PEMBAHASAN
Pergerakan Nasional Indonesia
A. Pengertian
Pergerakan Nasional Indonesia memiliki pengertian sebagai berikut :
a) Pergerakan
Maksud dari kata Pergerakan disini meliputi segala macam aksi dengan menggunakan
organisasi untuk menentang penjajahan dan mencapai kemerdekaan. Dengan organisasi ini
menunjuk bahwa aksi tersebut disusun secara teratur, dalam arti ada pemimpinnya, anggota,
dasar, dan tujuan yang ingin dicapai.
b) Nasional
Istilah Nasional menunjuk sifat dari pergerakan, yakni semua aksi dengan organisasi yang
mencakup semua aspek kehidupan, seperti ekonomi, sosial, politik, budaya, dan kultural.
B. Faktor-faktor yang mendorong lahirnya nasionalisme bangsa Indonesia ada dua yaitu
faktor intern dan faktor ekstern.
1. Faktort intern
a.
Sejarah Masa lampau yang gemilang indonesia sebagai bangsa telah mengalami zaman nasional
pada masa kebesaran Majapahit dan Sriwijaya.kedua kerajaan tersebut,terutama majapahit
memainkan peranan sebagai negara nasional yang wilayahnya meliputi hampir seluruh
Nusantara. Kebesaran ini membawa pikiran dan angan-angan bangsa Indonesia untuk dapat
menikmati kebesaran itu. Hal ini dapat menggugah perasaan nasoinalisme golongan terpelajar
pada dekade awal abad XX.
b.
Penderiataan rakyat akibat penjajah. Bangsa Indonesia mengalami masa penjajahan yang
panjang
dan
menyakitkan
perdagangan,sistem
tanam
sejak
masa
paksa,dan
Portugis.Politik
kerja
rodi
devide
merupakan
et
impera,monopoli
bencana
bagi
rakyat
indonesia.penderitaan itu menjadikan rakyat Indonesia muncul kesadaran nasionalnya dan mulai
memahami perlunya menggalang persatuan.Atas praksara para kaum intelektual,persatuan itu
dapat diwujudkan dalam bentuk perjuangan yang bersifat modern.perjuangan tidak lagi
menggunakan kekuatan senjata tetapi menggunakan organisasi pemudah.
c.
e.
Moh.Syafei mendirikan perguruan Indonesische Nederlandsche School Kayu Tanam (INS Kayu
Tanam).
f.
Dominasi Ekonomi Kaum Cina di Indonesia. Kaum pedagang keturunan nonpribumi, khususnya
kaum pedagang Cina semakin membuat kesal para pedagang pribumi. Puncak kekesalan kaum
pedagang pribumi terjadi ketika keturunan Cina mendirikan perguruan sendiri yakni Tionghoa
Hwee Kwan pada tahun 1901. Kekesalan tersebut diciptakan oleh Belanda untuk menimbulkan
rasa iri hati rakyat Indonesia kepada keturunan Cina. Cina diberi kesempatan untuk menguasai
bisnis eceran, pertokoan, dan menjadi kolektor pajak dari pemerintah Belanda. Akibatnya kaum
Cina menjadi lebih agresif. Peristiwa itu membangkitkan persatuan yang kokoh di antara sesama
pedagang pribumi untuk menghadapi secara bersama pengaruh dari pedagang Cina.
g. Peranan Bahasa Melayu. Di samping mayoritas beragama Islam, bangsa Indonesia juga memiliki
bahasa pergaulan umum (Lingua Franca) yakni bahasa Melayu. Dalam perkembangannya,
bahasa Melayu berubah menjadi bahasa persatuan nasional Indonesia. Dengan posisi sebagai
bahasa pergaulan, bahasa Melayu menjadi sarana penting untuk menyosialisasikan semangat
kebangsaan dan nasionalisme ke seluruh pelosok Indonesia.
h. Istilah Indonesia sebagai Identitas Nasional. Istilah Indonesia berasal dari kata India (bahasa
Latin untuk Hindia) dan kata nesos (bahasa Yunani untuk kepulauan), sehingga kata Indonesia
berarti Kepulauan Hindia. Istilah Indonesia, Indonesisch dan Indonesier makin tersebar luas
pemakaiannya setelah banyak dipakai oleh kalangan ilmuwan seperti G.R. Logan, Adolf Bastian,
van Vollen Hoven, Snouck Hurgronje, dan lain-lain.
2. Faktor ekstern
a.
Kemenangan Jepang atas Rusia. Selama ini sudah menjadi suatu anggapan umum jika
keperkasaan Eropa (bangsa kulit putih) menjadi simbol superioritas atas bangsa-bangsa lain dari
kelompok kulit berwarna. Hal itu ternyata bukan suatu kenyataan sejarah. Perjalanan sejarah
dunia menunjukkan bahwa ketika pada tahun 1904-1905 terjadi peperangan antara Jepang
melawan Rusia, ternyata yang keluar sebagai pemenang dalam peperangan itu adalah Jepang.
Hal ini memberikan semangat juang terhadap para pelopor pergerakan nasional di Indonesia.
b.
Partai Kongres India. Dalam melawan Inggris di India, kaum pergerakan nasional di India
membentuk All India National Congress (Partai Kongres India), atas inisiatif seorang Inggris
Allan Octavian Hume pada tahun 1885. Di bawah kepemimpinan Mahatma Gandhi, partai ini
kemudian menetapkan garis perjuangan yang meliputi Swadesi, Ahimsa, Satyagraha, dan Hartal.
Keempat ajaran Ghandi ini, terutama Satyagraha mengandung makna yang memberi banyak
inspirasi terhadap perjuangan di Indonesia.
c.
Filiphina dibawah Jose Rizal. Filipina merupakan jajahan Spanyol yang berlangsung sejak 1571
1898. Dalam perjalanan sejarah Filipina muncul sosok tokoh yang bernama Jose Rizal yang
merintis pergerakan nasional dengan mendirikan Liga Filipina. Pada tahun 1892 Jose Rizal
melakukan perlawanan bawah tanah terhadap penindasan Spanyol. Tujuan yang ingin dicapai
adalah bagaimana membangkitkan nasionalisme Filipina dalam menghadapi penjajahan Spanyol.
Dalam perjuangannya Jose Rizal dihukum mati pada tanggal 30 Desember 1896, setelah gagal
dalam pemberontakan Katipunan. Sikap patriotisme dan nasionalisme yang ditunjukkan Jose
Rizal membangkitkan semangat rela berkorban dan cinta tanah air bagi para cendekiawan di
Indonesia.
d. Gerakan Nasionalisme Cina. Dinasti Manchu (Dinasti Ching) memerintah di Cina sejak tahun
1644 sampai 1912. Dinasti ini dianggap dinasti asing oleh bangsa Cina karena dinasti ini bukan
keturunan bangsa Cina. Masuknya pengaruh Barat menyebabkan munculnya gerakan rakyat
yang menuduh bahwa Dinasti Manchu sudah lemah dan bekerja sama dengan imperialis Barat.
Oleh karena itu muncul gerakan rakyat Cina untuk menentang penguasa asing yaitu para
imperialis Barat dan Dinansti Manchu yang juga dianggap penguasa asing. Munculnya gerakan
nasionalisme Cina diawali dengan terjadinya pemberontakan Tai Ping (1850 1864) dan
kemudian disusul oleh pemberontakan Boxer. Gerakan ini ternyata berimbas semangatnya di
tanah air Indonesia.
e.
Gerakan Turki Muda. Gerakan nasionalisme di Turki pada tahun 1908 dipimpin oleh Mustafa
Kemal Pasha. Gerakannya dinamakan Gerakan Turki Muda. Ia menuntut adanya pembaruan dan
Islam,
Partij.
b) Masa radikal/nonkooperasi (1920 - 1930), berdiri organisasi seperti Partai Komunis Indonesia
(PKI), Perhimpunan Indonesia (PI), dan Partai Nasional Indonesia (PNI).
c) Masa moderat/kooperasi (1930 - 1942), berdiri organisasi seperti Parindra, Partindo, dan Gapi.
Di samping itu juga berdiri organisasi keagamaan, organisasi pemuda, dan organisasi
perempuan.
Pada mulanya Sarekat Islam adalah sebuah perkumpulan para pedagang yang bernama
Sarekat Dagang Islam (SDI). Pada tahun 1911, SDI didirikan di kota Solo oleh H. Samanhudi
sebagai suatu koperasi pedagang batik Jawa. Garis yang diambil oleh SDI adalah kooperasi,
dengan tujuan memajukan perdagangan Indonesia di bawah panji-panji Islam.Keanggotaan SDI
masih terbatas pada ruang lingkup pedagang, maka tidak memiliki anggota yang cukup
banyak.Oleh karena itu agar memiliki anggota yang banyak dan luas ruang lingkupnya, maka
pada tanggal 18 September 1912, SDI diubah menjadi SI (Sarekat Islam).Organisasi Sarekat
Islam (SI) didirikan oleh beberapa tokoh SDI seperti H.O.S Cokroaminoto, Abdul Muis, dan H.
Agus Salim. Sarekat Islam berkembang pesat karena bermotivasi agama
Islam. Latar belakang ekonomi berdirinya Sarekat Islam adalah:
majalah Het Tijdschrifc dan surat kabar De Expres pimpinan E.F.E Douwes Dekker sebagai
sarana untuk membangkitkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air Indonesia.
Tujuan dari partai ini benar-benar revolusioner karena mau mendobrak kenyataan politik rasial
yang dilakukan pemerintah kolonial.Tindakan ini terlihat nyata pada tahun 1913. Saat itu
pemerintah Belanda akan mengadakan peringatan 100 tahun bebasnya Belanda dari tangan
Napoleon Bonaparte (Prancis). Perayaan ini direncanakan diperingati juga oleh pemerintah
Hindia Belanda.Adalah suatu yang kurang pas di mana suatu negara penjajah melakukan upacara
peringatan pembebasan dari penjajah pada suatu bangsa yang dia sebagai penjajahnya.Hal yang
ironis ini mendatangkan cemoohan termasuk dari para pemimpin Indische Partij. R.M. Suwardi
Suryaningrat menulis artikel bernada sarkastis yang berjudul Als ik een Nederlander was,
Andaikan aku seorang Belanda. Akibat dari tulisan itu R.M. Suwardi Suryaningrat ditangkap.
Menyusul sarkasme dari Dr. Cipto Mangunkusumo yang dimuat dalam De Express tanggal 26
Juli 1913 yang diberi judul Kracht of Vrees?, berisi tentang kekhawatiran, kekuatan, dan
ketakutan. Dr. Tjipto pun ditangkap, yang membuat rekan dalam Tiga Serangkai, E.F.E. Douwes
Dekker turut mengkritik dalam tulisannya di De Express tanggal 5 Agustus 1913 yang berjudul
Onze Helden: Tjipto Mangoenkoesoemoen Soewardi Soerjaningrat,
Pahlawan kita: Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat. Kecaman-kecaman yang
menentang pemerintah Belanda menyebabkan ketiga tokoh dari Indische Partij ditangkap.Pada
tahun 1913 mereka diasingkan ke Belanda.Namun pada tahun 1914 Cipto Mangunkusumo
dikembalikan ke Indonesia karena sakit.Sedangkan Suwardi Suryaningrat dan E.F.E. Douwes
Dekker baru kembali ke Indonesia pada tahun 1919.Suwardi Suryaningrat terjun dalam dunia
pendidikan, dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara, mendirikan perguruan Taman Siswa.E.F.E
Douwes Dekker juga mengabdikan diri dalam dunia pendidikan dan mendirikan yayasan
pendidikan Ksatrian Institute di Sukabumi pada tahun 1940.
Gondowinoto,
Notodiningrat,
Abdul
Rivai,
Radjiman
Wediodipuro
b. Agar dapat menentukan nasib sendiri, bangsa Indonesia harus mengandalkan kekuatan dan
kemampuan sendiri, dan
c.
Kegiatan Indische Vereeniging semakin tegas dan radikal, dan telah berkembang ke arah politik.
Sejalan dengan semakin meluasnya pemakaian nama Indonesische, dirasa perlu untuk mengubah
nama organisasi menjadi Indonesische Vereeniging pada tahun 1924. Majalah Hindia Poetra pun
ikut berubah nama menjadi Indonesia Merdeka. Melalui rapat pada tanggal 3 Februari 1925
akhirnya Indonesische Vereeniging diganti menjadi Perhimpunan Indonesia (PI).Semboyan
Indonesia Merdeka sudah menjadi slogan meskipun mengatakannya dengan Bahasa
Belanda.Melalui media Indonesia Merdeka dan kegiatan internasional, dunia internasional
mengetahui aktivitas perjuangan para pemuda Indonesia.Berikut ini kegiatan-kegiatan
internasional yang diikuti oleh PI.
adalah melakukan infiltrasi dalam tubuh Sarekat Islam.Infiltrasi dapat dengan mudah dilakukan
karena ada beberapa faktor berikut.
a.
Adanya kemelut dalam tubuh SI, di mana pemerintah Belanda lebih memberi pengakuan
Adanya disiplin partai dalam SI, di mana anggota SI yang merangkap anggota ISDV harus
b.
c.
Di kalangan rakyat terdapat harapan bahwa PKI bisa menggantikan Ratu Adil.
Organisasi PKI makin kuat ketika pada bulan Februari 1923 Darsono kembali dari
Moskow.Ditambah dengan tokoh-tokoh Alimin dan Musso, maka peranan politik PKI semakin
luas.Pada tanggal 13 November 1926, Partai Komunis Indonesia mengadakan pemberontakan di
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Pemberontakan ini sangat sia-sia karena
massa sama sekali tidak siap di samping organisasinya masih kacau. PKI telah mengorbankan
ribuan orang yang termakan hasutan untuk ikut serta dalam pemberontakan. Dampak buruk
lainnya yang menimpa para pejuang pergerakan di tanah air adalah berupa pengekangan dan
penindasan yang luar biasa dari pemerintah Belanda sehingga sama sekali tidak punya ruang
gerak. Walaupun PKI dinyatakan sebagai partai terlarang tetapi secara ilegal mereka masih
melakukan kegiatan politiknya. Semaun, Darsono, dan Alimin meneruskan propaganda untuk
tetap memperjuangkan aksi revolusioner di Indonesia.
