaraka
t. Sektor agribisnis (buah, sayur dan bunga) untuk saat ini sangat prospektif bi
la dikembangkan mengingat potensi serapan pasar baik lokal maupun ekspor terus m
eningkat.
Dalam menjalankan sebuah usaha, peran strategi pemasaran sangatlah penting untuk
mendukung kesuksesan usaha yang dijalankan. Tak terkecuali dalam menekuni dunia
agrobisnis. Para petani membutuhkan strategi-strategi jitu agar produk hasil pa
nennya bisa laku dipasaran dengan harga yang cukup mahal dan berhasil menembus p
asar nasional maupun internasional.
Kendala dalam pemasaran produk pertanian Pemasaran dalam kegiatan pertanian dian
ggap memainkan peran ganda. Peran pertama merupakan peralihan harga antara produ
sen dengan konsumen. Peran kedua adalah transmisi fisik dari titik produksi (pet
ani atau produsen) ke tempat pembelian (konsumen). Namun untuk memainkan kedua p
eran tersebut petani menghadapi berbagai kendala untuk memasarkan produk pertani
an, khususnya bagi petani berskala kecil.
Pertanian dalam arti luas terdiri dari lima sub sektor, yaitu tanaman pangan, pe
rkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Sebagian besar hasil pertanian a
dalah bahan makanan terutama beras yang dikonsumsi sendiri dan seluruh hasil per
kebunan adalah ekspor. Wilayah pedesaan yang bercirikan pertanian sebagai basis
ekonomi sedangkan wilayah perkotaaan yang tidak lepas dari aktivitas ekonomi bai
k yang sifatnya industri, perdagangan maupun jasa mengalami pertentangan luar bi
asa di dalam rata-rata pertumbuhan pembangunan. Dengan kemajuan yang dicapai sek
tor pertanian tanaman pangan, maka pembangunan sektor industri yang didukung sek
tor pertanian juga semakin maju.
******
Usahatani merupakan satu-satunya ujung tombak pembangunan nasional yang mempunya
i peran penting. Upaya mewujudkan pembangunan nasional bidang pertanian (agribis
nis) masa mendatang merupakan sejauh mungkin mengatasi masalah dan kendala yang
sampai sejauh ini belum mampu diselesaikan secara tuntas sehingga memerlukan per
hatian yang lebih serius. Satu hal yang sangat kritis adalah bahwa meningkatnya
produksi pertanian (agribisnis) atau output selama ini belum disertai dengan men
ingkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani secara signifikan dalam usahatanin
ya (Tjiptoherijanto, 1996).
Jika ditelaah, walaupun telah melampaui masa-masa kritis krisis ekonomi nasional
, saat ini sedikitnya kita masih melihat beberapa kondisi yang dihadapi dalam us
ahatani petani kita di dalam mengembangkan kegiatan usaha produktifnya.
Pemasaran merupakan salah satu aspek penting dalam usaha budidaya suatu komoditi
pertanian,termasuk nenas. Jalur pemasaran nenas pada umumnya hampir sama dengan
buah-buahan lainnya. Pemasaran nenasmempunyai jaur yang panjang sebelum sampai
ketangan konsumen. Dimulai dari petani atau pengusaha sebagai produsen untuk sa
mpai ketangan konsumen (rumah tangga, pabrik ) .
Petani atau pengusaha merupakan produsen utama dalam mengusahakan ne
nas semenjak ditanam hingga panen. Konsumen merupakan pemakai akhir dari komodit
i ini. Nenas dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, maupun untuk ruma

h industri dan pabrik. Dan dari rumah industri atau pabrik dapat dihasilkan nena
s olahan, yang selanjutnya dikonsumsi oleh rumah tangga sebagai konsumen akhir.
Nenas selain diperdagangkan untuk kebutuhan konsumen didalam negeri
juga dapat pula diekspor ke beberapa negara seperti Amerika serikat,Jepang, Bela
nda, Hongkong, Korea selatan, dan lain-lain.
Nenas diusahakan secara terpadu dengan pabrik pengolahan nenas oleh seorang peng
usaha, maupun oleh
petani yang kemudian dibeli oleh pabrik atau usaha pengolahan nenas. Selanjutnya
nenas dipasarkan keluar negeri melalai eksportir dalam bentuk nenas olahan (sel
ai, kalengan dan lain-lain).
Selain itu yang harus diperhatikan dalam mengekspor bauh nenas adalah mutu.Adapu
n syarat dari mutu nenas tersebut dapat kita lihat pada tabel berikut:
**
1.
Biaya transportasi komoditi pertanian dan input relatif mahal.
Biaya pemasaran hasil komoditi pertanian relatif mahal. Tingginya biaya pemasara
n ini disebabkan ketersediaan jalan usahatani sangat terbatas. Kondisi jalan des
a sebagian besar rusak, sarana transportasi relatif terbatas. Prasarana dan sara
nan transportasi yang terbatas menyebabkan biaya angkut saprodi dan hasil usahat
ani relatif mahal. Sementara sarana pasar desa yang dapat meningkatkan dinamika
pemasaran hasil pertanian belum tersedia. Sarana produksi di kota kecamatan Sem
balun. Demikian halnya hasil pertanian dari desa Sajang sebagian besar dijual ke
pasar kecamatan Sembalun. Biaya angkut saprodi maupun hasil pertanian bervarias
i antara Rp 5.000
Rp 10.000/kw tergantung jarak tempuh. Sedangkan biaya angkut
input dari rumah ke lahan usahatani dan biaya angkut hasil pertanian dari lahan
ke rumah rata-rata Rp. 5.000/kw.
Langkah untuk mengatasi masalah di atas adalah dengan membangun jalan usahatani
dari hutan cadangan pangan (HCP) ke desa sehingga biaya angkut hasil pertanian
dapat ditekan dan harga jual hasil pertanian dapat ditingkatkan dengan adanya j
alan pintas tersebut.
1.
Kemampuan petani untuk mengakses lembaga keuangan formal sangat terbatas
.
Kemampuan petani untuk mengakses lembaga keuangan formal sangat terbatas. Hal in
i disebabkan prosedur yang sulit dan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki petan
i sehingga tidak ada jaminan yang dapat digunakan sebagai agunan untuk meminjam
uang di bank. Selain itu kepercayaan bank kepada petani relatif rendah. Hal ini
disebabkan adanya sebagian petani yang menganggap apabila diberi pinjaman pemeri
ntah maka pinjaman tersebut dianggap sebagai pemberian yang tidak harus dikembal
ikan.
Untuk mengatasi anggapan petani tersebut adalah dengan menumbuh-kembangkan inova
si modal sosial. Sedangkan untuk mengatasi kesulitan mengakses lembaga keuangan
formal maka alternatif pemecahannya adalah dengan membangun kelembagaan non form
al di pedesaan.
***
Berikut ini kami informasikan beberapa kendala utama dalam pemasaran produk agro
bisnis yang bisa Anda perhatikan.
1.
Persediaan barang yang bersifat musiman. Selama ini para petani di Indon
esia masih mengandalkan teknologi sederhana dalam mengembangkan produksinya. Hal
ini tentu mempengaruhi komoditas panen yang dihasilkan, sehingga persediaan bar
ang juga bersifat musiman (belum stabil). Ketika panen raya tiba, stok barang me
limpah ruah dan harga jualnya bisa anjlok dengan nilai yang sangat rendah. Sedan
gkan pada saat belum musim, ketersediaan barang menjadi sangat terbatas sehingga

harga jualnya bisa melambung tinggi. Ketersediaan produk yang kurang stabil sep
erti ini menjadi salah satu kendala besar bagi para pelaku usaha, sehingga merek
a belum bisa memenuhi permintaan pasar ekspor secara kontinyu.
2.
Rantai pemasaran yang terlalu panjang.Terkadang panjangnya rantai pemasa
ran di bidang agrobisnis hanya akan memperbesar biaya operasional dan memotong m
argin atau keuntungan yang seharusnya diterima pelaku usaha. Biasanya semakin ba
nyak jumlah perantara yang dilalui sebuah produk, maka semakin kecil pula harga
tawar produk tersebut. Sehingga wajar adanya bila harga beli yang ditawarkan par
a tengkulak terkadang kurang menguntungkan bagi para pelaku usaha, karena nilain
ya lebih rendah dari harga jual di pasaran (di kalangan konsumen akhir).
3.
Kurangnya informasi jaringan pasar. Sampai hari ini masih banyak para pe
tani di daerah terpencil yang minim pengetahuan dan kemampuan dalam menganalisa
pasar. Bahkan sebagian dari mereka belum mendapatkan informasi mengenai calon ko
nsumen yang potensial. Sehingga tidak heran bila sekarang ini banyak petani yang
masih kebingungan untuk memasarkan produk hasil panennya.
Minimnya perencanaan dalam menjalankan usaha agrobisnis dan kurangnya ilmu penge
tahuan maupun kemampuan yang dimiliki para petani, menjadikan pemasaran sektor a
grobisnis di Indonesia masih belum optimal dan menemui beberapa hambatan. Karena
nya, dibutuhkan kerjasama dari pihak pemerintah maupun swasta agar kualitas prod
uk agrobisnis Indonesia bisa menunjukan peningkatan yang signifikan, dan bisa me
menuhi kebutuhan pasar yang masih terbuka lebar.
Semoga informasi kendala pemasaran produk agrobisnis ini bisa bermanfaat bagi pa
ra pembaca dan memberikan semangat baru bagi para pelaku usaha agrobisnis untuk
mulai melebarkan sayapnya hingga pasar mancanegara. Diawali dari yang kecil, dar
i yang mudah, dan dimulai dari sekarang. Salam sukses.
5. Berfluktuasinya harga Harga produksi hasil pertanian yang selalu berfluktuasi
tergantung dari perubahan yang terjadi pada permintaan dan penawaran. Naik turu
nnya harga dapat terjadi dalam jangka pendek yaitu per bulan, per minggu bahkan
per hari atau dapat pula terjadi dalam jangka panjang. Untuk komoditas pertanian
yang cepat rusak seperti sayur-sayuran dan buah-buahan pengaruh perubahan permi
ntaan pasar kadang-kadang sangat menyolok sekali sehingga harga yang berlaku ber
ubah dengan cepat. Hal ini dapat diamati perubahan harga pasar yang berbeda pada
pagi, siang dan sore hari. Pada saat musim produk melimpah harga rendah, sebali
knya pada saat tidak musim harga meningkat drastis. Keadaan tersebut menyebabkan
petani sulit dalam melakukan perencanaan produksi, begitu juga dengan pedagang
sulit dalam memperkirakan permintaan.
8. Rendahnya kualitas produksi yang akan dipasarkan
Rendahnya kualitas produk yang dihasilkan karena penanganan yang dilakukan belum
intensif. Masalah mutu ini timbul karena penanganan kegiatan mulai dari pra pan
en sampai dengan panen yang belum dilakukan dengan baik. Masalah mutu produk yan
g dihasilkan juga ditentukan pada kegiatan pasca panen, seperti melalui standari
sasi dan grading. Standarisasi dapat memperlancar proses muat-bongkar dan menghe
mat ruangan. Grading dapat menghilangkan keperluan inspeksi, memudahkan perbandi
ngan harga, mengurangi praktek kecurangan, dan mempercepat terjadinya proses jua
l beli. Dengan demikian kedua kegiatan tersebut dapat melindungi barang dari ker
usakan, di samping itu juga mengurangi biaya angkut dan biaya penyimpanan. Namun
demikian kedua kegiatan tersebut sulit dilakukan untuk produksi hasil

Minimnya perencanaan dalam menjalankan usaha agrobisnis dan kurangnya ilmu penge
tahuan maupun kemampuan yang dimiliki para petani, menjadikan pemasaran sektor a
grobisnis di Indonesia masih belum optimal dan menemui beberapa hambatan. Karena
nya, dibutuhkan kerjasama dari pihak pemerintah maupun swasta agar kualitas prod
uk agrobisnis Indonesia bisa menunjukan peningkatan yang signifikan, dan bisa me
menuhi kebutuhan pasar yang masih terbuka lebar.

