Anda di halaman 1dari 37

BAB II

PEMBAHASAN
Pergerakan Nasional Indonesia
A. Pengertian
Pergerakan Nasional Indonesia memiliki pengertian sebagai berikut :
a) Pergerakan
Maksud dari kata Pergerakan disini meliputi segala macam aksi dengan menggunakan
organisasi untuk menentang penjajahan dan mencapai kemerdekaan. Dengan organisasi ini
menunjuk bahwa aksi tersebut disusun secara teratur, dalam arti ada pemimpinnya, anggota,
dasar, dan tujuan yang ingin dicapai.
b) Nasional
Istilah Nasional menunjuk sifat dari pergerakan, yakni semua aksi dengan organisasi yang
mencakup semua aspek kehidupan, seperti ekonomi, sosial, politik, budaya, dan kultural.
B. Faktor-faktor yang mendorong lahirnya nasionalisme bangsa Indonesia ada dua yaitu
faktor intern dan faktor ekstern.
1. Faktort intern
a.

Sejarah Masa lampau yang gemilang indonesia sebagai bangsa telah mengalami zaman nasional
pada masa kebesaran Majapahit dan Sriwijaya.kedua kerajaan tersebut,terutama majapahit
memainkan peranan sebagai negara nasional yang wilayahnya meliputi hampir seluruh
Nusantara. Kebesaran ini membawa pikiran dan angan-angan bangsa Indonesia untuk dapat
menikmati kebesaran itu. Hal ini dapat menggugah perasaan nasoinalisme golongan terpelajar
pada dekade awal abad XX.

b.

Penderiataan rakyat akibat penjajah. Bangsa Indonesia mengalami masa penjajahan yang
panjang

dan

menyakitkan

perdagangan,sistem

tanam

sejak

masa

paksa,dan

Portugis.Politik

kerja

rodi

devide

merupakan

et

impera,monopoli

bencana

bagi

rakyat

indonesia.penderitaan itu menjadikan rakyat Indonesia muncul kesadaran nasionalnya dan mulai
memahami perlunya menggalang persatuan.Atas praksara para kaum intelektual,persatuan itu

dapat diwujudkan dalam bentuk perjuangan yang bersifat modern.perjuangan tidak lagi
menggunakan kekuatan senjata tetapi menggunakan organisasi pemudah.

c.

Pengaruh perkembangan pendidikan barat di Indonesia. Perkembangan sistem pendidikan


dimasa Hindia Belanda tidak dapat dipisahkan dari politik etis. Ini berarti bahwa terjadinya
perubahan di negeri jajahan (Indonesia) banyak dipengaruhi oleh keadaan yang terjadi di negeri
Belanda. Tekanan datang dari Partai Sosial Demokrat yang di dalamnya ada van Deventer.

d. Pengaruh perkembangan pendidikan Islam di Indonesia. Perkembangan pendidikan di Indonesia


juga masih banyak diwarnai oleh pendidikan yang dikelola umat Islam. Ada 3 macam jenis
pendidikan Islam di Indonesia yaitu pendidikan di surau atau langgar, pesantren dan madrasah.
Walaupun dasar pendidikan dan pengajarannya berlandaskan ilmu pengetahuan agama Islam,
mata pelajaran umum lainnya juga mulai disentuh. Usaha pemerintah kolonial Belanda untuk
memecah belah dan Kristenisasi tidak mampu meruntuhkan moral dan iman para santri. Tokohtokoh pergerakan nasional dan pejuang muslim pun bermunculan dari lingkungan ini. Banyak
dari mereka menjadi penggerak dan tulang punggung perjuangan kemerdekaan. Rakyat
Indonesia yang mayoritas adalah kaum muslim ternyata merupakan salah satu unsur penting
untuk menumbuhkan semangat nasionalisme Indonesia. Para pemimpin nasional bercorak Islam
akan sangat mudah umtuk memobilisasi kekuatan Islam dalam membangun kekuatan bangsa.

e.

Pengaruh perkembangan pendidikan kebangsaan di Indonesia. Berkembangnya sistem


pendidikan barat melahirkan golongan terpelajar. Adanya diskriminasi dalam pendidikan
kolonial dan tidak adanya kesempatan bagi penduduk pribumi untuk mengenyam pendidikan,
mendorong kaum terpelajar untuk mendirikan sekolah untuk kaum pribumi. Sekolah ini juga
dikenal sebagai sekolah kebangsaan sebab bertujuan untuk menanamkan rasa nasionalisme di
kalangan rakyat dan mencetak generasi penerus yang terpelajar dan sadar akan nasib bangsanya.
Selain itu sekolah tersebut terbuka bagi semua masyarakat pribumi dan tidak membedakan dari
kalangan manapun. Tokoh-tokoh pribumi yang mendirikan sekolah kebangsaan antara lain Ki
Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa, Douwes Dekker mendirikan Kesatrian School, dan

Moh.Syafei mendirikan perguruan Indonesische Nederlandsche School Kayu Tanam (INS Kayu
Tanam).

f.

Dominasi Ekonomi Kaum Cina di Indonesia. Kaum pedagang keturunan nonpribumi, khususnya
kaum pedagang Cina semakin membuat kesal para pedagang pribumi. Puncak kekesalan kaum
pedagang pribumi terjadi ketika keturunan Cina mendirikan perguruan sendiri yakni Tionghoa
Hwee Kwan pada tahun 1901. Kekesalan tersebut diciptakan oleh Belanda untuk menimbulkan
rasa iri hati rakyat Indonesia kepada keturunan Cina. Cina diberi kesempatan untuk menguasai
bisnis eceran, pertokoan, dan menjadi kolektor pajak dari pemerintah Belanda. Akibatnya kaum
Cina menjadi lebih agresif. Peristiwa itu membangkitkan persatuan yang kokoh di antara sesama
pedagang pribumi untuk menghadapi secara bersama pengaruh dari pedagang Cina.

g. Peranan Bahasa Melayu. Di samping mayoritas beragama Islam, bangsa Indonesia juga memiliki
bahasa pergaulan umum (Lingua Franca) yakni bahasa Melayu. Dalam perkembangannya,
bahasa Melayu berubah menjadi bahasa persatuan nasional Indonesia. Dengan posisi sebagai
bahasa pergaulan, bahasa Melayu menjadi sarana penting untuk menyosialisasikan semangat
kebangsaan dan nasionalisme ke seluruh pelosok Indonesia.
h. Istilah Indonesia sebagai Identitas Nasional. Istilah Indonesia berasal dari kata India (bahasa
Latin untuk Hindia) dan kata nesos (bahasa Yunani untuk kepulauan), sehingga kata Indonesia
berarti Kepulauan Hindia. Istilah Indonesia, Indonesisch dan Indonesier makin tersebar luas
pemakaiannya setelah banyak dipakai oleh kalangan ilmuwan seperti G.R. Logan, Adolf Bastian,
van Vollen Hoven, Snouck Hurgronje, dan lain-lain.

2. Faktor ekstern
a.

Kemenangan Jepang atas Rusia. Selama ini sudah menjadi suatu anggapan umum jika
keperkasaan Eropa (bangsa kulit putih) menjadi simbol superioritas atas bangsa-bangsa lain dari
kelompok kulit berwarna. Hal itu ternyata bukan suatu kenyataan sejarah. Perjalanan sejarah
dunia menunjukkan bahwa ketika pada tahun 1904-1905 terjadi peperangan antara Jepang

melawan Rusia, ternyata yang keluar sebagai pemenang dalam peperangan itu adalah Jepang.
Hal ini memberikan semangat juang terhadap para pelopor pergerakan nasional di Indonesia.

b.

Partai Kongres India. Dalam melawan Inggris di India, kaum pergerakan nasional di India
membentuk All India National Congress (Partai Kongres India), atas inisiatif seorang Inggris
Allan Octavian Hume pada tahun 1885. Di bawah kepemimpinan Mahatma Gandhi, partai ini
kemudian menetapkan garis perjuangan yang meliputi Swadesi, Ahimsa, Satyagraha, dan Hartal.
Keempat ajaran Ghandi ini, terutama Satyagraha mengandung makna yang memberi banyak
inspirasi terhadap perjuangan di Indonesia.

c.

Filiphina dibawah Jose Rizal. Filipina merupakan jajahan Spanyol yang berlangsung sejak 1571
1898. Dalam perjalanan sejarah Filipina muncul sosok tokoh yang bernama Jose Rizal yang
merintis pergerakan nasional dengan mendirikan Liga Filipina. Pada tahun 1892 Jose Rizal
melakukan perlawanan bawah tanah terhadap penindasan Spanyol. Tujuan yang ingin dicapai
adalah bagaimana membangkitkan nasionalisme Filipina dalam menghadapi penjajahan Spanyol.
Dalam perjuangannya Jose Rizal dihukum mati pada tanggal 30 Desember 1896, setelah gagal
dalam pemberontakan Katipunan. Sikap patriotisme dan nasionalisme yang ditunjukkan Jose
Rizal membangkitkan semangat rela berkorban dan cinta tanah air bagi para cendekiawan di
Indonesia.

d. Gerakan Nasionalisme Cina. Dinasti Manchu (Dinasti Ching) memerintah di Cina sejak tahun
1644 sampai 1912. Dinasti ini dianggap dinasti asing oleh bangsa Cina karena dinasti ini bukan
keturunan bangsa Cina. Masuknya pengaruh Barat menyebabkan munculnya gerakan rakyat
yang menuduh bahwa Dinasti Manchu sudah lemah dan bekerja sama dengan imperialis Barat.
Oleh karena itu muncul gerakan rakyat Cina untuk menentang penguasa asing yaitu para
imperialis Barat dan Dinansti Manchu yang juga dianggap penguasa asing. Munculnya gerakan
nasionalisme Cina diawali dengan terjadinya pemberontakan Tai Ping (1850 1864) dan
kemudian disusul oleh pemberontakan Boxer. Gerakan ini ternyata berimbas semangatnya di
tanah air Indonesia.

e.

Gerakan Turki Muda. Gerakan nasionalisme di Turki pada tahun 1908 dipimpin oleh Mustafa
Kemal Pasha. Gerakannya dinamakan Gerakan Turki Muda. Ia menuntut adanya pembaruan dan

modernisasi di segala sektor kehidupan masyarakatnya. Gerakan Turki Muda memberikan


pengaruh politis bagi pergerakan bangsa Indonesia sebab mengarah pada pembaruan-pembaruan
dan modernisasi.

C. Perkembangan Pergerakan Nasional


Masa pergerakan nasional di Indonesia ditandai dengan berdirinya organisasi-organisasi
pergerakan.Masa pergerakan nasional (1908 - 1942), dibagi dalam tiga tahap berikut.
a) Masa pembentukan (1908 - 1920) berdiri organisasi seperti Budi Utomo, Sarekat
dan Indische

Islam,

Partij.

b) Masa radikal/nonkooperasi (1920 - 1930), berdiri organisasi seperti Partai Komunis Indonesia
(PKI), Perhimpunan Indonesia (PI), dan Partai Nasional Indonesia (PNI).
c) Masa moderat/kooperasi (1930 - 1942), berdiri organisasi seperti Parindra, Partindo, dan Gapi.
Di samping itu juga berdiri organisasi keagamaan, organisasi pemuda, dan organisasi
perempuan.

1. Budi Utomo (BU)


Pada tahun 1906 Mas Ngabehi Wahidin Sudirohusodo, merintis mengadakan kampanye
menghimpun dana pelajar (Studie Fund) di kalangan priyayi di Pulau Jawa. Upaya dr. Wahidin
ini bertujuan untuk meningkatkan martabat rakyat dan membantu para pelajar yang kekurangan
dana. Dari kampanye tersebut akhirnya pada tanggal 20 Mei 1908 berdiri organisasi Budi Utomo
dengan ketuanya Dr. Sutomo.Organisasi Budi Utomo artinya usaha mulia.Pada mulanya Budi
Utomo bukanlah sebuah partai politik.Tujuan utamanya adalah kemajuan bagi Hindia Belanda.
Hal ini terlihat dari tujuan yang hendak dicapai yaitu perbaikan pelajaran di sekolah-sekolah,
mendirikan badan wakaf yang mengumpulkan tunjangan untuk kepentingan belanja anak-anak
bersekolah, membuka sekolah pertanian, memajukan teknik dan industri, menghidupkan kembali
seni dan kebudayaan bumi putera, dan menjunjung tinggi cita-cita kemanusiaan dalam rangka
mencapai kehidupan rakyat yang layak.

2. Sarekat Islam (SI)

Pada mulanya Sarekat Islam adalah sebuah perkumpulan para pedagang yang bernama
Sarekat Dagang Islam (SDI). Pada tahun 1911, SDI didirikan di kota Solo oleh H. Samanhudi
sebagai suatu koperasi pedagang batik Jawa. Garis yang diambil oleh SDI adalah kooperasi,
dengan tujuan memajukan perdagangan Indonesia di bawah panji-panji Islam.Keanggotaan SDI
masih terbatas pada ruang lingkup pedagang, maka tidak memiliki anggota yang cukup
banyak.Oleh karena itu agar memiliki anggota yang banyak dan luas ruang lingkupnya, maka
pada tanggal 18 September 1912, SDI diubah menjadi SI (Sarekat Islam).Organisasi Sarekat
Islam (SI) didirikan oleh beberapa tokoh SDI seperti H.O.S Cokroaminoto, Abdul Muis, dan H.
Agus Salim. Sarekat Islam berkembang pesat karena bermotivasi agama
Islam. Latar belakang ekonomi berdirinya Sarekat Islam adalah:

a. Perlawanan terhadap para pedagang perantara (penyalur) oleh orang Cina,


b.Isyarat pada umat Islam bahwa telah tiba waktunya untuk menunjukkan kekuatannya dan
c.Membuat front melawan semua penghinaan terhadap rakyat bumi putera.

3. Indische Partij (IP)


IP didirikan pada tanggal 25 Desember 1912 di Bandung oleh tokoh Tiga Serangkai, yaitu E.F.E
Douwes Dekker, Dr. Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat. Pendirian IP ini
dimaksudkan untuk mengganti Indische Bond yang merupakan organisasi orang-orang Indo dan
Eropa di Indonesia.Hal ini disebabkan adanya keganjilan-keganjilan yang terjadi (diskriminasi)
khususnya antara keturunan Belanda totok dengan orang Belanda campuran (Indo). IP sebagai
organisasi campuran menginginkan adanya kerja sama orang Indo dan bumi putera. Hal ini
disadari benar karena jumlah orang Indo sangat sedikit, maka diperlukan kerja sama dengan
orang bumi putera agar kedudukan organisasinya makin bertambah kuat.
Di samping itu juga disadari betapa pun baiknya usaha yang dibangun oleh orang Indo, tidak
akan mendapat tanggapan rakyat tanpa adanya bantuan orang-orang bumi putera. Perlu diketahui
bahwa E.F.E Douwes Dekker dilahirkan dari keturunan campuran, ayah Belanda, ibu seorang
Indo.Indische Partij merupakan satu-satunya organisasi pergerakan yang secara terang-terangan
bergerak di bidang politik dan ingin mencapai Indonesia merdeka.Tujuan Indische Partij adalah
untuk membangunkan patriotisme semua indiers terhadap tanah air. IP menggunakan media

majalah Het Tijdschrifc dan surat kabar De Expres pimpinan E.F.E Douwes Dekker sebagai
sarana untuk membangkitkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air Indonesia.
Tujuan dari partai ini benar-benar revolusioner karena mau mendobrak kenyataan politik rasial
yang dilakukan pemerintah kolonial.Tindakan ini terlihat nyata pada tahun 1913. Saat itu
pemerintah Belanda akan mengadakan peringatan 100 tahun bebasnya Belanda dari tangan
Napoleon Bonaparte (Prancis). Perayaan ini direncanakan diperingati juga oleh pemerintah
Hindia Belanda.Adalah suatu yang kurang pas di mana suatu negara penjajah melakukan upacara
peringatan pembebasan dari penjajah pada suatu bangsa yang dia sebagai penjajahnya.Hal yang
ironis ini mendatangkan cemoohan termasuk dari para pemimpin Indische Partij. R.M. Suwardi
Suryaningrat menulis artikel bernada sarkastis yang berjudul Als ik een Nederlander was,
Andaikan aku seorang Belanda. Akibat dari tulisan itu R.M. Suwardi Suryaningrat ditangkap.
Menyusul sarkasme dari Dr. Cipto Mangunkusumo yang dimuat dalam De Express tanggal 26
Juli 1913 yang diberi judul Kracht of Vrees?, berisi tentang kekhawatiran, kekuatan, dan
ketakutan. Dr. Tjipto pun ditangkap, yang membuat rekan dalam Tiga Serangkai, E.F.E. Douwes
Dekker turut mengkritik dalam tulisannya di De Express tanggal 5 Agustus 1913 yang berjudul
Onze Helden: Tjipto Mangoenkoesoemoen Soewardi Soerjaningrat,
Pahlawan kita: Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat. Kecaman-kecaman yang
menentang pemerintah Belanda menyebabkan ketiga tokoh dari Indische Partij ditangkap.Pada
tahun 1913 mereka diasingkan ke Belanda.Namun pada tahun 1914 Cipto Mangunkusumo
dikembalikan ke Indonesia karena sakit.Sedangkan Suwardi Suryaningrat dan E.F.E. Douwes
Dekker baru kembali ke Indonesia pada tahun 1919.Suwardi Suryaningrat terjun dalam dunia
pendidikan, dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara, mendirikan perguruan Taman Siswa.E.F.E
Douwes Dekker juga mengabdikan diri dalam dunia pendidikan dan mendirikan yayasan
pendidikan Ksatrian Institute di Sukabumi pada tahun 1940.

4. Perhimpunan Indonesia dan Manifesto Politik


Pada tahun 1908 di Belanda berdiri sebuah organisasi yang bernama Indische
Vereeniging.Pelopor pembentukan organisasi ini adalah Sutan Kasayangan Soripada dan RM
Noto Suroto. Para mahasiswa lain yang terlibat dalam organisasi ini adalah R. Pandji
Sosrokartono,

Gondowinoto,

Notodiningrat,

Abdul

Rivai,

Radjiman

Wediodipuro

(Wediodiningrat), dan Brentel. Tujuan dibentuknya Indische Vereeniging adalah untuk

memajukan kepentingan bersama dari orang-orang yang berasal dari Indonesia.Kedatangan


tokoh-tokoh Indische Partij seperti Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat, sangat
mempengaruhi perkembangan Indische Vereeniging.Masuk konsep Hindia Bebas dari
Belanda, dalam pembentukan negara Hindia yang diperintah oleh rakyatnya sendiri.Perasaan
anti-kolonialisme semakin menonjol setelah ada seruan Presiden Amerika Serikat Woodrow
Wilson tentang kebebasan dalam menentukan nasib sendiri pada negara-negara terjajah (The
Right of Self Determination).Dalam upaya berkiprah lebih jauh, organisasi ini memiliki media
komunikasi yang berupa majalah Hindia Poetra. Pada rapat umum bulan Januari 1923, Iwa
Kusumasumantri sebagai ketua baru memberi penjelasan bahwa organisasi yang sudah dibenahi
ini mempunyai tiga asas pokok yang disebut juga Manifesto Politik, yaitu:
a.

Indonesia ingin menentukan nasib sendiri,

b. Agar dapat menentukan nasib sendiri, bangsa Indonesia harus mengandalkan kekuatan dan
kemampuan sendiri, dan
c.

Dengan tujuan melawan Belanda bangsa Indonesia harus bersatu.

Kegiatan Indische Vereeniging semakin tegas dan radikal, dan telah berkembang ke arah politik.
Sejalan dengan semakin meluasnya pemakaian nama Indonesische, dirasa perlu untuk mengubah
nama organisasi menjadi Indonesische Vereeniging pada tahun 1924. Majalah Hindia Poetra pun
ikut berubah nama menjadi Indonesia Merdeka. Melalui rapat pada tanggal 3 Februari 1925
akhirnya Indonesische Vereeniging diganti menjadi Perhimpunan Indonesia (PI).Semboyan
Indonesia Merdeka sudah menjadi slogan meskipun mengatakannya dengan Bahasa
Belanda.Melalui media Indonesia Merdeka dan kegiatan internasional, dunia internasional
mengetahui aktivitas perjuangan para pemuda Indonesia.Berikut ini kegiatan-kegiatan
internasional yang diikuti oleh PI.

5. Partai Komunis Indonesia ( PKI )


Partai Komunis Indonesia (PKI) secara resmi berdiri pada tanggal 23 Mei
1920.Berdirinya PKI tidak terlepas dari ajaran Marxis yang dibawa oleh Sneevliet. Ia bersama
teman-temannya seperti Brandsteder, H.W Dekker, dan P. Bergsma, mendirikan Indische Social
Democratische Vereeniging (ISDV) di Semarang pada tanggal 4 Mei 1914. Tokoh-tokoh
Indonesia yang bergabung dalam ISDV antara lain Darsono, Semaun, Alimin, dan lain-lain.PKI
terus berupaya mendapatkan pengaruh dalam masyarakat.Salah satu upaya yang ditempuhnya

adalah melakukan infiltrasi dalam tubuh Sarekat Islam.Infiltrasi dapat dengan mudah dilakukan
karena ada beberapa faktor berikut.
a.

Adanya kemelut dalam tubuh SI, di mana pemerintah Belanda lebih memberi pengakuan

kepada cabang Sarekat Islam lokal.


b.

Adanya disiplin partai dalam SI, di mana anggota SI yang merangkap anggota ISDV harus

keluar dari SI. Akibatnya SI terpecah menjadi SI Merah dan SI Putih.


Setelah berhasil menyusup dalam tubuh SI, jumlah anggota PKI semakin besar.PKI berkembang
pesat.Berikut ini ada beberapa faktor yang menyebabkan PKI berkembang pesat.
a.

Propagandanya yang sangat menarik

b.

Memiliki pemimpin yang berjiwa kerakyatan.

c.

Pandai merebut massa rakyat yang tergabung dalam partai lain

d. Sikapnya yang tegas terhadap pemerintah kolonial dan kapitalis.


e.

Di kalangan rakyat terdapat harapan bahwa PKI bisa menggantikan Ratu Adil.

Organisasi PKI makin kuat ketika pada bulan Februari 1923 Darsono kembali dari
Moskow.Ditambah dengan tokoh-tokoh Alimin dan Musso, maka peranan politik PKI semakin
luas.Pada tanggal 13 November 1926, Partai Komunis Indonesia mengadakan pemberontakan di
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Pemberontakan ini sangat sia-sia karena
massa sama sekali tidak siap di samping organisasinya masih kacau. PKI telah mengorbankan
ribuan orang yang termakan hasutan untuk ikut serta dalam pemberontakan. Dampak buruk
lainnya yang menimpa para pejuang pergerakan di tanah air adalah berupa pengekangan dan
penindasan yang luar biasa dari pemerintah Belanda sehingga sama sekali tidak punya ruang
gerak. Walaupun PKI dinyatakan sebagai partai terlarang tetapi secara ilegal mereka masih
melakukan kegiatan politiknya. Semaun, Darsono, dan Alimin meneruskan propaganda untuk
tetap memperjuangkan aksi revolusioner di Indonesia.

6. Partai Nasional Indonesia ( PNI )


Berdirinya partai-partai dalam pergerakan nasional banyak berawal dari studie club.Salah
satunya adalah Partai Nasional Indonesia (PNI).Partai Nasional Indonesia (PNI) yang lahir di
Bandung pada tanggal 4 Juli 1927 tidak terlepas dari keberadaan Algemeene Studie
Club.Lahirnya

PNI

juga

dilatarbelakangi

oleh

situasi

sosio

politik

yang

kompleks.Pemberontakan PKI pada tahun 1926 membangkitkan semangat untuk menyusun

kekuatan baru dalam menghadapi pemerintah kolonial Belanda. Rapat pendirian partai ini
dihadiri Ir. Soekarno, Dr. Cipto Mangunkusumo, Soedjadi, Mr. Iskaq Tjokrodisuryo, Mr.
Budiarto, dan Mr. Soenarjo. Pada awal berdirinya, PNI berkembang sangat pesat karena
didorong oleh faktor-faktor berikut.
a. Pergerakan yang ada lemah sehingga kurang bisa menggerakkan massa.
b. PKI sebagai partai massa telah dilarang.
c.

Propagandanya menarik dan mempunyai orator ulung yang bernama Ir. Soekarno (Bung

Karno).
Untuk mengobarkan semangat perjuangan nasional, Bung Karno mengeluarkan Trilogi sebagai
pegangan perjuangan PNI.Trilogi tersebut mencakup kesadaran nasional, kemauan nasional, dan
perbuatan nasional.Tujuan PNI adalah mencapai Indonesia merdeka. Untuk mencapai tujuan
tersebut, PNI menggunakan tiga asas yaitu self help (berjuang dengan usaha sendiri) dan
nonmendiancy, sikapnya terhadap pemerintah juga antipati dan nonkooperasi. Dasar
perjuangannya adalah marhaenisme.Kongres Partai Nasional Indonesia yang pertama diadakan
di Surabaya, tanggal 27 30 Mei 1928.Kongres ini menetapkan beberapa hal berikut.
1. Susunan program yang meliputi:
a.bidang politik untuk mencapai Indonesia merdeka,
b.bidang ekonomi dan sosial untuk memajukan pelajaran nasional
2. Menetapkan garis perjuangan yang dianut adalah nonkooperasi
3.

Menetapkan garis politik memperbaiki keadaan politik, ekonomi dan sosial dengan kekuatan
sendiri, antara lain dengan mendirikan sekolah-sekolah, poliklinik-poliklinik, bank nasional,
perkumpulan koperasi, dan sebagainya.

7. Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI)


PPPKI dibentuk di Bandung pada tanggal 17 - 18 Desember 1927. Beranggotakan
organisasi-organisasi seperti Partai Sarikat Islam Indonesia ( PSII ), Budi Utomo, PNI Pasundan,
Sumatranen Bond, Kaum Betawi, dan Kaum Studi Indonesia. Tujuan dibentuknya PPPKI yaitu:
a.

Menghindari perselisihan diantara anggota-anggotanya

b.

Menyatukan organisasi, arah, serta cara beraksi dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia;

dan
c.

mengembangkan persatuan kebangsaan Indonesia

.
Pembentukan organisasi PPPKI sebagai ide persatuan sejak awal mengandung benih-benih
kelemahan dan keretakan.Berikut ini ada beberapa faktor yang menyebabkan keretakan tesebut.
a.

Masing-masing anggota lebih mementingkan loyalitas pada masing-masing kelompoknya.

b. Kurangnya control pusat tehadap aktivitas local


c.

Perbedaan gaya perjuangan di antara organisasi-organisasi PPPKI tersebut.

8. Partai Indonesia (Partindo)


Ketika Ir. Soekarno yang menjadi tokoh dalam PNI ditangkap pada tahun 1929, maka
PNI pecah menjadi dua yaitu Partindo dan PNI Baru.Partindo didirikan oleh Sartono pada tahun
1929.Sejak awal berdirinya Partindo memiliki banyak anggota dan terjun dalam aksi-aksi politik
menuju Indonesia Merdeka. Dasar Partindo sama dengan PNI yaitu nasional. Tujuannya adalah
mencapai Indonesia merdeka. Asasnya pun juga sama yaitu self help dan nonkooperasi. Partindo
semakin kuat setelah Ir. Soekarno bergabung ke dalamnya pada tahun 1932, setelah dibebaskan
dari penjara.Namun, karena kegiatan-kegiatannya yang sangat radikal menyebabkan pemerintah
melakukan pengawasan yang cukup ketat.Karena tidak bisa berkembang, maka tahun 1936
Partindo bubar.

9. Partai Indonesia Raya (Parindra)


Perjuangan radikal yang dilakukan oleh PKI, PI, dan PNI mulai berakhir ketika
pemerintah kolonial Belanda melakukan penangkapan terhadap sejumlah tokoh PNI.Di samping
itu pemerintah kolonial di bawah Gubernur Jenderal de Jonge melakukan pengawasan yang ketat
terhadap organisasi-organisasi yang ada pada masa itu.Melihat kondisi tersebut, para tokoh
pergerakan mengubah garis perjuangannya.Dari yang semula radikal dan nonkooperasi menjadi
moderat dan kooperasi dengan menempatkan wakilnya dalam volksraad.Salah satu organisasi
yang bersifat moderat adalah Partai Indonesia Raya (Parindra). Parindra didirikan di kota Solo
oleh dr. Sutomo pada tanggal 26 Desember 1935. Parindra merupakan fusi dan Budi Utomo dan
Persatuan Bangsa Indonesia (PBI).Tujuan Parindra adalah mencapai Indonesia Raya.
Asas politik Parindra adalah insidental, artinya tidak berpegang pada asas kooperasi maupun
nonkooperasi.Sikapnya terhadap pemerintah tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi,

jadi luwes.Tokoh-tokoh Parindra yang terkenal dalam membela kepentingan rakyat di volksraad
adalah Moh. Husni Thamrin. Parindra berjuang agar wakil-wakil volksraad semakin bertambah
sehingga suara yang berhubungan dengan upaya mencapai Indonesia merdeka semakin
diperhatikan oleh pemerintah Belanda.Perjuangan Parindra dalam volksraad cukup berhasil,
terbukti pemerintah Belanda mengganti istilah inlandeer menjadi Indonesier.

10. Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo)


Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) didirikan di Jakarta pada tanggal 24 Mei 1937 oleh
orang-orang bekas Partindo. Tokoh-tokohnya antara lain Sartono, Sanusi Pane, dan Moh.
Yamin.Dasar dan tujuannya adalah nasional dan mencapai Indonesia Merdeka. Gerindo juga
menganut asas insidental yang sama dengan Parindra. Tujuan Gerindo antara lain :
a.

Mencapai Indonesia merdeka

b. Memperkokoh ekonomi Indonesia


c.

Mengangkat kesejahteraan kaum buruh, dan

d. Memberi bantuan bagi kaum pengangguran

11. Gabungan Politik Indonesia (Gapi)


Pada tanggal 15 Juli 1936, partai-partai politik dengan dipelopori oleh Sutardjo
Kartohadikusumo mengajukan usul atau petisi, yaitu permohonan supaya diselenggarakan suatu
musyawarah antara wakil-wakil Indonesia dan negara Belanda di mana anggotanya mempunyai
hak yang sama. Tujuannya adalah untuk menyusun suatu rencana pemberian kepada Indonesia
suatu pemerintah yang berdiri sendiri.Namun usul tersebut ditolak oleh pemerintah kolonial
Belanda.Adanya kekecewaan terhadap keputusan pemerintah Belanda tersebut, atas prakarsa
Moh.Husni Thamrin pada tanggal 21 Mei 1939, dibentuklah Gabungan Politik Indonesia
(Gapi).Berikut ini ada beberapa alasan yang mendorong terbentuknya Gapi.
a.

Kegagalan petisi Sutarjo. Petisi ini berisi permohonan agar diadakan musyawarah antara wakilwakil Indonesia dan Belanda. Tujuannya adalah agar bangsa Indonesia diberi pemerintahan yang
berdiri sendiri

b. Kepentingan internasional akibat timbulnya fasisme.


c.

Sikap pemerintah yang kurang memerhatikan kepentingan bangsa Indonesia.

Tujuan Gapi adalah menuntut pemerintah Belanda agar Indonesia mempunyai parlemen
sendiri, sehingga Gapi mempunyai semboyan Indonesia Berparlemen.Tuntutan Indonesia
Berparlemen terus diperjuangkan dengan gigih. Akhirnya pemerintah Belanda membentuk
komisi yang dikenal dengan nama Komisi Visman karena diketuai oleh Dr. F.H.Visman. Tugas
komisi ini adalah menyelidiki dan mempelajari perubahan-perubahan ketatanegaraan.Namun,
setelah melakukan penelitian, Komisi Visman mengeluarkan kesimpulan yang mengecewakan
bangsa Indonesia.Menurut komisi tersebut, sebagian besar rakyat Indonesia berkeinginan hidup
dalam ikatan Kerajaan Belanda.Gapi menolak keputusan tersebut, sebab dianggap hanya
rekayasa Belanda dan bertentangan dengan keinginan rakyat Indonesia.

12. Organisasi Keagamaan


Muhammadiyah adalah organisasi Islam modern yang didirikan di Yogyakarta pada
tanggal 18 November 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan.Muhammadiyah berarti umat Muhammad
atau pengikut Muhammad. Dengan nama ini memiliki harapan dapat mencontoh segala jejak
perjuangan dan pengabdian Nabi Muhammad. Tujuan yang ingin dicapai adalah
a.

Memajukan pengajaran berdasarkan agama islam, dan

b. Memupuk keimanan dan ketaqwaan para anggotanya.

Dalam rangka mencapai tujuan itu, Muhammadiyah melakukan beberapa upaya berikut.
Mendirikan sekolah-sekolah (bukan pondok pesantren) dengan pengajaran agama dan kurikulum
yang modern.
Mendirikan rumah sakit dengan nama Pusat Kesengsaraan Umum (PKU).
Mendirikan rumah yatim piatu.
Mendirikan perkumpulan kepanduan Hisbul Wathan.

Dalam perkembangannya, Muhammadiyah menghadapi tantangan dari golongan Islam


konservatif. Mereka melihat Muhammadiyah begitu terbuka terhadap kebudayaan Barat
sehingga khawatir kemurnian Islam akan dirusakkan. Oleh karena itu para ulama mendirikan
Nahdlatul Ulama pada tahun 1926.Gerakan NU dipelopori oleh K.H. Hasyim Asyari. Gerakan
Muhammadiyah banyak mendapat simpati termasuk pemerintah kolonial Belanda karena
perjuangannya tidak bersifat konfrontatif(menentang).

Disamping Muhammadiyah, gerakan keagamaan lain yang memiliki andil bagi kemajuan
bangsa antara lain, berikut ini
a.

Jong Islamienten Bond, berdiri tanggal 1 Januari 1925 di Jakarta.

b. Nahdlatul Ulama (NU), berdiri pada tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya, Jawa Timur
c.

Nahdlatul Wathan, berdiri tahun 1932 di Pacor, Lombok Timur.

13. Organisasi Pemuda dan Wanita


Perkumpulan pemuda yang pertama berdiri adalah Tri Koro Dharmo.Organisasi ini
berdiri pada tanggal 7 Maret 1915 di Jakarta atas petunjuk Budi Utomo. Diprakarsai oleh dr.
Satiman Wirjosandjojo, Kadarman, dan Sunardi. Mereka mufakat untuk mendirikan organisasi
kepemudaan yang anggotanya berasal dari siswa sekolah menengah di Jawa dan Madura.
Perkumpulan ini diberi nama Tri Koro Dharmo yang berarti tiga tujuan mulia (sakti, budhi,
bakti). Dalam perkembangannya, Tri Koro Dharmo membuka cabang di Surabaya. Dalam
rangka mengefektifkan perjuangan, diterbitkan sebuah majalah yang juga diberi nama Tri Koro
Dharmo. Berikut ini tujuan Tri Koro Dharmo secara nyata dalam anggaran dasarnya.

1. Ingin menghidupkan persatuan dan kesatuan, diantara pemuda jawa, sunda, Madura, Bali, dan
Lombok
2. Kerja sama dengan semua organisasi pemuda guna membentuk ke-Indonesia. Keanggotaannya
terbatas pada para pemuda jawa, sunda, Madura, Bali, dan Lombok

Tri Koro Dharmo memiliki asas-asas seperti berikut.


Menimbulkan pertalian antara murid-murid bumi putera pada sekolah dan kursus perguruan
kejuruan.
Menambah pengetahuan umum bagi anggota-anggotanya.
Membangkitkan dan mempertajam bahasa dan budaya Indonesia.

Di samping gerakan para pemuda, kaum wanita juga tidak mau ketinggalan.Pergerakan
wanita dipelopori oleh R.A.Kartini dari Jepara dengan mendirikan Sekolah Kartini. Perkumpulan
wanita yang didirikan sebelum tahun 1920 antara lain Putri Mardika yang didirikan atas bantuan

Budi Utomo. Perkumpulan ini bertujuan untuk memajukan pengajaran terhadap anak-anak
perempuan dengan cara memberi penerangan dan bantuan dana, mempertinggi sikap yang
merdeka, dan melenyapkan tindakan malu-malu yang melampaui batas.
Perkumpulan Kautamaan Istri didirikan pada tahun 1913 di Tasikmalaya, lalu pada tahun
1916 di Sumedang, Cianjur, dan tahun 1917 di Ciamis, menyusul di Cicurug tahun 1918.Tokoh
Kautamaan Istri yang terkenal adalah Raden Dewi Sartika, seorang pengajar Kautamaan Istri di
tanah Pasundan. Di Yogyakarta pada tahun 1912 didirikan perkumpulan wanita yang benafaskan
Islam dengan nama Sopa Tresna, yang kemudian pada tahun 1914 menjadi bagian wanita dari
Muhammadiyah dengan nama Aisyah. Di Yogyakarta selain Aisyah juga ada perkumpulan
wanita yang bernama Wanito Utomo, yang mulai memasukkan perempuan ke dalam kegiatan
dasar pekerjaan ke arah emansipasi.Di samping R.A.Kartini dan Dewi Sartika, masih terdapat
seorang tokoh wanita yaitu Ibu Maria Walanda Maramis dari Minahasa.

Sejarah Peristiwa Sumpah Pemuda 1928


"Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, satu orang pemuda dapat mengubah dunia."
(Soekarno)

Pada tahun 1908, nama Indonesia untuk pertama kalinya di gunakan oleh Perhimpunan
Indonesia. Perhimpunan Indonesia adalah organisasi yang didirikan oleh pelajar-pelajar
Indonesia di negeri Belanda. Organisasi ini awalnya bernama Indische Vereeniging. Namun,
pada tahun 1922 nama itu diganti menjadi Indonesische Vereeniging, tetapi pada tahun yang
sama namanya berubah menjadi Perhimpunan Indonesia.

Para pahlawan kita, seperti Ki Hajar Dewantara, Budi Utomo, dan DR. Mohammad Hatta, turut
memopulerkan istilah Indonesia untuk mengimbangi istilah 'Hindia Belanda' yang dipakai oleh
pemerintah kolonial Belanda saat itu. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tanggal 28 Oktober
1928, Kongres Pemuda II di Jakarta menggunakan nama Indonesia untuk mempersatukan pulaupulau di Nusantara.

Peristiwa sejarah Soempah Pemoeda atau Sumpah Pemuda merupakan suatu pengakuan dari
Pemuda-Pemudi Indonesia yang mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa.
Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 hasil rumusan dari Kerapatan

Pemoeda-Pemoedi atau Kongres Pemuda II Indonesia yang hingga kini setiap tahunnya
diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda. Kongres Pemuda II dilaksanakan tiga sesi di tiga
tempat berbeda oleh organisasi Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) yang
beranggotakan pelajar dari seluruh wilayah Indonesia. Kongres tersebut dihadiri oleh berbagai
wakil organisasi kepemudaan yaitu Jong Java, Jong Batak, Jong Celebes, Jong Sumatranen
Bond, Jong Islamieten Bond, Jong Ambon, dsb serta pengamat dari pemuda tiong hoa seperti
Kwee Thiam Hong, John Lauw Tjoan Hok, Oey Kay Siang dan Tjoi Djien Kwie.
Pada tanggal 28 Oktober nanti, kita akan memperingati hari Sumpah Pemuda.
Hari Sumpah Pemuda merupakan tonggak penting dalam sejarah Indonesia yang
menggambarkan Kesatuan dan Persatuan Kebangsaan. Melalui hari Sumpah pemuda ini kita
mengenal ikrar :

Pertama
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoea
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
Dalam peristiwa sumpah pemuda yang bersejarah tersebut diperdengarkan lagu kebangsaan
Indonesia Raya ciptaan W.R. Soepratman pertama kali dinyanyikan. Lagu Indonesia Raya
dipublikasikan pertama kali pada tahun 1928 pada media cetak surat kabar Sin Po dengan
mencantumkan teks yang menegaskan bahwa lagu itu adalah lagu kebangsaan. Lagu itu sempat
dilarang oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda, namun para pemuda tetap terus
menyanyikannya. Tidak kalah penting pada peristiwa ini, bendera Merah Putih dikibarkan.
Sumpah Pemuda, adalah ikrar dalam kongres pemuda ke II di Jakarta yang menyatakan bahwa
Putra Putri Indonesia mengaku bertumpah darah satu, menjunjung bahasa persatuan dan
berbangsa satu yaitu Indonesia. Hal ini bukan omong kosong dan bukan pekerjaan dalam waktu
singkat, dan juga bukan hasil usaha dari beberapa gelintir orang saja. Sejak kebangkitan nasional
20 Mei 1908, para pemuda Indonesia telah membuktikan diri kepada penguasa Kolonial bahwa
anggapan jelek bangsa Indonesia itu "Laksheid", yang berarti pemalas, tidak bersatu serta saling
bermusuhan, adalah tidak benar.
Proses panjang sejak terbentuknya gerakan kepemudaan yang berciri kedaerahan seperti Jong
Java, Jong Sumatera, Jong Celebes, Jong Ambon dan sebagainya maka pada tanggal 31
Desember 1930 jam 12 malam, mereka telah berfusi menjadi satu dan membentuk
Perkoempoelan "INDONESIA MOEDA". Indonesia Muda tidak punya afiliasi dengan partai
politik manapun juga, dalam sejarahnya merupakan cikal bakal gerakan kepemudaan menuju
Indonesia merdeka. Meskipun organisasi ini sudah tidak berdiri lagi dizaman pendudukan
Jepang, para anggotanya tetap aktif memperjuangkan cita-cita mereka secara terselubung.
Dengan menimba ilmu dan teknologi kemiliteran dizaman Jepang para pemuda bergabung dalam
Tentara Nasional Indonesia, yang ahirnya pada periode Revolusi Kemerdekaan 1945-1949,
dengan semangat, cita-cita Sumpah Pemuda, ikut serta mewujudkan Proklamasi Kemerdekaan
R.I, 17 Agustus 1945.

Sejarah Sumpah Pemuda


Peristiwa sejarah Soempah Pemoeda atau Sumpah Pemuda merupakan suatu pengakuan dari
Pemuda-Pemudi Indonesia yang mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa.
Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 hasil rumusan dari Kerapatan
Pemoeda-Pemoedi atau Kongres Pemuda II Indonesia yang hingga kini setiap tahunnya
diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda
Kongres Pemuda II dilaksanakan tiga sesi di tiga tempat berbeda oleh organisasi Perhimpunan
Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) yang beranggotakan pelajar dari seluruh wilayah Indonesia.
Kongres tersebut dihadiri oleh berbagai wakil organisasi kepemudaan yaitu Jong Java, Jong
Batak, Jong, Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Jong Ambon, dsb serta
pengamat dari pemuda tiong hoa seperti Kwee Thiam Hong, John Lauw Tjoan Hok, Oey Kay
Siang dan Tjoi Djien Kwie.
Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar
Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh Indonesia.
Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali
rapat.

Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB),
Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng). Dalam sambutannya, ketua PPPI Sugondo
Djojopuspito berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para
pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Yamin tentang arti dan hubungan
persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan
Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan
Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah
pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, berpendapat
bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara
pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.
Pada rapat penutup, di gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106, Sunario
menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan
Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional.
Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan
dalam perjuangan.
Adapun panitia Kongres Pemuda terdiri dari :
Ketua : Soegondo Djojopoespito (PPPI)
Wakil Ketua : R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
Sekretaris : Mohammad Jamin (Jong Sumateranen Bond)
Bendahara : Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)
Pembantu I : Djohan Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond)

Pembantu II : R. Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia)


Pembantu III : Senduk (Jong Celebes)
Pembantu IV : Johanes Leimena (yong Ambon)
Pembantu V : Rochjani Soe'oed (Pemoeda Kaoem Betawi)
Peserta :

Abdul Muthalib Sangadji


Purnama Wulan
Abdul Rachman
Raden Soeharto
Abu Hanifah
Raden Soekamso
Adnan Kapau Gani
Ramelan
Amir (Dienaren van Indie)
Saerun (Keng Po)
Anta Permana
Sahardjo
Anwari
Sarbini
Arnold Manonutu
Sarmidi Mangunsarkoro
Assaat
Sartono
Bahder Djohan
S.M. Kartosoewirjo
Dali
Setiawan
Darsa
Sigit (Indonesische Studieclub)
Dien Pantouw
Siti Sundari
Djuanda
Sjahpuddin Latif
Dr.Pijper
Sjahrial (Adviseur voor inlandsch Zaken)
Emma Puradiredja
Soejono Djoenoed Poeponegoro
Halim
R.M. Djoko Marsaid
Hamami
Soekamto
Jo Tumbuhan
Soekmono
Joesoepadi
Soekowati (Volksraad)

Jos Masdani
Soemanang
Kadir
Soemarto
Karto Menggolo
Soenario (PAPI & INPO)
Kasman Singodimedjo
Soerjadi
Koentjoro Poerbopranoto
Soewadji Prawirohardjo
Martakusuma
Soewirjo
Masmoen Rasid
Soeworo
Mohammad Ali Hanafiah
Suhara
Mohammad Nazif
Sujono (Volksraad)
Mohammad Roem
Sulaeman
Mohammad Tabrani
Suwarni
Mohammad Tamzil
Tjahija
Muhidin (Pasundan)
Van der Plaas (Pemerintah Belanda)
Mukarno
Wilopo
Muwardi
Wage Rudolf Soepratman
Nona Tumbel

Rumusan Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada sebuah kertas ketika Mr. Sunario,
sebagai utusan kepanduan tengah berpidato pada sesi terakhir kongres. Sumpah tersebut awalnya
dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin
Isi Dari Sumpah Pemuda Hasil Kongres Pemuda Kedua adalah sebagai berikut :

PERTAMA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe,
Tanah Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah Yang Satu,
Tanah Indonesia).
KEDOEA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa
Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Berbangsa Yang Satu, Bangsa Indonesia).
KETIGA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa
Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia).
Dalam peristiwa sumpah pemuda yang bersejarah tersebut diperdengarkan lagu kebangsaan
Indonesia untuk yang pertama kali yang diciptakan oleh W.R. Soepratman. Lagu Indonesia Raya

dipublikasikan pertama kali pada tahun 1928 pada media cetak surat kabar Sin Po dengan
mencantumkan teks yang menegaskan bahwa lagu itu adalah lagu kebangsaan. Lagu itu sempat
dilarang oleh pemerintah kolonial hindia belanda, namun para pemuda tetap terus
menyanyikannya.

Apabila kita ingin mengetahui lebih lanjut mengenai banyak hal tentang Sumpah Pemuda kita
bisa menunjungi Museum Sumpah Pemuda yang berada di Gedung Sekretariat PPI Jl. Kramat
Raya 106 Jakarta Pusat. Museum ini memiliki koleksi utama seperti biola asli milik Wage Rudolf
Supratman yang menciptakan lagu kebangsaan Indonesia Raya serta foto-foto bersejarah
peristiwa Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 yang menjadi tonggak sejarah pergerakan
pemuda-pemudi Indonesia.

1. LAHIRNYA ORGANISASI SOSIAL-POLITIKLEGAL MAUPUN ILEGAL, SEMI


MILITER DANMILITERMASA PENJAJAHAN JEPANG
2. Pasca berakhirnya kekuasaan Belanda diIndonesia yang menyerah tanpa syaratkepada
pemerintahan Jepang di Kalijati8 Maret 1942, ketika surat pernyataanpenyerahan ditandatangani
kedua belahpihakakibat yang cukup membuat bangsaIndonesia memakan buah
simalakama.Ibaratkan juga keluar dari sarangmacan, masuk ke sarang singa. Lepasdari
jajahan Belanda, masuk ke dalam
3. PERMASALAHAN Bagaimana awal masuknya dan tujuanJepang ke Indonesia?
Bagaimana lahirnya organisasi sosial-politik,militer yang bersifat ilegal, maupun ilegal?
Bagaimana lahirnya organisasi yang bersifatmiliter dan semi militer?
4. KRONOLOGI KEDATANGAN JEPANGPendudukan Jepang di Indonesia diawali dikota
Tarakan pada 10 Januari 1942.Selanjutnya, Minahasa, Balik papan, Ambon,Pontianak, Makasar,
Banjarmasin,Palembang, dan Bali yang berhasil didudukitentara Jepang selama JanuariFebruari1942.Kota Jakarta berhasil diduduki pada 5 Maret1942.Pada 8 Maret 1942 Belanda
menyerah atasJepang.
5. PEMBAGIAN WILAYA INDONESIA MASAPENJAJAHAN JEPANG Wilayah I,
meliputi P. Jawa dan Madura denganpusat komando pertahanan di Batavia dipimpinoleh ke-16
AD Wilayah II, meliputi P. Sumatera dan Kepulauandi sekitarnya dengan pusat
komandopertahanan di bukit tinggi dipimpin oleh tentarake-25 AD. Wilayah III, meliputi
p.Kalimantan, sulawesi, sulawesi, maluku, balidan nusa tenggara dengan pusat
komandopertahanan di makasar dipimpin oleh ArmadaSelatan ke-2 Al di Makassar.
6. MANFAAT INDONESIA BAGI JEPANG Menjadikan Indonesia sebagai daerah
penghasildan penyuplai bahan mentah dan bahan bakerbagi kepentingan industri Jepang.
Menjadikan Indonesia sebagai tempatpemasaran hasil industri Jepang. Indonesiadijadikan tempat
pemasaran hasil industriJepang karena jumlah penduduk Indonesiasangat banyak. Menjadikan
Indonesia sebagai tempat untukmendapatkan tenaga buruh yang banyakdengan upah yang relatif
murah
7. JEPANG MENARIK SIMPATIK RAKYAT INDONESIA Gerakan Tiga A Pusat
Tenaga Rakyat (Putera) Cholo Sangi In (Badang PertimbanganPusat) Jawa Kokokai

8. Lahirnya organisasi sosial-politik, militerlegal maupun ilegalPERGERAKAN MASSA


DANPERLAWANAN TERHADAP JEPANG
9. PERGERAKAN MASSA DAN PERLAWANANTERHADAP JEPANGAda dua strategi
yang digunakan parapejuang Indonesia dalam menghadapipemerintah penduduk Jepang, yakni
:1. Kooperatif (legal): Perjuangan MelaluiOrganisasi Bikinan Jepang (PETA,barisanpelopor),
MIAI.2. Non kooperatif penduduk strategi nonkooperatif (ilegal): gerakan kelompok
SutanSyahrir, Amir Syarifudin, pemuda mentengdll.
10. WAJIB MILITER BUATAN JEPANG Seinendan (Barisan Pemuda) dibentuk
tanggal 9Maret 1943 bertugas sebagai tentara melawansekutu. Keibodan (Barisan pembantu
polisi) dibentuk padatanggal 29 April 1943 bertugas menjaga keamanandesa. Fujinkai (Barisan
wanita) dibentuk agustus 1943bertugas sebagai anggota palang merah dan sebagaiwanita
penghibur. Jawa Hokokai (Pehimpunan kebaktian Raya Jawa)dikebumikan 1 maret 1944.
Suishintai (Barisan Pelopor) Heiho (Pembantu Prajurit Jepang) Peta (Pembela Tanah Air)

Zaman Pendudukan Jepang di Indonesia


1. Masuknya Jepang ke Wilayah Indonesia
Sebagai negara fasis-militerisme di Asia, Jepang sangat kuat, sehingga meresahkan kaum
pergerakan nasional di Indonesia. Dengan pecahnya Perang Dunia II, Jepang terjun
dalam kancah peperangan itu. Di samping itu, terdapat dugaan bahwa suatu saat akan
terjadi peperangan di Lautan Pasifik. Hal ini didasarkan pada suatu analisis politik.
Adapun sikap pergerakan politik bangsa Indonesia dengan tegas menentang dan menolak
bahwa fasisme sedang mengancam dari arah utara. Sikap ini dinyatakan dengan jelas oleh
Gabungan Politik Indonesia (GAPI).
Sementara itu di Jawa muncul Ramalan Joyoboyo yang mengatakan bahwa pada suatu
saat pulau Jawa akan dijajah oleh bangsa kulit kuning, tetapi umur penjajahannya hanya
"seumur jagung". Setelah penjajahan bangsa kulit kuning itu lenyap akhirnya Indonesia
merdeka. Ramalan yang sudah dipcrcaya oleh rakyat ini tidak disia-siakan oleh Jepang,
bahkan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Sehingga kedatangan Jepang ke Indonesia
dianggap sebagai sesuatu hal yang wajar saja.
Pada tanggal 8 Desember 1941 pecah perang di Lautan Pasifik yang melibatkan Jepang.
Melihat keadaan yang semakin gawat di Asia, maka penjajah Belanda harus dapat
menentukan sikap dalam menghadapi bahaya
kuning dari Jepang. Sikap tersebut dipertegas oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda
Jhr. Mr. A.W.L. Tjarda Van Starkenborgh Stachouwer dengan mengumumkan perang
melawan Jepang. Hindia Belanda termasuk ke dalam Front ABCD (Amerika Serikat,
Brittania/Inggris, Cina, Dutch/Belanda) dengan Jenderal Wavel (dari Inggris) sebagai
Panglima Tertinggi yang berkedudukan di Bandung.
Angkatan perang Jepang begitu kuat, sehingga Hindia Belanda yang merupakan benteng
kebanggaan Inggris di daerah Asia Tenggara akhirnya jatuh ke tangan pasukan Jepang.

Peperangan yang dilakukan oleh Jepang di Asia Tenggara dan di Lautan Fasifik ini
diberi nama Perang Asia Timur Raya atau Perang Pasifik. Dalam waktu yang sangat
singkat, Jepang telah dapat menguasai daerah Asia Tenggara seperti Indochina,
Muangthai, Birma (Myanmar), Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Jatuhnya Singapura
ke tangan Jepang pada tanggal 15 Pebruari 1941, yaitu dengan ditenggelamkannya kapal
induk Inggris yang bernama Prince of Wales dan HMS Repulse, sangat mengguncangkan
pertahanan Sekutu di Asia. Begitu pula satu persatu komandan Sekutu meninggalkan
Indonesia, sampai terdesaknya Belanda dan jatuhnya Indonesia ke tangan pasukan
Jepang. Namun sisa-sisa pasukan sekutu di bawah pimpinan Karel Doorman (Belanda)
dapat mengadakan perlawanan dengan pertempuran di Laut Jawa, walaupun pada
akhirnya dapat ditundukkan oleh Jepang.
Secara kronologis serangan-serangan pasukan Jepang di Indonesia adalah sebagai
berikut: diawali dengan menduduki Tarakan (10 Januari 1942), kemu-dian.Minahasa,
Sulawesi, Balikpapan, dan Arnbon. Kemudian pada bulan Pebruari 1942 pasukan Jepang
menduduki Pontianak, Makasar, Banjarmasin, Palembang, dan Bali.
Pendudukan terhadap Palembang lebih dulu oleh Jepang mempunyai arti yang sangat
penting dan strategis, yaitu untuk memisahkan antara Batavia yang menjadi pusat
kedudukan Belanda di Indonesia dengan Singapura sebagai pusat kedudukan Inggris.
Kemudian pasukan Jepang melakukan serangan ke Jawa dengan mendarat di daerah
Banten, Indramayu, Kragan (antara Rembang dan Tuban). Selanjutnya menyerang pusat
kekuasaan Belanda di Batavia (5 Maret 1942), Bandung (8 Maret 1942) dan akhirnya
pasukan Belanda di Jawa menyerah kepada Panglima Bala Tentara Jepang Imamura di
Kalijati (Subang, 8 Maret 1942). Dengan demikian, seluruh wilayah Indonesia telah
menjadi bagian dari kekuasaan penjajahan Jepang
2. Penjajah Jepang di Indonesia
Bala Tentara Nippon adalah sebutan resmi pemerintahan militer pada masa pemerintahan
Jepang. Menurut UUD No. 1 (7 Maret 1942), Pembesar Bala Tentara Nippon memegang
kekuasaan militer dan segala 'kekuasaan yang dulu dipegang oleh Gubernur Jenderal
(pada masa kekuasaan Belanda).
Dalam pelaksanaan sistem pemerintahan ini, kekuasaan atas wilayah Indonesia dipegang
oleh dua angkatan perang yaitu angkatan darat (Rikugun) dan angkatan laut (Kaigun).
Masing-masing angkatan mempunyai wilayah kekuasaan. Dalam hal ini Indonesia
dibagi menjadi tiga wilayah kekuasaan yaitu:
a. Daerah Jawa dan Madura dengan pusatnya Batavia berada di bawah kekuasaan
Rikugun.
b. Daerah Sumatera dan Semenanjung Tanah Melayu dengan pusatnya Singapura berada
di bawah kekuasaan Rikugun. Daera Sumatera dipisahkan pada tahun 1943, tapi masih
berada di bawah kekuasaan Rikugun.
c. Daerah Kalimantan, Sulawesi, Nusatenggara, Maluku, Irian berada di bawah
kekuasaan Kaigun.
3. Organisasi Bentukan Jepang
Pasukan Jepang selalu berusaha untuk dapat memikat hati rakyat Indonesia. Hal ini
dilakukan dengan tujuan agar bangsa Indonesia memberi bantuan kepada pasukan
Jepang. Untuk menarik simpati bangsa Indonesia maka dibentuklah orgunisasi resmi
seperti Gerakan Tiga A, Putera, dan PETA.

Gerakan Tiga A, yaitu Nippon Pelindung Asia, Nippon Cahaya Asia, Nippon Pemimpin
Asia. Gerakan ini dipimpin oleh Syamsuddin SH. Namun dalam perkembangan
selanjutnya gerakan ini tidak dapat menarik simpati rakyat, sehingga pada tahun 1943
Gerakan Tiga A dibubarkan dan diganti dengan Putera.
Pusat Tenaga Rakyat (Putera) Organisasi ini dibentuk pada tahun 1943 di bawah
pimpinan "Empat Serangkai", yaitu Bung Karno, Bung Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan
Kiyai Haji Mas Mansyur. Gerakan Putera ini pun diharapkan dapat menarik perhatian
bangsa Indonesia agar membantu pasukan Jepang dalam setiap peperangan yang
dilakukannya. Akan tetapi gerakan Putera yang merupakan bentukan Jepang ini ternyata
menjadi bume-rang bagi Jepang. Hal ini disebabkan oleh anggota-anggota dari Putera
yang memiliki sifat nasionalisme yang tinggi.
Propaganda anti-Sekutu yang selalu didengung-dengungkan oleh pasukan Jepang kepada
bangsa Indonesia ternyata tidak membawa hasil seperti yang diinginkan. Propaganda anti
Sekutu itu sama halnya dengan anti imperialisme. Padahal Jepang termasuk negara
imperialisme, maka secara tidak langsung juga anti terhadap kehadiran Jepang di bumi
Indonesia. Di pihak lain, ada segi positif selama masa pendudukan Jepang di Indonesia,
seperti berlangsungnya proses Indonesianisasi dalam banyak hal, di antaranya bahasa
Indonesia dijadikan bahasa resmi, nama-nama di- indonesiakan, kedudukan seperti
pegawai tinggi sudah dapat dijabat oleh orang-orang Indonesia dan sebagainya.
Pembela Tanah Air (PETA) PETA merupakan organisasi bentukan Jepang dengan
keanggotaannya terdiri atas pemuda-pemuda Indonesia. Dalam organisasi PETA ini para
pemuda bangsa Indonesia dididik atau dilatih kemiliteran oleh pasukan Jepang. Pemudapemuda inilah yang menjadi tiang utama perjuangan kemerdekaan bangsa dan negara
Indonesia.
Tujuan awalnya pembentukan organisasi PETA ini adalah untuk memenuhi kepentingan
peperangan Jepang di Lautan Pasifik. Dalam perkembangan berikutnya, ternyata PETA
justru sangat besar manfaatnya bagi bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan
melalui perjuangan fisik. Misalnya, Jenderal Sudirman dan Jenderal A.H. Nasution
adalah dua orang tokoh militer Indonesia yang pernah menjadi pemimpin pasukan PETA
pada zaman Jepang. Namun karena PETA terlalu bersifat nasional dan dianggap sangat
membahayakan kedudukan Jepang atas wilayah Indonesia, maka pada tahun 1944
PETA dibubarkan. Berikut-nya Jepang mendirikan organisasi lainnya yang bernama
Perhimpunan Kebaktian Rakyat yang lebih terkenal dengan nama Jawa Hokokai (1944).
Kepemimpinan organisasi ini berada di bawah Komando Militer Jepang.
Golongan-golongan
Beberapa golongan yang terorganisir rapi dan menjalin hubungan rahasia dengan Bung
Karno dan Bung Hatta. Golongan-golongan itu di antaranya:
a. Golongan Amir Syarifuddin;
Amir Syarifuddin adalah seorang tokoh yang sangat anti fasisme. Hal ini sudah diketahui
oleh Jepang, sehingga pada tahun 1943 ia ditangkap dan diputuskan untuk menjatuhkan
hukuman mati kepadanya. Namun, atas perjuangan diplomasi Bung Karno terhadap para
pemimpin Jepang, Amir Syarifuddin tidak jadi dijatuhi hukuman mati, melainkan
hukuman seumur hidup.
b. Golongan Sutan Syahrir;
Golongan ini mendapatkan dukungan dari kaum terpelajar dari berbagai kota yang ada di
Indonesia. Cabang-cabang yang telah dimiliki oleh golongan Sutan Syahrir ini seperti di

Jakarta, Garut, Cirebon, Surabaya dan lain sebagainya.


c. Golongan Sukarni; Golongan ini mempunyai peranan yang sangat besar menjelang
proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pengikut golongan ini seperti Adam Malik, Pandu
Kerta Wiguna, Khairul Saleh, Maruto Nitimiharjo.
d. Golongan Kaigun; Golongan ini dipimpin oleh Ahmad Subardjo dengan anggotaanggotanya terdiri atas A.A. Maramis, SH., Dr. Samsi, Dr. Buntaran Gatot, SH., dan lainlain. Golongan ini juga mendirikan asrama yang bernama Asrama Indonesia Merdeka
dengan ketuanya Wikana. Para pengajarnya antara lain Bung Karno, Bung Hatta, Sutan
Syahrir dan lain-lain.
4. Perlawanan Rakyat Terhadap Jepang
Buruknya kehidupan rakyat mendorong timbulnya perlawanan-perlawanan rakyat di
beberapa tempat seperti:
1. Pada awal pendudukan Jepang di Aceh tahun 1942 terjadi pemberontakan di Cot
Plieng, Lhok Seumawe di bawah pimpinan Tengku Abdul Jalil. Pemberontakan ini dapat
dipadamkan, dan dua tahun kemudian, yaitu pada tahun 1944 muncul lagi pemberontakan
di Meureu di bawah pimpinan Teuku Hamid yang juga dapat dipadamkan oleh pasukan
Jepang.
2. Karang Ampel, Sindang (Kabupaten Indramayu) tahun 1943 terjadi perlawanan rakyat
di daerah itu kepada Jepang. Perlawanan ini dipimpin oleh Haji Madriyan dan kawankawannya, namun perlawanan ini berhasil ditindas oleh Jepang dengan sangat kejamnya.
3. Sukamanah (Kabupaten Tasikmalaya), tahun 1943 terjadi perlawanan rakyat di daerah
itu kepada Jepang. Perlawanan ini dipimpin oleh Haji Zaenal Mustafa. Dalam perlawanan
ini Zaenal Mustafa berhasil mem-bunuh kaki-tangan Jepang. Dengan kenyataan seperti
ini, Jepang melaku-kan pembalasan yang luar biasa dan melakukan pembunuhan massal
terhadap rakyat.
4. Blitar, pada tanggal 14 Pebruari 1945 terjadi pemberontakan PETA di bawah pimpinan
Supriyadi (putra Bupati Blitar). Dalam memimpin pemberontakan ini Supriyadi tidak
sendirian dan dibantu oleh teman-temannya seperti dr. Ismail, Mudari, dan Suwondo.
Pada pemberontakan itu, orang-orang Jepang yang ada di Blitar dibinasakan.
Pemberontakan heroik ini benar-benar mengejutkan Jepang, terlebih lagi pada saat itu
Jepang terus menerus mengalami kekalahan di dalam Perang Asia Timur Raya dan
Perang Pasifik. Kemudian Jepang mengepung kedudukan Supriyadi, namun pasukan
Supriyadi tetap mengadakan aksinya. Jepang tidak kehilangan akal, ia melakukan suatu
tipu muslihat dengan menyerukan agar para pemberontak menyerah saja dan akan
dijamin keselamatannya serta akan dipenuhi segala tuntutannya. Tipuan Jepang tersebut
temyata berhasil dan akibatnya banyak anggota PETA yang menyerah. Pasukan PETA
yang menyerah tidak luput dari hukuman Jepang dan beberapa orang dijatuhi hukuman
mati seperti Ismail dan kawan-kawannya. Di samping, itu ada pula yang meninggal
karena siksaan Jepang.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pendudukan Jepang di bumi Indonesia tidak dapat
diterima. Jepang juga sempat mengadakan pembunuhan secara besar-besaran terhadap
masyarakat dari lapisan terpelajar di daerah Kalimantan Barat. Pada daerah ini tidak
kurang dari 20.000 orang yang menjadi korban keganasan pasukan Jepang. Hanya
sebagian kecil saja yang dapat menyelamatkan diri dan lari ke Pulau Jawa. Setelah
kekalahan-kekalahan yang dialami oleh Jepang pada setiap peperangannya dalam Perang
Pasifik, akhirnya pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada pasukan

Sekutu.
5. Dampak Pendudukan Jepang bagi Bangsa Indonesia
Bidang Politik. Sejak masuknya kekuasaan Jepang di Indonesia, organisasi-organisasi
politik tidak dapat berkembang lagi. Bahkan pemerintah pendudukan Jepang
menghapuskan segala bentuk kegiatan organisasi-organisasi, baik yang bersifat politik
maupun yang bersifat sosial, ekonomi, dan agama. Organisasi-organisasi itu dihapuskan
dan diganti dengan organisasi buatan )epang, sehingga kehidupan politik pada masa itu
diatur oleh pemerintah Jepang, walaupun masih terdapat beberapa organisasi politik yang
terus berjuang menentang pendudukan Jepang di Indonesia.
Bidang ekonomi. Pendudukan bangsa Jepang atas wilayah Indonesia sebagai negara
imperialis, tidak jauh berbeda dengan negara-negara imperialisme lainnya. Kedatangan
bangsa Jepang ke Indonesia berlatar belakang masalah ekonomi, yaitu mencari daerahdaerah sebagai penghasil bahan mentah dan bahan baku untuk memenuhi kebutuhan
industrinya dan mencari tempat pemasaran untuk hasil-hasil industrinya. Sehingga
aktivitas perekonomian bangsa Indonesia pada zaman Jepang sepenuhnya dipegang oleh
pemerintah Jepang.
Bidang pendidikan Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, kehidupan pendidikan
berkembang pesat dibandingkan dengan pendudukan Hindia Belanda. Pemerintah
pendudukan Jepang memberikan kesempatan kepada bangsa Indonesia untuk mengikuti
pendidikan pada sekolah-sekolah yang dibangun oleh pemerintah. Di samping itu, bahasa
Indonesia digunakan sebagai bahasa perantara pada sekolah-sekolah serta penggunaan
nama-nama yang diindonesiakan. Padahal tujuan Jepang mengembangkan pendidikan
yang luas pada bangsa Indonesia adalah untuk menarik simpati dan mendapatkan bantuan
dari rakyat Indonesia dalam menghadapi lawan-lawannya pada Perang Pasifik.
Bidang kebudayaan Jepang sebagai negara fasis selalu berusaha untuk menanamkan
kebudayaannya. Salah satu cara Jepang adalah kebiasaan menghormat ke arah matahari
terbit. Cara menghormat seperti itu merupakan salah satu tradisi Jepang untuk
menghormati kaisarnya yang dianggap keturunan Dewa Matahari. Pengaruh Jepang di
bidang kebudayaan lebih banyak dalam lagu-lagu, film, drama yang seringkali dipakai
untuk propaganda. Banyak lagu Indonesia diangkat dari lagu Jepang yang populer pada
jaman Jepang. Iwa Kusuma Sumantri dari buku "Sang Pejuang dalam Gejolak Sejarah"
menulis "kebiasaan-kebiasaan dan kepercayaan-kepercayaan yang sangat merintangi
kemajuan kita, mulai berkurang. Bangsa kita yang telah bertahun-tahun digembleng oleh
penjajah Belanda untuk selalu 'nun inggih' kini telah berbalik menjadi pribadi yang
berkeyakinan tinggi, sadar akan harga diri dan kekuatannya. Juga cara-cara menangkap
ikan, bertani, dan lain-lain telah mengalami pembaharuan-pembaharuan berkat didikan
yang diberikan Jepang kepada bangsa Indonesia, walaupun bangsa Indonesia pada waktu
itu tidak secara sadar menginsafinya. Untuk anak-anak sekolah diberikan latihan-latihan
olahraga yang dinamai Taiso, sangat baik untuk kesehatan mereka itu. Saya kira untuk
kebiasaan sehari-hari yang tertentu (misalnya senin) bagi anak-anak sekolah maupun
untuk para pegawai atau buruh untuk menghormati bendera kita (merah putih) serta pula
menyanyi-kan lagu kebangsaan atau lagu-lagu nasional merupakan kebiasaaan yang
diwariskan Jepang kepada bangsa Indonesia.
Bidang sosial Selama masa pendudukan Jepang kehidupan sosial masyarakat sangat
memprihatinkan. Penderitaan rakyat semakin bertambah, karena sega-la kegiatan rakyat
dicurahkan untuk memenuhi kebutuhan perang Jepang dalam menghadapi musuh-

musuhnya. Terlebih lagi rakyat dijadikan romusha (kerja paksa). Sehingga banyak jatuh
korban akibat kelaparan dan penyakit.
Bidang birokrasi. Kekuasaan Jepang atas wilayah Indonesia dipegang oleh kalangan
militer, yaitu dari angkatan darat (rikugun) dan angkatan laut (kaigun). Sistem
pemerintahan atas wilayah diatur berdasarkan aturan militer. Dengan hilangnya orang
Belanda di pemerintahan, maka orang Indonesia mendapat kesempatan untuk menduduki
jabatan yang lebih penting yang sebelumnya hanya bisa dipegang oleh orang Belanda.
Termasuk jabatan gubernur dan walikota di beberapa tempat, tapi pelaksanaannya masih
di bawah pengawasan Militer Jepang. Pengalaman penerapan birokrasi di Jawa dan
Sumatera lebih banyak daripada di tempat-tempat lain. Namun, penerapan birokrasi di
daerah penguasaan Angkatan Laut Jepang agak buruk.
Bidang militer Kekuasaan Jepang atas wilayah Indonesia memiliki arti penting,
khususnya dalam bidang militer. Para pemuda bangsa Indonesia diberikan pendidi-kan
militer melalui organisasi PETA. Pemuda-pemuda yang tergabung dalam PETA inilah
yang nantinya menjadi inti kekuatan dan penggerak perjuangan rakyat Indonesia
mencapai kemerdekaannya.
Penggunaan Bahasa Indonesia. Berdasarkan pendapat Prof. Dr. A. Teeuw (ahli bahasa
Indonesia berkebangsaan Belanda) menya-takan bahwa tahun 1942 merupakan tahun
bersejarah bagi bangsa Indonesia. Pada waktu itu, bahasa Belanda dilarang
penggunaannya dan digantikan dengan penggunaan bahasa Indonesia. Bahkan sejak awal
tahun 1943 seluruh tulisan yang berbahasa Belanda dihapuskan dan harus diganti dengan
tulisan berbahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia bukan hanya sebagai bahasa pergaulan sehari-hari, tetapi telah diangkat
menjadi bahasa resmi pada instansi-instansi pemerintah-an atau pada lembaga-lembaga
pendidikan dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah tinggi. Bahasa Indonesia juga
dijadikan sebagai bahasa penulisan yang tertuang pada hasil-hasil karya sastra bangsa
Indonesia. Sastrawan-sastrawan terkenal pada masa itu seperti Armijn Pane dengan
karyanya yang terkenal berjudul Kami Perempuan (1943), Djiiiak-djinak Merpati, Hantu
Perempuan (1944), Saran^ Tidak Berharga (1945) dan sebagainya. 1'i'ngarang-pengarang
lainnya seperti Abu llanifah yang memakai nama samaran El Hakim dengan karya
dramanya berjudul Taufan di atas Asia, Dewi Reni, dan Insan Kamil. Pada masa
pendudukan Jepang, banyak karya seniman Indonesia yang hanya diterbitkan melalui
surat kabar atau majalah dan setelah perang selesai baru diterbitkan sebagai buku.
Sementara itu juga terdapat penyair terkenal pada zaman pendudukan Jepang seperti
Chairil Anwar yang kemudian mendapat gelar tokoh Angkatan 45. Karya-karya Chairil
Anwar menjadi lebih terkenal karena karyanya itu muncul pada awal revolusi Indonesia,
di antaranya yang berjudul Aku, Karawang-Bekasi dan sebagainya.
Dengan demikian, pemerintah pendudukan Jepang telah memberikan kebebasan kepada
bangsa Indonesia untuk meng-gunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar,
bahasa komunikasi, bahasa penulisan dan sebagainya.

PEMBAHASAN

A.

ASAL USUL NAMA INDONESIA


Pada zaman purba, kepulauan tanah air kita disebut dengan aneka nama. Dalam catatan
bangsa Tionghoa kawasan kepulauan kita dinamai Nan-hai (Kepulauan Laut Selatan).
Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara (Kepulauan Tanah
Seberang), nama yang diturunkan dari kata Sansekerta dwipa (pulau) dan antara (luar,
seberang). Kisah Ramayana karya pujangga Valmiki yang termasyhur itu menceritakan
pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Ravana, sampai ke Suwarnadwipa (Pulau
Emas, yaitu Sumatra sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara.
Bangsa Arab menyebut tanah air kita Jazair al-Jawi (Kepulauan Jawa). Nama Latin
untuk kemenyan adalah benzoe, berasal dari bahasa Arab luban jawi (kemenyan Jawa),
sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon Styrax sumatrana yang
dahulu hanya tumbuh di Sumatra. Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil
Jawa oleh orang Arab. Bahkan orang Indonesia luar Jawa sekalipun. Samathrah,
Sholibis, Sundah, kulluh Jawi (Sumatra, Sulawesi, Sunda, semuanya Jawa) kata seorang
pedagang di Pasar Seng, Mekah.
Lalu tibalah zaman kedatangan orang Eropa ke Asia. Bangsa-bangsa Eropa yang
pertama kali datang itu beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari Arab, Persia, India, dan
Cina. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Cina semuanya adalah
Hindia. Semenanjung Asia Selatan mereka sebut Hindia Muka dan daratan Asia
Tenggara dinamai Hindia Belakang. Sedangkan tanah air kita memperoleh nama
Kepulauan Hindia (Indische Archipel, Indian Archipelago, lArchipel Indien) atau
Hindia Timur (Oost Indie, East Indies, Indes Orientales). Nama lain yang juga dipakai
adalah Kepulauan Melayu (Maleische Archipel, Malay Archipelago, lArchipel Malais).
Ketika tanah air kita terjajah oleh bangsa Belanda, nama resmi yang digunakan adalah
Nederlandsch- Indie (Hindia Belanda), sedangkan pemerintah pendudukan Jepang 1942-

1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur). Eduard Douwes Dekker (1820-1887), yang
dikenal dengan nama samaran Multatuli, pernah mengusulkan nama yang spesifik untuk
menyebutkan kepulauan tanah air kita, yaitu Insulinde, yang artinya juga Kepulauan
Hindia (bahasa Latin insula berarti pulau). Tetapi rupanya nama Insulinde ini kurang
populer. Bagi orang Bandung, Insulinde mungkin cuma dikenal sebagai nama toko buku
yang pernah ada di Jalan Otista.
Pada tahun 1920-an, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (1879-1950), yang kita
kenal sebagai Dr. Setiabudi (beliau adalah cucu dari adik Multatuli), memopulerkan suatu
nama untuk tanah air kita yang tidak mengandung unsur kata India. Nama itu tiada lain
adalah Nusantara, suatu istilah yang telah tenggelam berabad-abad lamanya. Setiabudi
mengambil nama itu dari Pararaton, naskah kuno zaman Majapahit yang ditemukan di Bali
pada akhir abad ke-19 lalu diterjemahkan oleh J.L.A. Brandes dan diterbitkan oleh
Nicholaas Johannes Krom pada tahun 1920.
Namun perlu dicatat bahwa pengertian Nusantara yang diusulkan Setiabudi jauh
berbeda dengan pengertian, nusantara zaman Majapahit. Pada masa Majapahit Nusantara
digunakan untuk menyebutkan pulau-pulau di luar Jawa (antara dalam bahasa Sansekerta
artinya luar, seberang) sebagai lawan dari Jawadwipa (Pulau Jawa). Kita tentu pernah
mendengar Sumpah Palapa dari Gajah Mada, Lamun huwus kalah nusantara, isun amukti
palapa (Jika telah kalah pulau-pulau seberang, barulah saya menikmati istirahat). Oleh Dr.
Setiabudi kata nusantara zaman Majapahit yang berkonotasi jahiliyah itu diberi pengertian
yang nasionalistis. Dengan mengambil kata Melayu asli antara, maka Nusantara kini
memiliki arti yang baru yaitu nusa di antara dua benua dan dua samudra, sehingga Jawa
pun termasuk dalam definisi nusantara yang modern. Istilah nusantara dari Setiabudi ini
dengan cepat menjadi populer penggunaannya sebagai alternatif dari nama Hindia Belanda.
Sampai hari ini istilah nusantara tetap kita pakai untuk menyebutkan wilayah tanah air
kita dari Sabang sampai Merauke. Tetapi nama resmi bangsa dan negara kita adalah
Indonesia. Kini akan kita telusuri dari mana gerangan nama yang sukar bagi lidah Melayu
ini muncul.

Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the
Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang dikelola oleh James Richardson Logan
(1819-1869), orang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh.
Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Inggris, George Samuel Windsor
Earl (1813-1865), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA.
Dalam JIAEA Volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the
Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations. Dalam
artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia
atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia
tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua
pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia (nesos dalam bahasa Yunani berarti pulau). Pada
halaman 71 artikelnya itu tertulis: the inhabitants of the Indian Archipelago or Malayan
Archipelago would become respectively Indunesians or Malayunesians.
Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada
Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu,
sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (Srilanka) dan Maldives
(Maladewa). Lagi pula, kata Earl, bukankah bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan
ini? Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak
memakai istilah Indunesia.
Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan
menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago. Pada awal tulisannya, Logan pun
menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah Indian
Archipelago terlalu panjang dan membingungkan. Logan memungut nama Indunesia yang
dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka
lahirlah istilah Indonesia.
Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman
254 dalam tulisan Logan: Mr. Earl suggests the ethnographical term Indunesian, but rejects
it in favour of Malayunesian. I prefer the purely geographical term Indonesia, which is

merely a shorter synonym for the Indian Islands or the Indian Archipelago. Ketika
mengusulkan nama Indonesia agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari
nama itu akan menjadi nama bangsa dan negara yang jumlah penduduknya peringkat
keempat terbesar di muka bumi!
Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama Indonesia dalam tulisantulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para
ilmuwan bidang etnologi dan geografi. Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas
Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826-1905) menerbitkan buku Indonesien oder die
Inseln des Malayischen Archipel sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya
ketika mengembara ke tanah air kita tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang
memopulerkan istilah Indonesia di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul
anggapan bahwa istilah Indonesia itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu,
antara lain tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch- Indie tahun 1918. Padahal
Bastian mengambil istilah Indonesia itu dari tulisan-tulisan Logan.

B.

PENGGUNAAN NAMA INDONESIA


Putra ibu pertiwi yang mula-mula menggunakan istilah Indonesia adalah Suwardi
Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika di buang ke negeri Belanda tahun 1913 beliau
mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau.
Pada dasawarsa 1920-an, nama Indonesia yang merupakan istilah ilmiah dalam
etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan tanah air
kita, sehingga nama Indonesia akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu
bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan! Akibatnya pemerintah Belanda mulai curiga
dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu.
Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa Handels
Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar dan mahasiswa
Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging)

berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging atau Perhimpoenan Indonesia. Majalah


mereka, Hindia Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.
Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya, Negara Indonesia Merdeka yang akan
datang (de toekomstige vrije Indonesische staat) mustahil disebut Hindia Belanda. Juga
tidak Hindia saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami
nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena melambangkan
dan mencita-citakan suatu tanah air di masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang
Indonesia (Indonesier) akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya.
Sementara itu, di tanah air Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada
tahun 1924. Tahun itu juga Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai
Komunis Indonesia (PKI). Lalu pada tahun 1925 Jong Islamieten Bond membentuk
kepanduan Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij). Itulah tiga organisasi di tanah air
yang mula-mula menggunakan nama Indonesia. Akhirnya nama Indonesia dinobatkan
sebagai nama tanah air, bangsa dan bahasa kita pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi
Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini kita sebut Sumpah Pemuda.

C.

SUMPAH PEMUDA
Setelah memperoleh banyak keuntungan dari tanah nusantara ini, peperintah Hindia
Belanda merasa perlu adanya balas budi terhadap rakyat bangsa Indonesia. Untuk itula
pemerintah Hindia Belanda menerapkan sistem Politik yang dinamakan Politik Etis yang
memperbolehkan rakyat/ pemuda Indonesia untuk memperoleh pendidikan yang dengan
memperoleh pendidikan maka pemuda-pemuda Indonesia menjadi orang-orang intelek yang
terbuka pengetahuannya. Maka dimulailah pergeraka-pergerakan yang menginginkan
kehidupan yang lebih baik bagi bangsa Indonesia
1. Organisasi-organisasi Pemuda

Pada zaman pergerakan Nasional, banyak berdiri organisasi pemuda. Yang pada
mulanya bersifat kedaerahan berangotakan pemuda daerah tertentu yang pada umumnya
mereka adalah pelajar sekolah menengah dan mahasiswa.
Organisasi yang pertamakali berdiri adalah Tri Koro Darmo yang angota-anggotanya
terdiri dari pemuda-pemuda Jawa yang didirikan pada tahun 1915 dipimpin oleh
Satiman Wiryosanjoyo dan pada tahun 1918 berganti namanya menjadi Jong Java
(dibaca : Yong Java)
Pemuda dari daerah lain yang belajar di kota-kota besar di Jawa seperti Jakarta,
Srabaya, Bandung, dan Yogyakarta mendirikan organisasi untuk tolong menolong sebab
jauh dari kampung halaman. Pemuda Sumatra mendirikan Jong Sumateranen Bond
(JBS) tahun 1917 dengan tokohnya : Muhammad Hatta, Muhammad Yamin dan Bahder
Johan.
Pada tahun 1918, pemuda Ambon mendirikan Jong Ambon. Sesudah itu berdiri pula
Jong Minahasa, Jong Celebes (Sulawesi), Jong Bataksbond, dan pemuda Sunda
mendirikan Sekar Rukun.

2. Konggres Pemuda I
Lama kelamaan sifat kedaerahan organisasi emuda itu hilang. Mereka menyadari
bahwa mereka adalah satu bangsa. Karena itu mereka berusaha menyatukan semua
organisasi itu menjadi satu organisasi tunggal.
Pada bulan November 1925 beberapa tokoh pemuda mengadakan pertemuan di
Jakarta. Para pemuda itu sepakat untuk mengadakan pertemuan yang lebih luas. Untuk
itu dibentuk sebuah panitia. M. Tabrani diangkat sebagai ketua sedangkan Sumarmo
sebagai wakilnya (keduanya dari Jong Java). Jamaluddin Adinegoro (JSB) sebagai
sekretaris, Suwarso (Jong Java) sebagai bendahara. Anggota lainnya adalah Bahder

Johan dan Sarbini (JSB), Jan Toule Soulehua (Jong Ambon), Paul Pinantoan (pelajar
Minahasa), Hamami (Sekar Rukun), dan Sanusi Pane (Jong Bataksbond).
Bulan April 1926 mereka mengadakan konggres yang disebut konggres pemuda I yang
dihadiri oleh berbagai organisasi pemuda. Beberapa tokoh pemuda menyampaikan
pidato tentang persatuan Indonesia. Muhammad Yamin berpidato tentang perkembangan
bahasa dikemudian hari. Sementara itu M. Tabrani mengajak semua organisasi pemuda
dilebur menjadi organisasi tungal.
Konggres pemuda I berhasil mencapai tujuannya. Semua organisasi pemuda
mengakui perlunya persatuan. Akan tetapi bentuk persatuan itu yang belum mereka
sepakati. Sebagian setuju menghendaki membentuk organisasi tungal, sebagian lagi
setuju membentuk federasi. Artinya organisasi yang sudah ada tidak perlu dibubarkan,
tetapi menjadi anggota federasi.

3. Konggres Pemuda II
Tokoh-tokoh pemuda tidak putus asa. Sesudah konggres pemuda I, mereka sering
mengadakan pertemuan. Akhirnya dicapai kesapakatan tentang :
(1) Cita-cita Indonesia merdeka harus menjadi cita-cita semua putera Indonesia.
(2) Semua organisasi pemuda harus disatukan dalam wadah tunggal
Pada bulan Mei 1928 mereka bertemu lagi. Dalam pertemuan ini diambil keputusan
untuk mengadakan konggres berikutnya, maka disusunlah panitia sebagai berikut :
(1) Ketua

: Sugondo Joyopuspito

(2) Wakil Ketua

: Joko Marsaid

(3) Sekretaris

: Mohammad Yamin

(4) Bendahara

: Amir Syarifuddin

Disamping itu terdapat lima pembantu yakni Johan, Muhammad Cai, Kocosungkono,
Senduk, J. Leimena, dan Rohyani.
Konggres berlangsung dua hari, tanggal 27 dan 28 Oktober 1928. Konggres inilah yang
disebut konggres pemuda II. Tempat sidang berpindah-pindah. Sidang terakhir diadakan
di gedung Indonesische Clubhuis (sekarang museum Sumpah Pemuda).
Banyak tokoh politik dan masyarakat yang menghadiri konggres seperti : Ir Sukarno.
Begitu pula dengan Perhimpunan Indonesia dari negeri Belanda.
Berbagai masalah dibahas dalam konggres. Mhammad Yamin membahas masalah
persatuan bangsa yang ditinjau dari sudut sejarah. Dikatakan bahwa sebelum kedatangan
bangsa Barat, bangsa Indonesia sudah bersatu dibawah kerajaan Sriwijaya dan
Majapahit.
Pada waktu konggres berlangsung Mohammad Yamin sudah menyusun rumusan
konggres. Dalam rumusan itu tercantum bagian yang sekarang disebut Sumpah Pemuda
yang isinya :
(1) Kami putera puteri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air
Indonesia.
(2) Kami putera puteri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
(3) Kami putera puteri Indonesia mengaku berbahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Sebelum rumusan dibacakan, terlebih dahulu diperdengarkan lagu Indonesia Raya
gubahan W.R. Supratman yang dinyanyikan hanya dengan biola saja karena adanya
larangan oleh polisi pemerintah Belanda.

D.

PENGARUH BESAR SUMPAH PEMUDA 28 OKTOBER 1928 BAGI BANGSA


INDONESIA
Sumpah Pemuda sangat besar pengaruhnya bagi bangsa Indonesia. Rasa persatuan dan
kesatuan semakin tebal yang semakin meluas tidak hanya dikalangan pemuda saja tetapi
juga dikalangan masyarakat luas. Sifat kedaerahan yang sebelumnya sangat kuat menjadi
berganti dengan sifat Nasionalisme yang mengakar pada semangat persatuan untuk
terwujudnya bangssa Indonesia yang merdeka dari belenggu penjajahan.
Dengan semangat persatuan yang sudah ditanamkan oleh pemuda dalam Sumpah Pemuda.
Maka usaha untuk mencapai Indonesia yang merdeka semakin luas, sebab komunikasi
diantara yang satu dengan yang lainnya semakin mudah. Tembok kedaerahan yang
dahulunya menjadi penghalang kini sudah berhasil ditumbangkan oleh rasa persatuan dan
kesatuan yang mengakar pada hati sanubari rakyat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai