Anda di halaman 1dari 4

Pengobatan dan Komplikasi

Pengobatan sirosis biasanya tidak memuaskan. Tidak ada agen farmakologik yang
dapat menghentikan atau memperbaiki proses fibrosis. Terapi terutama ditujukan
pada penyebabnya (seperti penyalahgunaan alkohol atau obstruksi saluran empedu)
lalu mengatasi berbagai komplikasi (pendarahan saluran cerna, asites, dan
ensafalopati hepatik).
Pendarahan saluran cerna
Penyebab pendarahan saluran cerna yang paling sering dan paling berbahaya
pada sirosis adalah pendarahan dari varises esofagus yang merupakan penyebab dari
sepertiga kematian. Penyebab lain pendarahan adalah tukak lambung dan duodenum
(pada sirosis, insidensi gangguan ini meningkat), erosi lambung akut, dan
kecendrungan

pendarahan

(akibat

masa

protombin

yang

memanjang

dan

trombositopenia).
Penderita datang dengan melana atau hematemesis. Tanda pendarahan
kadang-kadang adalah ensefalopati hepatik. Hipovolemia dan hipotensi dapat terjadi
bergantung pada jumlah dan keepatan kehilangan darah.
Berbagai tindakan telah digunakan untuk segera mengatasi pendarahan.
Tamponade dengan alat seperti pipa Sengstaken-Blakemore(triple-lumen) (Gbr.27-8)
dan Minnesota (quadruple-lumen) dapat menghentikan pendarahan untuk sementara
waktu. Vene-vena dapat dilihat dengan memakai peralatan serat optik dan disuntik
dengan suatu larutan yang akan membentuk bekuan di dalam vena, sehingga akan
menghentikan pendarahan. Sebagian besar klinisi beranggapan dahwa cara ini hanya
berefek sementara dan tidak efektif untuk pengobatan jangka panjang. Vasopresin
(Pitressin) telah digunakan untuk mengatasi pendarahan. Obat ini menurunkan
tekanan porta dengan mengurangi tekanan porta dengan mengurangi aliran darah
splangnik, walaupun efeknya hanya bersifat sementara. Kendati telah dilakukan

tindakan darurat, sekitar 35% penderita akan meninggal akibat gagal hati dan
komplikasi.
Bila penderita pulih dari pendarahan (baik secara spontan atau setelah
pengobatan darurat), operasi pirau porta-kaval hars dipertimbangkan. Pembedahan ini
mengurangi tekanan portal dengan melakukan anastomosis vena porta (tekanan
tinggi) dengan vena kava inferior (tekanan rendah). Pirau merupakan terapi drastis
untuk komplikasi utama sirosis ini. Operasi ini memperkecil kemungkinan
pendarahan esofagus selanjutnya, tetapi menambah risiko ensfalopati hepatik.
Harapan hidup penderita tidak bertambah karena masih ditentukan oleh
perkembangan penyakit hati.
Pendarahan saluran cerna merupakan salah satu faktor penting yang
mempercepat terjadinya ensefalopati. Ensefalopati terjadi bila anomia dan zat-zat
toksik lain masuk dalam sirkulasi sistemik. Sumber amonia adalah pemecah protein
oleh bakteri pada saluran cerna. Ensefalopati hepatik akan terjadi bila darah tidak
dikeluarkan melalui aspirasi lambung, pemberian pencahar dan enema, dan bila
pemecahan protein darah oleh bakteri tidak dicegah dengan pemberian neomisin atau
antibiotik sejenis.

Asites
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, asites adalah penimbunan cairan seruosa
dalam rongga peritoneum. Asites adalah manifestasi kardinal sirosis dan bentuk berat
lain dari penyakit lain. Beberapa faktor yang turut terlibat dalam patogenesis asites
pada sirosis hati: (1) hipertensi porta, (2) hipoalbuminemia, (3) meningkatnya
pembentukan dan aliran limfe hati, (4) retensi natrium, (5) gangguan ekskresi air.
Mekanisme primer penginduksi hipertensi porta, seperti yang telah dijelaskan, adalah
resistensi terhadap aliran darah melalui hati. Hal ini menyebabkan peningkatan
tekanan hidrostatik dalam jaringan pembuluh intenstinal. Hipoalbuminemia terjadi
karena menurunya tekanan osmotik koloid. Kombinasi antara tekanan hidrostatik

yang meningkat dengan tekanan osmotik yang menurun dalam jaringan pembuluh
darah intenstinal yang menyebabkan terjadinya transudasi cairan dari ruang
intravaskuler ke ruang interstisial sesuai dengan hukum gaya Starling (ruang
peritoneum dalam kasus asites). Hipertensi porta kemudian meningkatkan
pembentukan limfe hepatik, yang menyeka dari hati ke dalam rongga peritoneum.
Mekanisme ini dapat turut menyebabkan tingginya kandungan protein dalam cairan
asites, sehingga meningkatkan tekanan osmotik koloid dalam cairan rongga
peritoneum dan memicu terjadinya transudasi cairan dari rongga intravaskuler ke
ruang peritoneum. Yng terakhir, retensi natrium dan gangguan ekskresi air
merupakan faktor penting dalam berlanjutnya asites retensi air dan natrium
disebabkan oleh hiperaldosteronismesekunder (penurunan volume efektif dalam
sirkulasi mengaktikan mekanisme renin-angiotensi-aldosteron). Penurunan inaktifitas
aldosteron sirkulasi oleh hati juga dapat terjad sebab obati akibat kegagalan
hepatoselular.
Suatu tanda asites adalah meningkatnya lingkar abdomen. Penimbunan cairan
yang sangat nyata dapat menyebabkan nafas pendek karena diafragma meningkat.
Dengan semakin banyaknya penimbunan cairan peritoneum, dapat dijumpai cairan
lebih dari 500 ml pada saat pemeriksaan fisik dengan pekak alih, gelombang cairan,
dan perut yang membengkak. Jumlah yang lebih sedikit dapat dilihat dari
pemeriksaan USG atau parasentesis.
Pembatasan garam adalah metode utama pengobatan asites. Obat diuretik juga
dapat digunakan digabungkan dengan diet rendah garam. Kini telah tersedia berbagai
obat dan program diuretik, namun yang penting adalah memberikan diuretik secara
bertahap untuk menghindari diuresis berlebihan. Kehilangan cairan dianjurkan tidak
lebih dari 1,0 kg/hari bila terjadi edem perifer dan asites. Ketidakseimbangan
elektrolit harus dihindari, sebab obat diuretik dapat mencetuskan ensefalopati
hepatikum
Parasentesis adalah tindakan memasukkan suatu kanula ke dalam rongga
peritoneum untuk mengeluarkan cairan asites. Pada masa lalu , parasentesis adalah

suatu bentuk pengobatan lazim untuk asites, namun tidak lagi digunakan karena
memiliki efek yang merugikan. Terdapat bahaya tercetusnya hipovolemia,
hipokalemia, hiponatremia, enselofati hepatika, dan gagal ginjal. Cairan asites dapat
mengandung 10 hingga 30 g protein/L, sehingga albumin serum kemudian
mengalami deplesi, mencetuskan hipotensi, dan tertimbunnya kembali cairan asites.
Oleh karena itu pergantian albumin melalui IV dapat diberikan pada saat parasentesis
untuk menghindari timbulnya komplikasi ini, parasentesis biasanya dilakukan hanya
untuk alasan diagnostik dan bila asites menyebabkan kesulitan nafas yang berat
akibat volume cairan yang besar. Beberapa penderita asites juga mengalami efusi
pleura, terutama dalam hemitoraks kanan. Cairan ini diperkirakan memasuki toraks
melalui air mata dalam pars tendnosa diafragma karena tekanan abdomen yang
meningkat.

Anda mungkin juga menyukai