PNI
juga
dilatarbelakangi
oleh
situasi
sosio
politik
yang
kekuatan baru dalam menghadapi pemerintah kolonial Belanda. Rapat pendirian partai ini
dihadiri Ir. Soekarno, Dr. Cipto Mangunkusumo, Soedjadi, Mr. Iskaq Tjokrodisuryo, Mr.
Budiarto, dan Mr. Soenarjo. Pada awal berdirinya, PNI berkembang sangat pesat karena
didorong oleh faktor-faktor berikut.
a. Pergerakan yang ada lemah sehingga kurang bisa menggerakkan massa.
b. PKI sebagai partai massa telah dilarang.
c.
Propagandanya menarik dan mempunyai orator ulung yang bernama Ir. Soekarno (Bung
Karno).
Untuk mengobarkan semangat perjuangan nasional, Bung Karno mengeluarkan Trilogi sebagai
pegangan perjuangan PNI.Trilogi tersebut mencakup kesadaran nasional, kemauan nasional, dan
perbuatan nasional.Tujuan PNI adalah mencapai Indonesia merdeka. Untuk mencapai tujuan
tersebut, PNI menggunakan tiga asas yaitu self help (berjuang dengan usaha sendiri) dan
nonmendiancy, sikapnya terhadap pemerintah juga antipati dan nonkooperasi. Dasar
perjuangannya adalah marhaenisme.Kongres Partai Nasional Indonesia yang pertama diadakan
di Surabaya, tanggal 27 30 Mei 1928.Kongres ini menetapkan beberapa hal berikut.
1. Susunan program yang meliputi:
a.bidang politik untuk mencapai Indonesia merdeka,
b.bidang ekonomi dan sosial untuk memajukan pelajaran nasional
2. Menetapkan garis perjuangan yang dianut adalah nonkooperasi
3.
Menetapkan garis politik memperbaiki keadaan politik, ekonomi dan sosial dengan kekuatan
sendiri, antara lain dengan mendirikan sekolah-sekolah, poliklinik-poliklinik, bank nasional,
perkumpulan koperasi, dan sebagainya.
b.
Menyatukan organisasi, arah, serta cara beraksi dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia;
dan
c.
.
Pembentukan organisasi PPPKI sebagai ide persatuan sejak awal mengandung benih-benih
kelemahan dan keretakan.Berikut ini ada beberapa faktor yang menyebabkan keretakan tesebut.
a.
jadi luwes.Tokoh-tokoh Parindra yang terkenal dalam membela kepentingan rakyat di volksraad
adalah Moh. Husni Thamrin. Parindra berjuang agar wakil-wakil volksraad semakin bertambah
sehingga suara yang berhubungan dengan upaya mencapai Indonesia merdeka semakin
diperhatikan oleh pemerintah Belanda.Perjuangan Parindra dalam volksraad cukup berhasil,
terbukti pemerintah Belanda mengganti istilah inlandeer menjadi Indonesier.
Kegagalan petisi Sutarjo. Petisi ini berisi permohonan agar diadakan musyawarah antara wakilwakil Indonesia dan Belanda. Tujuannya adalah agar bangsa Indonesia diberi pemerintahan yang
berdiri sendiri
Tujuan Gapi adalah menuntut pemerintah Belanda agar Indonesia mempunyai parlemen
sendiri, sehingga Gapi mempunyai semboyan Indonesia Berparlemen.Tuntutan Indonesia
Berparlemen terus diperjuangkan dengan gigih. Akhirnya pemerintah Belanda membentuk
komisi yang dikenal dengan nama Komisi Visman karena diketuai oleh Dr. F.H.Visman. Tugas
komisi ini adalah menyelidiki dan mempelajari perubahan-perubahan ketatanegaraan.Namun,
setelah melakukan penelitian, Komisi Visman mengeluarkan kesimpulan yang mengecewakan
bangsa Indonesia.Menurut komisi tersebut, sebagian besar rakyat Indonesia berkeinginan hidup
dalam ikatan Kerajaan Belanda.Gapi menolak keputusan tersebut, sebab dianggap hanya
rekayasa Belanda dan bertentangan dengan keinginan rakyat Indonesia.
Dalam rangka mencapai tujuan itu, Muhammadiyah melakukan beberapa upaya berikut.
Mendirikan sekolah-sekolah (bukan pondok pesantren) dengan pengajaran agama dan kurikulum
yang modern.
Mendirikan rumah sakit dengan nama Pusat Kesengsaraan Umum (PKU).
Mendirikan rumah yatim piatu.
Mendirikan perkumpulan kepanduan Hisbul Wathan.
Disamping Muhammadiyah, gerakan keagamaan lain yang memiliki andil bagi kemajuan
bangsa antara lain, berikut ini
a.
b. Nahdlatul Ulama (NU), berdiri pada tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya, Jawa Timur
c.
1. Ingin menghidupkan persatuan dan kesatuan, diantara pemuda jawa, sunda, Madura, Bali, dan
Lombok
2. Kerja sama dengan semua organisasi pemuda guna membentuk ke-Indonesia. Keanggotaannya
terbatas pada para pemuda jawa, sunda, Madura, Bali, dan Lombok
Di samping gerakan para pemuda, kaum wanita juga tidak mau ketinggalan.Pergerakan
wanita dipelopori oleh R.A.Kartini dari Jepara dengan mendirikan Sekolah Kartini. Perkumpulan
wanita yang didirikan sebelum tahun 1920 antara lain Putri Mardika yang didirikan atas bantuan
Budi Utomo. Perkumpulan ini bertujuan untuk memajukan pengajaran terhadap anak-anak
perempuan dengan cara memberi penerangan dan bantuan dana, mempertinggi sikap yang
merdeka, dan melenyapkan tindakan malu-malu yang melampaui batas.
Perkumpulan Kautamaan Istri didirikan pada tahun 1913 di Tasikmalaya, lalu pada tahun
1916 di Sumedang, Cianjur, dan tahun 1917 di Ciamis, menyusul di Cicurug tahun 1918.Tokoh
Kautamaan Istri yang terkenal adalah Raden Dewi Sartika, seorang pengajar Kautamaan Istri di
tanah Pasundan. Di Yogyakarta pada tahun 1912 didirikan perkumpulan wanita yang benafaskan
Islam dengan nama Sopa Tresna, yang kemudian pada tahun 1914 menjadi bagian wanita dari
Muhammadiyah dengan nama Aisyah. Di Yogyakarta selain Aisyah juga ada perkumpulan
wanita yang bernama Wanito Utomo, yang mulai memasukkan perempuan ke dalam kegiatan
dasar pekerjaan ke arah emansipasi.Di samping R.A.Kartini dan Dewi Sartika, masih terdapat
seorang tokoh wanita yaitu Ibu Maria Walanda Maramis dari Minahasa.
Pada tahun 1908, nama Indonesia untuk pertama kalinya di gunakan oleh Perhimpunan
Indonesia. Perhimpunan Indonesia adalah organisasi yang didirikan oleh pelajar-pelajar
Indonesia di negeri Belanda. Organisasi ini awalnya bernama Indische Vereeniging. Namun,
pada tahun 1922 nama itu diganti menjadi Indonesische Vereeniging, tetapi pada tahun yang
sama namanya berubah menjadi Perhimpunan Indonesia.
Para pahlawan kita, seperti Ki Hajar Dewantara, Budi Utomo, dan DR. Mohammad Hatta, turut
memopulerkan istilah Indonesia untuk mengimbangi istilah 'Hindia Belanda' yang dipakai oleh
pemerintah kolonial Belanda saat itu. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tanggal 28 Oktober
1928, Kongres Pemuda II di Jakarta menggunakan nama Indonesia untuk mempersatukan pulaupulau di Nusantara.
Peristiwa sejarah Soempah Pemoeda atau Sumpah Pemuda merupakan suatu pengakuan dari
Pemuda-Pemudi Indonesia yang mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa.
Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 hasil rumusan dari Kerapatan
Pemoeda-Pemoedi atau Kongres Pemuda II Indonesia yang hingga kini setiap tahunnya
diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda. Kongres Pemuda II dilaksanakan tiga sesi di tiga
tempat berbeda oleh organisasi Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) yang
beranggotakan pelajar dari seluruh wilayah Indonesia. Kongres tersebut dihadiri oleh berbagai
wakil organisasi kepemudaan yaitu Jong Java, Jong Batak, Jong Celebes, Jong Sumatranen
Bond, Jong Islamieten Bond, Jong Ambon, dsb serta pengamat dari pemuda tiong hoa seperti
Kwee Thiam Hong, John Lauw Tjoan Hok, Oey Kay Siang dan Tjoi Djien Kwie.
Pada tanggal 28 Oktober nanti, kita akan memperingati hari Sumpah Pemuda.
Hari Sumpah Pemuda merupakan tonggak penting dalam sejarah Indonesia yang
menggambarkan Kesatuan dan Persatuan Kebangsaan. Melalui hari Sumpah pemuda ini kita
mengenal ikrar :
Pertama
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoea
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
Dalam peristiwa sumpah pemuda yang bersejarah tersebut diperdengarkan lagu kebangsaan
Indonesia Raya ciptaan W.R. Soepratman pertama kali dinyanyikan. Lagu Indonesia Raya
dipublikasikan pertama kali pada tahun 1928 pada media cetak surat kabar Sin Po dengan
mencantumkan teks yang menegaskan bahwa lagu itu adalah lagu kebangsaan. Lagu itu sempat
dilarang oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda, namun para pemuda tetap terus
menyanyikannya. Tidak kalah penting pada peristiwa ini, bendera Merah Putih dikibarkan.
Sumpah Pemuda, adalah ikrar dalam kongres pemuda ke II di Jakarta yang menyatakan bahwa
Putra Putri Indonesia mengaku bertumpah darah satu, menjunjung bahasa persatuan dan
berbangsa satu yaitu Indonesia. Hal ini bukan omong kosong dan bukan pekerjaan dalam waktu
singkat, dan juga bukan hasil usaha dari beberapa gelintir orang saja. Sejak kebangkitan nasional
20 Mei 1908, para pemuda Indonesia telah membuktikan diri kepada penguasa Kolonial bahwa
anggapan jelek bangsa Indonesia itu "Laksheid", yang berarti pemalas, tidak bersatu serta saling
bermusuhan, adalah tidak benar.
Proses panjang sejak terbentuknya gerakan kepemudaan yang berciri kedaerahan seperti Jong
Java, Jong Sumatera, Jong Celebes, Jong Ambon dan sebagainya maka pada tanggal 31
Desember 1930 jam 12 malam, mereka telah berfusi menjadi satu dan membentuk
Perkoempoelan "INDONESIA MOEDA". Indonesia Muda tidak punya afiliasi dengan partai
politik manapun juga, dalam sejarahnya merupakan cikal bakal gerakan kepemudaan menuju
Indonesia merdeka. Meskipun organisasi ini sudah tidak berdiri lagi dizaman pendudukan
Jepang, para anggotanya tetap aktif memperjuangkan cita-cita mereka secara terselubung.
Dengan menimba ilmu dan teknologi kemiliteran dizaman Jepang para pemuda bergabung dalam
Tentara Nasional Indonesia, yang ahirnya pada periode Revolusi Kemerdekaan 1945-1949,
dengan semangat, cita-cita Sumpah Pemuda, ikut serta mewujudkan Proklamasi Kemerdekaan
R.I, 17 Agustus 1945.
Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB),
Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng). Dalam sambutannya, ketua PPPI Sugondo
Djojopuspito berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para
pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Yamin tentang arti dan hubungan
persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan
Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan
Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah
pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, berpendapat
bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara
pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.
Pada rapat penutup, di gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106, Sunario
menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan
Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional.
Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan
dalam perjuangan.
Adapun panitia Kongres Pemuda terdiri dari :
Ketua : Soegondo Djojopoespito (PPPI)
Wakil Ketua : R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
Sekretaris : Mohammad Jamin (Jong Sumateranen Bond)
Bendahara : Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)
Pembantu I : Djohan Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond)
Jos Masdani
Soemanang
Kadir
Soemarto
Karto Menggolo
Soenario (PAPI & INPO)
Kasman Singodimedjo
Soerjadi
Koentjoro Poerbopranoto
Soewadji Prawirohardjo
Martakusuma
Soewirjo
Masmoen Rasid
Soeworo
Mohammad Ali Hanafiah
Suhara
Mohammad Nazif
Sujono (Volksraad)
Mohammad Roem
Sulaeman
Mohammad Tabrani
Suwarni
Mohammad Tamzil
Tjahija
Muhidin (Pasundan)
Van der Plaas (Pemerintah Belanda)
Mukarno
Wilopo
Muwardi
Wage Rudolf Soepratman
Nona Tumbel
Rumusan Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada sebuah kertas ketika Mr. Sunario,
sebagai utusan kepanduan tengah berpidato pada sesi terakhir kongres. Sumpah tersebut awalnya
dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin
Isi Dari Sumpah Pemuda Hasil Kongres Pemuda Kedua adalah sebagai berikut :
PERTAMA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe,
Tanah Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah Yang Satu,
Tanah Indonesia).
KEDOEA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa
Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Berbangsa Yang Satu, Bangsa Indonesia).
KETIGA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa
Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia).