Salah satu alternatif pemecahannya adalah memberdayakan lembaga ekonomi pedesaan


yaitu koperasi. Untuk mengembangkan usaha agribisnis skala kecil perlu dibentuk
koperasi. Tanpa koperasi tidak mungkin agribisnis kecil dapat berkembang. Koper
asi inilah yang akan berhubungan dengan pengusaha besar (Bungaran Saragih, 2001b
).
Koperasi merupakan badan usaha di pedesaan dan pelaksana penuh subsistem agribis
nis. Dari sisi lain koperasi juga merupakan pedagang perantara dari produk perta
nian yang dihasilkan oleh anggotanya. Koperasi berfungsi sebagai lembaga pemasar
an dari produk pertanian. Dalam koperasi dilakukan pengolahan hasil (sortiran, p
engolahan, pengepakan, pemberian label, dan penyimpanan) sesuai dengan permintaa
n dan kebutuhan pasar.
Koperasi juga berperan sebagai media informasi pasar, apakah menyangkut dengan p
eluang pasar, perkembangan harga, dan daya beli pasar. Melalui informasi pasar k
operasi harus dapat menciptakan peluang pasar produk-produk pertanian, sehingga
petani tidak ragu untuk melakukan kegiatan usaha tani mereka karena ada jaminan
dari koperasi bahwa produk mereka akan ditampung.
Kegiatan ini akan merangsang partisipasi anggota terhadap koperasi, yang pada ha
kikatnya terjadi kesinambungan usaha koperasi. Investasi yang dilakukan oleh kop
erasi berupa transportasi, mesin pengolah produk pertanian (agroindustri) di ped
esaan, mesin dan alat pertanian harus berupa penanaman modal atas nama anggota.
Artinya setiap anggota mempunyai saham kepemilikan aset koperasi. Dengan demikia
n konsep agroestat di pedesaan dapat berkembang (Almasdi Syahza, 2002b).
panen raya, buah busuk, buah nanas kurang lakyu jika berbenturan dgn musim buah
lain. konsumen kurang. 8bulan sekali, harga murah drpd buah lain tapi transport
mahal sehingga tdk mampu menutupi modal awal.
Nanas merupakan salah satu produk unggulan komoditas hortikultura yang memiliki
nilai ekonomis yang tinggi dengan karakteristik yang mudah rusak, meskipun demik
ian sebagai produk yang mudah rusak nanas memiliki potensi pasar yang cukup ting
gi
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maka Kuasa, atas terselesaikanny
a tugas dari Mata Kuliah Pengantar Agribisnis dimana pada tugas ini disajikan se
buah makalah dengan judul Hambatan Yang Dihadapi Petani Nanas (Ananas comosus (L.
) Merr) Berskala Kecil Dalam Pemasaran Produknya
Makalah ini merupakan makalah yang sederhana, namun dari kesederhanaan ini dihar
apkan akan memberikan pengetahuan tentang berbagai macam kendala yang dihadapi p
etani yang merupakan pelaku dari sub sistem agribisnis on farm. Akhir kata saya
mengucapakn terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesai
an tugas ini.
Tjiptoherijanto, Prijono, 1996. Sumber Daya Manusia dalam Pembangunan Nasional.
Jakarta : Lembaga Penerbit FEUI
Saragih, B. 1994. Agribisnis Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertani
an. Kumpulan Pemikiran. Yayasan Mulia Persada Indonesia-PT. Surveyor Indonesia-P
usat Studi Pembangunan IPB. Jakarta
Sudaryanto, T.dan P.U. hadi.2000. Dampak liberaliasasi Perdagangan pada Komodita
s Agribisnis Indonesia. Makalah disampaikan pada Agro Expo, Jakarta
Kasryno, Faisal. 1984. Prospek Pengembangan Ekonomi Pedesaan Indonesia. Jakarta
: Yayaysan Obor Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai