Anda di halaman 1dari 3

Nama

: Glori Tyas Prasetyo Rini


NPM / Kelas : 130511391 / F
DEMOKRASI MODERN
Ada tiga tipe demokrasi modern, yaitu :
Demokrasi representatif dengan sistem presidensial
Kriterianya adalah klasifikasi tipe demokrasi modern ini adalah sifat hubungan antara badan
badan yang memegang kekuasaan dari negara tersebut. Dalam sistem ini hubungan antara badan
legislatif dan eksekutif dapat dikatakan tidak ada. Pemisahan kekuasaan eksekutif dengan
legislatif diartikan bahwa kekuasaan eksekutif dipegang oleh badan yang didalam menjalankan
tugas eksekutifnya tidak bertanggung jawab pada badan perwakilan rakyat. Sedangkan badan
perwakilan rakyat memegang kekuasaan legislatif, jadi bertugas membuat dan menentukan
peraturan peraturan hukum.
Susunan badan eksekutif terdiri dari seorang presiden, sebagai kepala pemerintahan, dibantu
oleh seorang wakil presiden. Didalam menjalankan tugasnya, presiden dibantu oleh para
menteri. Jadi para menteri kedudukannya sebagai pembantu presiden maka diadalam
menjalankan tugasnya, mereka bertanggung jawab kepada presiden. Para memteri itu di angkat
dan diberhentikan oleh presiden. Badan perwakilan rakyat tidak dapat memberhentikan menteri
meskipubn badan perwakilan rakyat tidak dapat menyetujui kebijaksanaan para menteri itu. Jadi
menteri ini tidak memiliki hubungan keluar yang di maksudkan hubungan pertanggung jawaban
dengan badan perwakilan rakyat. Contoh negara yang menganut sistem ini adalah Amerika
Serikat.
Demokrasi representatif dengan sistem parlementer
Demokrasi atau pemerintahan perwakilan rakyat yang representatif, dengan sistem pemisahan
kekuasaan, tetapi antara badan yang diserahi kekuasaan itu ada hubungan timbal balik, dapat
saling mempengaruhi. Di dalam sistem ini ada hubungan erat antara badan eksekutif dengan
legislatif . Tugas atau kekuasaan eksekutif diserahkan kepada kabinet atau dewan menteri.
Kabinet ini mempertanggung jawabkan kebijaksanaannya kepada badan perwakilan rakyat.
Pertanggungan jawaban ini tidak berarti bahwa badan eksekutif harus mengikuti segala apa yang
dikehendaki badan perwakilan rakyat dan menjalankann apa yang menjadi kemauan badan
perwakilan rakyat. Kabinet masih mempunyai kebebasan dalam menentukan kebijaksanaanya,
terutama mengenai langkah langkah pemerintahannya. Jadi intinya kabinet masih mempunyai
kebebasan dalam menentukan kebijaksanaannya, mengenai langkah-langkah pemerintahannya.
Untuk mencegah jangan sampai terjadi bahwa kabinet yang mengambil suatu keputusan dan
kemudian tidak dapat diterima badan perwakilan yang tidak representatif.
Disinilah letak intisari dari stelsel parlementer, yaitu kabinet bertanggungjawab kepada
parlemen atau badan perwakilan rakyat, artinya jika pertanggungjawaban itu tidak diterima baik
oleh badan perwakilan rakyat, pertanggungjawaban tadi adalah pertanggungjawaban politis,
maka badan perwakilan rakyat dapat menyatakan mosi tidak percaya terhadap kebijaksanaan
kabinet dan akibatnya adalah kabinet harus mengundurkan diri.
Pembubaran badan perwakilan rakyat ini kemudian disusul dengan pemilihan badan
perwakilan rakyat yang baru. Badan perwakilan rakyat yang baru inilah yang menentukan benar

tidaknya kabinet lama, artinya jika badan perwakilan rakyat yang baru tidak bisa menerima
kebijaksanaan kabinet maka ini dianggap tidak benar dan sebaliknya.
Terdapat dua segi di dalam inti stelsel parlementer, yaitu:
1. Segi positif: para menteri harus diangkat secara mayorita dalam perwakilan rakyat
2. Segi negatif: para menteri harus mengundurkan diri bila kebijaksanaannya tidak disetujui
oleh mayorita badan perwakilan.
Di dalam sistem parlementer ini, kepala negara tidak merupakan pimpinan yang nyata dari
pemerintahan. Semua tanggungjawab dipegang oleh kabinet, termasuk tindakan kepala negara.
Maka kabinet sebagai penentu sifat kebijaksanaan pemerintahan. Namun keputusan tetap
dikeluarkan oleh kepala negara.
Tetapi oleh karena dalam kemyataannya bahwa yang bertanggungjawab atas keputusankeputusan adalah kabinet, maka harus dibuktikan bahwa di dalam keputusan itu ada persetujuan
dari kabinet atau salah seorang menteri yang bersangkutan, atau perdana menteri dengan cara
menandatangani keputusan tersebut yang disebut dengan contrasign. Dengan demikian maka
yang bertanggungjawab atas keputusan adalah menteri yang ikut menandatangani keputusan
tadi. Maka di dalam sistem parlementer kepala negara diberi kedudukan yang tidak dapat
diganggu gugat.
Inilah uraian singkat mengenai sistem parlementer, yang pernah diterapkan di Indonesia di
bawah kekuasaan Konstitusi RIS tahun 1949 dan juga di bawah kekuasaan Undang-undang
Dasar 1950. Menurut sejarahnya, stelsel parlementer berasal dari Inggris. Kalau di Indonesia
stelsel parlementer tersebut merupakan titik tolak daripada perkembangan sejarah
ketatanegaraannya.
Adapun sejarah perkembangan stelsel parlementer di Inggris adlah sebagai berikut:
Tumbuhnya dimulai dengan asas yang tersimpul di dalam kata-kata: the king can do no wrong,
artinya Raja tidak dapat berbuat salah. Maksud dari kalimat tersebut adalah : apabila ada
perbuatan yang tidak betul maka bukanlah perbuatan raja, karena raja tidak dapat berbuat salah.
Jadi meskipun ada perbuatan raja yang keliru, bukan raja yang harus bertanggungjawab
melainkan kabinet. Dengan cara demikian maka tercapai sistem pemerintahan dimana
tanggungjawab dipegang oleh para menteri. Para menteri atau kabinetlah yang menentukan
kebijaksanaan pemerintahan.
Antara stelsel parlementer di Eropa Barat dan Indonesia terdapat perbedaan yang besar sekali.
Perbedaan ini timbul karena keadaan, yaitu bahwa stelsel parlementer di Inggris menentukan
peraturan-peraturannya terlebih dahulu, baru kemudian dilaksanakan peraturan-peraturan
tersebut. Intinya, peraturan-peraturannya berasal dari sejarah perkembangan ketatanegaraannya.
Sedangkan di Indonesia, peraturan-peraturannya merupakan titik mula dari sejarah
perkembangan ketatanegaraannya.
Demokrasi representatif dengan sistem referendum (badan pekerja)
Dalam sistem ini tidak terdapat pembagian dan pemisahan kekuasaan. Hal ini dapat dilihat dari
sistemnya sendiri di mana badan eksekutifnya merupakan bagian dari badan legislatif. Badan
eksekutifnya dinamakan bundesrat yang merupakan bagian dari bundesversammlung (legislatif)
yang terdiri dari nationalrat-badan perwakilan nasional- dan standerat yang merupakan
perwakilan dari negara-negara bagian yag disebut kanton. Dengan demikian maka Bundesrat
tidak dapat dibubarkan oleh Bundesversammlung. Bundesrat semata-mata hanya sebagai
pelaksana dari segala keputusan Bundesversammlung. Anggota-anggota Bundesrat bisa diangkat

dari luar maupun dari dalam Bundesversammlung. Melihat kedudukan Bundesrat yang hanya
merupakan badan pelaksana saja, maka lebih condong disebut dengan istilah : sistem badan
pekerja.
Di antara anggota-anggota Bundesrat tidak ada yang ditunjuk sebagai pemimpin (presiden),
namun tetap ada yang mengepalai dalam mengkoordinir anggota-anggota Bundesrat. Jadi tidak
mempunyai kedudukan yang khusus.
Masa jabatan anggota Bundesrat adalah tiga tahun, dan selama masa jabatannya itu mereka
tidak dapat dihentikan. Setelah masa jabatannya habis, masih bisa menjadi anggota Bundesrat
kembali.
Ada dua macam referendum, yaitu:
1. Referendum obligatoir (wajib) : menentukan berlakunya suatu undang-undang atau
peraturan.
2. Referendum fakultatif (tidak wajib) : merubah dan menentukan pemberlakuan undangundang.

Anda mungkin juga menyukai