Tugas Osteoartritis
Tugas Osteoartritis
Osteoartitis
Definisi
Osteoarthrosis atau osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi
degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Vertebra, panggul,
lutut, dan pergelangan kaki merupakan daerah yang paling sering terkena OA.
(Soeroso, 2009). Osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi yang
mengenai sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis berupa
memburuknya tulang rawan sendi, yang merupakan hasil akhir dari perubahan
biokimiawi, metabolisme fisiologis maupaun patologis yang terjadi pada
persendian (Dharmawirya, 2000). Osteoartritis bisa mengenai semua sendi seperti
sendi karpal-metakarpal I, sendi apofiseal, sendi intravertebral, sendi coxae, genu,
glenohumeral, akromioklavikular, tibiotalar, sakroiliaka, temporomandibular.
Tetapi sendi yang paling sering terkena adalah sendi penyangga tubuh seperti
sendi lutut.
Epidemiologi
Prevalensi OA lutut radiologis di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai
15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita. Pasien OA biasanya mengeluh nyeri
pada waktu melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan pada sendi yang
terkena. Pada derajat yang lebih berat dapat dirasakan terus menerus sehingga
sangat mengganggu mobilitas pasien. Karena prevalensi yang cukup tinggi dan
sifat yang kronik progresif, OA mempunyai dampak psiko-ekonomik yang besar,
baik dinegara maju atau negara berkembang. Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang
lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena OA. Pada abad mendatang
tantangan terhadap dampak OA akan lebih besar karena semakin banyaknya
populasi yang berumur tua.
tubuh pada sendi synovial. Rawan ini memegang peranan penting dalam membagi
beban tubuh. Rawan sendi tersusun dari sedikit sel dan sejumlah besar zat- zat
dasar. Zat- zat dasar ini terdiri dari kolagen tipe dua dan proteoglikan yang
dihasilkan oleh kondrosit. Proteoglikan pada rawan sendi sangat hidrofilik,
sehingga memungkinkan rawan tersebut mampu menahan kerusakan sewaktu
sendi menerima beban yang berat. Kartilago sendi pada org dewasa tidak
mendapat aliran darah, limfe atau persarafan. Oksigen dan bahan- bahan lain
untuk metabolisme dibawa oleh cairan sendi yang membasahi rawan tersebut.
Perubahan susunan kolagen dan pembentukan proteoglikan dapat terjadi setelah
terjadi cedera atau ketika usia bertambah. Beberapa kolagen baru pada tahap ini
mulai membentu kolagen tipe satu yang lebih fibrosa. Proteoglikan dapat
kehilangan sebagian sifat hidrofiliknya. Sendi dilumasi oleh cairan synovial dan
oleh perubahan hidrostatik yang terjadi pada cairan interstisial rawan. Tekanan
yang terjadi pada rawan akan mengakibatkan pergeseran cairan ke bagian yang
kurang mendapatkan tekanan. Sejalan dengan pergeseran sendi ke depan , cairan
yang bergerak ini juga bergeser kedepan mendahului beban. Cairan kemudian
akan bergerak ke belakanga kembali ke bagian rawan ketika tekanan berkurang.
Kartilago sendi dan tulang- tulang yang membentuk sendi normalnya terpisah
selama gerakan selaput cairan ini. Alran darah ke sendi banyak yang menuju ke
sinovium. Pembuluh darah mulai masuk ke tulang subkondral pada tingkat tepi
kapsul. Jaringan kapiler sangat tebal di bagian sinovium yang menempel langsung
pada ruang sendi. Proses peradangan dapat sangat menonjol di sinovium karena di
daerah tersebut banyak terdapat pembuluh darah, sel mast, dan zat lain yang
secaar dinamis berinteraksi untuk merangsang dan memperkuat respon. Saraf
otonom dan sensorik tersebar luas pada ligament, kapsul sendi, dan sinovium.
Saraf- saraf ini berfungsi untuk memberikan sensitivitas pada struktur- struktur ini
terhadap posisi dan pergerakan. Ujung- ujung saraf pada kapsul, ligament, dan
pembuluh darah adventisia sangat sensitive terhadap peregangan dan perputaran.
Nyeri yang timbul dari kapsul sendi atau sinovium cenderung difus dan tidak
terlokalisasi.
osteofit), dilanjutkan dengan inflamasi sinovial mulai dari ringan hingga sedang.
Peristiwa inisiasi yang menyebabkan terjadinya osteoartritis belum ditetapkan
dengan pasti, tetapi kemungkinan karena terdapatnya sinyal abnormal yang
merubah fenotip dari kondrosit, sehingga menyebabkan disintesisnya protein yang
menyebabkan degradasi matriks dan degenerasi sendi (Nancy, 2007).
Keseimbangan yang dinamis antara pembentukan dan penghancuran
matriks kartilagenia yang berlangsung secara terus menerus, merupakan hasil
regulasi yang dipengaruhi oleh zat anabolik (misal IGF-I dan II) dan zat katabolik
(IL-1, TNF-, dan proteinase). Dalam beberapa kasus, mekanisme ini dapat
mengeliminasi maupun mengkompensasi pengaruh berbahaya yang dapat
menyebabkan osteoartritis dengan menstimulasi dan memodifikasi aktivitas
metabolisme kondrosit. Ketika pengaruh berbahaya ini melampaui kemampuan
sistem untuk mengkompensasi, maka terjadi degadrasi matriks yang merupakan
awal dari osteoartritis yang dapat berkembang menjadi lebih buruk. Faktor
mekanik dan enzimatik diperkirakan dapat mengganggu fungsi kondrosit dan
merusak matriks (Joern, et al., 2010)
Stres biomekanik yang terjadi pada kartilago artikuler dan tulang
subkondral, perubahan biomekanis pada kartilago artikuler dan membran sinovial,
dan faktor genetik merupakan proses proses patogenesis yang penting (American
College of Rheumatology, 2000). Agen yang menekan pembentukan kembali
tulang, termasuk biphosphonate, berhubungan dengan sedikitnya lesi pada tulang
subkondral tervisualisasi dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI) pada pasien
osteoartritis. Beberapa lesi secara independent berhubungan dengan tingkat nyeri
dan perkembangan penyakit. Tingkat marker pembentukan kembali tulang pada
pasien dengan osteoartritis lebih tinggi dan serupa pada pasien osteoporosis post
menopause (Bingham et al., 2006).
Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis dari OA biasanya terjadi secara perlahan-lahan. Awalnya
persendian akan terasa nyeri di persendian, kemudian nyeri tersebut akan menjadi
persisten atau menetap, kemudian diikuti dengan kekakuan sendi terutama saat
pagi hari atau pada posisi tertentu pada waktu yang lama (Subagjo, 2000).
Tanda kardinal dari OA adalah kekakuan dari persendian setelah bangun
dari tidur atau duduk dalam waktu yang lama, swelling (bengkak) pada satu atau
lebih persendian, terdengar bunyi atau gesekan (krepitasi) ketika persendian
digerakkan (Subagjo, 2000).
Pada kasus-kasus yang lanjut terdapat pengurangan massa otot.
Terdapatnya luka mencerminkan kelainan sebelumnya. Perlunakan sering
ditemukan, dan dalam cairan sendi superfisial, penebalan sinovial atau osteofit
dapat teraba (Hoaglund, 2001).
Pergerakan selalu terbatas, tetapi sering dirasakan tidak sakit pada jarak
tertentu; hal ini mungkin disertai dengan krepitasi.Beberapa gerakan lebih terbatas
dari yang lainnya oleh karena itu, pada ekstensi panggul, abduksi dan rotasi
interna biasanya merupakan gerakan yang paling terbatas. Pada stadium lanjut
ketidakstabilan sendi dapat muncul dikarenakan tiga alasan: berkurangnya
kartilago dan tulang, kontraktur kapsuler asimetris, dan kelemahan otot
(Hoaglund, 2001).
Seperti pada penyakit reumatik umumnya diagnosis tak dapat didasarkan
hanya pada satu jenis pemeriksaan saja. Biasanya dilakukan pemeriksaan
reumatologi ringkas berdasarkan prinsip GALS (Gait, arms, legs, spine) dengan
memperhatikan gejala-gejala dan tanda-tanda sebagai berikut (Moskowitz, 2001) :
a. Nyeri sendi
Nyeri sendi merupakan hal yang paling sering dikeluhkan. Nyeri sendi
pada OA merupakan nyeri dalam yang terlokalisir, nyeri akan bertambah jika ada
pergerakan dari sendi yang terserang dan sedikit berkurang dengan istirahat. Nyeri
juga dapat menjalar (radikulopati) misalnya pada osteoarthritis servikal dan
lumbal. Claudicatio intermitten merupakan nyeri menjalar ke arah betis pada
osteoartritis lumbal yang telah mengalami stenosis spinal. Predileksi OA pada
sendi-sendi; Carpometacarpal I (CMC I), Metatarsophalangeal I (MTP I), sendi
apofiseal tulang belakang, lutut, dan paha).
b. Kaku pada pagi hari (morning stiffness)
10
11
Daftar Pustaka
Bingham, O Clifton, et al. 2006. Risedronate Decreases Biochemical Markers of
Cartilage Degradation but Does Not Decrease Symptoms or Slow Radiographic
Progression in Patients With Medial Compartment Osteoarthritis of the Knee:
Results of the Two-Year Multinational Knee Osteoarthritis Structural Arthritis
Study Clifto.
Bondeson, Jan et al. 2010. The Role of Synovial Macrophages and MacrophageProduced Mediators in Driving Inflammatory and Destructive Responses in
Osteoarthritis.
Chapman, Michael W et al. 2001. Chapmans Orthopaedic surgery 3rd
edition. Chapter 107; Osteotomies of The Knee for Osteoarthritis. Lippincott
William & Wilkins. USA.
Dharmawirya, Mitzy. 2000. Efek Akupunktur pada Osteoartritis Lutut.
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/16EfekAkupunkturpadaOsteoartritisLut
ut129.pdf/16EfekAkupunkturpadaOsteoartritisLutut129.html, diakses tanggal
26 April 2014
Leeson, Thomas. Leeson,Roland C.Sendi. Dalam: Tambajong, Jan. Buku Ajar
Histologi. Edisi 1. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC1996. Hal: 156-157.
Nancy E, lane, MD, et all. 2010, Tanezumad for the treatment of pain from
osteoarthritis of the knee. The new england journal of medicine.
Moskowitz RW., Howell DS., Altman RD., et al (Eds). Osteoarthritis. 3rd ed.
2001. W.B. Saunders company. Philadelphia. Pennsylvania.
Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. Osteoartritis. In: Sudoyo
AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku ajar ilmu
12
penyakit dalam. 4th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Indonesia; 2009. p.2538-2549.
Subagjo, Harry. 2000. Struktur rawan sendi dan perunbahannya. Sub bagian
Reumatologi, Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Cermin Dunia Kedokteran No. 129. Jakarta.
11. Hoaglund, FT. 2001. Primary Osteoarthritis of the Hip: Etiology and
Epidemiology. Journal of The American Academy of Orthopedic Surgeon
9:320-327.