Dalam peristiwa sumpah pemuda yang bersejarah tersebut diperdengarkan lagu kebangsaan
Indonesia untuk yang pertama kali yang diciptakan oleh W.R. Soepratman. Lagu Indonesia Raya
dipublikasikan pertama kali pada tahun 1928 pada media cetak surat kabar Sin Po dengan
mencantumkan teks yang menegaskan bahwa lagu itu adalah lagu kebangsaan. Lagu itu sempat
dilarang oleh pemerintah kolonial hindia belanda, namun para pemuda tetap terus
menyanyikannya.
Apabila kita ingin mengetahui lebih lanjut mengenai banyak hal tentang Sumpah Pemuda kita
bisa menunjungi Museum Sumpah Pemuda yang berada di Gedung Sekretariat PPI Jl. Kramat
Raya 106 Jakarta Pusat. Museum ini memiliki koleksi utama seperti biola asli milik Wage Rudolf
Supratman yang menciptakan lagu kebangsaan Indonesia Raya serta foto-foto bersejarah
peristiwa Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 yang menjadi tonggak sejarah pergerakan
pemuda-pemudi Indonesia.
Peperangan yang dilakukan oleh Jepang di Asia Tenggara dan di Lautan Fasifik ini
diberi nama Perang Asia Timur Raya atau Perang Pasifik. Dalam waktu yang sangat
singkat, Jepang telah dapat menguasai daerah Asia Tenggara seperti Indochina,
Muangthai, Birma (Myanmar), Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Jatuhnya Singapura
ke tangan Jepang pada tanggal 15 Pebruari 1941, yaitu dengan ditenggelamkannya kapal
induk Inggris yang bernama Prince of Wales dan HMS Repulse, sangat mengguncangkan
pertahanan Sekutu di Asia. Begitu pula satu persatu komandan Sekutu meninggalkan
Indonesia, sampai terdesaknya Belanda dan jatuhnya Indonesia ke tangan pasukan
Jepang. Namun sisa-sisa pasukan sekutu di bawah pimpinan Karel Doorman (Belanda)
dapat mengadakan perlawanan dengan pertempuran di Laut Jawa, walaupun pada
akhirnya dapat ditundukkan oleh Jepang.
Secara kronologis serangan-serangan pasukan Jepang di Indonesia adalah sebagai
berikut: diawali dengan menduduki Tarakan (10 Januari 1942), kemu-dian.Minahasa,
Sulawesi, Balikpapan, dan Arnbon. Kemudian pada bulan Pebruari 1942 pasukan Jepang
menduduki Pontianak, Makasar, Banjarmasin, Palembang, dan Bali.
Pendudukan terhadap Palembang lebih dulu oleh Jepang mempunyai arti yang sangat
penting dan strategis, yaitu untuk memisahkan antara Batavia yang menjadi pusat
kedudukan Belanda di Indonesia dengan Singapura sebagai pusat kedudukan Inggris.
Kemudian pasukan Jepang melakukan serangan ke Jawa dengan mendarat di daerah
Banten, Indramayu, Kragan (antara Rembang dan Tuban). Selanjutnya menyerang pusat
kekuasaan Belanda di Batavia (5 Maret 1942), Bandung (8 Maret 1942) dan akhirnya
pasukan Belanda di Jawa menyerah kepada Panglima Bala Tentara Jepang Imamura di
Kalijati (Subang, 8 Maret 1942). Dengan demikian, seluruh wilayah Indonesia telah
menjadi bagian dari kekuasaan penjajahan Jepang
2. Penjajah Jepang di Indonesia
Bala Tentara Nippon adalah sebutan resmi pemerintahan militer pada masa pemerintahan
Jepang. Menurut UUD No. 1 (7 Maret 1942), Pembesar Bala Tentara Nippon memegang
kekuasaan militer dan segala 'kekuasaan yang dulu dipegang oleh Gubernur Jenderal
(pada masa kekuasaan Belanda).
Dalam pelaksanaan sistem pemerintahan ini, kekuasaan atas wilayah Indonesia dipegang
oleh dua angkatan perang yaitu angkatan darat (Rikugun) dan angkatan laut (Kaigun).
Masing-masing angkatan mempunyai wilayah kekuasaan. Dalam hal ini Indonesia
dibagi menjadi tiga wilayah kekuasaan yaitu:
a. Daerah Jawa dan Madura dengan pusatnya Batavia berada di bawah kekuasaan
Rikugun.
b. Daerah Sumatera dan Semenanjung Tanah Melayu dengan pusatnya Singapura berada
di bawah kekuasaan Rikugun. Daera Sumatera dipisahkan pada tahun 1943, tapi masih
berada di bawah kekuasaan Rikugun.
c. Daerah Kalimantan, Sulawesi, Nusatenggara, Maluku, Irian berada di bawah
kekuasaan Kaigun.
3. Organisasi Bentukan Jepang
Pasukan Jepang selalu berusaha untuk dapat memikat hati rakyat Indonesia. Hal ini
dilakukan dengan tujuan agar bangsa Indonesia memberi bantuan kepada pasukan
Jepang. Untuk menarik simpati bangsa Indonesia maka dibentuklah orgunisasi resmi
seperti Gerakan Tiga A, Putera, dan PETA.
Gerakan Tiga A, yaitu Nippon Pelindung Asia, Nippon Cahaya Asia, Nippon Pemimpin
Asia. Gerakan ini dipimpin oleh Syamsuddin SH. Namun dalam perkembangan
selanjutnya gerakan ini tidak dapat menarik simpati rakyat, sehingga pada tahun 1943
Gerakan Tiga A dibubarkan dan diganti dengan Putera.
Pusat Tenaga Rakyat (Putera) Organisasi ini dibentuk pada tahun 1943 di bawah
pimpinan "Empat Serangkai", yaitu Bung Karno, Bung Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan
Kiyai Haji Mas Mansyur. Gerakan Putera ini pun diharapkan dapat menarik perhatian
bangsa Indonesia agar membantu pasukan Jepang dalam setiap peperangan yang
dilakukannya. Akan tetapi gerakan Putera yang merupakan bentukan Jepang ini ternyata
menjadi bume-rang bagi Jepang. Hal ini disebabkan oleh anggota-anggota dari Putera
yang memiliki sifat nasionalisme yang tinggi.
Propaganda anti-Sekutu yang selalu didengung-dengungkan oleh pasukan Jepang kepada
bangsa Indonesia ternyata tidak membawa hasil seperti yang diinginkan. Propaganda anti
Sekutu itu sama halnya dengan anti imperialisme. Padahal Jepang termasuk negara
imperialisme, maka secara tidak langsung juga anti terhadap kehadiran Jepang di bumi
Indonesia. Di pihak lain, ada segi positif selama masa pendudukan Jepang di Indonesia,
seperti berlangsungnya proses Indonesianisasi dalam banyak hal, di antaranya bahasa
Indonesia dijadikan bahasa resmi, nama-nama di- indonesiakan, kedudukan seperti
pegawai tinggi sudah dapat dijabat oleh orang-orang Indonesia dan sebagainya.
Pembela Tanah Air (PETA) PETA merupakan organisasi bentukan Jepang dengan
keanggotaannya terdiri atas pemuda-pemuda Indonesia. Dalam organisasi PETA ini para
pemuda bangsa Indonesia dididik atau dilatih kemiliteran oleh pasukan Jepang. Pemudapemuda inilah yang menjadi tiang utama perjuangan kemerdekaan bangsa dan negara
Indonesia.
Tujuan awalnya pembentukan organisasi PETA ini adalah untuk memenuhi kepentingan
peperangan Jepang di Lautan Pasifik. Dalam perkembangan berikutnya, ternyata PETA
justru sangat besar manfaatnya bagi bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan
melalui perjuangan fisik. Misalnya, Jenderal Sudirman dan Jenderal A.H. Nasution
adalah dua orang tokoh militer Indonesia yang pernah menjadi pemimpin pasukan PETA
pada zaman Jepang. Namun karena PETA terlalu bersifat nasional dan dianggap sangat
membahayakan kedudukan Jepang atas wilayah Indonesia, maka pada tahun 1944
PETA dibubarkan. Berikut-nya Jepang mendirikan organisasi lainnya yang bernama
Perhimpunan Kebaktian Rakyat yang lebih terkenal dengan nama Jawa Hokokai (1944).
Kepemimpinan organisasi ini berada di bawah Komando Militer Jepang.
Golongan-golongan
Beberapa golongan yang terorganisir rapi dan menjalin hubungan rahasia dengan Bung
Karno dan Bung Hatta. Golongan-golongan itu di antaranya:
a. Golongan Amir Syarifuddin;
Amir Syarifuddin adalah seorang tokoh yang sangat anti fasisme. Hal ini sudah diketahui
oleh Jepang, sehingga pada tahun 1943 ia ditangkap dan diputuskan untuk menjatuhkan
hukuman mati kepadanya. Namun, atas perjuangan diplomasi Bung Karno terhadap para
pemimpin Jepang, Amir Syarifuddin tidak jadi dijatuhi hukuman mati, melainkan
hukuman seumur hidup.
b. Golongan Sutan Syahrir;
Golongan ini mendapatkan dukungan dari kaum terpelajar dari berbagai kota yang ada di
Indonesia. Cabang-cabang yang telah dimiliki oleh golongan Sutan Syahrir ini seperti di
Sekutu.
5. Dampak Pendudukan Jepang bagi Bangsa Indonesia
Bidang Politik. Sejak masuknya kekuasaan Jepang di Indonesia, organisasi-organisasi
politik tidak dapat berkembang lagi. Bahkan pemerintah pendudukan Jepang
menghapuskan segala bentuk kegiatan organisasi-organisasi, baik yang bersifat politik
maupun yang bersifat sosial, ekonomi, dan agama. Organisasi-organisasi itu dihapuskan
dan diganti dengan organisasi buatan )epang, sehingga kehidupan politik pada masa itu
diatur oleh pemerintah Jepang, walaupun masih terdapat beberapa organisasi politik yang
terus berjuang menentang pendudukan Jepang di Indonesia.
Bidang ekonomi. Pendudukan bangsa Jepang atas wilayah Indonesia sebagai negara
imperialis, tidak jauh berbeda dengan negara-negara imperialisme lainnya. Kedatangan
bangsa Jepang ke Indonesia berlatar belakang masalah ekonomi, yaitu mencari daerahdaerah sebagai penghasil bahan mentah dan bahan baku untuk memenuhi kebutuhan
industrinya dan mencari tempat pemasaran untuk hasil-hasil industrinya. Sehingga
aktivitas perekonomian bangsa Indonesia pada zaman Jepang sepenuhnya dipegang oleh
pemerintah Jepang.
Bidang pendidikan Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, kehidupan pendidikan
berkembang pesat dibandingkan dengan pendudukan Hindia Belanda. Pemerintah
pendudukan Jepang memberikan kesempatan kepada bangsa Indonesia untuk mengikuti
pendidikan pada sekolah-sekolah yang dibangun oleh pemerintah. Di samping itu, bahasa
Indonesia digunakan sebagai bahasa perantara pada sekolah-sekolah serta penggunaan
nama-nama yang diindonesiakan. Padahal tujuan Jepang mengembangkan pendidikan
yang luas pada bangsa Indonesia adalah untuk menarik simpati dan mendapatkan bantuan
dari rakyat Indonesia dalam menghadapi lawan-lawannya pada Perang Pasifik.
Bidang kebudayaan Jepang sebagai negara fasis selalu berusaha untuk menanamkan
kebudayaannya. Salah satu cara Jepang adalah kebiasaan menghormat ke arah matahari
terbit. Cara menghormat seperti itu merupakan salah satu tradisi Jepang untuk
menghormati kaisarnya yang dianggap keturunan Dewa Matahari. Pengaruh Jepang di
bidang kebudayaan lebih banyak dalam lagu-lagu, film, drama yang seringkali dipakai
untuk propaganda. Banyak lagu Indonesia diangkat dari lagu Jepang yang populer pada
jaman Jepang. Iwa Kusuma Sumantri dari buku "Sang Pejuang dalam Gejolak Sejarah"
menulis "kebiasaan-kebiasaan dan kepercayaan-kepercayaan yang sangat merintangi
kemajuan kita, mulai berkurang. Bangsa kita yang telah bertahun-tahun digembleng oleh
penjajah Belanda untuk selalu 'nun inggih' kini telah berbalik menjadi pribadi yang
berkeyakinan tinggi, sadar akan harga diri dan kekuatannya. Juga cara-cara menangkap
ikan, bertani, dan lain-lain telah mengalami pembaharuan-pembaharuan berkat didikan
yang diberikan Jepang kepada bangsa Indonesia, walaupun bangsa Indonesia pada waktu
itu tidak secara sadar menginsafinya. Untuk anak-anak sekolah diberikan latihan-latihan
olahraga yang dinamai Taiso, sangat baik untuk kesehatan mereka itu. Saya kira untuk
kebiasaan sehari-hari yang tertentu (misalnya senin) bagi anak-anak sekolah maupun
untuk para pegawai atau buruh untuk menghormati bendera kita (merah putih) serta pula
menyanyi-kan lagu kebangsaan atau lagu-lagu nasional merupakan kebiasaaan yang
diwariskan Jepang kepada bangsa Indonesia.
Bidang sosial Selama masa pendudukan Jepang kehidupan sosial masyarakat sangat
memprihatinkan. Penderitaan rakyat semakin bertambah, karena sega-la kegiatan rakyat
dicurahkan untuk memenuhi kebutuhan perang Jepang dalam menghadapi musuh-
musuhnya. Terlebih lagi rakyat dijadikan romusha (kerja paksa). Sehingga banyak jatuh
korban akibat kelaparan dan penyakit.
Bidang birokrasi. Kekuasaan Jepang atas wilayah Indonesia dipegang oleh kalangan
militer, yaitu dari angkatan darat (rikugun) dan angkatan laut (kaigun). Sistem
pemerintahan atas wilayah diatur berdasarkan aturan militer. Dengan hilangnya orang
Belanda di pemerintahan, maka orang Indonesia mendapat kesempatan untuk menduduki
jabatan yang lebih penting yang sebelumnya hanya bisa dipegang oleh orang Belanda.
Termasuk jabatan gubernur dan walikota di beberapa tempat, tapi pelaksanaannya masih
di bawah pengawasan Militer Jepang. Pengalaman penerapan birokrasi di Jawa dan
Sumatera lebih banyak daripada di tempat-tempat lain. Namun, penerapan birokrasi di
daerah penguasaan Angkatan Laut Jepang agak buruk.
Bidang militer Kekuasaan Jepang atas wilayah Indonesia memiliki arti penting,
khususnya dalam bidang militer. Para pemuda bangsa Indonesia diberikan pendidi-kan
militer melalui organisasi PETA. Pemuda-pemuda yang tergabung dalam PETA inilah
yang nantinya menjadi inti kekuatan dan penggerak perjuangan rakyat Indonesia
mencapai kemerdekaannya.
Penggunaan Bahasa Indonesia. Berdasarkan pendapat Prof. Dr. A. Teeuw (ahli bahasa
Indonesia berkebangsaan Belanda) menya-takan bahwa tahun 1942 merupakan tahun
bersejarah bagi bangsa Indonesia. Pada waktu itu, bahasa Belanda dilarang
penggunaannya dan digantikan dengan penggunaan bahasa Indonesia. Bahkan sejak awal
tahun 1943 seluruh tulisan yang berbahasa Belanda dihapuskan dan harus diganti dengan
tulisan berbahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia bukan hanya sebagai bahasa pergaulan sehari-hari, tetapi telah diangkat
menjadi bahasa resmi pada instansi-instansi pemerintah-an atau pada lembaga-lembaga
pendidikan dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah tinggi. Bahasa Indonesia juga
dijadikan sebagai bahasa penulisan yang tertuang pada hasil-hasil karya sastra bangsa
Indonesia. Sastrawan-sastrawan terkenal pada masa itu seperti Armijn Pane dengan
karyanya yang terkenal berjudul Kami Perempuan (1943), Djiiiak-djinak Merpati, Hantu
Perempuan (1944), Saran^ Tidak Berharga (1945) dan sebagainya. 1'i'ngarang-pengarang
lainnya seperti Abu llanifah yang memakai nama samaran El Hakim dengan karya
dramanya berjudul Taufan di atas Asia, Dewi Reni, dan Insan Kamil. Pada masa
pendudukan Jepang, banyak karya seniman Indonesia yang hanya diterbitkan melalui
surat kabar atau majalah dan setelah perang selesai baru diterbitkan sebagai buku.
Sementara itu juga terdapat penyair terkenal pada zaman pendudukan Jepang seperti
Chairil Anwar yang kemudian mendapat gelar tokoh Angkatan 45. Karya-karya Chairil
Anwar menjadi lebih terkenal karena karyanya itu muncul pada awal revolusi Indonesia,
di antaranya yang berjudul Aku, Karawang-Bekasi dan sebagainya.
Dengan demikian, pemerintah pendudukan Jepang telah memberikan kebebasan kepada
bangsa Indonesia untuk meng-gunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar,
bahasa komunikasi, bahasa penulisan dan sebagainya.
PEMBAHASAN
A.
1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur). Eduard Douwes Dekker (1820-1887), yang
dikenal dengan nama samaran Multatuli, pernah mengusulkan nama yang spesifik untuk
menyebutkan kepulauan tanah air kita, yaitu Insulinde, yang artinya juga Kepulauan
Hindia (bahasa Latin insula berarti pulau). Tetapi rupanya nama Insulinde ini kurang
populer. Bagi orang Bandung, Insulinde mungkin cuma dikenal sebagai nama toko buku
yang pernah ada di Jalan Otista.
Pada tahun 1920-an, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (1879-1950), yang kita
kenal sebagai Dr. Setiabudi (beliau adalah cucu dari adik Multatuli), memopulerkan suatu
nama untuk tanah air kita yang tidak mengandung unsur kata India. Nama itu tiada lain
adalah Nusantara, suatu istilah yang telah tenggelam berabad-abad lamanya. Setiabudi
mengambil nama itu dari Pararaton, naskah kuno zaman Majapahit yang ditemukan di Bali
pada akhir abad ke-19 lalu diterjemahkan oleh J.L.A. Brandes dan diterbitkan oleh
Nicholaas Johannes Krom pada tahun 1920.
Namun perlu dicatat bahwa pengertian Nusantara yang diusulkan Setiabudi jauh
berbeda dengan pengertian, nusantara zaman Majapahit. Pada masa Majapahit Nusantara
digunakan untuk menyebutkan pulau-pulau di luar Jawa (antara dalam bahasa Sansekerta
artinya luar, seberang) sebagai lawan dari Jawadwipa (Pulau Jawa). Kita tentu pernah
mendengar Sumpah Palapa dari Gajah Mada, Lamun huwus kalah nusantara, isun amukti
palapa (Jika telah kalah pulau-pulau seberang, barulah saya menikmati istirahat). Oleh Dr.
Setiabudi kata nusantara zaman Majapahit yang berkonotasi jahiliyah itu diberi pengertian
yang nasionalistis. Dengan mengambil kata Melayu asli antara, maka Nusantara kini
memiliki arti yang baru yaitu nusa di antara dua benua dan dua samudra, sehingga Jawa
pun termasuk dalam definisi nusantara yang modern. Istilah nusantara dari Setiabudi ini
dengan cepat menjadi populer penggunaannya sebagai alternatif dari nama Hindia Belanda.
Sampai hari ini istilah nusantara tetap kita pakai untuk menyebutkan wilayah tanah air
kita dari Sabang sampai Merauke. Tetapi nama resmi bangsa dan negara kita adalah
Indonesia. Kini akan kita telusuri dari mana gerangan nama yang sukar bagi lidah Melayu
ini muncul.
Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the
Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang dikelola oleh James Richardson Logan
(1819-1869), orang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh.
Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Inggris, George Samuel Windsor
Earl (1813-1865), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA.
Dalam JIAEA Volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the
Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations. Dalam
artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia
atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia
tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua
pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia (nesos dalam bahasa Yunani berarti pulau). Pada
halaman 71 artikelnya itu tertulis: the inhabitants of the Indian Archipelago or Malayan
Archipelago would become respectively Indunesians or Malayunesians.
Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada
Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu,
sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (Srilanka) dan Maldives
(Maladewa). Lagi pula, kata Earl, bukankah bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan
ini? Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak
memakai istilah Indunesia.
Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan
menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago. Pada awal tulisannya, Logan pun
menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah Indian
Archipelago terlalu panjang dan membingungkan. Logan memungut nama Indunesia yang
dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka
lahirlah istilah Indonesia.
Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman
254 dalam tulisan Logan: Mr. Earl suggests the ethnographical term Indunesian, but rejects
it in favour of Malayunesian. I prefer the purely geographical term Indonesia, which is
merely a shorter synonym for the Indian Islands or the Indian Archipelago. Ketika
mengusulkan nama Indonesia agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari
nama itu akan menjadi nama bangsa dan negara yang jumlah penduduknya peringkat
keempat terbesar di muka bumi!
Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama Indonesia dalam tulisantulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para
ilmuwan bidang etnologi dan geografi. Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas
Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826-1905) menerbitkan buku Indonesien oder die
Inseln des Malayischen Archipel sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya
ketika mengembara ke tanah air kita tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang
memopulerkan istilah Indonesia di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul
anggapan bahwa istilah Indonesia itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu,
antara lain tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch- Indie tahun 1918. Padahal
Bastian mengambil istilah Indonesia itu dari tulisan-tulisan Logan.
B.
C.
SUMPAH PEMUDA
Setelah memperoleh banyak keuntungan dari tanah nusantara ini, peperintah Hindia
Belanda merasa perlu adanya balas budi terhadap rakyat bangsa Indonesia. Untuk itula
pemerintah Hindia Belanda menerapkan sistem Politik yang dinamakan Politik Etis yang
memperbolehkan rakyat/ pemuda Indonesia untuk memperoleh pendidikan yang dengan
memperoleh pendidikan maka pemuda-pemuda Indonesia menjadi orang-orang intelek yang
terbuka pengetahuannya. Maka dimulailah pergeraka-pergerakan yang menginginkan
kehidupan yang lebih baik bagi bangsa Indonesia
1. Organisasi-organisasi Pemuda
Pada zaman pergerakan Nasional, banyak berdiri organisasi pemuda. Yang pada
mulanya bersifat kedaerahan berangotakan pemuda daerah tertentu yang pada umumnya
mereka adalah pelajar sekolah menengah dan mahasiswa.
Organisasi yang pertamakali berdiri adalah Tri Koro Darmo yang angota-anggotanya
terdiri dari pemuda-pemuda Jawa yang didirikan pada tahun 1915 dipimpin oleh
Satiman Wiryosanjoyo dan pada tahun 1918 berganti namanya menjadi Jong Java
(dibaca : Yong Java)
Pemuda dari daerah lain yang belajar di kota-kota besar di Jawa seperti Jakarta,
Srabaya, Bandung, dan Yogyakarta mendirikan organisasi untuk tolong menolong sebab
jauh dari kampung halaman. Pemuda Sumatra mendirikan Jong Sumateranen Bond
(JBS) tahun 1917 dengan tokohnya : Muhammad Hatta, Muhammad Yamin dan Bahder
Johan.
Pada tahun 1918, pemuda Ambon mendirikan Jong Ambon. Sesudah itu berdiri pula
Jong Minahasa, Jong Celebes (Sulawesi), Jong Bataksbond, dan pemuda Sunda
mendirikan Sekar Rukun.
2. Konggres Pemuda I
Lama kelamaan sifat kedaerahan organisasi emuda itu hilang. Mereka menyadari
bahwa mereka adalah satu bangsa. Karena itu mereka berusaha menyatukan semua
organisasi itu menjadi satu organisasi tunggal.
Pada bulan November 1925 beberapa tokoh pemuda mengadakan pertemuan di
Jakarta. Para pemuda itu sepakat untuk mengadakan pertemuan yang lebih luas. Untuk
itu dibentuk sebuah panitia. M. Tabrani diangkat sebagai ketua sedangkan Sumarmo
sebagai wakilnya (keduanya dari Jong Java). Jamaluddin Adinegoro (JSB) sebagai
sekretaris, Suwarso (Jong Java) sebagai bendahara. Anggota lainnya adalah Bahder
Johan dan Sarbini (JSB), Jan Toule Soulehua (Jong Ambon), Paul Pinantoan (pelajar
Minahasa), Hamami (Sekar Rukun), dan Sanusi Pane (Jong Bataksbond).
Bulan April 1926 mereka mengadakan konggres yang disebut konggres pemuda I yang
dihadiri oleh berbagai organisasi pemuda. Beberapa tokoh pemuda menyampaikan
pidato tentang persatuan Indonesia. Muhammad Yamin berpidato tentang perkembangan
bahasa dikemudian hari. Sementara itu M. Tabrani mengajak semua organisasi pemuda
dilebur menjadi organisasi tungal.
Konggres pemuda I berhasil mencapai tujuannya. Semua organisasi pemuda
mengakui perlunya persatuan. Akan tetapi bentuk persatuan itu yang belum mereka
sepakati. Sebagian setuju menghendaki membentuk organisasi tungal, sebagian lagi
setuju membentuk federasi. Artinya organisasi yang sudah ada tidak perlu dibubarkan,
tetapi menjadi anggota federasi.
3. Konggres Pemuda II
Tokoh-tokoh pemuda tidak putus asa. Sesudah konggres pemuda I, mereka sering
mengadakan pertemuan. Akhirnya dicapai kesapakatan tentang :
(1) Cita-cita Indonesia merdeka harus menjadi cita-cita semua putera Indonesia.
(2) Semua organisasi pemuda harus disatukan dalam wadah tunggal
Pada bulan Mei 1928 mereka bertemu lagi. Dalam pertemuan ini diambil keputusan
untuk mengadakan konggres berikutnya, maka disusunlah panitia sebagai berikut :
(1) Ketua
: Sugondo Joyopuspito
: Joko Marsaid
(3) Sekretaris
: Mohammad Yamin
(4) Bendahara
: Amir Syarifuddin
Disamping itu terdapat lima pembantu yakni Johan, Muhammad Cai, Kocosungkono,
Senduk, J. Leimena, dan Rohyani.
Konggres berlangsung dua hari, tanggal 27 dan 28 Oktober 1928. Konggres inilah yang
disebut konggres pemuda II. Tempat sidang berpindah-pindah. Sidang terakhir diadakan
di gedung Indonesische Clubhuis (sekarang museum Sumpah Pemuda).
Banyak tokoh politik dan masyarakat yang menghadiri konggres seperti : Ir Sukarno.
Begitu pula dengan Perhimpunan Indonesia dari negeri Belanda.
Berbagai masalah dibahas dalam konggres. Mhammad Yamin membahas masalah
persatuan bangsa yang ditinjau dari sudut sejarah. Dikatakan bahwa sebelum kedatangan
bangsa Barat, bangsa Indonesia sudah bersatu dibawah kerajaan Sriwijaya dan
Majapahit.
Pada waktu konggres berlangsung Mohammad Yamin sudah menyusun rumusan
konggres. Dalam rumusan itu tercantum bagian yang sekarang disebut Sumpah Pemuda
yang isinya :
(1) Kami putera puteri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air
Indonesia.
(2) Kami putera puteri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
(3) Kami putera puteri Indonesia mengaku berbahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Sebelum rumusan dibacakan, terlebih dahulu diperdengarkan lagu Indonesia Raya
gubahan W.R. Supratman yang dinyanyikan hanya dengan biola saja karena adanya
larangan oleh polisi pemerintah Belanda.
D.