Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Problematika anak jalanan merupakan salah satu persoalan di perkotaan yang tidak
kunjung terselesaikan. Problematika anak jalanan terkait dengan kemiskinan yang
penyebabnya besifat multi dimensi. Berbagai upaya pemerintah dan pihak terkait telah
banyak dilakukan dalam rangka penanggulangan maupun pemberdayaan anak jalanan.
Namun hasilnya secara faktual masih belum terlihat berhasil secara signifikan.
Terlihat dari semakin banyaknya anak jalanan dari waktu ke waktu. Pihak kepolisian
melakukan pemberdayaan terhadap anak jalanan. Melalui penertiban lingkungan dan
membangun sebuah sarana untuk menampung mereka dengan membuat safe house (rumah
penampungan) dalam rangka menjaga keamanan, ketertiban dan kenyamanan dalam
masyarakat serta selalu dinamis dan berkembang mengikuti perubahan yang ada, hal-hal
tersebut meliputi pelaksanaan tugas baik di bidang pre-emtif, preventif maupun dengan
melaksanakan tindakan tegas dan upaya paksa sesuai dengan hukum dan perundangundangan yang berlaku di bidang represif. Seiring dengan perkembangan zaman dan
meningkatnya

kebutuhan

hidup

dan

ekonomi

menyebabkan

munculnya

tren-tren

perkembangan modus operandi kejahatan.


Kejahatan tersebut bukan khanya kejahatan di bidang konvensial seperti pencurian,
perampokan, penganiayaan dll, akan tetapi juga trans-nasional crime, yaitu narkoba, illegal
loging, trafficking dsb. Di dalam menangani kriminalitas, tidak cukup dengan hanya
melaksanakan tugas penagakan hukum oleh pihak kepolisian, akan tetapi juga sangat di
perlukan upaya-upaya pencegahan yang di dukung oleh semua lapisan masyarakat. Dengan

hal tersebut di harapkan nantinya untuk mewujudkan situasi kamtibmas yang kondusif
merupakan tanggung jawab dari seluruh lapisan masyarakat.
Pemberdayaan dari peran serta masyarakat inilah setidaknya akan membantu
mengurangi dampak terjadinya kejahatan yang di lakukan oleh anak jalanan di dalam
masyrakat atau yang lebih di kenal dengan kejahatan jalanan (street crime) . Pemberantasan
kejahatan jalanan (street crime) ini juga merupakan salah satu dari 10 Program Revitalisasi
Kapolri yang baru.
Melalui program ini (safe house) kepolisian berusaha untuk meningkatkan kualitas
keamanan dan keselamatan bagi anak-anak dan kaum wanita saat melaksanakan aktifitas,
baik saat berangkat sekolah, kantor, pasar dan dinamisasi hidup lainnya. Tentunya kepolisian
dalam hal ini tidak mungkin dapat menyelesaikan permasalahan ini sendirian, namun perlu
peran serta masyarakat dan stake holder dari seluruh unsur pemerintah. Harapan ke depannya
adalah dengan adanya peningkatan dan optimalisasi dari partisipasi masyarakat, maka
nantinya niat dan kesempatan terjadinya kriminalitas, dengan anak-anak dan wanita dapat di
minimalisir bahkan dapat dicegah, sehingga kualitas keamanan dan kenyamanan dalam hidup
bermasyarakat dapat meningkat secara signifikan khususnya anak jalanan.
Keamanan dan ketertiban di dalam masyarakat adalah suatu kondisi dinamis
masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan yang ditandai
oleh terjaminnya keamanan, ketertiban dan tegaknya hukum serta terbinanya ketentraman
dengan

mengembangkan

potensi

masyarakat

dalam

menangkal,

mencegah

dan

menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang
dapat meresahkan masyarakat. Stabilitas dan kamtibnas dapat terganggu oleh banyaknya
kejahatan yang terjadi di masyarakat, dan hal yang paling meresahkan adalah banyak
terjadinya kejahatan jalanan (street crime). Kejahatan jalanan ini berlangsung hampir setiap

hari, dapat menimpa siapa saja, berlangsung dalam waktu yang relativ singkat serta sangat
minimnya saksi karena para pelaku biasanya mencari tempat atau lokasi yang sepi atau jauh
dari pantauan petugas kepolisian.
Sehingga pemerintah dan petugas kepolisian serta masyarakat dari semua kalangan
bekerja sama dalam melakukan upaya pemberdayaan terhadap anak jalanan, demi menjaga
keamanan dan kenyamanan bersama.

BAB II
METODE
Kepolisian merupakan institusi yang mengayomi masyarakat demi keamanan dan
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, oleh karena itu fungsi dari institusi kepolisian
tsb di antaranya :
1. Menertibkan lingkungan dari patologi ( sampah masyarakat ) guna menghindari
tindakan anarkis terhadap masyarakat dan lingkungan.
2. Memberdayakan anak jalanan agar dapat memberikan dampak positive terhadap
masyarakat dan lingkungan.
3. Membagun sebuah lingkungan yang kondusif dengan cara menertibkan lingkungan
guna mengayomi sekaligus menberdayakan anak jalanan.
Anak jalanan menjadi faktor utama yang merusak pemandangan sekaligus memicu
tindakan anarkis karena mereka (anak jalanan) hidup secara liar tanpa sebuah harapan masa
depan yang jelas,

sehingga sangat dibutuhkan peranan kepolisian dalam mengayomi

sekaligus memberdayakan masyarakat khususnya anak jalanan

supaya mendapatkan

kehidupan yang layak, berpendidikan dan berkepribadian yang baik sesuai dengan undangundang yang berlaku.
Pemerintah belum seratus persen membuat kebijakan yang layak terhadap anak
jalanan sehingga kemiskinan menjadi potret fenomina yang sangat memalukan bagi Negara
Indonesia yang sangat kaya raya ini, karena itu peranan pemerintah dan institusi kepolisian
harus terealisasi dengan baik dan benar serta tepat sasaran guna menciptakan kesejahteraan
masyarakat

secara keseluruhan serta menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan social bagi

masyarakat seluruh Indonesia.

Anak jalanan merupakan generasi yang kuat, karena mereka merasakan secara
langsung pahitnya kehidupan namun anak jalanan sangat membutuhkan bimbingan dan
pengawasan oleh semua kalangan, baik itu pemerintah maupun orang tua dan keluarganya
sendiri, karena itu pendidikan menjadi suatu jawaban terhadap problematika anak jalanan
supaya bisa dapat mengerti dan memahami solusi dari kehidupan anak jalanan tsb.
Desakan ekonomi yang dapat menyebabkan anak jalanan hidup terlantar dan liar serta
lupa akan pentingnya pendidikan, demi sesuap nasi mereka mengamin, mengemis bahkan ada
yang mencuri walaupun hakikatnya mereka adalah anak yang baik, keterpaksaan dari sebuah
kebutuhan dapat mereka lakukan untuk menjalani kehidupan yang tertatih-tatih, namun
ironisnya pemerintah melakukan pembiaran terhadap anak jalanan bahkan kadang tidak
segan-segan untuk berbuat tidak adil terhadap anak jalanan.

BAB III
PEMBAHASAN
Anak jalanan adalah seseorang yang masih belum dewasa (secara fisik dan psikis)
yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan dengan melakukan kegiatan-kegiatan
untuk mendapatkan uang guna mempertahankan hidupnya yang terkadang mendapat tekanan
fisik atau mental dari lingkunganya. Umumnya mereka berasal dari keluarga yang
ekonominya lemah. Anak jalanan tumbuh dan berkembang dengan latar kehidupan jalanan
dan akrab dengan kemiskinan, penganiayaan, dan hilangnya kasih sayang, sehingga
memberatkan jiwa dan membuatnya berperilaku negatif.
Menurut kak Seto (Komnas Anak) Lebih dari 70% anak di Jakarta berada dalam
kondisi mencemaskan dan rawan menjadi anak jalanan, selebihnya 30% adalah anak rumahan
yang tinggal dengan orang dewasa, dan setiap saat terkadang menerima tekanan dari orang
tua/orang dewasa yang tinggal bersamanya. Kondisi kemiskinan sangat mempengaruhi
pertumbuhan (kehidupan) anak, dan karenanya sewaktu-waktu hak anak bisa terlanggar.
Kejahatan trafficking bisa saja menimpa anak jalanan, karena mereka hidup jauh dari
lingkungan keluarganya dari orang dewasa / orang tuanya yang seharusnya melindungi dia.
Di dalam situasi kekerasan yang dihadapi secara terus-menerus dalam perjalanan hidupnya,
maka pelajaran itulah yang melekat dalam diri anak jalanan dan membentuk kepribadian
mereka.
Berdasarkan data BPS tahun 2009 tercatat sebanyak 7,4 juta anak terlantar,230.000
anak jalanan, 5.952 anak yang berhadapan dengan hukum, dan ribuan anak lainnya sampai
saat ini masih belum terpenuhi hak-hak dasarnya. Situasi tersebut menunjukkan bahwa masih
banyak anak-anak berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan.
Ketika mereka dewasa, besar kemungkinan mereka akan menjadi salah satu pelaku
kekerasan. Tanpa adanya upaya apapun, maka kita telah berperan serta menjadikan anak-

anak sebagai korban tak berkesudahan. Sebenarnya anak-anak jalanan hanyalah korban dari
konflik keluarga, komunitas jalanan, dan korban kebijakan ekonomi permerintah yang tidak
bisa mengurus rakyat. Untuk itu kampanye perlindungan terhadap anak jalanan perlu
dilakukan secara terus menerus setidaknya untuk mendorong pihak-pihak di luar anak jalanan
agar menghentikan aksi-aksi kekerasan terhadap anak jalanan..
Faktor yang Menyebabkan Anak Turun ke Jalan
Beberapa faktor yang menyebabkan anak turun ke jalanan adalah kekerasan dalam
keluarga, dorongan keluarga, ingin bebas, ingin memiliki uang sendiri, dan pengaruh teman.
Selain faktor tersebut yang paling dominan menjadi penyebab munculnya anak jalanan
adalah faktor kondisi sosial ekonomi di samping karena adanya faktor broken home serta
berbagai faktor lainnya.
Permasalahan yang dihadapi oleh Anak Jalanan
Secara umum permasalahan yang di hadapi oleh anak jalananan dapat dikategorikan
menjadi enam, yaitu :
-Anak jalanan turun ke jalan karena adanya desakan ekonomi keluarga sehingga justru orang
tua menyuruh anaknya untuk turun ke jalan guna mencari tambahan ekonomi keluarga.
-Rumah tinggal yang kumuh membuat ketidakbetahan anak berada di rumah sehingga
perumahan kumuh menjadi salah satu faktor pendorong untuk anak turun ke jalan.
-Rendahnya pendidikan orang tua menyebabkan mereka tidak mengetahui fungsi dan peran
sebagai orang tua dan juga tidak mengetahui hak-hak anak.
-Belum adanya payung kebijakan mengenai anak yang turun ke jalan baik dari kepolisian,
Pemda maupun Departemen Sosial menyebabkan penanganan anak jalanan tidak
terkoordinasi dengan baik.
-Peran masyarakat dalam memberikan kontrol sosial masih sangat rendah.

-Lembaga-lembaga organisasi sosial belum berperan dalam mendorong partisipasi


masyarakat menangani masalah anak jalanan.
Tujuan dan Fungsi Rumah Singgah bagi Anak Jalanan ( SAFE HOUSE )
Rumah singgah sebagai tempat pemusatan sementara yang bersifat non formal,
dimana anak-anak bertemu untuk memperoleh informasi dan pembinaan awal sebelum
dirujuk ke dalam proses pembinaan lebih lanjut. Rumah singgah didefinisikan sebagai
perantara anak jalanan dengan pihak-pihak yang akan membantu mereka. Rumah singgah
merupakan proses non formal yang memberikan suasana pusat resosialisasi anak jalanan
terhadap sistem nilai dan norma di masyarakat.
Tujuan rumah singgah antara lain :
-Sebagai tempat perlindungan dari berbagai bentuk kekerasan yang kerap menimpa anak
jalanan dari kekerasan dan prilaku penyimpangan seksual ataupun berbagai bentuk kekerasan
lainnya.
-Rehabilitasi, yaitu mengembalikan dan menanamkan fungsi sosial anak.
-Sebagai akses terhadap pelayanan, yaitu sebagai persinggahan sementara anak jalanan dan
sekaligus akses kepada berbagai pelayanan sosial seperti pendidikan, kesehatan, dll. Lokasi
rumah singgah harus berada ditengah-tengah masyarakat agar memudahkan proses
pendidikan dini, penanaman norma dan resosialisasi bagi anak jalanan.
-Membentuk kembali sikap dan prilaku anak yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang
berlaku di masyarakat.
-Mengupayakan anak-anak kembali kerumah jika memungkinkan atau ke panti dan lembaga
pengganti lainnya jika diperlukan.
-Memberikan pemenuhan kebutuhan anak dan menyiapkan masa depannya sehingga menjadi
masyarakat yang produktif.

Peran dan fungsi rumah singgah bagi program pemberdayaan anak jalanan sangat penting.
Secara ringkas fungsi rumah singgah antara lain :
-Sebagai tempat pertemuan ( meeting point) pekerja social dan anak jalanan. Dalam hal ini
sebagai tempat untuk terciptanya persahabatan dan keterbukaan antara anak jalanan dengan
pekerja sosial dalam menentukan dan melakukan berbagai aktivitas pembinaan.
-Pusat diagnosa dan rujukan. Dalam hal ini rumah singgah berfungsi sebagi tempat
melakukan diagnosa terhadap kebutuhan dan masalah anak jalanan serta melakukan rujukan
pelayanan social bagi anak jalanan.
-Fasilitator atau sebagai perantara anak jalanan dengan keluarga, keluarga pengganti,
dan lembaga lainnya.
-Kuratif dan rehabilitatif, yaitu fungsi mengembalikan dan menanamkan fungsi social anak.
-Akses terhadap pelayanan, yaitu sebagai persinggahan sementara anak jalanan dan sekaligus
akses kepada berbagai pelayanan social.
-Resosialisasi. Lokasi rumah singgah yang berada ditengah-tengah masyarakat merupakan
salah satu upaya mengenalkan kembali norma, situasi dan kehidupan bermasyarakat bagi
anak jalanan. Pada sisi lain mengarah pada pengakuan, tanggung jawab dan upaya warga
masyarakat terhadap penanganan masalah anak jalanan.
Penanganan untuk Menertibkan Anak Jalanan
Pertama, pemerintah harus memikirkan tempat tinggal yang layak bagi anak jalanan. Rumah
singgah misalnya, di mana mereka merasa aman dan mendapatkan perlindungan. Program
Orang Tua Asuh dapat membantu pemerintah dalam menangani masalah anak jalanan. Hal
ini penting, karena berbicara anak jalanan berarti berbicara di mana mereka tinggal untuk
mendapatkan perlindungan, baik dari faktor alam maupun dari faktor orang dewasa yang
melakukan tindak kekerasan.

Kedua, adanya sekolah berbiaya murah dan gratis niscaya membuat anak yang beraktivitas
di jalanan akan berkurang. Anak-anak tidak perlu memikirkan bagaimana mencari uang
sekolah. Melunasi uang buku, membayar uang ujian, uang hari guru, uang perpisahan, dan
segala macam jenis uang lainnya yang sangat membebani ekonomi keluarga.
Ketiga, membuat kegiatan-kegiatan yang mengikutsertakan partisipasi anak secara rutin. Hal
ini dimaksudkan untuk mengisi waktu luang anak sehingga tidak mudah untuk terjerumus
kepada hal-hal yang tidak diinginkan, seperti beraktivitas di jalanan untuk mencari uang.
Pemberdayaan Anak Jalanan
Pemberdayaan mengandung pengertian bagaimana mendorong dan memotivasi daya
atau potensi yang ada pada manusia, serta bagaimana membangkitan kesadaran akan sumber
daya itu menjadi berdaya atau mempunyai daya/kemampuan untuk menjangkau segala
sesuatu dan dilakukan dengan bertanggungjawab serta dapat menunjang kehidupannya.
Pemberdayaan menurut Ginanjar Kartasasmita (1997) dapat dilihat melalui beberapa sisi
yakni :
-Bagaimana menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi yang ada
dikembangkan. Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia mempunyai
potensi yang dapat dikembangkan.
-Bagaimana memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat. Penguatan ini
menyangkut langkah nyata untuk menyediakan berbagai masukan dan membuka akses ke
dalam berbagai peluang untuk menjadi berdaya. Hal ini berarti bahwa pemberdayaan
masyarakat dalam hal ini anak jalanan adalah bagaimana memberikan motivasi dan
kesempatan kepada setiap anggota anak jalanan untuk dapat melakukan aktivitas produktif
sesuai dengan potensi yang dimilikinya dan dapat dipertanggungjawabkan.

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Anak jalanan butuh pendidikan dan bantuan agar saat mereka dewasa nanti tidak
terjerumus ke arah yang negatif. Banyak faktor yang menyebabkan anak turun ke jalan,
faktor yang paling mendasar adalah masalah ekonomi dan juga kekerasan di keluarga. Rumah
singgah adalah salah satu bantuan yang sangat membantu kehidupan anak jalanan. Rumah
singgah bisa menjadi tempat berlindung dan juga bisa mengajarkan berbagai keterampilan
kepada anak jalanan.
Saran
Sebaiknya pemerintah harus terus konsisten untuk memberikan pendidikan gratis bagi
anak jalanan agar mereka tidak kembali lagi hidup di jalanan dan juga bisa memperbaiki
kehidupan mereka kedepannya. Pembuatan sekolah murah dan program orang tua asuh juga
harus terus digalakkan untuk memperkecil angka anak jalanan. Orang tua juga sebisa
mungkin memberikan kasih sayang dan perhatian yang cukup kepada anak mereka agar anak
mereka menjadi betah di rumah dan tidak turun ke jalan.

DAFTAR RUJUKAN

Abdul Wahid, Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan Seksual (Advokasi Atas


Hak Asasi Perempuan), Bandung, Refika Aditama, 2001.
Banurasman, Polisi Masyarakat dan Negara, Biograf Publishing, 1995
Dr. R. Santoso Pudjosubroto S.H, Masalah Hukum Sehari-hari, (Jogjaarta: Hien
Hoo Sing, 1964)
Kamus Besar Bahasa Indonesia,Penerbit Balai Pustaka, Jakarta.
Momo Kelana, Hukum Kepolisian, PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia,
Jakarta, 1994.
Prof. Dr. Satjipto Rahardjo, S.H., Masalah Penegakkan Hukum Suatu Tinjauan
Sosiologis, Penerbit Sinar Baru, Bandung.
Tabah Anton, Menatap dengan Mata Hati Polisi Indonesia, Jakarta,Penerbit
Gramedia Pustaka Utama 1991
Tata Sudrajat, 1996, Anak Jalanan dan Masalah Sehari-hari sampai kebijaksanaan,
Yayasan Akatiga, Bandung.

PROPOSAL
PERAN KEPOLISIAN DALAM MEMBERDAYAKAN
MASYARAKAT KHUSUSNYA ANAK JALANAN

DisusunOleh:
KHAIRUL IMAM (2130910048)

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2014

Anda mungkin juga menyukai